BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran berbasis scientific approach adalah proses transfer ilmu dua arah antara guru dan siswa dengan metode tertentu yang melibatkan proses sains. Menurut Rizema (2013: 53) pembelajaran berbasis sains ialah pembelajaran yang menjadikan sains sebagai metode atau pendekatan dalam proses belajar mengajar, dengan demikian pembelajaran akan menjadi lebih efektif, kratif dan siswa lebih aktif dalam proses belajar. Supaya kelas dapat dikatakan menerapkan pembelajaran yang aktif, maka dalam proses pembelajaran yang dilakukan harus memenuhi ciri-ciri pembelajaran yang aktif. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO (2006: 35) menyebutkan ciri-ciri tersebut antara lain: (1) semua siswa terlibat secara aktif; (2) siswa berpikir aktif; (3) mendorong rasa ingin tahu untuk bertanya; (4) siswa mengekspresikan gagasannya dan (5) siswa dapat bersikap kritis. Pembelajaran yang aktif selalu melibatkan siswa dalam segala kegiatan dan pemikiran mengenai apa yang sedang siswa lakukan, tidak hanya sekedar mengarahkan siswa dan menyampaikan informasi kepada siswa saja namun lebih pada pengembangan kemampuan analisis dan pemikiran kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa merupakan salah satu kunci pembelajaran yang aktif. Peran guru dan pembelajaran juga sangat mempengaruhi apakah keterampilan berpikir yang dimiliki siswa dapat disalurkan dengan baik atau tidak. Sehingga dilakukan observasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah menerapkan Kurikulum 2013, dimana penguatan proses pembelajaran Kurikulum 2013 dilakukan melalui scientific approach. SMA Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Surakarta merupakan salah satu SMA di Surakarta yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Hasil observasi yang dilakukan di kelas X MIA 6 SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis
1
2 siswa masih rendah, dalam proses pembelajaran Fisika yang berlangsung, sedikit sekali aktivitas yang menunjukkan keterampilan berpikir kritis dilakukan oleh siswa. Menurut Facione (2013: 5), keterampilan berpikir kritis memiliki 6 aspek antara lain: (1) kemampuan interpretation, seperti mengkategorikan dan menjelaskan maksud; (2) kemampuan analysis, seperti kemampuan menilai ide dan mengidentifikasi argumen; (3) kemampuan evaluation, seperti membentuk kesimpulan dan mencari pembuktian; (4) kemampuan inference, seperti kemampuan menilai pendapat; (5) kemampuan explanation, seperti membenarkan kesimpulan dengan menunjukkan argumen dan (6) kemampuan self-regulation, seperti mengoreksi diri. Melalui metode pembelajaran ceramah dan diskusi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Fisika, keenam aspek tersebut belum mendominasi kegiatan belajar siswa. Pembelajaran dibagi menjadi 7 kelompok, dari 31 siswa hanya 9 siswa yang terlihat aktif ketika berdiskusi, misalnya menyampaikan argumen, mencari pembuktian argumen dan menilai ide teman sekelompoknya. Dari 31 siswa yang mengikuti pembelajaran, 4 siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi namun hanya 2 siswa dan dapat menjelaskan maksud dengan baik kepada seluruh siswa. Selain itu tidak ada penyanggahan maupun kritik dari siswa lain ketika salah satu kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusi. Hanya 3 siswa yang bertanya dan merasa puas dengan jawaban yang diberikan. Kurang dari 50% aspek berpikir kritis belum terlihat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Keterampilan berpikir kritis sebagai suatu kemampuan berkehendak sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian Aditya (2013: 1) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa. Facione (2013: 3) menambahkan bahwa kegagalan berpikir kritis pada siswa dapat mengakibatkan kegagalan akademik. Guna mengetahui kemampuan dasar siswa kelas X Matematika dan Ilmu Alam (MIA) 6, dilakukan kajian dokumentasi aspek kognitif siswa pada KD Gerak Melingkar di semester
3 Gasal Tahun Ajaran 2014/2015, 56,67% dari 31 siswa tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Inovasi dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru. Salah satu inovasi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari aspek keterampilan maupun aspek kognitif adalah modul Fisika berbasis scientific approach. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2011) dengan judul “Penggunaan Modul Berbasis Domain Sikap Sains untuk Penanaman Karakter pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Kebumen. Diperoleh simulan bahwa hasil belajar sebelum menggunakan modul adalah 58 %. Pada siklus I meningkat menjadi 61,18 % dan pada siklus II meningkat menjadi 72,79%. Modul yang digunakan dalam penelitian ini adalah modul Fisika berbasis scientific approach yang mencakup materi Elastisitas. Modul ini disusun oleh Eko Megawati Putri (2014) yang telah divalidasi oleh ahli dan telah diujicobakan di beberapa sekolah. Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa modul dengan judul “Modul Fisika Berbasis Scientific Approach Materi Elastisitas dan Hukum Hooke untuk SMA kelas X” telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan dalam pembuatan modul dan layak digunakan dalam kegiatan belajar, baik beserta atapun tanpa guru pembimbing. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa
penggunaan
modul
scientific
approach
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khusunya keterampilan berpikir kritis siswa dan kemampuan kognitif siswa, maka diras perlu untuk dilakukan penelitian terkait dengan mengambil judul penelitian “Penggunaan Modul Fisika Berbasis Scientific Approach Materi Elastisitas untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA 6 SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015”.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah penggunaan modul Fisika berbasis scientific approach materi Elastisitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas X MIA 6 SMA MTA Surakarta?
2.
Apakah penggunaan modul Fisika berbasis scientific approach materi Elastisitas dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas X MIA 6 SMA MTA Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas X MIA 6 SMA MTA Surakarta dengan menggunakan modul Fisika berbasis scientific approach materi Elastisitas.
2.
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas X MIA 6 SMA MTA Surakarta dengan menggunakan modul Fisika berbasis scientific approach materi Elastisitas.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Fisika Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Fisika, khususnya pembelajaran berbasis scientific approach dengan memanfaatkan produk penelitian yang berupa perangkat pebelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan kemampuan kognitif siswa. Ataupun sebagai referensi dalam mengembangkan inovasi pembelajaran Fisika maupun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sejenis. 2. Bagi Peneliti Dapat mengambil banyak pelajaran selama melakukan penelitian dari awal observasi hingga penyelesaian laporan penelitian, sehingga mampu memperoleh banyak ide dan gagasan dalam mengembangkan
5 inovasi khususnya dalam pembelajaran Fisika di kelas maupun ide dan gagasan bagi dunia pendidikan pada umumnya. 3. Bagi Siswa Mendapatkan pengalaman pembelajaran Fisika yang inovatif dan menyenangkan melalui modul Fisika berbasis scientific approach materi Elastisitas sehingga kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkat. 4. Bagi Mahasiswa Lain Dapat mengambil hal-hal baik dalam laporan penelitian sehingga dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang bermanfaat khususnya bagi dunia pendidikan dan bagi umat manusia pada umumnya.