BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi secara global selalu mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, untuk mengimbangi laju perkembangan IPTEK perlu adanya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1). Pendidikan berkualitas diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang siap bersaing dengan adanya perkembangan IPTEK, selain pandai dalam pengetahuan juga mampu mengatasi masalah yang timbul seiring adanya perkembangan tersebut. Proses
pembelajaran
adalah
kunci
dari
kualitas
pendidikan.
Pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) perlu dikembangkan pada semua mata pelajaran agar motivasi belajar siswa meningkat, sehingga siswa mampu menguasai konsep dan meningkatkan hasil belajar. IPA merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto, 2013: 165). Selain itu, IPA merupakan mata pelajaran yang memiliki banyak konsep yang harus dipahami oleh siswa. Dengan demikian pembelajaran IPA harus didesain secara interaktif dan berpusat pada siswa agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa dapat dilaksanakan dengan membawa permasalahan sehari-hari yang dilihat atau dialami oleh siswa ke dalam kelas. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan memiliki kesadaran tentang adanya hubungan yang erat antara sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Permasalahan yang ada dipraktikan di 1
2 dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif di dalamnya. Selain itu, siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep IPA yang di pelajari, siswa juga dapat menemukan sendiri berbagai fakta dan pengetahuan baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Hal tersebut senada dengan pendapat Dellsen (2016: 72) yang menyatakan bahwa kemajuan ilmiah berbanding lurus dengan pemahaman ilmiah daripada kumpulan pengetahuan. Pemahaman siswa akan lebih berpengaruh pada keberhasilan suatu pembelajaran daripada siswa hanya sekedar mengetahui materinya saja. Salah satunya adalah konsep daur air. Konsep mengenai daur air erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga penting bagi siswa untuk memahami konsep-konsep tentang daur air tersebut. Konsep ini meliputi proses daur air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air, manfaat air, dan bagaimana cara untuk menghemat air. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan dengan guru kelas V pada 16 November 2015 mengenai pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 (lampiran 2 halaman 111). Guru menjelaskan bahwa pembelajaran yang berlangsung di kelas V ini belum berpusat pada siswa karena guru cenderung hanya mengguanakan metode ceramah, mencatat dan penugasan. Pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA terutama mengenai konsep daur air pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 03 masih rendah. Guru menyampaikan konsepkonsep daur air belum menggunakan model pembelajaran inovatif yang melibatkatkan siswa, sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran masih rendah. Siswa cenderung pasif dan kurang antusias dalam memperhatikan penjelasan guru, sehingga diperlukan solusi guna memperbaiki pembelajaran yang dilakukan selama ini. Hasil wawancara tersebut dikuatkan dengan observasi yang dilaksanakan di SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 pada 17 November 2015 mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas (lampiran 3 halaman 114). Ditemukan beberapa fakta, di antaranya: 1) Kurangnya penerapan pembelajaran inovatif; 2) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered); 3) Pembelajaran cenderung monoton dan
3 membosankan; 4) Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPA; 5) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru; 6) Minimnya sumber belajar yang disediakan oleh guru. Hal tersebut didukung oleh data yang diperoleh dari nilai evaluasi pratindakan (pretest) yang telah dilaksanakan pada 21 November 2015. Dari data yang diperoleh rata-rata nilai evaluasi pemahaman konsep daur air termasuk dalam kategori yang rendah. Dari seluruh siswa kelas V SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 yang mencapai KKM hanya 30% , yakni dari 20 siswa hanya 6 siswa yang mencapai nilai KKM (≥ 70) (lampiran 6 halaman 124). Sedangkan siswa yang tidak mencapi KKM (≥ 70) sebesar 70%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep daur air masih rendah. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan masih kurang berhasil dalam memberikan pemahaman konsep daur air. Hal ini diperkuat Bundu (2006: 3), yang menyatakan kelemahan pembelajaran IPA di Indonesia yaitu: 1) masih banyak guru yang sangat menekankan pembelajaran pada faktor ingatan, 2) sangat kurang pelaksanaan praktikum, dan 3) fokus penyajian dengan ceramah yang mengakibatkan kegiatan sangat terbatas, tidak lebih dari mendengarkan dan menyalin. Rendahnya keberhasilan siswa ini mendorong guru untuk mengevaluasi kembali pembelajaran yang telah beliau laksanakan sehingga guru dapat mengetahui penyebab rendahnya pemahaman konsep daur air. Penyebab dari permasalahan tersebut adalah pembelajaran yang berpusat pada guru yang menyebabkan kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan sendiri konsepkonsep yang harus dipahami. Apabila hal tersebut
masih dilakukan akan
membuat siswa pasif dalam aktivitas pembelajaran dan menyebabkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA rendah. Guna
memperbaiki
kualitas
pembelajaran
dan
meningkatkan
pemahaman konsep daur air, guru harus menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan memahami konsep-konsep yang disampaikan. Berdasarkan hal tersebut guru
4 bersedia melakukan kolaborasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tersebut. Model pembelajaran yang dipilih dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang daur air ini adalah model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS). Rusilowati, dkk (2012: 54) menyatakan dalam konteks pendidikan, SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasi pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Alasan utama model SETS diterapkan dalam pembelajaran IPA ini karena pembelajaran SETS berorientasi pada partisipasi aktif siswa. Siswa dibimbing untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dan kepekaan terhadap masalahmasalah lingkungan, perkembangan teknologi, dan msyarakat, siswa berperan aktif untuk turut mencari pemecahannya (Sutarno, 2009: 9.31). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yalaki (2016: 96) dalam jurnalnya menyatakan bahwa dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model SETS dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa dibandingkan menggunakan model tradisional. Sejalan
dengan
pemikiran
di
atas
Maya
Wulandari
(2013)
mengungkapkan dalam jurnalnya bahwa untuk menanamkan sebuah konsep kepada peserta didik guru perlu menerapan sebuah model pembelajaran yang menarik dan membuat minat belajar peserta didik semakin meningkat serta suasana belajar yang aktif sehingga terbentuklah masyarakat belajar dan pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Science, Environment, Technology, and Society (SETS). Proses pembelajaran daur air melalui model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS) diharapkan dapat menciptakan suasana aktif pada pembelajaran. Siswa mampu mengidentifikasi permasalahan berkaiatan dengan daur air yang ada di lingkungan sekitar untuk dibawa ke dalam kelas sebagai objek belajar, siswa diajak berdiskusi, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan menghubungkan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan demikian siswa akan mampu memahami
5 konsep daur air dan menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat berkaitan dengan daur air tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Daur Air Melalui Model Pembelajaran Science, Environment, Technoligy, and Society (SETS) pada Siswa Kelas V
SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS) dapat meningkatakan pemahaman konsep daur air pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep daur air dengan menggunakan model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS) pada siswa kelas V SD Negeri Gumpang 03 Kecmatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang telah dilaksanakan harus bermanfaat terhadap pembaca maupun peneliti sendiri. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang pemahaman konsep daur air dengan menggunakan model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS). b. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
dijadikan
pertimbangan dan masukan bagi peneliti sejenis.
sebagai
bahan
6 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan pemahaman konsep khususnya pada daur air dalam
pembelajaran IPA. 2) Penerapan model Science, Environment, Technology, and Society
(SETS) pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan serta keberanian siswa dalam mengungkapkan dan mempertahankan pendapat. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi Guru
1) Sebagai pengalaman dan keterampilan baru bagi guru tentang model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. 2) Sebagai sarana bagi guru mengembangkan model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS), khususnya dalam pembelajaran IPA. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan masukan positif bagi peningkatan mutu kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS). 2) Terwujudya pembelajaran yang efektif, inovatif, dan kreatif di sekolah melalui model pembelajaran Science, Environment, Technology, and Society (SETS). 3) Meningkatkan kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru.