1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan beragama di Indonesia tercermin dengan diakuinya eksistensi lima agama besar, yaitu : Islam, Kristen, Protestan, Hindu, dan Budha. Agama-agama itu merupakan potensi dan kekayaan yang utama bagi pembinaan mental dan spiritual bangsa. Sebab setiap agama dalam ajarannya mewajibkan umatnya untuk mencintai sesamanya dan hidup rukun. Pluralisme agama bukanlah kenyataan yang mengharuskan orang untuk saling menjatuhkan, saling merendahkan atau mencampuradukkan antara agama satu dengan yang lain. Justru menempatkannya pada posisi yang saling menghormati, saling mengakui dan kerjasama. Sikap yang harus dimiliki oleh setiap umat dalam menempatkan berbagai perbedaan, yaitu : hidup menghormati, memahami dan mengakui diri sendiri, tidak ada paksaan, tidak mementingkan diri sendiri maupun kelompok.1 Islam dan Kristen adalah dua di antara agama-agama besar dunia. Kedua agama tersebut menjadi landasan bagi peradaban-peradaban dunia yang pernah dan sedang berlangsung. Lebih dari itu semua, akar sejarah Islam dan Kristen berasal dari seorang Nabi yang sama, Ibrahim as. Dalam sejarah agama, Islam, Kristen dan Yahudi dikelompokkan ke dalam agama, yang disebut dengan agama-agama Ibrahim (Abrahamic Religions) atau agama semit. Secara teologis ciri khas agama-agama Ibrahim adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (monoteisme), meskipun ketiga agama tersebut memiliki konsep yang berbeda-beda.2 Sejarah mencatat berbagai kejadian suram mewarnai hubungan antara pemeluk agama Islam dan Kristen. Konflik-konflik itu hingga hari ini masih berlangsung. Disamping berbagai faktor kepentingan politik, sosial maupun 1
Elga Sarapung, Pluralisme, Konflik dan Perdamaian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 8 2
Mahmud Mustofa Ayoub, Menguak Konflik Muslim-Kristen perspektif Islam, terj. Ali Noer Zaman dan Fajar, Yogyakarta: Pustaka Baru, 2001, hlm.v
2
ekonomi, ketegangan kelompok Muslim dan Kristiani juga dipicu oleh semangat keagamaan yang eksklusif, minimnya pemahaman serta kurangnya tradisi dialog. Kerukunan
hidup
beragama
merupakan
salah
satu
tujuan
pembangunan di bidang agama. Gagasan ini muncul, dilatarbelakangi beberapa kejadian yang memperlihatkan gejala meruncingnya hubungan antar agama. Kehadiran
agama-agama
besar
mempengaruhi perkembangan
kehidupan bangsa Indonesia dan menambah corak kemajemukan bangsa Indonesia, walaupun kemajemukan itu mengandung potensi konflik, namun sikap toleransi diantara pemeluk berbagai agama besar benar-benar merupakan suatu kenyataan dalam kehidupan bangsa Indonesia.3 Menurut Mun’im A. Sirry perbedaan agama sama sekali bukan halangan untuk melakukan kerjasama, bahkan Al-Qur'an menggunakan kata li ta`arafu supaya saling mengenal, yang kerap diberi konotasi sebagai saling membantu. Nabi Muhammad saw sendiri memberi banyak teladan dalam hal ini misalnya, Nabi Muhammad saw pernah mengizinkan delegasi Kristen Najran yang berkunjung ke Madinah untuk berdoa di kediaman beliau. Tatkala menjadi pemimpin Madinah beliau berpesan : barang siapa yang menyakiti/ mengganggu umat agama samawi, maka ia telah menggangguku.4 Islam sebagai agama samawi yang terakhir diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya Muhammad saw adalah untuk mendidik, membimbing dan mengatur serta menunjukkan kepada manusia jalan kebenaran. Hal ini bertujuan agar manusia dalam kehidupan di dunia ini bisa saling menghormati, mencintai dan tolong-menolong. Intinya mampu mewujudkan sebuah kesatuan masyarakat yang kuat dalam keharmonisan yang sejati. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk memperlakukan orangorang non-muslim dengan sikap yang baik dan jujur, terpisah dari hak dan kewajiban yang berhubungan dengan ibadah. Mereka sederajat dengan kaum
3
Djohan Effendi, “Dialog antar Agama, bisakah melahirkan kerukunan?” dalam, Agama dan Tantangan Zaman, Jakarta: LP3ES, 1985, hlm.169 4
Mun’im A. Sirry, Fiqh Lintas Agama , Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 215
3
muslimin dalam hal-hal hak kewajibannya sehubungan dengan kehidupan kemasyarakatan dan kewarganegaraan. Oleh karena itu tidak bisa dikatakan Islam membedakan umat manusia dengan alasan agama, sebab Islam memberikan hak-hak hakiki mereka tanpa membedakan status keagamaan mereka. Islam membawa bersama-sama umat manusia di atas kemanusiaan sejati daripada itu juga memberikan kepada mereka jaminan kebebasan mutlak untuk menganut agama menurut pilihan mereka sendiri, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an pada surat alBaqarah : 256 menjelaskan, ⌧ ☺ ☺ ⌧ Artinya: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Oleh karena itu barang siapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat dan tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.5 Hubungan yang digambarkan Al-Qur'an antara muslim dengan non muslim, bukan hanya akomodasi dan keberadaannya, tetapi kedekatan dan saling menghormati. Penghargaan Al-Qur'an terhadap agama lain, terhadap Nabi-nabi dan kitab sucinya juga bukan hanya bersifat kesopanan atau penghormatan tetapi pengakuan akan kebenaran agama mereka. Islam memandangnya bukan sebagai agama lain yang harus ditoleransi tetapi sebagai agama-agama yang ada secara hukum dan benar-benar agama wahyu dari Tuhan.6
5
Yayasan Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur'an Depaetemen Al-Quran, Al-Qur'an dan terjemahannya, Semarang :Toha Putra, 1996, hlm.33 6
Elga Sarapung, Pluralisme … Op. cit., hlm. 20
4
Dalam teologi Kristen mengenai kerukunan hidup beragama, gerejagereja bercermin kepada Allah sendiri, yakni Allah tri-tunggal yang ke-Esaannya begitu nyata, bahwa kita tidak boleh menutup pintu bagi sesama kita yang beragama lain. Kerukunan sejati hanya timbul dari penghayatan akan kesamaan hakiki antar manusia. Kerukunan sejati tidak hanya terwujud dalam pola hubungan mayoritas-minoritas. Kerukunan sejati harus lahir sebagai ekspresi iman, yakni sebagai ketaatan kepada Tuhan.7 Namun semangat itu tidak boleh mengendorkan semangat missioner, seperti halnya kerukunan hidup beragama tidak boleh dipertentangkan dengan kebebasan dan amanat Tuhan untuk mengasihi. “Kasihilah Tuhan Allah mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu adalah : kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab Para Nabi.”. (Mat. 22: 37-40)8. Dengan demikian harus ada keseimbangan antara kerukunan yang dinamis dan kebebasan yang bertanggung jawab. Maka jelaslah bahwa agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan antara penganut kepercayaan yang berbeda sehingga dapat dibina kerukunan hidup beragama. Usaha membina kerukunan hidup beragama perlu mendapat perhatian yang lebih besar, kerukunan mengandung makna hidup dalam kebersamaan, oleh karena dalam usaha membina kerukunan hidup bangsa kita yang menganut berbagai agama dan kepercayaan itu, kita harus berusaha
7
AA Yewongoe, “Kerukunan Hidup Beragama Sebagai Tantangan Dan Persoalan : Menyimak Bingkai Teologi Kerukunan Departemen Agama RI’ dalam Agama dalam Dialog, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 20001, hlm. 66 8
Lembaga al Kitab Indonesia, Al - Kitab, Bogor : Ciluar, 1974, hlm. 33
5
membangun semangat dan sikap kebersamaan di antara penganut berbagai agama dan kepercayaan di kalangan bangsa kita.
6
Sebagai gambaran awal desa Losari yang plural dalam agama ternyata bisa hidup damai walaupun pernah terjadi clash antar warga yang dikarenakan masalah agama, namun hal itu bisa dieliminir oleh sikap dan perilaku warga desa Losari sendiri yang cenderung mengedepankan solidaritas. Pertemuan dua agama yaitu : Islam dan Kristen. Mengenai keberadaan umat kristen di desa Losari yang merupakan kelompok minoritas, mereka dapat melaksanakan kegiatan agamanya dengan tenang dan aman tanpa gangguan dari umat lain, terutama islam. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari dimana terdapat dua tempat ibadah dari komunitas agama yang berbeda yang letaknya berdekatan. Walaupun sempat ada gejolak, dan ini yang nantinya menjadi alasan mengapa penulis melakukan penelitian, dari masing-masing pihak. Namun akhirnya hal itu dapat diatasi baik dengan pendekatan hukum maupun pendekatan kemasyarakatan. Semua penduduk berbaur dalam aktifitas kemasyarakatan secara normal. Mereka melakukan kerjasama dalam berbagai bidang kegiatan sosial tanpa memandang identitas agama masing-masing. Interaksi antara umat beragama, Islam dan Kristen yang terjalin dalam masyarakat Desa Losari sesuatu yang baik dan patut untuk di contoh. Interaksi tersebut terjalin dengan baik dan mampu melakukan kerjasama yang bersifat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan, menjadi tradisi di masyarakat tersebut. Bentuk interaksi semacam ini diharapkan tidak hanya ada di lingkup masyarakat Losari tapi terwujud dalam setiap daerah yang penganut agama beragam. Dengan demikian perdamaian antar umat beragama dapat terwujud atau paling tidak konflik antar umat beragama dapat diminimalisir. Berangkat dari masalah ini penulis bermaksud untuk membahas lebih lanjut proses kerukunan di desa Losari dengan Judul “KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA STUDI HUBUNGAN ISLAM DENGAN KRISTEN DI DESA LOSARI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG”
7
B. POKOK MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka timbul permasalahan, yaitu: a.
Bagaimana pola kerukuan umat Islam dan Kristen di desa Losari kec. Grabag, kab. Magelang.
b.
Faktor–faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses kerukunan hidup beragama umat Islam dan Kristen.
C. TUJUAN PENELITIAN a.
Untuk mengetahui bagaimana pola kerukunan antara umat Islam dan Kristen di desa Losari
b.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kerukunan antar umat Islam dan Kristen di desa Losari
D. MANFAAT PENELITIAN a.
Menambah wawasan tentang pola kerukunan yang ada dimasyarakat yang beda agama
b.
Bisa menambah literatur kemasyarakatan bagaimana supaya kita bisa hidup damai dalam masyarakat yang plural.
E. KAJIAN PUSTAKA Telah banyak kajian seputar relasi Islam dan Kristen, yang dilakukan oleh intelektual non-muslim maupun sarjana muslim baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dalam berbagai ragam bentuk. Adapun kajian pustaka itu diantaranya, untuk meyebut hanya beberapa saja: Pluralitas Sosial dan Hubungan Antar Agama (Bingkai Kultural dan Telogi Kerukuan Hidup Umat Beragama di Indonesia) sebuah buku terbitan Litbang Departemen Agama, dan merupakan bunga rampai dari permasalahan bangsa, yang terkait konflik umat beragama. Karya ini banyak mengulas gambaran realitas sosial yang menyangkut kerukunan hidup beragama di beberapa daerah dari Sabang sampai Merauke.
8
Dokumen ini berasal dari kumpulan serentetan seminar dan diskusi yang dilakukan oleh para cendekiawan dari berbagai agama di Indonesia. secara keseluruhan kajiannya ditampilkan mengenai analisa kerukunan hidup beragama secara ringkas dan bersifat pengantar. Selain cakupannya terlalu luas buku ini juga berbeda jauh dengan skripsi yang penulis lakukan buku ini lebih bersifat ensiklopedis terhadap permasalahan kerukunan yang ada di negeri ini. Pluralitas agama (Kerukuan dalam Keragaman) editornya Nur Ahmad, juga merupakan kumpulan karangan beberapa tulisan dari media massa, khususnya yang dimuat di Kompas dari tahun 1996-2000. Secara keseluruhan karya ini mengkaji pluralitas agama di Indonesia dengan beberapa aspek penglihatan baik dari akar konflik, semangat pluralitas serta nilai kerukunan dari beberapa ibadah dalam agama Islam dan Kristen. Namun begitu, kajian yang dilakukan para penulis masih pada level luarnya saja, kurang mendalam, hal ini mengingat keterbatasan tulisan yang dimuat dalam sebuah media massa. Kedetilan yang kurang dalam buku ini akan dicoba oleh penulis untuk dilengkapi. Agama dan Kerukunan karya AA Yewangoe, juga merupakan kumpulan karangan
dari penulisnya. Secara keseluruhan berupaya
menggali sifat positif dari agama-agama dan ajaran luhurnya dalam berinteraksi dengan sesama pemeluk berbagai umat beragama, dan ditulis dengan menggunakan pendekatan Kristiani. Kalau buku ini dengan pendekatan kristiani dan bersifat literer maka skripsi ini ditulis berdasarkan data lapangan dan menggunakan pendekatan sudut pandang islam tap yang mencoba untuk mengoperasikan dengan azas-azas yang baku tentang kerukunan. Phipps, William E., Muhammad dan Isa Telaah Kritis atas Risalah dan Sosoknya, Bandug: Mizan, 1999. Sebuah buku yang membandingkan dan sedikit “mempertandingkan” masing-masing agama tersebut dari segi isi penyampai berita dan isi beritanya. Secara keseluruhan buku ini ditulis cukup “jujur” walaupun ada sedikit apologi dan semacamnya, buku ini diakhiri dengan sebuah ‘dialog’ antara Islam dan Kristen. Dalam tataran
9
sejarah dan konsep sedangkan skripsi ini dimulai dari realita yang belum tersentuh oleh media sehingga betul-betul fakta lapangan. Sementara itu Fatimah Usman, Wahdat al Adyan (dialog Pluralisme Agama), karya yang merupakan tesisnya di UKSW Salatiga muatannya bahwa Wahdatul Adiyan menjadi ajang pertemuan/ menjadi titik temu antar agama besar dunia dan bisa dipahami sebagai bentuk pluralisme. Dan diyakini bahwa agama yang ada, Islam, Yahudi, Kristen dan lainnya hanya berbeda dalam pakaiannya saja tapi hakikatnya sama menyembah Satu Tuhan. Skripsi penulis lebih menekankan pada aspek sosial-kemasyarakatan bukan pada aspek asketisnya. Kerukunan
Antar
Umat
Beragama,
karya
Sahibi
Naim,
membicarakan kerukunan a la pemerintah, sudut pandangnya adalah berbagai peraturan pemerintah, mengenai tata cara penyebaran agama. Maksudnya bahwa kerukunan di indonesia akan terbentuk/tercipta ketika peraturan yang telah dibuat oleh negara dilaksanakan dengan sebenarnya oleh masyarakat beragama. Skripsi penulis mencoba melihat seberapa jauh peran aparatur negara mampu melaksanakan peraturan yang sudah dibuat dalam membina kerukunan di masing-masing wilayahnya. F. METODE PENELITIAN Dalam rangka penelitian skripsi, agar nantinya dapat mencapai derajat ilmiah, maka dalam penelitian ini penulis tidak bisa lepas dari pengunaan beberapa cara/metode yang relevan dengan permasalahan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan jenis penelitian lapangan (field research) yang pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan secara khusus realitas yang tengah terjadi di masyarakat.9 Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Sumber Data 9
hlm. 32
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Mandar Maju, 1990,
10
Sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Sumber Primer Sumber primer yaitu sumber utama yang dijadikan bahan penelitian dalam penulisan skripsi ini oleh karena skripsi ini merupakan penelitian lapangan, maka sumber primernya adalah data-data yang diperoleh dari Lapangan, yaitu desa Losari, baik melalui wawancara maupun pengamatan yang dilakukan langsung berdasar data yang ada di desa Losari. b. Sumber Sekunder Sumber sekunder yaitu sumber yang menjadi bahan penunjang dalam melengkapi analisa dari penelitian ini. Adapun yang dijadikan yaitu buku-buku bacaan yang sesuai dengan kasus penulisan skripsi ini. 2. Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara atau interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan.10 Sumber data yang digunakan manusia dalam penelitian disebut informan yang dipilih secara Purposive sampling, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber d ata yang mantap. Bahkan dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Cara melaksanakannya, peneliti secara langsung datang memasuki lokasi dan bertanya mengenai informasi yang diperlukannya 10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Studi Pendekatan Parktek), Jakarta : Rieneka Cipta, 1998, hlm. 145
11
kepada informan pertama. Dari petunjuk informan pertama tersebut peneliti menemukan informan yang kedua yang lebih banyak tahu mengenai informasinya. Selanjutnya dari informan ketiga in peneliti bisa menanyakan orang lain yang lebih mengetahuinya, sehingga peneliti bisa menemui dan bertanya lebih jauh. Demikian seterusnya, sehingga peneliti makin lama makin mendekati informan yang paling mengetahui informasinya dan peneliti akan mampu menggali data secara lengkap dan mendalam. Proses kerja seperti ini disebut juga dengan snow ball sampling, atau bola salju yang diawali dengan sangat kecil, menggelinding semakin jauh dan semakin padat dan besar.11 Wawancara tersebut penulis tujukan diantaranya : -
Ulama dan tokoh masyarakat baik islam maupun kristen di desa Losari
-
Sebagian umat muslim dan umat kristen di desa Losari Adapun jumlah informan yang diwawancarai sebanyak 17
orang, karena sumber data digunakan dalam rangka tidak mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Metode wawancara difungsikan untuk mengumpulkan data dalam bentuk kata-kata dan data tersebut merupakan salah satu sumber data utama dari informan yang diwawancarai, kemudian sumber data utama dalam bentuk kata-kata dicatat melalui catatan penulis. b. Observasi Metode observasi adalah usaha-usaha mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.12 Observasi juga berarti mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena 11
Imam Suprayogo, Tobroni, M.Si, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2001, hlm. 165-166 12
Ibid., hlm. 128
12
sosial agama selama waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.13 Cara melaksanakannya adalah peneliti datang langsung ke obyek penelitian untuk melihat situasi dan kondisi juga pengamatan seperlunya untuk mendapatkan data yang valid, serta mencatat secara sistematis. Sedang obyek yang diobservasi meliputi responden, kehidupan beragama dan sosial di desa Losari. 3. Metode Analisis Data Analisis yaitu proses menghubung-hubungkan, memisah-misahkan dan mengelompokkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai akhir pembahasan. Proses menganalisa data yang diperoleh baik ari pustaka maupun hasil penelitian lapangan, penulis menggunakan analisis data sebagai berikut : a.
Metode Induksi dan deduksi Induksi (dari khusus ke umum) pada umumnya disebut generalisasi. Induksi ketika digunakan dalam ilmu eksakta mengumpulkan data jumlah tertentu, dan atas dasar data itu menyusun suatu ucapan umum. Deduksi (dari umum ke khusus) merupakan pengertian umum dibuat Ekplisitasi dan penerapan lebih khusus. Deduksi dapat dibedakan dua tahap : 1. Pemahaman yang telah digeneralisasi (transendental) dapat dibuat deduksi mengenai sifat-sifat lebih khusus yang mengalir ‘mengalir’ dari yang umum tadi, tetapi segi-segi khusus ini masih tetap merupakan pengertian umum. 2. Akhirnya yang umum itu semua harus dilihat kembali dalam yang individual.
13
Ibid., hlm. .162
13
Jadi antara induksi dan deduksi ada terdapat suatu Lingkaran hermeneutic : dari umum ke khusus ke umum ke khusus dan seterusnya.14 b.
Metode Komparatif Adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang ada. Mencari kembali fakta yang mungkin menjadi penyebab melalui data-data terkait. Metode ini berusaha membandingkan dua sumber data yang dianalisis, kemudian mencari persamaan, perbedaan dan hal-hal yang menyebabkan keduanya terjadi.15
G. SISTEMATIKA PENULISAN Komposisi skripsi ini disistematisir dalam bab-bab yang terdiri dari sub-bab dan berdiri sendiri, namun tetap merupakan kesatuan yang saling menjelaskan. Adapun secara rinci sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut : Bab I, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan secara garis besar tentang penulisan skripsi ini dan akan menghantarkan pada bab-bab sesudahnya. Meliputi : latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan, Bab II, merupakan informasi tentang landasan teori yang digunakan untuk menganalisa data yang terdapat dalam bab III nantinya dan bab II ini merupakan dasar bagi penulis untuk melakukan kajian secara mendalam nantinya, meliputi : keragaman budaya dalam aspek sosial dan agama, macam-macam kerukunan dan fungsi kerukunan, fungsi agama dan hubungan Islam dan Kristen baik dalam tataran idealis maupun historis.
14
Anton Bekker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1996., hlm. 45-46. 15 Ibid., hlm. 101
14
Bab III, berisi data mentah mengenai obyek penelitian yang dikaji penulis dan merupakan gambaran yang ‘cukup lengkap’ mengenai daerah Losari dilihat dari sudut pandang sosiologi, maupun ekonomi. Meliputi : keadaan alam Losari, kondisi penduduk dan aktifitas keagamaan penduduk Losari. Bab IV, merupakan analisa yang dilakukan oleh penulis terhadap data yang diperoleh dari bab-bab sebelumnya, khususnya bab III dan dalam bab ini untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam Bab I. Meliputi : pola kerukunan hidup beragama dan faktor yang mendukung dan menghambat kerukunan itu sendiri. Bab V, merupakan penutup dan berisi kesimpulan dan saran baik kepada warga desa Losari itu sendiri atau kepada masyarakat luas pada umumnya yang berkepentingan pada terciptanya kerukunan hidup beragama di Indonesia. Dan merupakan paparan jawaban dari persoalanpersoalan yang ditanyakan dalam bab sebelumnya.