BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak berakhirnya Cold War pada akhir tahun 1991 terjadi perubahan yang signifikan dari kondisi perekonomian dunia. Dimana perekonomian dunia saat ini lebih menuju kepada sebuah tren ekonomi pasar bebas. Joseph Stiglitz dalam karyanya Joseph Stiglitz and The Critique of Free Market Analysis (2006), berpendapat bahwa pada dasarnya ekonomi pasar bebas yang digalakkan akan mampu menguntungkan semua pihak selama dijalankan sebagaimana mestinya. Namun status-quo menggambarkan bahwa pasar bebas tidak mampu memberikan keuntungan terhadap semua pihak, khususnya bagi negara-negara berkembang. Hal tersebut dikarenakan negara-negara berkembang belum memiliki kapasitas yang sama dengan negara maju dalam berkompetisi di ranah global. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kapasitas ekonomi bagi setiap negara khususnya bagi negara berkembang, tidak hanya untuk dapat berkompetisi di pasar global namun juga menjadi aktor unggul di dalamnya. Fenomena yang menarik dalam lebih dari dua dekade terakhir ini adalah telah terjadinya pertumbuhan dan transformasi yang sangat cepat dari negara-negara berkembang. Dimana mulai bermunculan perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs) yang berasal dari negara yang perekonomiannya sedang bangkit atau diistilahkan dengan emerging market economy (EME).1 Menariknya, perkembangan perusahaan multinasioal negara emerging market (EM-MNCs) terus bertransformasi dan menunjukan peningkatan yang luar biasa dengan aktif melakukan ekspor kapital (modal) dan menjadi pelaku bisnis penting pada level internasional, dimana 1
Emerging market economies didefinisikan sebagai negara-negara yang menstrukturisasi perekonomiannya mengikuti ekonomi pasar bebas yang memberikan peluang luas bagi perdagangan, transfer teknologi dan penanaman modal asing dari negara lain.(Khoiriati 2013, 172)
1
sebelumnya mereka adalah negara pengimpor kapital dari negara maju (Mas‟oed, 2013: 12). Meskipun perusahaan multinasional dari negara maju hingga saat ini tetap menjadi sumber utama dari investasi luar negeri langsung (FDI), namun arus keluar dari perusahaan-perusahaan emerging economy terus mengalami peningkatan secara signifikan. Menurut laporan yang dirilis oleh UNCTAD untuk tahun 2004, nilai investasi dari emerging economy enterprises tersebut mencapai US$ 83 miliar atau sebesar 11% dari saham dunia (UNCTAD, 2005: 8). Sedangkan di tahun 2006 telah mencapai angka US$ 174 miliar dengan keterlibatan aktif dalam sejumlah besar merger dan akuisisi lintas batas (Ang & Michailova, 2008). Negara-negara „selatan‟ ini aktif melakukan manuver ekonomi melalui ekspor kapital dengan berbagai macam strategi dan model untuk dapat memasuki pasar internasional. Berbeda dengan langkah awal internasionalisasi yang dilakukan oleh PMN dari negara „pasar maju‟ atau „negara industri baru‟, perusahaan-perusahaan emerging market ini memperoleh banyak „manfaat‟ dari adanya internasionalisasi PNM-PNM tersebut dinegaranya. Artinya dengan adanya pemain global dinegaranya (melalui investasi langsung) sangat memungkinkan dari kerjasama tersebut terjadi transfer knowledge2 yang nantinya dapat memotivasi perusahaan emerging economy untuk melakukan internasionalisasi perusahaan. Salah satu hal yang „melatarbelakang‟ kemunculan PMN dari negara-negara yang sedang berkembang tersebut adalah dikarenakan skema inward industrialization yang marak dilakukan di dalam negeri (Arfani, 2013: 49). Manuver-manuver ini kemudian melahirkan negara-negara seperti China, India, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan Indonesia yang terus
2
Transfer Knowledge dapat terjadi melalui kesepakatan bisnis yang meningkatkan kontak personal antara pelaku bisnis, dimana dengan komunikasi diantara mereka, pihak yang menerima pengetahuan akan dapat menerima informasi dengan lebih baik mengenai metode produksi, organisasi perusahaan, jalur distribusi, dll, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesempatan untuk mengimbangi perkembangan informasi di pasar global (Dewati, 2009: 20-19).
2
mengembangkan MNCsnya untuk membeli, mengakuisi, dan melakukan joint venture3 di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa. Perkembangan MNCs Cina merupakan salah satu yang diakui oleh dunia internasional sebagai yang paling masif dari negara emerging market lainnya, sehingga menarik untuk dikaji lebih lanjut. Sejak menjadi anggota WTO tahun 2001, Cina membangun kebijakan percepatan internasionalisasi perusahaan. Sebagaimana hal-nya perusahaan-PNM pada umumnya, setidaknya terdapat empat basis produksi yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tersebut; industry manufaktur, tambang dan minyak (energi), konstruksi dan jasa umum, serta sektor lainnya (Goldstein: 2007 dalam Arfani, 2013: 54). Sedangkan perkembangan dari emerging MNCs di sektor migas merupakan yang paling cukup masif.
Salah satu MNC
disektor migas dari Cina yang aktif dalam melakukan ekspansi dalam pasar dunia adalah perusahaan minyak PetroChina. Sebagaimana dijelaskan dalam laporan tahunannya (PetroChina: 2013) bahwa perusahaan ini didirikan sebagai perusahaan yang kepemilikan sahamnya adalah gabungan perseroan terbatas sebagai bagian dari restrukturisasi China National Petroleum Corporation (CNPC). Group Perusahaan ini adalah produsen minyak dan gas terbesar yang penjualan dan pendapatannya menempati posisi terdepan serta merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di Cina dan dunia. Aktifitas utama perusahaan antara lain terlibat dalam eksplorasi, pengembangan, produksi dan penjualan minyak mentah dan gas alam, pemurnian minyak mentah dan produk minyak bumi, produksi dan penjualan produk kimia dasar dan derivatif dan produk kimia lainnya, pemasaran dan perdagangan produk olahan, transmisi gas alam, minyak mentah dan produk olahan, serta penjualan gas alam. PetroChina sendiri telah menepati posisi 25 besar perusahaan minyak dan gas dunia. Dengan posisi tersebut, maka jelas terlihat bahwa PetroChina memiliki kontribusi yang cukup 3
Joint venture berarti perjanjian bisnis di mana para pihak sepakat untuk mengembangkan, untuk waktu yang terbatas, entitas baru dan aset baru dengan kontribusi ekuitas. Pihak terkait melakukan kontrol atas perusahaan dan selanjutnya mereka berbagi pendapatan, beban dan asset perusahaan.
3
penting dalam roda pemenuhan pasokan migas diseluruh dunia. Terlebih, PetroChina merupakan late-comers yang keberadaannya dapat dijadikan sebagai sarana transfer knowledge bagi negara yang menjadi tempat ekspansinya, misalkan saja di Indonesia.
B. Rumusan Masalah Bagaimana strategi yang dilakukan oleh PetroChina sebagai latecomer untuk dapat menjadi EM MNC dan Upaya apa yang dilakukan oleh PetroChina dalam proses perluasan pasar? C. Literature Review MNC dari negara-negara yang sedang berkembang atau emerging market economy dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi catatan sejarah tersendiri bagi perkembangan ekonomi politik global. Fenomena kemunculan emerging market tersebut telah mendapat cukup banyak perhatian melalui berbagai penelitian yang ada, baik di negara-negara berkembang itu sendiri ataupun di negara maju. Hal ini menunjukkan adanya perhatian mengenai strategi dari pengembangan produktifitas emerging entreprises sehingga dapat turut andil dalam kompetisi global. Selain itu menurut Gilpin (2009: 95) kajian mengenai emerging MNCs ini dianggap penting karena pengaruh yang diberikannya sangat besar, tidak hanya dalam konteks sistem produksi dan keuangan internasional, tetapi juga dalam perdagangan internasional. Mochtar Mas‟oed (2013) dalam karyanya menyebutkan bahwa frame dari emerging economy ini merujuk kepada negara-negara yang mengalami transisi dalam sistem politik dan ekonominya, dan mengalami pertumbuhan dan pembanguan ekonomi secara cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Mochtar Mas‟oed tersebut lebih
banyak
berbicara
mengenai
fenomena
kebangkitan
dari
perusahaan
multinasional dari selatan dan proses terjadinya hal tersebut. Dimana Mas‟oed menjelaskan bahwa kemunculan emerging economy ini nantinya akan mendorong pertumbuhan global kearah yang lebih dinamis. Kemunculan aktor aktor baru ini menjadi cambuk tersendiri bagi pemain lama di dunia perdagangan internasional. 4
Bagaimana tidak, mereka para pemain lama yang notabennya adalah industri industri mapan dari negara maju harus bersaing untuk memenangkan pasar dengan perusahaan dari negara yang sedang berkambang. China menjadi salah satu negara yang menunjukkan perkembangan yang sangat massif sebagai salah satu aktor penting dalam perdagangan internasional merupakan bagian dari efek globalisasi yang terjadi di China sendiri. Kondisi China terus mengalami transformasi yang amat dramatis dimulai sejak tahun 1990-an. Segala aspek kehidupan di China berubah, dari mulai ekonomi, politik, sosial bahkan sampai pada aspek kesenian. Dalam tulisannya, I Wibowo membahas mengenai „kunci sukses‟ dari Negara tirai bambu ini. Terdapat empat hal yang menjadi sorotannya, salah satunya adalah mengenai China dan globalisasi. Digambarkan bahwa globalisasi yang terjadi di China sendiri telah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Globalisasi pertama dimulai sejak China menjalin kerjasama perdagangan sutera dengan kekaisaran Roma dan penyebaran agama di China. Kemudian dilanjutkan pada abad ke 16 pada akhir dinasti Ming, yaitu ketika Yesuit berhasil masuk kedaratan China. Tahap selanjutnya ketika Inggris berhasil masuk ke China melalui „Perang Candu‟ tahun 1840 dan dilanjutkan ketika Partai Komunis China mulai berkuasa sejak tahun 1949. China semakin menunjukkan eksistensinya
dengan keberadaan
dari
perusahaan-perusahaannya yang menglobal. Keberadan mereka bukanlah berarti tanpa menerapkan strategi yang mumpuni. Ming Zeng dan Peter J. Williamson (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa China menjadi pemain global dengan mengadopsi strategi yang melawan beberapa asumsi dasar yang banyak diandalkan oleh perusahaan dari negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan lain sebagainya. Perlawan yang tidak biasa itulah yang dapat mengancam keberadaan dari PNM dari Negara maju. Dalam penelitiannya Ming dan Peter menggunakan pendekatan strategi disruptif dengan menekankan pada apa yang mereka sebut sebagai inovasi biaya atau cost innovation. Dijelaskan bahwa China dapat maju dan
5
bertahan di pasar dunia karena China mampu menekan biaya produksi sehingga menghasilkan produk yang murah dan terjangkau oleh pasar. Duan Yunchen dalam “Management and Strategis China’s Multinational Entreprise” menjelaskan lebih lanjut mengenai strategi dari perusahaan-perusahaan China. Sejak tahun 80-an, terdapat empat strategi utama yang dimiliki oleh China, diantaranya: import substation, eksport substation, export promotion dan kombinasi antara export promotion dan import substation. Yunchen juga menjelaskan mengenai karakteristik dari perusahaan-perusahaan China. Pertama, BUMN berperan aktif dan merupakan aktor utama. Kedua, MNC China tersebar dan terkonsentrasi diberbagai negara. Ketiga, MNC China memiliki beragam jenis. Keempat, FDI dari China sebagian besar berbentuk joint venture. Kelima, ukuran dari perusahaan China relative kecil dan investasi sering kali dibawah $1 juta. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2013) mengenai faktor pendorong pertumbuhan dalam proses internasionalisasi perusahaan di China sebagai bagian dari fenomena emerging MNCs. Setidaknya ada dua dorongan, yaitu dari segi bisnis dan menejemen. Dimana kebijkan internasionalisasi dipengaruhi utamanya oleh perubahan situasi pasar. Yang kedua adalah dari segi ekonomi-politik, bahwa internasionalisasi tidak hanya didorong oleh konteks pasar namun juga konteks kebijakan dan poitik. Pandangan melalui segi ekonomi dan politik telah menawarkan perspektif yang lebih luas. Bahwa fenomena munculnya MNCs dari emerging market memiliki hubungan yang erat dengan kebijakan pemerintah negaranya. China membangun
kebijakan
percepatan
internasionalisasi
perusahaan
dengan
mengeluarkan panduan investasi diluar negeri untuk mempermudah integrasi ke pasar-pasar global dengan cepat. Selain itu juga memberikan penyederhanaan prosedur pemberian ijin dan keleluasaan yang lebih besar kepada perusahaan dalam membuat kebijakan. Riza Noer Arfani dalam penelitiannya mengenai strategi industri migas dunia dari negara selatan menjelaskan bahwa ekspansi internasional merupakan salah satu
6
strategi yang dapat dilakukan dalam melakukan perluasan pasar. Dalam penelitiannya tersebut Arfani berfokus mengkaji Petronas (Malaysia), Petrobras (Brazil) dan Pertamina (Indonesia) dalam menghadapi persaingan global. PT Pertamina melakukan merger dan akusisi dari PN Pertamina dan PT Pertamina. Suatu perusahaan emerging economy dapat menerapkan beberapa cara, utamanya seperti dengan cara aliansi, merger dan akuisisi, dan usaha greenfield (Hitt, Fanklin & Zhu, 2006). Sedangkan akuisisi sendiri merupakan cara yang lebih dominan dibandingkan dengan aliansi. Penelitian yang dilakukan oleh Arfani itu lebih menganalisis dari segi performa dari perusahaan itu sendiri dalam melakukan akuisisi sebagai strategi dalam berkompeti dipasar global. Hal tersebut juga telah diterapkan oleh PetroChina dimana pada Juni 2002, PetroChina mengakuisisi Devon Energy Companies di Indonesia. Melalui akuisisi tersebut, PetroChina mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari hasil eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia Penelitian ini akan juga membahas mengenai strategi yang dilakukan perusahaan-perusahaan emerging economy yang berkompetisi di pasar global namun dengan penekakan dan sudut pandang yang berbeda dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Dimana penekanan tersebut tidak hanya dilihat dari performa suatu perusahaan terkait ataupun adanya peran pemerintah sebagai lembaga yang berkuasa dalam memberikan kebijakan yang mendukung internasionalisasi perusahaan, namun juga menekankan pada tiga hal penting sebagai strategi emerging MNC yang dirumuskan Mathews, yaitu Linkage-Learning-Leverage secara lebih spesifik. Dalam aspek Linkage, penelitian ini tidak hanya berfokus pada hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan negara asal perusahaan, namun lebih detail lagi menjawab mengenai hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan negara, perusahaan dengan lembaga think tank terkait (baik dari wilayah perusahaan maupun dari luar wilayah) serta hubungannya dengan klaster industri yang mencangkup organisasi internasional dan juga industri pendukung dari dalam negeri lainnya.
7
Pada aspek learning tidak hanya menekankan pada aspek transfer knowledge yang didapat perusahaan dari foreign subsidiaries namun juga dari tim R&D perusahaan sebagai aktor penting dalam pengembangan perusahaan. Sedangkan dalam point leverage, akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana dalam penelitian ini penulis akan lebih menyoroti dari perspektif upper-achelon. Sehingga nantinya penelitian ini akan memberikan informasi baru mengenai strategi perusahaan dari negara berkembang yang selanjutnya dapat dijadikan referensi bagi perusahaan-perusahaan dari negara berkembang lainnya untuk dapat melebarkan pasar mereka ketingkat internasional. Penelitian ini sendiri nantinya akan mengkaji PetroChina sebagai emerging MNCs dengan batasan atau time frame dari tahun 1999 sejak PetroChina menjadi bagian dari restrukturisasi China National Petroleum Corporation (CNPC) hingga tahun 2014. D. Kerangka Konsep Dalam memahami fenomena emerging economy enterprises yang mulai marak mengisi perdebatan seputar kajian ekonomi politik global maka keberadaan konsep yang dapat menjelaskan fenomena tersebut sangat perlu. Sehingga nantinya akan mempermudah dalam memahami isu yang ada, mengenai mengapa dan bagaimana perusahaan tersebut muncul dan turut andil dalam kompetisi global. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga konsep untuk mengkaji permasalahan yang ada, yaitu: Pertama konsep Emerging Market MNCs, digunakan untuk menjelaskan mengenai bagaimana EM MNCs tersebut muncul dan upaya apa yang dilakukan dalam melakukan ekspansi internasional; Kedua konsep late-comers firm, untuk menjelaskan secara terperinci strategi yang digunakan oleh perusahaan dari negara berkembang untuk dapat menjadi EM MNC. Konsep Emerging MNCs Perusahaan multinasional (PNM) sendiri memiliki pengertian yang telah banyak dikemukakan oleh para ilmuan ekonomi politik internasional diantaranya adalah Jones (2005: 5) dalam Mas‟oed (2013:15) bahwa MNCs ialah suatu 8
perusahaan yang mengendalikan operasi atau aset yang menghasilkan pendapatan dilebih dari satu negara. Luo dan Tung (2007) mendefinisikan emerging PNM sebagai sebuah perusahaan internasional yang berasal dari pasar negara berkembang dan terlibat dalam FDI, di mana mereka melakukan kontrol yang efektif dan melakukan kegiatan nilai tambah di satu atau lebih negara-negara asing. Sejalan dengan pengertian tersebut, Gupta, Govindarajan dan Wang (2008) menjelaskan dengan lebih spesifik mengenai karakteristik MNCs yang dapat dicirikan berdasarkan empat faktor, yaitu:
(1)
Persediaan barang, dimana mereka dapat memperoleh barang di negara lain, dan memiliki beberapa anak perusahaan di negara lain yang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan
(2)
Modal, dimana perusahaan global memiliki sistem keuangan serta keuntungan yang baik untuk bisa menumbuh-kembangkan perusahannya
(3)
Cara pandang perusahaan, yaitu cara pandang perusahaan yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perbedaan budaya. Pengembangan strategi, dimana perusahaan terus mengembangkan strategi global dan memperhitungkan segala aspek terkait perkembangan pasar.
Broad
World-stage Aspirant
Transnational Agent
Narrow
Gambar 1: Tipologi Emerging MNCs
International Diversification
(4)
Niche Entrepreneur
Commissioned Specialist
Non-state owned
State owned
Business Ownership
Sumber: Luo dan Tung (2007) 9
Dari figure diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan multinasional dari negara berkembang sifatnya lebih heterogen, berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari negara-negara maju atau negar-negara industry baru. Berdasarkan kepemilikan dan tingkat diversifikasi internasional yaitu luas cakupan geografis pasar internasional melalui investasi luar dapat dikategorikan kedalam empat kelompok, yaitu: a. Niche entrepreneurs; artinya bahwa fokus wilayah geografis produksinya sempit jika dibandingkan dengan perusahaan perusahaan besar dari negaranegara maju. b. World-stage aspirants; cangkupan geografisnya relative tersebar di beberapa pasar internasional c. Transnational agents; status perusahaan bukanlah milik swatsa seperti point sebelumnya, melainkan milik negara. Kegiatan ekspansi global yang dilakukan masih dalam frame „tugas pemerintah‟, yang mana tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomian domestik d. Commissioned specialists: hampir sama dengan transnational agents, yaitu perusahaan milik negara. Hanya saja cangkupan pasar internasionalnya lebih sempit. Strategi EMNCs untuk bersaing di pasar global dapat dianalisis salah satunya adalah dengan strategi springboard (Luo dan Tung: 2007). Melalui strategi springboard (batu loncatan) dapat diketahui bahwa kemunculan emerging MNCs dilakukan melalui ekspansi internasional sebagai batu loncatan untuk mendapatkan sumber daya yang memungkinkan dapat digunakannya dalam proses kompetisi di pasar global. Strategi ini dilakukan melalui leapfrog, yaitu loncatan-loncatan yang dilakukan oleh EM MNCs untuk menghadapi MNC yang sudah mapan. Hal tersebut dilakukan gunanya adalah sebagai upaya dalam mengurangi hambatan-hambatan pasar dan institutional di dalam negeri yang nantinya akandihadapi oleh EM MNCs tersebut.
10
Luo dan Tung (2007: 485-487) dalam Winanti (2013: 137-140) menjelaskan bahwa alasan dilakukannya ekspansi sebagai upaya springboard meliputi: 1. Ekspansi dilakukan guna mengatasi kelemahan kompetitif mereka, yaitu dengan akusisi dan merger MNCs yang sudah maju sehingga memudahkan dalam meningkatkan reputasi internasional mereka. 2. Akusisi dan merger dilakukan oleh emerging MNCs sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan mereka dalam memperoeh akses konsumen di pasar global dan hal-hal yang bersifat teknis lainnya, misalnya teknologi yang lebih canggih. 3. Ekspansi dilakukan sebagai upaya untuk mengamankan negaranya dari dominasi PNM dari negara maju, yaitu melalui akuisis atau investasi greenfield. 4. Ekspansi dilakukan untuk mengurangi hambatan perdagangan global, umumnya yang bersifal non tarrif barriers. 5. Adanya hambatan institusional domestik juga menjadi pendorong dalam melakukan ekspansi global dan mencari wilayah yang lebih kondusif dan mendukung produktifitas operasi industry mereka. 6. Ekspansi dilakukan untuk melindungi preferensi perdagangan dati negaranegara berkembang dengan cara reserve investment. 7. Ekspansi dilakukan untuk menangani kelemahan kompetitif diantara emerging MNCs lainnya. Berdasarkan uraian alasan diatas, suatu EM MNCs melakukan upaya springboard dapat sebut juga dengan upaya mereka dalam mencari asset dan menncari kesempatan (Luo &Tung, 2007: 487). Mencari asset disini bearti bahwa upaya untuk memajukan dan memperbaharui teknologi, transfer pengetahuan dari
11
industri maju melalui berbagai jalinan kerjasama, fasilitas penelitian dan pengembangan, upaya memperoleh tenaga kerja yang mumpuni, penguatan brand, perluasan jaringan, perbaikan menejemen perusahaan dan sumber daya alam. Sedangkan dalam aspek pencarian kesempatan, EMNCs melakukan upaya springboard adalah untuk mengembangkan operasi perusahaan keluar dari wilayahnya dan terbukanya akses terhadap pemerintah, baik dari negara asal maupun dari negara tujuan ekspansi. Selain itu, perusahaan tersebut juga dapat trend yangterjadi di pasar negara tujuan investasi. Terlepas dari kedua aspek tersebut, dilakukannya upaya ekspansi pasar adalah untuk menghindari tarrif barrier dan non tarrif barrier dalam perdagangan internasional.
mendapatkan abantuan pemerintah
dari negara penerima dan negara asal. PetroChina sendiri merupakan perusahaan multinasional yang tidak hanya memiliki pasar di hampir seluruh dunia, namun merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia. Sebagaimana data “The World’s Biggest Oil Companies 2013” yang di terbitkan oleh Forbes pada 17 November 2013 menunjukkan bahwa PetroChina menempati urutan ke 7 dari 20 perusahaan terbesar di dunia. Jika dilihat dari persediaan barang yang dimiliki oleh PetroChina tidak dapat diragukan lagi bahwa PetroChina memiliki anak perusahaan di lebih dari satu negara yang dapat memenuhi kebutuhan produkasi dan permintaan pasar, salah satu anak perusahaan tersebut berada di Indonesia. Misalnya saja dari akuisisi CNOOC pada April 2002 atas kepemilikan kilang minyak Repsol YPF di Indonesia, PetroChina berhasil mendapatkan enam blok lading minyak dan gas milik Devon Energy Corp. PetroChina terus mengembangkan perusahaannya, salah satu upaya penumbuh-kembangan adalah PetroChina telah sepakat untuk membeli 25% ladang minyak West Qurna di Irak daro ExxonMobil. Analis dari Sanford Bernstein sebelumnya memperkirakan nilai dari 60% saham ExxonMobil di lapangan adalah sekitar $3 juta. Hal tersebut diatas sejalan juga dengan definisi yang diusung oleh Luo dan Tung (2007) pada emerging MNCs sebagai sebuah perusahaan internasional yang berasal dari pasar negara berkembang dan terlibat dalam FDI, di mana mereka 12
melakukan kontrol yang efektif dan melakukan kegiatan nilai tambah di satu atau lebih negara-negara asing. Selanjutnya rencana bisnis PetroChina sendiri akan terus dikembangkan yang terdiri dari penguatan perannya di China, sekaligus memperluas operasi global. Sehingga diharapkan nantinya PetroChina menjadi perusahaan multinasional dengan pengaruh yang siginifikan. Pada dasarnya, keberhasilan suatu perusahaan di era globalisasi dipengaruhi oleh kemampuannya mengembangkan tata kelola yang lebih unggul untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Wheelen & Hunger (2005) menyatakan bahwa apapun jenis usaha yang dilakukan di era Globalisasi ini, utamanya bagi emerging market, tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara tradisional untuk memastikan keberlangsungannya. Globalisasi ekonomi pasar dan korporasi merubah secara keseluruhan cara perusahaan modern melakukan bisnis. Untuk mencapai tujuan, perusahaan harus kompetitif dan datang bersama gagasan „pasar global‟ bukan lagi „pasar nasional‟. Disamping itu, teknologi, informasi, dan komunikasi menjadi sangat berpengaruh terhadap posisi perusahaan untuk jangka panjang serta keuntungan kompetitif yang diperoleh. Konsep Late-ComersFirm Penggunaan pendekatan emerging market MNCs sangat erat kaitannya dengan konsep Late Comers. Konsep Late Comers sendiri digunakan untuk mengetahui strategi yang lebih spesifik dari emerging entreprises, yang dalam hal ini adalah PetroChina. Studi-studi tentang kemunculan MNCs dari negara-negara berkembang, atau biasa disebut sebagai late-comers dikembangkan oleh ilmuan bisnis internasional dengan teori seperti the eclectic paradigm (Dunning: 1986), the product cycle model (Wells: 1983) dan the lingking, leverage, learning approach (Mathews: 2002). Goldstein sendiri menjelaskan bahwa bahwa empat peran pemerintah yang penting dalam mendorong internasionalisasi perusahaan yaitu mendukung kebijakan, kebijakan persaingan, kebijakan internasional dan ekonomi politik MNCs emerging 13
market. Bentuk intervensi pemerintah negara emerging market adalah memperkuat kapabilitas teknologi, meningkatkan persaingan pasar dan mencegah monopoli, perjanjian investasi bilateral dan akses pasar, serta diplomasi triparti yaitu diplomasi antara negara, negara dan perusahaan serta perusahaan dengan persahaan. Studi yang dilakukan oleh UNCTAD (2006: 158-163) dalam Winanti (2013: 142) bahwa faktor pendukung atau motivasi internasionalisasi persahaan lokal asal negara emerging market dipetakan dalam empat area yaitu market-seeking, efficiency-seeking, resources-seeking dan created asset-seeking. Mathews (2002) dalam Winanti (2013: 134) menjelaskan bahwa, perusahaan dapat dikategorikan sebagai late comer apabila telah memenuhi kriteria-kriteria berikut: 1. Industry entry: Perusahaan tersebut menjadi MNCs bukan karena pilihan melainkan keharusan sejarah. 2. Resources: Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang pada awalnya miskin sumber daya, baik teknologi maupun akses pasar. 3. Strategic intent: Perusahaan yang memiliki visi misi untuk maju mengejar ketertinggalannya dengan perusahaan yang telah maju lebih dahulu. 4. Competitive position: Perusahaan tersebut telah memiliki nilai kompetisi yang mampu beroperasi dengan biaya rendah namun produktif secara maksimal dan memiliki pengaruh terhadap industry terkait. Sebagai late comer, emerging MNCs tersebut menghadapi tantangan besar untuk masuk dalam industri global dan menjadi perusahaan multinasional yang mapan dan kaya sumber daya. Untuk mengejar ketertinggalannya dengan rekan-rekan mereka dalam persaingan global, perusahaan emerging market perlu membangun kemampuan inovatif atau mencari cara yang inovatif untuk pengembangan industri
14
mereka. Mathews (2006) menekankan bahwa perusahaan-perusahaan dari negaranegara berkembang menerapkan ekspansi internasional adalah untuk mengamankan sumber daya baru dan aset komplementer. Late comer firm tidak hanya perlu mengakses sumber daya melalui hubungan eksternal (external linkage), belajar melalui internasionalisasi MNCs yang sudah mapan (learning), tetapi juga memanfaatkan sumber daya yang berbeda (laverage). Gambar 2: Linkage-Learning-Learning Framework of Late Comer Firm
Sumber: Dr. Sangcheol Song, Crystal Jiang, Qin Yang and Madan Aanavarjula,“Emerging Market Firms‟ Catch-up Strategyin New Product Development Under Global Competition: The Case of China”, Working Paper by Saint Joseph‟s University
Berdasarkan
kerangka
linkage-learning-laverage,
strategi
dari
internasionalisasi perusahaan negara berkembang dapat dilihat dari: Linkage, hubungan eksternal late comer firm dengan pemerintah, lembaga think tang terkait dan kluster industri. Hal tersebut sejalan dengan pandangan dari kaum developmental state yang dijelaskan oleh Peter Dicken (2007), “Global Shift: Mapping The Changing Contours of The World” bahwa dalam melakukan perdagangan 15
internasional yang dilakukan adalah harmonisasi kerjasama antara pemerintah dan swasta dengan tujuan untuk memenangkan persaingan dalam perdagangan internasional. Sedangkan learning merupakan aktivitas yang berulang dari leverage dan linkage untuk menguatkan kapasitas EMNCs baik usaha kedalam maupun keluar. (Mathews,2002: 116-120). Proses dari learning dapat dilihat dari proses belajar dari MNCs yang sebelumnya telah mapan, transfer pengetahuan dari perusahaan asing, dan juga penciptaan pengetahuan oleh heterogeneous Research & Development Team. Terakhir melalui leveraging, yaitu memanfaatkan sumber daya internal dan eksternal untuk menciptakan innovasi dan produk unggulan perusahaan, dalam penelitian ini proses leverage akan lebih menekankan pada perspektif aselon atas . E. Argumen Utama Berdasarkan analisis konsep EM MNCs, fenomena kemunculan PetroChina Ltd sebagai emerging MNCs tidak telepas dari strategi springboard, yaitu melakukan ekspansi internasional di negara-negara yang memiliki sumber daya alam yang mendukung produktifitas mereka dalam bersaing di pasar global. Springboard dilakukan salah satunya dengan mengakusisi MNC dari negara maju (Amerika Serikat) ConocoPhillips Company, untuk pengelolaan gas alam lepas pantai dan di darat (Canning Basin Shale). Berdasarkan konsep late-comer yang ditawarkan oleh Mathews, PetroChina melakukan strategi linkage-learning-leverage, yaitu dengan: 1. Linkage: PetroChina memiliki hubungan yang erat dengan pemerintahan, dimana pemerintah telah memberikan otonomi yang lebih besar kepada perusahaan China dimulai tahun 1992, ketika pemerintah menerapkan kebijakan pintu terbuka untuk menarik investasi asing. Melalui Departemen Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri ditugaskan untuk mengelola sektor industri dan kontrak-kontrak dengan perusahaan asing dan mendorong perusahaan Cina untuk melakukan ekspansi keluar negeri. Posisi
16
PetroChina sendiri juga telah diatur dalam UU Perusahaan Rakyat Cina, yaitu bagian dari restrukturisasi CNPC yang diluncurkan oleh Dewan Negara. 2. Learning: PetroChina melakukan internasionalisasi dan berkompetisi di pasar global dengan belajar dari perusahaan-perusahaan yang lebih dahulu mapan, seperti dari perusahaan Amerika Serikat dan pengembangan oleh tim R&D. 3. Leverage: PetroChina melakukan internasionalisasi dan ekspansi global dengan membuat produk unggulan yang didapat dari top team management. F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif-eksplanatif dengan pendekatan kualitatif. Dimana nantinya penulis akan melalui tiga tahapan yaitu pengumpulan data (data collective), pengolahan data (data analysis) dan laporan penelitian (report writing) (Creswell, 1994: 145). Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian deskriptif untuk memaparkan mengenai fenomena kemunculan perusahaan multinasional yang berasal dari negara sedang berkembang terutama China melalui dan strategi apa saja yang dilakukan dan/atau dikembangkan oleh Industri Minyak dan Gas PetroChina sebagai PMN dari emerging market yang berkompetisi di pasar global. Adapun jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam proses pengumpulan data sekunder penulis menggunakan teknik Library Research atau menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, hasil penelitian terdahulu, jurnal-jurnal, makalah, surat kabar, internet maupun dokumendokumen lainnya. Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya data tersebut akan dianalisis untuk mendapatkan informasi dan jawaban sesuai dengan masalah yang dikaji.
17
G. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab dengan uraian sebagai berikut: Pada Bab I berisi tentang pengantar yang meliputi latar belakang masalah mengenai PetroChina sebagai emerging market multinational corporations. Permasalaahan mengenai kemunculan EM MNCs dan strategi yang diterapkan PetroChina dalam berkompetisi di pasar global akan diuraikan secara singkat dalam bab ini. Kemdian dilanjutkan dengan rumusan masalah, kerangka konseptual, tinjauan pustaka, metode yang digunakan, serta hipotesis. Bab II akan membahas mengenai kebangkitan dari negara-negara berkembang dalam kerangka Emerging Market Multinational Corporations sebagai bagian dari fenomena ekonomi politik internasional yang dilanjutkan dengan pembahasan tentang munculnya PetroChina sebagai emerging PNM dan perkembangannya. Pada Bab III, akan menjelaskan mengenai bagaimana strategi yang dilakukan oleh PetroChina dalam melakukan ekspansi global dan strategi apa yang terus dijalankan olehnya sebagai upaya „bertahan‟ dalam kompetisi global. Bab IV yang berisikan kesimpulan dari temuan atau hasil penelitian. Kesimpulan sementara dari penelitian ini adalah bahwa EM-MNCs PetroChina merupakan perusahaan yang bisa dikatakan sebagai State economic nationalism dan state economic globalism sekaligus. Karena dukungan pemerintah yang kuat sebagai group dari state owner enterprise (CNPC) untuk ekspansi global mereka menggunakan strategi lingking, leverage dan learning approach menjadikan perusahaan ini dengan cepat beradaptasi sebagai pemain penting dan mampu berkompetisi dalam industri minyak dan gas global.
18