perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui dari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh manusia yang menciptakannya. Sastra merupakan salah satu hasil budaya bangsa yang selalu bisa mewakili jiwa zaman dari penciptanya. “Sebelum muncul buku cetak melalui teknologi barat, Indonesia sudah mengenal kesusastraan tertulis, dalam bentuk tulisan tangan, yaitu naskah. Tulisan tersebut digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap patut dilestarikan” (Robson, S.O., 1994:1). Naskah kuno sebagai warisan budaya menggambarkan sesuatu yang mencakup teks klasik yang turun-temurun. Di antara sekian banyak peninggalan kebudayaan manusia, naskah merupakan dokumen bangsa yang paling menarik bagi para peneliti kebudayaan lama. Hal ini disebabkan naskah memiliki kelebihan yaitu dapat memberi informasi yang luas dibandingkan peninggalan yang berbentuk puing bangunan yang tidak dapat berbicara dengan sendirinya, tetapi harus ditafsirkan (Haryati Soebadio dalam Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:83). Oleh karena itu, naskah harus di pandang sebagai sesuatu yang bernilai dan langka. Naskah-naskah klasik ini merupakan objek kajian utama pada ilmu filologi. Filologi sendiri merupakan “satu disiplin ilmu yang diperlukan untuk satu commit to user upaya yang dilakukan terhadap peninggalan tulisan masa lampau dalam rangka 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
kerja menggali nilai-nilai masa lampau” (Siti Baroroh Baried, et.al, 1994:2). Peristilahan tentang struktur-struktur genre yang digunakan oleh para sastrawan Melayu sendiri dalam periode klasik itu mencakup, hikayat, syair, sejarah atau salasilah, kitab, dan hidayat/ nasihat (Braginsky, 1998:239). Roolvink berpendapat bahwa “kajian tentang al-Quran, tafsir, tajwid, arkan ul-Islam, usuluddin, fikih, ilmu sufi, ilmu tasawuf, tarikat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat dan kitab tib (obat-obatan, jampi-menjampi), semuanya dapat digolongkan ke dalam sastra kitab” (Fang, 2011:380). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah naskah Ratibu ‘lHaddad. Naskah ini merupakan golongan Sastra Kitab. Ratibu ‘l-Haddad ditulis oleh Abdullah bin Alawi Al-Haddad pada tahun 1071 H (1661 M). Hal itu dibuktikan dari kutipan Ratibu ‘l-Haddad berikut. “…Dan adapun kemudian daripada itu, maka inilah barang yang kami kehendaki akan menjagakan atasnya segala lafal Ratib Syarif Abdullah Haddad anak oleh Habib Syarif „Alawi dikeridhai Allah daripada keduanya.…” (Ratibu ‘l-Haddad: 1). “Ketahui olehmu bahwasannya purnama-purnama membawa ratib Haddad ini pada tahun Hijrah Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, seribu tujuh puluh satu” (Ratibu ‘lHaddad: 33). Awalnya, Ratibu ‘l-Haddad ditulis oleh Abdullah bin Alawi Al-Haddad dengan menggunakan bahasa Arab. Di Indonesia juga ditemukan teks Ratibu ‘lHaddad berbahasa Arab dalam edisi cetak terbitan tahun 1993. Ratibu ‘l-Haddad dibuat syarah oleh Alawi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Alawi Al-Haddad. Berikut adalah kutipan dari buku berjudul Mutiara Zikir & Doa Syarh Ratib Al-Haddad yang diterjemahkan oleh H. M. H. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Al-Hamid Al-Husaini, “Al-Habib „Alwiy bin Ahmad bin Al-Hasan bin „Abdullah bin „Alwiy Al-Haddad Ba‟Alawiy merupakan penulis kitab Syarh Ratib AlHaddad” (Al-Habib Alwi bin Ahmad bin Al-Hasan bin Abdullah bin Alwi AlHaddad, 2000:12). Selain ditemukan dalam bahasa Arab dan Indonesia, terdapat pula Ratibu ‘l-Haddad dalam bahasa Melayu, yakni Ratibu ‘l-Haddad yang dijadikan objek penelitian ini. naskah Ratibu ‘l-Haddad tersebut ditemukan di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta Timur. Naskah berhuruf ArabMelayu tersebut tersimpan di sana sejak sebelum tahun 2007. Di dalam naskah Ratibu ‘l-Haddad, tepatnya di kolofon naskah tertulis bahwa naskah ini disalin oleh Encik Yahya pada tahun 1224 H. Berikut adalah kutipannya, “Hijrah Nabi Shalla 'l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, seribu dua ratus dua puluh empat tahun kepada tahun alif, kepada lima hari bulan Sya‟ban, kepada malam Kamis dewasa itu. Encik Yahya mengambil ijazah ratib Haddad kepada tuan Syaid „Alawi AlHaddad cicit kepada Sayyidina Abdullah Haddad” (Ratibu ‘l-Haddad: 40). Abdullah bin Alawi Al-Haddad merupakan ulama besar yang dilahirkan di Hadhramaut dan telah menulis karya-karya besar yang mendunia, salah satunya adalah Ratibu ‘l-Haddad ini. Teks ini adalah suatu bentuk zikir yang disusun untuk dibaca pada waktu-waktu tertentu oleh seseorang atau beberapa orang dalam suatu jemaah. Zikir-zikir dalam Ratibu ‘l-Haddad terdiri dari ayat-ayat yang dipilih dari ayat-ayat Al-quran yang bermakna tahlil (mengesakan Tuhan), tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji Allah), taqdīs (menyucikan Allah), istigfar (memohonkan ampun), salawat, hauqalah (membesarkan nama Allah), commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan doa-doa pilihan lainnya. Zikir-zikir tersebut didasarkan pada ayat-ayat Alquran serta hadis-hadis nabi saw (Hafizh Dasuki, 1993: 164—165). Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan melalui studi katalog dengan menggunakan katalog terbitan, dapat diketahui bahwa naskah Ratibu ‘l-Haddad dianggap naskah tunggal. Tidak ditemukan naskah yang identik dengan Ratibu ‘l-Haddad. Agar sebuah karya sastra klasik dapat terbaca/ dimengerti, pada dasarnya ada dua hal yang harus dilakukan, yakni menyajikan (memberi suntingan teks yang baik dan benar) serta menganalisisnya untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh pembaca secara luas. Sebuah tugas moral untuk merawat dan melestarikan apa yang telah ditinggalkan nenek moyang bangsa ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dihadirkan suntingan teks, analisis struktur, dan resepsi pembaca terhadap teks Ratibu ‘l-Haddad. Sisi menarik dari karya Ratibu ‘l-Haddad ini dan yang membuat Ratibu ‘lHaddad layak untuk diteliti, yakni dapat dikembangkan sebagai berikut. Pertama, naskah Ratibu ‘l-Haddad merupakan naskah klasik yang berbahasa Melayu. Ratibu ‘l-Haddad yang berbahasa Melayu mengindikasikan teks tersebut lebih dahulu tercipta dan keotentikannya terjamin. Kedua, teks Ratibu ‘l-Haddad menggunakan huruf Arab Melayu (Jawi). Huruf tersebut dewasa ini sudah tidak dipahami lagi oleh banyak orang. Agar keberadaannya dapat diketahui dan isinya dapat dipahami, maka perlu dilakukan suntingan terhadapnya.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketiga, saat ini naskah Ratibu ‘l-Haddad yang memiliki tebal 45 halaman masih dalam keadaan baik. Baik dalam arti, kondisi naskah (bahan naskah dan tulisan) masih memungkinkan untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut. Keempat, sampai saat ini, naskah Ratibu ‘l-Haddad belum pernah dikaji dari aspek suntingan, analisis struktur dan resepsi pembaca. Hal ini didasarkan atas pembacaan Direktori Edisi Naskah Nusantara, tidak ditemukan penelitian naskah yang berjudul Ratibu ‘l-Haddad ataupun yang sejenisnya. Selain itu, studi data juga dilakukan pada perpustakaan-perpustakaan yang dimungkinkan adanya penelitian naskah, baik secara manual maupun online. Kelima, naskah Ratibu ‘l-Haddad mempunyai fungsi sosial yang tinggi, terkait kedudukannya di masyarakat dan pengaruhnya terhadap umat Islam yang mengamalkan. Naskah tersebut bisa digunakan sebagai bahan acuan dan referensi yang otentik. Usaha kelanjutan penyelamatan dan pelestarian naskah merupakan alasan utama pengkajian naskah ini. Penelitian ini akan menyajikan teks dalam bentuk suntingan yang baik dan benar. Namun, menyediakan suntingan saja tentunya masih belum cukup. Setelah tulisan dan bahasa dalam naskah dapat dipahami, langkah selanjutnya adalah mengkaji dengan tinjauan analisis struktur dan resepsi pembaca terhadap naskah Ratibu ‘l-Haddad. Hal ini penting karena tidak semua orang bisa meluangkan waktunya untuk membaca teks berbahasa Melayu. Dengan demikian, diharapkan naskah ini akan lebih mudah dipahami dan diketahui struktur teksnya dan resepsi pembaca terhadap naskah tersebut kaitannya dengan kedudukan teks Ratibu ‘l-Haddad di masyarakat dan pengaruhnya terhadap umat Islam yang mengamalkan.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak menyimpang dari pokok permasalahannya. Masalah yang dibahas meliputi hal-hal sebagai berikut. 1.
Suntingan teks mencakup inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar. Penyuntingan teks di dalam penelitian ini menyajikan suntingan teks yang baik dan benar.
2.
Analisis struktur dibatasi pada struktur teks sastra kitab yaitu struktur penyajian teks, gaya penyajian teks, pusat penyajian teks, dan gaya bahasa berdasarkan kaidah sastra kitab.
3.
Analisis resepsi dibatasi pada tanggapan pembaca terhadap teks. Resepsi dalam penelitian ini mendasarkan pada pembaca riil (real reader), yakni berupa reaksi (tanggapan) terhadap teks. Bentuk penelitian resepsi berupa penelitian eksperimental, yakni dengan melalui daftar pertanyaan (angket) dengan pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologi.
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah suntingan teks Ratibu ‘l-Haddad?
2.
Bagaimanakah struktur teks Ratibu ‘l-Haddad?
3.
Bagaimanakah resepsi pembaca terhadap teks Ratibu ‘l-Haddad?
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1.
Menyediakan suntingan teks Ratibu ‘l-Haddad yang baik dan benar.
2.
Mendeskripsikan struktur teks Ratibu ‘l-Haddad.
3.
Memaparkan resepsi pembaca terhadap teks Ratibu ‘l-Haddad.
E. Manfaat Penelitian Hasil dari suatu penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Memperkaya hasil penelitian, terutama dalam bidang filologi khususnya sastra kitab kaitannya dengan studi keislaman dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu-ilmu yang lain.
2.
Bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, baik itu di bidang filologi, studi keislaman maupun penelitian ilmu lain seperti ilmu sastra, sejarah, dan lain sebagainya. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Memperkenalkan keberadaan teks Ratibu ‘l-Haddad kepada masyarakat.
2.
Melestarikan peninggalan budaya bangsa yang berupa naskah kuno.
3.
Mengetahui dan mampu memaparkan resepsi pembaca terhadap teks Ratibu ‘l-Haddad.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari enam bab, yaitu pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka pikir, metode penelitian, suntingan teks, analisis, dan penutup. Masingmasing bab diuraikan yaitu sebagai berikut. Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian pustaka yang digunakan berupa teori penyuntingan teks, teori pengkajian teks, sastra kitab, struktur teks sastra kitab, dan resepsi sastra. Di bab ini juga disertakan kerangka pikir penelitian. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian, sumber data, teknik analisis data, dan teknik penarikan simpulan. Bab keempat adalah suntingan teks. Bab ini menguraikan tentang inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks, suntingan teks, dan daftar kata sukar. Bab kelima adalah analisis. Bab ini mengungkapkan analisis struktur dan resepsi pembaca. Bab keenam adalah penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian.
commit to user