BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode yang sangat penting untuk mendasari pemahaman terhadap pengetahuan, sikap, dan kepribadian atau yang lebih umum mendasari pertumbuhan dan perkembangan secara menyeluruh. Hal ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Stimulus yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengembangkan berbagai potensi dan aspek-aspek perkembangan pada anak. Salah satu cara untuk mengembangkannya adalah melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu memperhatikan seluruh aspek-aspek perkembangan anak. Aspek-aspek perkembangan anak dipadukan dalam dua bidang pengembangan, yaitu bidang pembiasaan dan bidang kemampuan dasar. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi nilainilai agama dan moral, sosial emosional, dan kemandirian. Bidang kemampuan dasar ini meliputi: perkembangan fisik motorik, bahasa, kognitif, dan seni. Aspek perkembangan yang perlu dikembangkan untuk anak usia dini salah satunya adalah perkembangan kognitif. Menurut Pamela Minet dalamSujiono (2007: 1.4) perkembangan kognitif adalah perkembangan
1
2 pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak. Pikiran yang digunakan untuk mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami kesempatan penting. Berpikir dan bernalar pada anak-anak usia 3-5 tahun berubah dan berkembang sangat cepat. Pada periode ini anak-anak sudah mulai berpikir tentang simbol/lambang, memahami kelestarian bilangan dan berpikir secara semilogis (Seefeldt & Wasik, 2008: 385). Perubahan dalam pengetahuan tersebut memungkinkan anak mengerti akan konsep matematika awal. Pengetahuan matematika awal mencakup beberapa konsep yang perlu dipelajari anak usia dini. Konsep matematika untuk anak usia dini yang diajarkan salah satunya adalah konsep pola. Sujiono (2007: 11.8) mengemukakan “mengurutkan pola (patterning) adalah menyusun rangkaian warna, bagian-bagian, benda-benda, suara-suara
dan
gerakan-gerakan
yang
dapat
diulang”.
Kemampuan
mengurutkan pola dapat meningkatkan kemampuan dasar matematika dalam keterampilan mengidentifikasi, menggolongkan, maupun memahami hubungan antar objek dan dapat mengembangkan keteraturan urutan pola. Pembelajaran
mengurutkan
pola
harus
sesuai
dengan tingkat
pencapaian perkembangan anak usia dini. Berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan yang ada dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014, anak usia 4-5 tahun harus mampu mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC serta mengulanginya. Namun kenyataannya, hasil belajar pada anak kelompok A1 TK Desa Wonolopo, Tasikmadu tahun ajaran 2015/2016 mengenai kemampuan mengurutkan pola belum sesuai harapan. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 26 Januari 2016 sebagian besar memperoleh nilai belum tuntas. Hal itu bisa dibuktikan pada tes awal sebelum tindakan yang menunjukkan bahwa dari 19 anak didik rata-rata ketuntasan anak 36,84 % (7 anak) yang mampu mengurutkan pola dengan benar tanpa bantuan dan 63,16 % (12 anak) anak masih belum dapat menyalin urutan pola dengan benar. Kenyataan
3 tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kelas. Hasil penilaian anak pratindakan dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 130. Hal ini disebabkan,pembelajaran dilaksanakan dengan teacher center. Guru dalam menyampaikan materi dilakukan dengan metode ceramah kemudian dilanjutkan mengerjakan tugas yang ada di lembar kerja anak. Kegiatan belajar saat penyampaian materi pembelajaran mengurutkan pola belum melibatkan anak secara langsung sehingga anak kurang antusias dan pasif dalam pembelajaran. Ada beberapa anak yang gaduh dan tidak memperhatikan guru sehingga membuat anak yang lain menjadi kurang fokus. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru belum memaksimalkan penggunaan media yang menarik dalam pengajaran mengurutkan pola.Guru menggunakan media yang kurang menarik, yang dalam pelaksanaannya hanya menggunakan LKA dan alat tulis sehingga pengajaran tentang mengurutkan pola menjadi kurang bervariasi dan menarik minat anak. Penggunaan media yang kurang menarik ini dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar anak, sehingga hasil belajar anak belum sesuai harapan dan perlu untuk ditingkatkan. Penggunaan media menjadi sangat penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan media yang tepat dan menarik, akan memberikan hasil yang optimal bagi pemahaman anak terhadap materi yang guru sampaikan. Melalui penggunaan media, materi pembelajaran yang akan disampaikan pada anak akan tersampaikan dengan baik dan menarik minat anak untuk belajar. Media merupakan alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang disesuaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti memilih media bahan alam daripada media lainnya karena bahan alam adalah media yang konkret, mudah didapatkan dan ada di lingkungan sekitar anak. Bahan alam merupakan bahan yang diperoleh dari alam. Bahan alam yang dipergunakan adalah pasir, air, playdough, warna, dan bahan alam lainnya. Bahan alam memiliki alat-alat penunjang yang akan digunakan adalah tangkai daun singkong, bunga bougeville merah, bunga kambja, bunga liar, dan daun. Manfaat bahan-bahan alam, yaitu anak usia dini dapat mengeksplorasi dan meningkatkan seluruh
4 aspek kemampuan di dalam dirinya. Batu-batuan dapat digunakan untuk berhitung, alat musik, membuat bentuk binatang. Pelepah pisang, pelepah pinang, pelepah daun singkong, pelepah genjer, pelepah daun pepaya untuk mencap, mencetak, alat musik (Asmawati, 2014: 38). Media bahan alam ini sangat baik untuk mengajarkan banyak hal terutama bagi anak usia dini. Penggunaan media bahan alam ini, anak akan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu, pola berpikir anak usia dini masih membutuhkan media konkret sebagai sarana belajar. Anak belum bisa menangkap materi yang disampaikan secara abstrak, sehingga diperlukan objek nyata untuk membantu proses berpikirnya. Pembelajaran yang menyenangkan memicu anak untuk memusatkan perhatiannya secara penuh, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan sesuai harapan.Dengan demikian, maka penerapan media bahan alam dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan pola. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Pola melalui Media Bahan Alam pada Anak Kelompok A1 TK Desa Wonolopo Tasikmadu Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah media bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengurutkan pola pada anak kelompok A1 TK Desa Wonolopo Tasikmadu Karanganyar tahun ajaran 2015/2016?” C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan mengurutkan pola melalui media bahan alam pada anak kelompok A1 diTK Desa Wonolopo, Tasikmadu, Karanganyar tahun ajaran 2015/2016.
5 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis a.
Memberikan sumbangan inovasi pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika di Taman Kanak-Kanak, terutama dalam kemampuan mengurutkan pola.
b.
Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dengan karakteristik permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi Anak 1) Tujuan perkembangan kognitif anak didik akan tercapai, khususnya kemampuan mengurutkan pola. 2) Memberikan pengalaman belajar yang berkesan, bermakna, dan nyata melalui media bahan alam. 3) Minat dan motivasi belajar anak akan meningkat melalui penerapan media bahan alam yang nyata, menarik, dan menyenangkan.
b. Bagi Guru 1) Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaiki
proses
pembelajaran
khususnya
dengan
menggunakan media bahan alam. 2) Kemampuan guru dapat berkembang, khususnya dalam membuat
inovasi
pembelajaran
yang
terkait
dengan
pembelajaran matematika. c.
Bagi Sekolah 1) Memberikan masukan bagi peningkatan mutu belajar yang kreatif dan inovatif disekolah.
6 2) Hasil penelitian akan memberikan sumbangan yang positif dengan menerapkan media bahan alam untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan pola. d. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang meningkatkan kemampuan mengurutkan pola pada anak usia dini khususnya menggunakan media bahan alam.