BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat informatif, menghibur, maupun mendidik. Dari berbagai media di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan frekuensi milik publik. Salah satu stasiun televisi yang ada di Indonesia adalah Terang Abadi Televisi (TATV). Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri dibawah PT. Terang Abadi Televisi (TATV) yang telah hadir di kota Solo sejak April tahun 2004. TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal Anumerta
Katamso
Darmokusumo
Nomor.173,
Kelurahan
Mojosongo,
Kacamatan Jebres, Kota Surakarta. TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai penyedia hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai televisi yang memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku bagi masyarakat tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap mengikuti perkembangan zaman (https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo). Salah satu program acara TATV yang menjadi favorit pemirsanya adalah program acara Preman Pawon.
Program acara Preman Pawon tayang di TATV (Terang Abadi Televisi) setiap hari Sabtu dan hari Minggu pukul 17.00-17.30 WIB. Program acara Preman Pawon adalah salah satu program acara yang termasuk dalam kategori reality show dengan tema wisata kuliner. Reality show adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata dari pembawa acara dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, situasi, dramatika) (Set, 2008:98). Program acara tersebut mengisahkan perjalanan wisata kuliner seorang host bernama Bowo Landa yang menjajaki makanan dan minuman khas dari sebuah tempat makan di wilayah Solo dan sekitarnya. Program acara yang mempunyai tag line “Preman Pawon makan yuk, grrrr” dan sapaan “badhoger” untuk para pemirsanya ini dipandu oleh Bowo Landa sendiri sebagai hostnya. Keseluruhan acara disajikan dengan gaya santai di setiap episodenya. Gaya wawancara host dengan mitra tutur selalu diselipkan celotehan yang mengundang gelak tawa mitra tutur dan penontonnya bahkan seringkali mitra tuturnya tidak bisa mengimbangi celotehan Bowo Landa yang kocak dan sedikit konyol. Dalam perjalanan wisata kuliner pada acara Preman Pawon ini host yang diperankan oleh Bowo Landa akan mengunjungi sebuah tempat makan yang menjadi target dalam perjalanan wisata kulinernya. Setibanya di lokasi, Bowo Landa langsung menemui karyawan atau langsung disambut oleh karyawan dari tempat makan tersebut. Setelah itu Bowo Landa meminta informasi mengenai menu makanan atau minuman yang khas dari tempat makan tersebut dan meminta izin untuk ikut membuatnya. Dalam proses pembuatan makanan atau minuman khas dari tempat makan, host ikut serta dalam pembuatan menu masakan mulai dari awal sampai menyajikannya. Di tengah-tengah proses pembuatan masakan,
host juga meminta penjelasan mengenai bahan dasar makanan dan cara memasaknya, serta meminta penjelasan mengenai nama makanan yang menurutnya aneh disertai dengan celotehan atau humor yang dilontarkan oleh Bowo Landa kepada mitra tuturnya. Hal tersebut yang membuat acara Preman Pawon ini berbeda dengan acara di bidang kuliner lainnya. Secara garis besar struktur acara Preman Pawon ini dibagi menjadi 3 bagian, yakni bagian awal, tengah/isi, dan akhir/penutup. Pada bagian awal ditampilkan dhagelan singkat oleh Bowo Landa sebagai tokoh tunggal, akan tetapi terkadang juga ditemani oleh mitra tutur. Sesuai dengan tema acara Preman Pawon, pada bagian tengah/isi ditampilkan mengenai proses memasak dan mengulik secara detail makanan mulai dari bahan-bahan yang digunakan, cara membuat dan menyajikanannya. Pada bagian akhir/penutup, Bowo Landa mencicipi masakan yang sudah dibuat bersama karyawan tempat makan, owner tempat makan atau chef yang ada pada tempat makan yang didatanginya sambil membicarakan mengenai sejarah berdirinya tempat makan, pemilihan nama tempat makan, dan menu-menu apa saja yang terdapat di tempat makan tersebut serta ucapan terima kasih kepada couster sebagai sponsor atas kostum yang dikenakan oleh Bowo Landa dan himbauan kepada pemirsa untuk menyaksikan acara Preman Pawon yang tayang di TATV pada hari Sabtu dan Minggu pukul 17.00-17.30 WIB. Dalam acara Preman Pawon terdapat percakapan-percakapan yang merupakan sebuah bentuk komunikasi antara host acara tersebut, yaitu Bowo Landa, dengan mitra tutur yang menjadi target dalam perjalanan wisata kuliner setiap episodenya tanpa menggunakan skenario. Tayangan yang berlangsung
tanpa skenario ini menghasilkan percakapan-percakapan yang spontan, sehingga tuturan-tuturannya alami. Dikatakan alami karena host mewawancarai mitra tutur (koki, karyawan, atau pemilik tempat makan) dengan ikut terjun langsung ke dapur dan ikut memasak mulai dari proses awal sampai akhir hingga menyajikannya, sehingga mitra tutur yang diwawancarai menuturkan tuturan yang spontan. Tuturan-tuturan yang alami tersebut memuat unsur-unsur pragmatik seperti tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi (Searle dalam terjemahan Oka, 1993:164). Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dituturkan oleh penuturnya untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Sebuah tuturan dapat dihasilkan dari proses interaksi sosial. Proses interaksi sosial dapat berupa dialog atau percakapan antara dua orang atau lebih. Percakapan dapat terjadi jika ada pergantian antara penutur dan mitra tutur dalam berujar. Proses pergantian dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya kadang-kadang terjadi dalam waktu yang singkat. Proses percakapan tersebut sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau konteks tertentu saat terjadinya komunikasi. Artinya maksud yang terdapat di balik tuturan penutur tidak dapat dipisahkan dari situasi tutur. Pemahaman yang terlepas dari konteks situsasi sama halnya dengan pemahaman bahasa yang terlepas dari manusia yang berbahasa dan masyarakat tempat manusia itu hidup dan mengadakan interaksi sosial.
Pengertian konteks situasi ada dua macam, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Teks-teks yang berupa kata-kata atau kalimat-kalimat, yang berada disekitar teks pokok yang sedang dikaji adalah konteks bahasa (linguisticcontext). Sementara itu lingkungan yang berada di luar teks tetapi masih berkaitan dengan teks yang sedang dikaji, yang meliputi faktor-faktor situasional dan kultural merupakan konteks luar bahasa (extra linguistic-context). Pemahaman terhadap teks dan konteks akan lebih memperkuat keyakinan bahwa dalam memahami, mengamati, dan mengkaji fenomena-fenomena yang berada di luar bahasa, yang diungkapkan oleh bahasa, maka banyak penunjuk yang kita peroleh dengan bergerak diluar bahasa kita mampu menjelaskan arti bahasa. Dengan demikian dalam suatu pemerian yang lengkap mengenai latar belakang sosial-budaya yang berkaitan dengannya (dalam Sumarlam, 2013:232233). Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya) (Yule, 2006:93). Tuturan-tuturan ekspresif yang mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh penutur dalam program acara Preman Pawon dapat digambarkan pada contoh berikut. Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus dan cocok untuk dijadikan sebagai
pengganti kendaraanya agar nanti saat mencari lokasi (tempat makan) yang enak bisa lebih nyaman. (1) Bowo Landa Pelajar Bowo Landa Pelajar
: Wa...iki pit montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk tak dol kiloan. : Motorku iki mas, wa..wis. (ND/01-08-15/1) : ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini. Untung itu sudah hancur saya jual kiloan. : ‘Sepeda motor saya ini mas, wa..sudah.’
Pada kutipan (1) data di atas Bowo Landa menuturkan subtindak tutur ekspresif memuji. Subtindak tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa tersebut terjadi ketika Bowo Landa melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus dan cocok untuk dijadikan kendaraannya dalam perjalanan wisata kulinernya. Pernyataan memuji Bowo Landa dituturkan melalui tuturan Wa...iki pit montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk tak dol kiloan. ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini. Untung itu sudah hancur saya jual kiloan’. Pemarkah lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji pada tuturan di atas adalah kalimat Wa...iki pit montore apik tenan iki ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini’. Kalimat tersebut merupakan pujian yang dituturkan oleh Bowo Landa karena melihat sepeda motor yang telah membuatnya tertarik untuk memilikinya. Beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dan relevan dalam penelitian ini antara lain: 1. Danik Fajarwati (2013) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Acara Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh di ANTV”, mendeskripsikan analisisnya mengenai bentuk tindak tutur direktif dan bentuk tindak tutur ekspresif dalam acara Hati ke Hati
Bersama Mamah Dedeh di ANTV dan menerangkan implikatur yang terdapat dalam Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh di ANTV. 2. Devi Andriyani (2010) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality show “John Pantau” di Trans TV”, mendeskripsikan analisisnya mengenai jenis tindak tutur ekspresif dan penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif dalam Reality show “John Pantau” , dan menguraikan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam Reality show “John Pantau”. 3. “Keefektifan Kesantunan Berbahasa pada Tindak Tutur Ekspresif Mario Teguh Golden Ways (MTGW) “Jomblo Mulia 8 Juni 2014” (Pragmatik)”. Dalam SEMINAR NASIONAL PRASASTI yang ditulis oleh Binti Qani’ah pada tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai jenis tindak tutur ekspresif yang paling dominan dan mengapa jenis ekspresif itu dominan, serta bagaimana keefektifan kesantunan pada tindak tutur ekspresifprogram Mario Teguh Golden Ways (MTGW) ‘Jomblo Mulia’yang ditayangkan pada tanggal 8 Juni 2014. 4. “Jenis dan Fungsi Tindak Tutur Dosen dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Arab Di UIN Malang”. Jurnal Thaqafiyyat, Vol 13, No 2, Desember 2012. Ditulis oleh Wahyudi dari Program Studi Kajian Timur Tengah Sekolah Pascasarjana UGM pada tahun 2012. Penelitian ini membahas mengenai jenis dan fungsi tindak bahasa dosen dalam interaksi pembelajaran Bahasa Arab di UIN Malang.
5. “Tindak tutur dan Peristiwa Tutur”. Jurnal Pena Vol 1, No 1, Desember 2011:77-91. ISSN 2089-3973. Ditulis oleh Andiopenta Purba dari FKIP Universitas Jambi pada tahun 2011. Penelitian ini membahas mengenai dua aspek yang penting dalam komunikasi lisan, tindak tutur, dan peristiwa tutur. 6. “Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Jurnal BASASTRA, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Vol 2, No 1, April 2013, ISSN I2302-6405. Ditulis oleh Rina Yuliana dari Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2013. Penelitian ini membahas mengenai jenis-jenis tindak tutur yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebak Kramat Kabupaten Karanganyar, dan daya pragmatik yang terkandung dalam tindak tutur guru bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. 7. “Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Interaksi Bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas”. Jurnal LingTera Vol 1, No 2, Oktober 2014. Ditulis oleh Astiana Ajeng Rahadini dan Suwarna Universitas Negeri Surakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai bentuk, nilai, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa dalam interaksi antara guru dan siswa ketika pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas serta implikasinya bagi pembelajaran. 8. “Realisasi Sapaan Datu dalam Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Banjar”. Jurnal BEBASAN, Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. Vol 2, No 2, Desember 2015. ISSN 2406-7466. Ditulis oleh Rissari Yayuk dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015. Penelitian ini membahas mengenai
Realisasi Sapaan Datu dalam Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Banjar. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana wujud sapaan datu dalam bahasa Banjar dan bagaimana realisasi kesantunan penggunaan sapaan datu dalam tindak tutur ekspresif pada masyarakat Banjar. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan terkait dengan topik penelitian ini memberi petunjuk celah fokus penelitian yang belum dilakukan. Dengan demikian penelitian tentang Tindak Tutur Ekspresif dalam Program Acara Preman Pawon di TATV belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini adalah merupakan penelitian yang berfokus baru. Selain daripada itu, penelitian ini dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai berikut. 1.
Program acara Preman Pawon merupakan acara reality show yang bertema wisata kuliner dengan menampilkan menu masakan dan minuman yang khas dari sebuah tempat makan yang dipandu oleh host bernama Bowo Landa. Acara tersebut disajikan dengan gaya santai dan selalu diselipkan celotehan yang seringkali mengundang gelak tawa mitra tutur dan pemirsanya dalam setiap peristiwa yang dialami Bowo Landa. Tuturan dalam peristiwa tersebut banyak mengandung tindak tutur ekspresif.
2.
Program acara Preman Pawon merupakan program acara yang tidak hanya menampilkan kuliner siap santap akan tetapi juga menampilkan proses memasak makanan tersebut dan wawancara langsung antara host dengan mitra tutur (pemilik tempat makan). Program acara Preman Pawon di TATV ini berbeda dengan acara reality show di bidang kuliner lainnya yang biasanya hanya menampilkan kelezatan dari suatu masakan saja. Pada saat proses memasak makanan dalam acara ini, banyak tuturan yang mengandung
tindak tutur ekspresif seperti memuji dan mengritik yang dituturkan oleh host Preman Pawon. 3.
Hal yang paling menarik dalam acara Preman Pawon adalah tayangan pada saat proses memasak makanan, di mana host akan mengulik tuntas mengenai masakan dan pada saat wawancara host dengan owner tempat makan tersebut dengan gaya bahasanya yang khas dan agak konyol. Hal tersebut membuat penulis tertarik karena pada saat yang seperti itu banyak tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif, sehingga penulis menjadikan acara Preman Pawon ini sebagai objek kajian disamping penelitian terhadap acara Preman Pawon ini belum ada yang meneliti.
4.
Ragam bahasa yang digunakan dalam acara Preman Pawon cenderung menggunakan ragam bahasa Jawa informal dalam tuturan-tuturannya. Ketidakformalan penggunaan bahasa tersebut sebagai ciri khas dari acara Preman Pawon itu sendiri karena dengan digunakannya ragam bahasa tersebut, penulis melihat dalam acara Preman Pawon banyak terdapat tuturan yang mengandung subtindak tutur ekspresif seperti memuji, mengucapkan terima kasih, mengritik, dan mengeluh. Dalam acara Preman Pawon bahasa komunikasi yang paling dominan digunakan adalah bahasa Jawa akan tetapi penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seringkali muncul dalam tuturan, baik tuturan oleh Bowo Landa maupun mitra tuturnya.
5.
Suatu tuturan ekspresif dapat dijadikan sarana untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataanpernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Dalam program acara
Preman Pawon tidak terlepas dari penggunaan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur itu disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Adapun tuturan ekspresif tersebut yaitu berupa tuturan memuji, mengritik, mengeluh, mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf. Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan di atas dan berbagai pertimbangan dari peneliti, maka peneliti tertarik untuk meneliti program acara Preman Pawon dari segi tindak tutur ekspresif berdasarkan analisis teori pragmatik. Hal yang membuat penasaran peneliti, apakah data lain ditemukan tindak tutur yang lain. Di lain pihak, berbagai subtindak tutur ekspresif yang ditemukan apakah merata ataukah ada subtindak tutur ekspresif yang frekuensinya sangat menonjol. Dari berbagai subtindak tutur ekspresif, cenderung mempunyai berbagai macam latar belakang, dari berbagai latar belakang itu, manakah yang terdapat dalam data yang digunakan. Atas pertimbangan itulah penulis mengkaji penelitian ini dari segi tindak tutur yang diujarkan oleh para pelibat (host, dan narasumber dalam acara Preman Pawon) dengan judul Tindak Tutur Ekspresif dalam Program Acara Preman Pawon di TATV Sebuah Kajian Pragmatik.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis subtindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dan pemarkah lingual apa yang digunakan dalam subtindak tutur ekspresif tersebut?
2. Jenis subtindak tutur ekspresif apakah yang paling dominan dalam program acara Preman Pawon dan mengapa subtindak tutur ekspresif tersebut dominan? 3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi adanya subtindak tutur ekspresif dalam program acara Preman Pawon?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dan pemarkah lingual yang digunakan dalam subtindak tutur ekspresif tersebut. 2. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur ekspresif yang paling dominan dalam program acara Preman Pawon dan menjelaskan mengapa subtindak tutur ekspresif tersebut dominan. 3. Menjelaskan faktor yang melatarbelakangi adanya subtindak tutur ekspresif dalam program acara Preman Pawon.
D. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian pada hakikatnya dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat, begitu pula dengan penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoretis Manfaat
teoretis
merupakan manfaat
yang
berkenaan dengan
pengembangan ilmu yaitu ilmu pragmatik. Penelitian ini diharapkan dapat
memperkuat penerapan teori yang sudah ada yaitu teori tentang tindak tutur ekspresif. 2. Manfaat Praktis 1)
Penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan bagi calon peneliti terutama dalam memahami jenis subtindak ekspresif, pemarkah lingual yang terdapat
dalam
subtindak
tutur
ekspresif,
dan
faktor
yang
melatarbelakangi tindak tutur ekspresif. 2)
Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi bagi para pendidik atau para guru yang menangani pembelajaran pragmatik.
E. Landasan Teori 1. Definisi Pragmatik Istilah pragmatik pertama kali muncul dari seorang filosof tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Dia membagi ilmu tentang tanda atau semiotik menjadi tiga konsep dasar, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Menurut Charles Morris yang dikutip dari Levinson dalam Nadar (2009:5) mengartikan bahwa pragmatik sebagai “the study of relation of signs to interpretes” atau studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirnya. Oleh karena itu, tandatanda yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahasa yang berawal dari suatu pemikiran dan kemudian berkembang, pragmatik sebagai salah satu cabang ilmu linguistik. Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang menggeluti pragmatik. Beberapa pengertian mengenai pragmatik akan disampaikan pada bagian ini agar didapatkan gambaran yang jelas apa sebenarnaya yang dimaksud dengan pragmatik itu.
Levinson (dalam
Rahardi, 2005:48) mendefinisikan pragmatik
sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Menurut Parker (dalam Rahardi, 2005:48) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dalam hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Tokoh ini membedakan pragmatik dalam studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai seluk beluk bahasa secara internal. Menurutnya, studi bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks. Dalam buku Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh Oka, 1993:8), Leech mengatakan “Pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi ujar (speech situation)”. Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Karya Leech yang paling menonjol di bidang pragmatik adalah teori prinsip kesantunan (politness principles). Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatik (edisi terjemahan oleh Wahyuni dan Mustajab, 2006:3-4) menyebutkan beberapa batasan ilmu
pragmatik. Menurutnya ilmu pragmatik mempunyai empat batasan sebagai berikut. 1.
Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur.
2.
Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual.
3.
Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
4.
Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang jarak hubungan. Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:88-94), pragmatik
adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur yang mencakupi penutur, mitra tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas dan tuturan sebagai tindakan verbal (Rustono, 1999:17). Terkadang dalam penggunaan bahasa itu sendiri, mereka secara tidak sadar akan menggunakan tuturan yang sulit dipahami oleh lawan tuturnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini, manusia tidak hanya sekedar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur, tetapi juga
konteks yang digunakan dalam ujaran tersebut. Kegiatan semacam ini berkaitan dengan tindak tutur, yaitu tuturan yang disertai dengan gerak, sikap anggota badan maupun ekspresi tertentu. Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Menurut Purwo “Pragmatik merupakan salah satu bidang kajian linguistik” (1994: 2). Jadi, dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji makna tuturan dengan cara menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks, pengetahuan, komunikasi, serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka penggunaan tuturan oleh penutur dan lawan tutur. Makna tuturan dalam pragmatik lebih mengacu pada maksud dan tujuan penutur terhadap tuturannya (Yuliana, 2013: 3). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik menyelidiki makna yang terkait pada konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara bahasa dengan konteks merupakan dasar pemahaman pragmatik. 2. Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasikan melalui situasi tutur yang
mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (Rustono, 1999:25). Leech (edisi terjemahan oleh Oka, 1993:19-20) membagi aspek-aspek situasi ujar menjadi lima macam yaitu: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan (tindak ujar), (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. 1) Penutur dan Mitra Tutur Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyampaikan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam periatiwa tutur. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban. 2) Konteks Sebuah Tuturan Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Di dalam pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Konteks ini membantu mitra tutur di dalam manafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.
3) Tujuan Sebuah Tuturan Bentuk-bentuk
tuturan
yang
diutarakan oleh penutur
dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Di dalam peristiwa tutur, bermacam-macam tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tuturan, dan bermacam-macam tujuan dapat dinyatakan dengan tujuan yang sama. 4) Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar) Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur sebagai satu tindakan itu sama dengan mencubit atau menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat ucap. 5) Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan verbal, maka tuturan itu merupakan hasil tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Imam Syafi’i (sebagaimana dikutip oleh Hamid Hasan Lubis, 1993:58) (dalam Sumarlam, 2013:77) membedakan empat macam konteks pemakaian bahasa, yaitu konteks fisik, konteks epistemik, konteks linguistik, dan konteks sosial. Konteks fisik (physical context) meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan tindakan para
partisipan dalam peristiwa komunikasi itu. Konteks epistemis (episthemic context) yaitu latar pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan mitra tutur. Konteks linguistik (linguistic context) terdiri atas tuturan-tuturan yang mendahului atau yang mengikuti sebuah tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi. Konteks sosial
(social context) yaitu relasi sosial yang
melengkapi hubungan antara penutur dengan mitra tutur. 3. Tindak Tutur Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Menurut Rustono (1999:31) tindak tutur (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Oleh karena sifatnya yang sentral itulah, tindak tutur bersifat pokok di dalam pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu. Interaksi antara penutur dengan petutur pada saat berlangsungnya komunikasi (percakapan) terjadi secara timbal balik. Petutur (pendengar, penyimak) yang tadinya bertindak sebagai penerima informasi, setelah menerima dan memahami informasi itu akan bereaksi melakukan tindak tutur atau menjadi penutur. Sebaliknya, penutur (pembicara) yang tadinya bertindak sebagai pemberi informasi setelah menyampaikan informasi itu akan berubah menjadi petutur (pendengar, penyimak) (Purba, 2011: 84). Dalam berkomunikasi setiap penutur akan melakukan kegiatan mengujarkan tuturan. Yule berpendapat bahwa tindak tutur adalah tindakantindakan yang ditampilkan lewat tuturan (dalam terjemahan oleh Wahyuni dan
Mustajab 2006:82). Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur mempunyai makna tertentu, tindak tutur dapat berwujud permohonan, permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan atau janji. Searle yang menjadi pendukung dan juga pengkritik gagasan Austin sekaligus membuat formula-formula pelengkap. Dia menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi saja. Namun dapat terjadi satu tuturan mengandung kedua tindak tutur atau ketigatiganya. Menurut Searle (dalam Martinich (ed) 1996:147), inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi. Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. Searle (dalam Martinich (ed) 1996:147-149) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Kelima jenis tindak tutur adalah sebagai berikut. 1) Tindak Tutur Asertif (Assertives) Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya tuturan-tuturan
menyatakan,
melaporkan,
memprediksi,
menunjukkan,
dan
menyebutkan. 2) Tindak Tutur Direktif (Directives) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap lawan tutur melakukan
sesuatu.
Tuturan-tuturan
menyuruh,
memohon,
menuntut, menyarankan, memerintah, meminta, dan menantang termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini. 3) Tindak Tutur Komisif (Commisives) Tindak tutur komisif adalah tindak tutur untuk mengikat penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan.
Misalnya
tuturan
berjanji,
bersumpah,
berkaul,
menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam. 4) Tindak Tutur Ekspresif (Expressives) Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan atau untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji, mengritik,
mengeluh, mengucapkan selamat, mengucapkan
terima kasih, dan meminta maaf termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ini. 5) Tindak Tutur Deklarasi (Declarations)
Deklarasi didefinisikan sebagai tindak tutur yang bersifat khas, berhasilnya tindak ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dan realitas di dunia. Penutur deklarasi haruslah seorang yang mempunyai
kekuasaan atau
wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu, misalnya hakim dalam institusi pengadilan yang menjatuhkan hukuman. Tindak tutur deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya)
yang
baru.
Misalnya
tuturan
memutuskan,
membatalkan, melarang, mengizinkan, dan mengangkat. Masing-masing subtindak tutur ekspresif menurut pengklasifikasian oleh Searle di atas dapat digambarkan pada contoh berikut. 1. Subtindak Tutur Ekspresif Memuji Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus. Ia mengatakan bahwa mesin dari motor tersebut besar dan top serta cocok untuk dijadikan sebagai pengganti kendaraanya agar nanti saat mencari lokasi yang enak bisa lebih nyaman. (2) Bowo Landa :...Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki (sambil mengelus-elus mesin sepeda motor), cocok dinggo tumpakanku selanjutnya iki. Oke badhogerbadhoger ketemu lagi di Preman Pawon. Saat ini saya sedang mencari penggantinya si Untung, biar nanti saya kalau keliling-keliling cari tempat-tempat lokasi yang enak itu, jadi isa luwih nyaman. Hehe. Syeg...gagah. Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis. (ND/01-08-15/2) Bowo Landa
Pelajar
:‘Wah...ini mesinnya top sekali besar seperti ini, cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini. Oke badhoger-badhoger ketemu lagi di Preman Pawon. Saat ini saya sedang mencari penggantinya si Untung, agar nanti saya kalau keliling-keliling mencari tempat-tempat lokasi yang enak itu, jadi bisa lebih nyaman. Hehe. Syeg...gagah.’ : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah’
Pada kutipan (2) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa , yakni melalui tuturan Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki, cocok dinggo tumpakanku selanjutnya iki ‘Wah...ini mesinnya top sekali besar seperti ini, cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini’. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif memuji diatas adalah Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki ‘Wah...ini mesinnya top sekali besar seperti ini’ yang bermaksud untuk mengungkapkan kelebihan dari sebuah sepeda motor yang dilihatnya, yaitu sepeda motor milik seorang pelajar SMA yang sedang berhenti di pinggir jalan. Selain itu Bowo Landa juga beranggapan bahwa sepeda motor tersebut cocok untuk dijadikan pengganti kendaraannya (Si Untung) agar nanti kalau mencari tempat-tempat yang enak akan terasa nyaman. 2.
Subtindak Tutur Ekspresif Mengritik Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan seorang pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa melihat sebuah motor yang bagus Bowo Landa ingin membelinya akan tetapi pemilik sepeda motor tersebut tidak ingin menjualnya lalu Bowo Landa mengritiknya agar sepeda motornya dijual.
(3) Bowo Landa : Lha mbok didol!! Aku nde rongewu. Pelajar : Wadhuh rongewui ngge apa. (ND/01-08-15/32) Bowo Landa : ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’ Pelajar : ‘Aduh dua ribu itu untuk apa?’ Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (3) data di atas terdapat pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Lha mbok didol!! Aku nde rongewu. ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’. Pemarkah lingual
yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan tersebut adalah Lha mbok didol!! ‘Dijual saja!!’. Tuturan tersebut merupakan kritikan atas pernyataan seorang Pelajar SMA. Subtindak tutur ekspresif mengritik tersebut terjadi karena Bowo Landa ingin membeli sepeda motor milik seorang pelajar SMA akan tetapi si pelajar SMA tidak ingin menjualnya. 3. Subtindak Tutur Ekspresif Mengeluh Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan seorang pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa sedang melihat-lihat sebuah sepeda motor milik seorang pelajar SMA tiba-tiba pemilik sepeda motor tersebut datang dan mendekatinya. Pelajar SMA tersebut mengeluhkan tindakan yang telah dilakukan oleh Bowo Landa yang sedang melihat dan memegang-megang sepeda motornya. (4) Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis. Bowo Landa : Sorry Mas. Pelajar : Nggih nggih. (ND/01-08-15/54) Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’ Bowo Landa : ‘Maaf Mas’ Pelajar : ‘Ya, ya.’ Subtindak tutur mengeluh pada kutipan (4) data di atas terdapat pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Motorku iki Mas, wa..wis. ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’. Pemarkah lingual yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut adalah wa..wis ‘Wa..sudah’. Subtindak tutur ekspresif mengritik tersebut terjadi ketika Bowo Landa sedang melihat-lihat
sebuah sepeda motor
milik seorang pelajar SMA tiba-tiba pelajar tersebut datang dan mendekatinya. Pelajar SMA tersebut mengeluhkan tindakan yang telah
dilakukan oleh Bowo Landa yang sedang melihat dan memegang sepeda motornya. 4. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Selamat Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Rudi dan Farid di kelas. Rudi memberikan selamat kepada Farid atas prestasinya karena PKMnya lolos seleksi. (5) Rudi : Eh, kowe wis nikiki pengumuman neng papan mading durung Rid? Farid : Durungi, ana pengumunan apa? Rudi : Kowe lolos PKM Rid, selamat ya. Farid : Tenane Rud? Wah matur nuwun ya Rudi : ‘Eh, kamu sudah melihat pengumuman di papan pengumuman belum Rid?’ Farid : ‘Belum, ada pengumuna apa?’ Rudi : ‘Kamu lolos PKM Rid, selamat ya.’ Farid : ‘Serius Rud? Wah terima kasih ya.’ Subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada tuturan di atas terdapat pada tuturan Kowe lolos PKM Rid, selamat ya. ‘Kamu lolos PKM Rid, selamat ya’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Rudi yang ditujukan kepada Farid karena PKM Farid lolos seleksi. Pemarkah lingual dari subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada tuturan tersebut adalah frase fatis selamat ya ‘Selamat ya.’ 5. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Bowo Landa dengan Teki di dapur restoran Njah Djambon. Ketika Bowo Landa tiba di dapur dia mengajak orang-orang yang ada di dapur untuk salam preman pawon. (6) Bowo Landa
: Oalah...neng kene ki orange profesional, dadi wis nde jobe dhewe-dhewe. Bagian nggangsa enek, bagian plating enek. Mas sapa ki mau? Teki : Teki. Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu (Bowo Landa dan Teki saling mengulurkan tangan yang mengepal) Oke. (ND/01-08-15/58)
Bowo Landa : ‘Oalah...di sini itu orangnya profesional, jadi sudah ada jobnya sendiri-sendiri. Bagian menumis ada, bagian menata di piring ada. Mas siapa ini tadi?’ Teki : Teki. Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu (Bowo Landa dan Teki saling mengulurkan tangan yang mengepal) Oke. Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada data di atas dituturkan oleh Bowo Landa kepada Teki karena telah mau diajak salam preman pawon. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih adalah kata Oke ‘Oke’ yang dia tuturkan setelah Bowo Landa dan Teki mengulurkan tangan yang mengepal yang berarti bahwa Teki memberikan respon atas perkataan Bowo Landa. 6. Subtindak Tutur Ekspresif Meminta Maaf Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak Sholehan di dapur restoran Njah Djambon. Ketika Pak Sholehan mengenalkan seorang chef di restoran Njah Djambon Bowo Landa mengira bahwa chef tersebut adalah anak Pak Sholehan. (7) Bowo Landa : Ini putranya Pak? Bukan? Hehehe. Sholehan : Oh bukan, ini chef di sini Mas. Bowo Landa : Hehehe...oh...mas chef, maaf permisi. (ND/01-08-15/62) Bowo Landa : Ini putranya Pak? Bukan? Hehehe. Sholehan : ‘Oh bukan, ini koki di sini Mas.’ Bowo Landa : ‘Hehehe...oh...mas koki, maaf permisi.’ Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (7) data di atas terdapat pada tuturan Hehehe...oh...mas chef, maaf
permisi.
‘Hehehe...oh...mas koki, maaf permisi.’Tuturan tersebut terjadi ketika Pak Sholehan mengenalkan seorang chef di restoran Njah Djambon. Bowo Landa mengira bahwa chef tersebut adalah anak Pak Sholehan. Setelah mengetahui hal tersebut Bowo Landa merasa malu dan meminta maaf
dengan menuturkan Hehehe...oh...mas chef ‘Hehehe...oh...mas koki’ (Bowo Landa sambil tertawa dan tubuh yang membungkuk). Tindak tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik penyampaian dan interaksi makna. Berdasarkan teknik penyampaian tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (Wijana, 1966:30). Pada sisi yang lain, apabila tuturan perintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya yang bertujuan agar orang yang diperintah merasa dirinya diperintah, maka tindak tutur yang demikian disebut tindak tutur tidak langsung atau indirect speech act
(Wijana, 1966:30). Tindak tutur yang
berlawanan dengan tindak tutur literal adalah tindak tutur tidak literal. Menurut Wijana (1996:32) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. 4. Tindak Tutur Ekspresif Searle menjelaskan tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dilaksanakan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang apa yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengritik, dan mengeluh
termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ini (dalam Martinich (ed), 1996a:148). Leech juga menjelaskan tindak tutur ekspresif dalam teori tindak tuturnya. Leech mendefinisikan tindak tutur sebagai jenis tindak tutur yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur. Verba yang menandai tindak tutur ini misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati, meminta maaf (dalam Oka, 1993:328). Menurut Yule, tindak tutur ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tindak tutur ekspresif mungkin disebabkan oleh suatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur (dalam Wahyuni dan Mustajab, 2006:93). Dalam penelitian ini pembahasan tindak tutur ilokusi ekspresif mengacu pada tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle. Pemanfaatan teori Searle ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam acara Preman Pawon
terdapat banyak tuturan yang dapat dianalisis
berdasarkan teori Searle. Teori tindak tutur yang yang dikembangkan Searle dipandang lebih konkret oleh beberapa ahli. 5. Media Televisi Berita atau pesan dapat disampaikan melalui berbagai saluran, baik secara langsung (tatap muka) atau melalui media massa. Media televisi
termasuk dalam media massa, dan bersama-sama radio dan film merupakan media massa elektronik (Wahyudi, 1984:3-4). Dari berbagai media di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan frekuensi milik publik. Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri dibawah bendera PT. Terang Abadi Televisi (TATV) dengan channel 50 UHF. TATV telah hadir di kota Solo sejak April tahun 2004. Layanan coverage TATV meliputi wilayah Subosukawonosraten (Kota Solo, Karanganyar, Sragen,
Boyolali,
Klaten,
Wonogiri,
Sukoharjo,
Wonogiri).
Provinsi
Yogyakarta (Bantul, Sleman,Wonosobo), Magelang, Kebumen, Kudus dan sekitarnya (http://dokumen.tips/documents/sejarah-tatv.html). TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal Anumerta Katamso Darmokusumo Nomor.173, Kelurahan Mojosongo, Kacamatan Jebres, Kota Surakarta dengan frekuensi 50 UHF serta kekuatan daya pancar sebesar 10 KW yang berasal dari Menara Pemancar TATV di Dusun Ngorooro, Patuk, Yogyakarta menjadikan siaran TATV dapat diterima di seluruh wilayah Solo, Yogyakarta, Sragen, kabupaten Boyolali, dan sebagian besar wilayah Kabupaten Magelang serta beberapa daerah di wilayah Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. (http://dokumen.tips/documents/sejarah-tatv.html). Dengan tag-line TATV MANTEB!! (masa kini dan tetap berbudaya), stasiun televisi yang lahir pada bulan September 2004 di Solo ini berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah (khususnya Solo) dan sekitarnya. TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai penyedia hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai televisi yang memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku bagi masyarakat pemirsa, tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap
mengikuti perkembangan zaman. TATV dengan jangkauan siar yang semakin luas menjadikan channel TV tersebut dapat dinikmati banyak pemirsa di wilayah Jawa Tengah (https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo). TATV memiliki program acara daerah yang kuat dengan beberapa berita yang menggunakan bahasa daerah dan merupakan program-program favorit pemirsa seperti program acara Surakarta Hari Ini, Jogja Hari Ini, Kabar Awan, Kabar Wengi, Live Obloran Forum Solusi, Interaktif Live dalam Jagongan Pasar Gedhe, Preman Pawon dan Campursari. 6. Reality Show Reality show adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata dari pembawa acara dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, situasi, dramatika) (Set, 2008:98). Program acara Preman Pawon merupakan acara televisi yang termasuk ke dalam kategori reality show. Program acara yang tayang di TATV pada hari Sabtu dan Minggu pukul 17.00-17.30 WIB tersebut mengisahkan perjalanan wisata kuliner seorang host bernama Bowo Landa yang menjajaki makanan dan minuman khas dari sebuah tempat makan di wilayah Solo dan sekitarnya. Program acara yang mempunyai tag line “Preman Pawon makan yuk, grrrr” dan sapaan “badhoger” untuk para pemirsanya ini dipandu oleh Bowo Landa sendiri sebagai hostnya. Keseluruhan acara disajikan dengan gaya santai di setiap episodenya. Gaya wawancara host dengan mitra tutur selalu diselipkan celotehan yang mengundang gelak tawa mitra tutur dan penontonnya bahkan seringkali mitra tuturnya tidak bisa mengimbangi celotehan Bowo Landa yang kocak dan sedikit konyol.
F. Metode Penelitian Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2008: 153). Dalam metode penelitian
ini akan dibahas beberapa hal, yaitu: (1) jenis penelitian dan pendekatan, (2) sumber data dan data, (3) alat penelitian, (4) sampel, (5) metode pengumpulan data, (6) klasifikasi data, (7) metode analisis data, dan (8) teknik penyajian hasil analisis data. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif artinya teknik penentuan sampelnya dengan cuplikan (nukilan) yang lazim disebut juga dengan purposive sampling. Teknik nukilan maksudnya sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya diarahkan kepada sumber data yang menghasilkan data secara produktif, yang penting sesuai dengan permasalahan yang ditentukan, tujuan penelitian, dan teori yang digunakan (Sutopo, 2002: 36). Di
dalam
penelitian
kualitatif,
paradigma atau prespektif yang digunakan adalah prespektif fenomenologis. Artinya, penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomenafenomena, peristiwa-peristiwa, dan kaitannya dengan orang-orang atau masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang sebenarnya (Subroto, 1992:5-6). Penelitian desktiptif artinya studi kasusnya mengarah ke pendeskripsian secara rinci, mendalam, betul-betul potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan (Sutopo, 2002:111). Menurut Sudaryanto, (1988:62) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan yang
apa adanya, serta tidak mempertimbangkan benar atau salahnya penggunaan bahasa oleh para penuturnya. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan dengan cermat datadata yang berwujud tuturan yang terdapat dalam program acara Preman Pawon. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan mitra tutur atau lawan tutur (Subroto, 2007:65). Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan dan menginterpretasikan maksud dari tuturan yang di tuturkan. Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya. 2.
Sumber Data dan Data Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan serta menghasilkan data yang lengkap, benar dan sahih (Sudaryanto, 1992:35). Sumber data dalam penelitian ini adalah video acara Preman Pawon di TATV yang didapat dari youtube. Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Subroto, 2007:38). Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan bahan mentah penelitian (Sudaryanto, 1988:9). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon di TATV.
3.
Alat Penelitian Alat penelitian terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama penelitian adalah peneliti sendiri, artinya kelenturan sikap peneliti mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002:35-36). Lain daripada itu dengan ketajaman intuisi kebahasaan (lingual) peneliti mampu membagi data secara baik menjadi beberapa unsur (Sudaryanto, 1993: 21-22). Terkait dengan alat utama penelitian adalah peneliti sendiri, Edi Subroto mengatakan bahwa dengan intuisi lingual (kebahasaan) peneliti bisa bekerja secara serta merta menghayati terhadap bahasa yang diteliti secara utuh (2007:23). Alat bantu dalam penelitian ini adalah netbook, head set, flash disk, pensil, bolpoin, kertas, penghapus, dan penggaris.
4.
Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling artinya sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya diarahkan kepada sumber data yang menghasilkan data secara produktif, penting, sesuai dengan permasalahan yang ditentukan, tujuan penelitian dan teori yang digunakan (Sutopo, 2002: 36). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon di TATV. Pengambilan sampel dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang menghasilkan sumber data yang produktif, sesuai dengan permasalahan dan teori yang digunakan. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah tiga video dari program acara
Preman Pawon di TATV yaitu acara Preman Pawon episode Njah Djambon yang tayang pada 1 Agustus 2015, episode Sambel Mbok Ti yang tayang pada tanggal 2 Agustus 2015, dan episode Kedai Kopi Ndomblong yang tayang pada tanggal 20 September 2015. 5.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak, yakni berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam metode simak terdapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar dari metode simak dalam penelitian ini adalah teknik sadap yang kemudian diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dan teknik catat. Penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Si peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama dengan segenap kecerdikan dan kemauannya harus menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang. Kegiatan menyadap itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya dan dapat disebut teknik sadap (Sudaryanto,1993:133). Dalam penelitian ini penyadapan penggunaan bahasa berupa video yang di dapat dari youtube. Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) menurut Sudaryanto (1993:134) adalah si peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara; jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara. Selanjutnya untuk teknik catat, dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan dan
dengan menggunakan alat tulis tertentu seperti bolpoin, kertas, netbook, head set, flash disk, pensil, penghapus, dan penggaris. Dalam pada itu, transkripsinya pun dapat dipilih satu dari antara yang tiga berikut bergantung pada jenis objek sasarannya, yaitu transkripsi ortografis, fonemis, atau fonetis (Sudaryanto, 1993: 135-136). Setelah data dikumpulkan melalui teknik sadap, penulis kemudian melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Teknik catat ialah penulis mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Subroto,
1992:42).
Pencatatan dilakukan dengan
melakukan transkripsi data hasil rekaman berupa video yang di dapat dari youtube ke dalam sebuah transkrip data Preman Pawon agar mudah dilakukan analisis. Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam bentuk teks percakapan sekaligus menjelaskan konteksnya, yaitu berupa keterangan singkat mengenai situasi yang melatarbelakangi terdapatnya data relevan tersebut. Dari hasil transkripsi tersebut, kemudian dilakukan klasifikasi data. 6.
Klasifikasi Data Sebelum data dianalisis, data yang telah disediakan itu perlu diklasifikasikan atau dikelompokkan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat yang selanjutnya diharapkan akan dapat mempermudah proses analisis pada tahapan-tahapan penelitian selanjutnya (Rahardi, 2005:16). Berkenaan dengan klasifikasi data, (Subroto, 1992:46) menyatakan bahwa klasifikasi data dapat memberikan arah yang jelas yang bersifat menuntun tahapan demi
tahapan di dalam pelaksanaan penelitian, serta dapat memberikan isyaratisyarat tahapan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan itu dikerjakan. Oleh karena itu, klasifikasi data menurut asas-asas tertentu dipandang memiliki kepentingan yang cukup strategis di dalam suatu penelitian. Di dalam penelitian ini, penulis meneliti tuturan yang mengandung subtindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dan pemarkah lingual yang terdapat dalam subtindak tutur ekspresif tersebut, subtindak tutur ekspresif yang paling dominan dalam program acara Preman Pawon dan mengapa subtindak tutur ekspresif tersebut dominan, serta faktor yang melatarbelakangi subtindak tutur ekspresif dalam program acara Preman Pawon. Dengan demikian, klasifikasi data terhadap data penelitian ini
dilakukan
dengan
cara
mengelompokkan
tuturan-tuturan
yang
mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon ke dalam masing-masing jenis subtindak tutur ekspresif. 7. Metode Analisis Data Analisis data merupakan tahap yang paling penting dan sentral di dalam penelitian linguistik. Subroto (1992:55) mengungkapkan bahwa menganalisis merupakan kegiatan mengurai suatu satuan lingual yang didasarkan atas petunjuk dari kerangka pikiran (teori), atau didasarkan atas pengujian atas segi-segi tertentu dari suatu satuan lingual yang diteliti. Dalam
penelitian
ini
data
yang
terkumpul
dianalisis
dengan
menggunakan metode padan. Metode padan ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan satuan lingual dengan memakai alat penentunya
yang berada diluar bahasa, terlepas dari bahasa dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Menurut Subroto (1992: 5560), metode padan berdasarkan alat penentunya dapat dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut. 1. Metode padan dengan alat penentunya referensial dengan kenyataan yang ditunjuk bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, derajat, sifat, kualitas, dan lain-lain) dan benar-benar diluar bahasa terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa. 2. Metode padan dengan penentunya alat ucap (fonetis artikulatiris) 3. Metode padan dengan penentunya bahasa lain (translasional) 4. Metode padan dengan penentunya alat tulisan (ortografis) 5. Metode padan dengan penentunya lawan bicara (pragmatis) Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah metode padan pragmatik dengan alat penentunya adalah penutur dan mitra tutur. Metode padan ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mengacu pada bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif pada program acara Preman pawon. Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Rahardi, 2005: 16). Konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Dalam penganalisisan data penelitian tindak tutur ekspresif program acara Preman pawon ini, peneliti menyertakan konteks-konteks situasi yang melatari terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut.
Dalam metode padan ini digunakan teknik pilah unsur penentu (PUP) yang menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Teknik PUP daya pilah pragmatis pada penelitian ini digunakan untuk menentukan subtindak tutur ekspresif, dan pemarkah lingual yang digunakan, sedangkan
pendekatan kontekstual
digunakan untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur ekspresif. Contoh penerapan dari metode padan dengan pendekatan kontekstual sebagai berikut. Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak Sholehan selaku manager Njah Djambon. Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan mengenai sejak kapan adanya bangunan yang saat ini dijadikan sebagai restoran Njah Djambon. (8) Bowo Landa : Nah, Pak ini tempatnya ini udah berapa lama sih Pak? Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali ini, sudah dari turun temurun. Bowo Landa : Wua... (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan) Sholehan : Cuma kalau restorannya baru dua tahun ini. (ND/01-0815/7) Bowo Landa : ‘Nah, Pak ini tempatnya ini sudah berapa lama sih Pak?’ Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali ini, sudah dari turun temurun. Bowo Landa : ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan) Sholehan : ‘Hanya kalau restorannya baru dua tahun ini.’ Pada kutipan (8) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif yang ditunjukkan pada tuturan Wua... ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan). Tuturan Wua... ‘Wah...’ memiliki arti sama dengan kata ‘Wah’. Ing wêwêngkon Jawa sisih wétan (Jawa Timur) ana swara rangkep kang awujud diftong kang kêrêp muncul ing sawijining tembung. Pamuncule diftong iku ngêmu karêp kanggo mbangêraké surasane tembung (Sasangka, 2013: 9).
Secara kronologis tuturan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan selaku manager Njah Djambon mengenai sudah berapa lama tempat yang dijadikan sebuah restoran Njah Djambon. Pak Sholehan menjawab bahwa bangunan yang dijadikan restoran itu sudah lama sekali berdirinya, sudah dari turun temurun, akan tetapi kalau restoran Njah Djambonnya sendiri baru berdiri sekitar dua tahun. Pemarkah lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji tersebut yakni Wua... ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan) yang dituturkan oleh Bowo Landa. Subtindak tutur ekspresif memuji pada tuturan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa kagum Bowo Landa ketika mengetahui bangunan yang dijadikan tempat restoran Njah Djambon sudah ada sejak turun temurun. 8. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah data selesai dianalisis, maka hasilnya akan penulis sajikan secara formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda dan lambang yang dimaksud diantaranya: tanda (+), tanda panah (), tanda kurung biasa (()), tanda kurung kurawal ({}), tanda kurung siku ([]), adapun lambang yang dimaksud diantaranya: lambang huruf sebagai isngkatan nama (S, P, O, K, TTE), lambang sigma Ʃ untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto, 1993:145). Sementara itu, penyajian data secara informal adalah merumuskan hasil analisis data dengan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145). Dengan demikian penyajian secara informal dalam penelitian ini
penulis lakukan dengan cara merumuskan hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya.
G. Sistematika Penyajian Sistematika merupakan cara penyajian suatu hal yang mengacu pada aturan yang sistematis. Sistematika diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah penelitian. Sistematika penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab pertama yaitu pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua yaitu analisis data yang berisi analisis terhadap data yang telah tersedia. Berdasakan analisis tersebut, peneliti dapat memperoleh hasil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada bab pertama. Bab ketiga yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran.