BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak adalah generasi penerus bangsa. Anak yang berkualitas menunjang masa depan bangsa menuju kearah yang lebih baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas anak adalah tumbuh kembang yang berlangsung secara optimal (Hertanto et al., 2009; Kadi et al., 2008; Soetjiningsih, 2012). Anak memiliki suatu ciri khas yaitu dapat bertumbuh dan berkembang sejak awal konsepsi sampai berakhirnya masa remaja (Depkes, 2006). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa 5 tahun pertama dalam kehidupannya. Masa 5 tahun pertama, perkembangan motorik, bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelektual berjalan sangat cepat dan merupakan landasan untuk perkembangan dan masa depan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 2012; Bornstein et al., 2012). Tumbuh kembang anak pada usia dini, apabila tidak diperhatikan secara khusus akan memberi dampak yang merugikan di masa depan salah satunya adalah gangguan bicara. Saat ini ada sekitar 40-80% anak usia prasekolah yang mengalami gangguan perkembangan bicara, membaca serta menulis dan sekitar 50% penduduk dewasa hanya dapat menempuh pendidikan pada tingkat yang lebih rendah (Hartanto et al., 2011; Kemendikbud, 2012). Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh 2 faktor yang tidak dapat dipisahkan, yaitu genetik dan lingkungan. Proses tumbuh kembang dengan baik memerlukan zat gizi yang cukup (Gunawan et al., 2011; WHO, 2009). Pada 6 bulan pertama kehidupan anak, ASI merupakan makanan yang tepat (Coutsoudis & Bentley, 2009; Almatsier, 2012). ASI merupakan pangan kompleks yang mengandung zat-zat gizi lengkap dan bahan-bahan bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan pemeliharaan kesehatan bayi (Almatsier, 2012). Sejak tahun 2011 WHO merekomendasikan pemberian ASI tetap dilakukan sampai anak berumur 2 tahun dan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak 1
karena hanya dengan ASI saja kebutuhan anak akan zat gizi dapat tercukupi hingga umur 6 bulan (WHO, 2009; Anderson et al., 2009; WHO, 2001). Keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain niat ibu untuk memberikan ASI, pengalaman ibu yang pernah mendapat ASI eksklusif, pola makan ibu, asupan zat gizi yang cukup, status gizi ibu, ibu yang berasal dari negara-negara di benua Asia yang cenderung dapat memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berasal dari negaranegara di Eropa dan Amerika, kondisi kelahiran anak, tipe kelahiran, prematuritas, berat lahir, kondisi ibu sebelum dan saat kehamilan berlangsung, tingkat pendidikan ibu, paritas, status pekerjaan pada saat postpartum, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, interaksi ibu dan janin, depresi postpartum, dukungan sosial, dan peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi serta intervensi tentang pentingnya ASI eksklusif (Yngve et al., 2001; Cleveland, 2005; Forster et al., 2006; Shahla et al., 2010; Tan, 2011; Olang et al., 2012; Adriana, 2012; Almatsier, 2012). Keberhasilan menyusui juga tidak lepas dari faktor psikologis ibu yaitu keinginan dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI yang disebut dengan istilah efikasi diri dalam menyusui. Efikasi diri dalam menyusui adalah kemampuan atau keyakinan diri ibu untuk menyusui bayinya yaitu ibu dapat memutuskan kapan waktu yang tepat untuk menyusui dan cara ibu menghadapi tantangan selama menyusui. Efikasi diri dalam menyusui juga merupakan prediktor utama untuk memulai inisiasi menyusui, durasi menyusui dan praktik menyusui eksklusif. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ibu dengan efikasi diri tinggi cenderung dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Sebaliknya, ibu dengan efikasi diri rendah cenderung lebih cepat melakukan penyapihan dini. Perilaku menyusui yang baik dapat mempengaruhi perkembangan anak. (Damstra, 2012; Polland & Guill, 2010; Dennis, 2010; Zakiah et al., 2012; Shahla et al., 2010). Penelitian tentang efikasi diri dalam menyusui sejauh ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan menyusui pada ibu menurut efikasi diri, belum 2
ada penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan anak yang mendapat ASI menurut efikasi diri ibu dalam menyusui.
B. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan perkembangan bayi umur 6 bulan menurut efikasi diri ibu dalam menyusui?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan perkembangan bayi umur 6 bulan menurut efikasi diri ibu dalam menyusui. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui perbedaan pola makan ibu menyusui menurut efikasi diri ibu dalam menyusui. b. Untuk mengetahui perbedaan pola pemberian ASI menurut pola makan ibu menyusui. c. Untuk mengetahui perbedaan status gizi bayi menurut pola pemberian ASI. d. Untuk mengetahui perbedaan perkembangan bayi umur 6 bulan menurut status gizi bayi. e. Untuk mengetahui perbedaan perkembangan bayi umur 6 bulan menurut tingkat pendidikan ibu. f. Untuk mengetahui perbedaan perkembangan bayi umur 6 bulan menurut status bekerja ibu.
3
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan perkembangan anak. 2. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan data awal tentang prevalensi efikasi diri ibu dalam menyusui dan perkembangan bayi umur 6 bulan serta untuk dipakai sebagai referensi di perpustakaan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Palu Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kota Palu untuk menyusun program tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan masalah keterlambatan perkembangan anak. 4. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan dan masyarakat tentang pentingnya peningkatan efikasi diri ibu dalam menyusui agar pemberian ASI secara eksklusif dapat tercapai sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung dengan optimal. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang efikasi diri dalam menyusui, pola makan ibu menyusui, pola pemberian ASI, statu gizi dan perkembangan bayi umur 6 bulan belum pernah dilakukan di Kota Palu. Tetapi beberapa penelitian yang berhubungan dengan perkembangan anak sudah banyak dilakukan, antara lain: 1. Dewey et al. (2000) dalam penelitiannya tentang pengaruh ASI eksklusif untuk bayi umur 4 dan 6 bulan terhadap status gizi ibu dan perkembangan bayi yang dilakukan di Hounduras dengan menggunakan metode randomized control trial (RCT) terhadap 141 orang sampel, menunjukkan bahwa bayi yang memperoleh ASI hingga umur 6 bulan lebih cepat merangkak pada umur 9 bulan 4
dibandingkan dengan bayi yang hanya memperoleh ASI sampai usia 4 bulan. Letak perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada responden penelitian, rancangan penelitian, analisis data dan variabel penelitian. 2. Dee et al. (2007) dalam sebuah penelitian tentang hubungan praktik menyusui dengan perkembangan motorik dan bahasa pada anak yang dilakukan dengan menggunakan metode cross-sectional terhadap 22.399 orang anak balita di Amerika Serikat, menunjukkan hasil bahwa ASI dapat melindungi bayi dari keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Letak perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada responden penelitian, umur subyek penelitian, analisis data dan variabel penelitian. 3. Warliana (2007) dalam tesisnya tentang hubungan pemberian ASI dengan perkembangan motorik yang menggunakan metode matched case control study terhadap 98 orang anak umur 6-24 bulan, menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan ASI di Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat mempunyai risiko terjadi dugaan keterlambatan perkembangan motorik sebesar 7,99 kali dibandingkan anak yang mendapatkan ASI penuh (OR 7,99 CI 95%: 2,49-25,63). Faktor risiko lain yang berperan meningkatkan risiko terjadinya dugaan keterlambatan perkembangan motorik adalah
stimulasi
perkembangan
motorik
yang
tidak
teratur.
Letak
perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada umur subyek penelitian, rancangan penelitian, analisis data dan variabel penelitian. 4. McQueen et al. (2011) dalam penelitiannya tentang efikasi diri dalam menyusui pada ibu yang baru melahirkan dengan menggunakan metode randomized control trial (RCT) terhadap 150 orang responden di salah satu negara bagian di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa peningkatan rasa percaya diri atau ibu untuk menyusui dapat meningkatkan durasi pemberian ASI hingga mencapai 6 bulan. Letak perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada umur subyek penelitian, rancangan penelitian, analisis data dan variabel penelitian. 5
5. Zakiah et al. (2012) dalam penelitiannya tentang efikasi diri dan lama pemberian ASI saja selama 2 bulan dengan menggunakan metode kohort prospektif terhadap 81 orang ibu yang menjadi responden penelitian, melaporkan bahwa ibu dengan tingkat efikasi diri tinggi, akan lebih lama memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah. Letak perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada umur subyek penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian dan analisis data. 6. Damstra (2012) dalam disertasinya tentang peningkatan pengetahuan tentang ASI, efikasi diri dan keinginan melalui program pendidikan pada ibu hamil yang dilakukan dengan metode randomized control trial (RCT) terhadap ibu hamil yang mengikuti program Baby Friendly Hospital, menunjukkan bahwa promosi tentang efikasi diri dalam menyusui kepada ibu selama hamil sangat bermanfaat untuk meningkatkan perilaku menyusui secara eksklusif selama 6 bulan. Letak perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada umur subyek penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian dan analisis data.
6