BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat manusia secara beramai-ramai membuat
memburu
aktifitas
kemewahan
sehari-hari
penuh
hidup, dengan
kehidupan duniawi. Tersedianya media elektronik seperti jejaring sosial, handphone, internet serta fasilitas lainnya, jadwal pekerjaan yang padat untuk memenangkan persaingan global, pergaulan yang hanya mementingkan nafsu duniawi seperti ke pub, kehidupan dunia malam, update dengan kehidupan terkini, dan aneka kesenangan lainnya. Semua ini karena ada ambil alih dari pengaruh pola kehidupan barat yang mencakup Fun, Fashion dan Food. Sehingga manusia terlena oleh waktu, komunikasi dengan keluarga pun semakin berkurang. Semua kesenangan ini berdampak pada moral masyarakat, memicu manusia bersifat individualis, matrealistis, konsumerisme dan hedonisme, yaitu:
1
1.
2.
3.
4.
1
Individualis : Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk social. Matrialistis : sebuah faham dimana masyarakat memandang segalanya dari segi materi. Orang yang memiliki jabatan dan harta yang melimpah pasti akan lebih dihargai oeleh masyarakat sekitarnya, walaupun orang tersebut tidak memiliki intelektual yang bagus dan sebaliknya Konsumerisme : paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara berkelanjutan. Hedonisme : Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia,kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran yang umum dari seluruh masyarakat. Sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dinilai tidak baik. Orang-orang menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya. Sehingga lebih senang menghabiskan waktu di tempat-tempat perbelanjaan dan tempat hiburan malam daripada melakukan halhal yang lebih bermanfaat. Pergaulan bebas, narkotika dan miras semakin digemari oleh generasi saat ini.1
http://sondyi.blogspot.com/2013/05/pengaruh-globalisasi-terhadap.html
terakhir diakses 17 April 2013
2
Munculah perasaan-perasaan gelisah, sedih, marah, tidak senang, kehampaan yang membuat manusia berputus asa, mengurungkan diri dan sebagainya
hingga
melampiaskannya
dengan
perilaku menyimpang. Seseorang yang depresi akan membatasi
kemampuan
mereka
untuk
mempertimbangkan solusi lain untuk memecahkan masalah-masalahnya dengan segera. Penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai penghambat dan antisipasi agar kenali implus tidak memburuk yang akan mengarahkan pada bunuh diri.2 Istilah “pelampiasan emosi” digunakan manusia untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya dengan berperilaku tidak sehat, seperti makan berlebihan,
rokok,
minum-minuman
keras,
menggunakan narkoba dan lain sebagainya. The Marlin Company, sebuah perusahaan di daerah North
Haven,
Connecticut
melakukan
survei
tahunnya yang ke-9, mereka menemukan hasil-hasil sebagai berikut: a.
2
43% pekerja Amerika mengatakan bahwa orang-orang di tempat kerja mereka memperlihatkan ketakutan atau kecemasan
Muhammad Adam Hussein. Kajian Bunuh Diri. (Sukabumi. Adammssein Media
Ebook Publisher:2012) hlm. 32
3
b.
c.
d.
e.
terhaap peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri, paling tidak beberapa kali per minggu. 33% mengatakan telah mengamati adanya peningkatan dalam hal kecemasan atau penyakit-penyakit mental yang berkaitan dengan masalah stre di tempat kerja (misalnya, sakit kepala dan influenza) 27% melaporkan adanya peningkatan masalah-masalah emosional seperti depresi, insomnia, penyalahgunaan obat atau konflik rumah tangga. 28% menyatakan masalah ekonomilah yang menimbulkan stress paling besar bagi mereka. 27% terjadi kemerosotan moral dibandingkan tahun sebelumnya.3
Saat itulah manusia mengalami titik jenuh (stress) dengan persoalan nafsu dan pemenuhan kebutuhan fisik yang tidak sesuai dengan harapan. Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan manusia tersebut.4 Sebuah ketegangan harus dialihkan ketika sampai pada titik 3
Bob Losyk. Kendalikan Stres Anda.(Jakarta. Gramedia Pustaka Utama: 2005).
Hlm. 2-3 4
Jones dan Bartllett. Stress Management. Alih Bahasa: Devi Yulianti. Manajemen
Stres (Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran:1999) Hlm. 2
4
jenuh. Orang yang mencapai titik jenuh, betul-betul jenuh, akan melontarkan pertanyaan “what next” akibatnya, sebagian permasalahan itu tidak dapat selesai
dan
mencapai
titik
jenuh
karena
ketidakberdayaan.5 Titik jenuh akan terus bertumpuk yang kemudian akan muncul tinakan mengakhiri hidupnya (bunuh diri) atau akan berlanjut terkena gangguan jiwa. Menurut hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun satu juta orang bunuh diri, separuh diantaranya disebabkan oleh gangguan jiwa. Data terkini menyatakan 26 juta penduduk Indonesia mengidap gangguan jiwa dan 13,2 juta di antaranya mengalami depresi.6 Hal ini disebabkan karena manusia merasa tidak menemukan sesuatu yang bisa menolongnya dengan sempurna dan memberikan solusi ketenangan batin. Sayangnya, manusia tak sadar (tak mau tahu) bahwa ada sebagian persoalan yang harus dipandang dan diselesaikan dengan rasa. Waktu yang dihabiskan untuk kebutuhan nafsu dan fisik belaka membuat Krisna Mukti. Ilmu Media dan Meditasi. (Jakarta. Gramedia Pustaka Utama: 2000) Hlm. 157 6 Simanjuntak, Julianto. Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme. (Jakarta. PT 5
Gramedia Pustaka Utama: 2008). Cover terakhir.
5
mereka melupakan kebutuhan hatinya an kebutuhan naluri berTuhan. Sistem kehidupan manusia telah memisahkan dari naluri berkeTuhanan. William James menegaskan bahwa, “Selama manusia
masih
mengharap,
memiliki
selama
naluri
itu
pula
cemas ia
dan
beragama
(berhubungan dengan Tuhan)”. Fitrah ber-Tuhan itu membuktikan bahwa manusia tidak bisa melepaskan diri dari agama karena agama merupakan kebutuhan hidup, walaupun dapat manusia menangguhkannya sekian lama hingga sampai menjelang kematiannya, namun
pada
akhirnya
ia
akan
merasakan
7
memerlukan kebutuhan itu. Kekosongan kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi oleh masyarakat modern, sehingga saat titik jenuh menghampirinya terjadilah konflik bathinyang memunculkan stressor, depresi
hingga
gangguan
jiwa.
Psikoterapi
konvensional mengasumsikan bahwa manusia tidak lebih dari tubuh tidak menyentuh aspek hati yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan spiritual padahal manusia sangat membutuhkan itu. Kekurang mampuan dalam menjawab persoalan hidup inilah
7
Muchotob Hamzah,M Imam Aziz, Muchotob Hamzah. Tafsir Maudhu’I al-
Muntaha. (Yogyakarta. Pustaka Pesantren: 2004) Hlm. 48
6
yang
menyebabkan
pengembangan
perlunya
pribadi
akan
bersifat
metode
holistik,
demi
melahirkan sosok pribadi humanis yang sufistik. 8 Oleh karena
itu cara
yang tepat
dalam
menghadapi orang-orang yang terserang gangguan kejiwaan, masalah emosi dan perilaku yaitu dengan mengambil manfaat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah, selain perawatan juga untuk pencegahan terhadap gangguan kejiwaan dan untuk membangun kesehatan
mental
bagi
manusia
pribadi
dan
masyarakat.9 Dalam kaitan ilmu kejiwaan (psikiatrik) Al Qur’an telah dengan gamblang membuka pintu keilmuan itu. Dari sinilah para terapis jiwa memasukkan
aspek
spiritual
dalam
terapinya,
tersuguhlah berbagai macam terapi jiwa dengan menekankan aspek religius. Psikoterapi Holistik Islami (PHI) yang digagas oleh bapak Ibin Kutibin T berbeda dengan terapi yang lain, beliau memiliki pendapat berbeda yang berlandaskan Islam dan tidak takut ada kontroversi karena bagi beliau yang salah adalah apa-apa yang bertentangan dari Al-Qur’an 8
Dewi, Rani Anggraeni. Menjadi manusia Holistik. (Jakarta. Hikmah: 2006). Hlm.
2-3 9
Shouwwy, Ahmad As. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tenatng IPTEK jilid 2 (
Jakarta. Gema Insani Press: 1997) .Hlm. 222
7
dan Hadis. Beliau menciptakan sendiri PHI ini berdasarkan pengalamannya selama puluhan tahun dalam menangani pasien gangguan jiwa. Dari pengalaman
itu
disorot,
dihubungkan
dan
dinterpretasi dengan sejumlah nash-nya yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ciri khas dari terapi ini adalah Dienul Therapi Holistik yang merupakan tambahan terapi, membuat PHI menjadi menyeluruh (holistik). Dalam memaparkannya pun membahas ilmu kejiwaan melalui pendekatan secara Islam secara
menyeluruh,
mulai dari sebab sampai
penyembuhan (psikoterapi) penderita gangguan jiwa semuanya berdasarkan Al Qur’an dan Hadis. Berdasarkan pada alasan di atas, penulis menetapkan untuk meneliti objek penelitian ini dengan judul “Konsep Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin Tadjudin”
B. Perumusan Masalah Untuk mempermudah pengkajian permasalahan pokok yang sesuai dengan judul, secara bertahap akan dianalisis permasalahan sebagai berikut:
8
1. Bagaimana Konsep Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin Tadjudin? 2. Bagaimana konsep Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin Tadjudin?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penulis ingin mendeskripsikan hal-hal yang dapat memberikan gambaran tentang berikut ini: a.
Ingin mengetahui konsep Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin Tadjudin.
b.
Ingin mengetahui konsep Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin Tadjudin. 2. Kegunaan Penelitian
a.
Melatih dan menambah kemampuan penulis dalam menghadapi masyarakat nanti yang memerlukan penyembuhan gangguan jiwa, dengan berpedoman pada konsep yang diberikan oleh Ibin Kutibin Tadjudin.
9
b.
Sebagai tambahan Ilmu Pengetahuan bagi penulis, para terapis kejiwaan khususnya dan masyarakat pada umumnya.
c.
Sebagai rujukan bagi penulis serta para terapis kejiwaan dan jurusan yang mengenai kejiwaan khususnya Tasawuf Psikoterapi.
d.
Sebagai sarana pembelajaran dan masukan bagi penulis dan masyarakat tentang pentingnya nilai religious kedekatan dengan Allah Swt ketenangan
jiwa
yang
dapat
mengobati gangguan jiwa
untuk
mencegah
dan
ditengah kehidupan
modern saat ini.
D. Kerangka Pemikiran 1.
Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa America
mendefinisikan
Psychiatric gangguan
Association jiwa
sebagai
(1994) “suatu
sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (mis, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan.”
10
Kriteria umum untuk mendiagnosis gangguan jiwa meliputi: Ketidakpuasan dengan karakteristik, kemampuan dan prestasi diri; hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan; tidak puas hidup di dunia; atau koping yang tidak efektif terhadap peristiwa kehidupan dan tidak terjadi pertumbuhan personal; perilaku individu yang tidak diharapkan atau dikenakan sanksi secara budaya bukan perilaku yang menyimpang, yang menjadi indikasi suatu gangguan jiwa.
10
gangguan
seseorang
jiwa
Faktor yang mempengaruhi dapat
dikategorikan
menjadi tiga bagian, yaitu: a. Faktor Individual Faktor individual meliputi: struktur biologis, ansietas,
kekhawatiran
dan
ketakutan,
ketidakharmonisan dalam hidup dan kehilangan arti hidup. b. Faktor Interpersonal Faktor interpersonal meliputi: komunikasi yang tidak efektif ketergantungan yang berlebihan atau
10
DSM-IV(Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders) 1994, dalam .
Sheila L. Videbeck. Psychiatric Mental Health Nursing. Alih Bahasa: Renata Komalasari & Alfrina Hany. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran:2001) hlm. 4
11
menarik diri dari hubungan, dan kehilangan control emosional. c. Faktor Sosial/ budaya Faktor Sosial/ budaya meliputi: tidak ada penghasilan, kekerasan, tidak memiliki tempat tinggal (tunawisma), kemiskinan, dan diskriminasi seperti pembedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin. 11 Menurut
Kartini
Kartono
orang
yang
berpenyakit mental, ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, apatis, cemburu, iri hati, dengsi, eksplosif, dan ketegangan bathin. 12
2.
Tinjauan Tentang Psikoterapi Holistik Islam
Terapi holistik adalah salah satu dari beberapa istilah yang digunakan untuk merujuk pada banyak metode pengobatan / penyeimbangan kembali fisik, mental, emosional atau spiritual yang tidak biasanya ditawarkan secara universal dan / atau diatur oleh otoritas
medis
konvensional.
Kata
“holistik”
mengandung gagasan bahwa semua aspek diri
11
Seaward, 1997, Ibid.
12
Sholeh,Prof.Dr.Moh. Bertobat Sambil Berobat. (Jakarta Selatan.Hikmah:2008).
Hlm 24
12
manusia adalah saling terkait. Artinya, filosofi dasar dari pengobatan holistik melibatkan pendekatan untuk menyeimbangkan pikiran, tubuh, dan ruh sebagai lawan dari hanya mengobati gejala klinis penyebab kondisi, trauma, keadaan pikiran, atau proses penyakit tertentu.13 Dalam ajaran Islam terdapat hubungan yang erat dan mendalam dengan ilmu jiwa dalam kependidikan akhlak dan pembinaan mental spiritual (holistic). Keduanya sama-sama bertujuan untuk mencapai kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak (supreme morality). Diutusnya Nabi Muhammad saw pun bila dilihat dari pandangan kependidikan dan kejiwaan secara luas bertujuan untuk mendidik dan
mengajar
menyucikan
manusia, jiwanya,
menyempurnakan kehidupan banyaknya
mental
membersihkan
dan
memperbaiki
dan
akhlaknya,
serta
spiritualnya.
petunjuk
dan
membina
Terbukti
ketentuan
dari yang
berhubungan mengenai kependidikan akhlak dan pembinaan mental spiritual.14
http://kamuskesehatan.com/arti/terapi-holistik/ terakhir diakses 17 April 2013 14 Sholeh, Op.Cit, hlm 27 13
13
Zakiah Daradjat dalam rumusannya tentang kesehatan mental tidak luput dari agama, beliau mengungkapkan
agama
merupakan
salah
satu
kebutuhan psikis dan rohani manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia karena manusia pasti akan merindukan ketentraman dan kebahagiaan dalam hidupnya, di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu agama sangat membantu tercapainya kesehatan mental. Persoalan yang dihadapi manusia modern dapat menimbulkan krisis kejiwaan dan kekosongan spiritual ini dapat diatasi apabila manusia kembali kepada agama dan mengamalkan ajaran agama. Al-Qur’an sebagai pencegah dan pengobat (syifa) bagi jiwa. Obat bagi segala penyakit hati
yang
terdapat
di
dalam
diri
manusia.
Sebagaimana dalam Al- Qur’an surah Yunus: 57 Allah Swt berfirman:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
14
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (QS. Yunus: 57) Dalam ayat ini tersirat bahwa Islam sebagai terapi bagi gangguan jiwa. Pandangan Islam dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari ganguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan
ajaran
Islam,
seseorang
dapat
memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa dan mentalnya.15Psikoterapi Holistik Islami (PHI) adalah upaya pengobatan psikis pada penderita gangguan jiwa ringan atau pada psikosa yang telah mengalami penyembuhan. Metode yang digunakan adalah dengan mengadakan manipulasi dan intervensi melalui celah sempit untuk menyinari lubuk hati yang paling dalam dan membangkitkan hati nurani yang suci (fitrah) supaya dimanifestasikan dan diaktualisasikan dalam realita kehidupan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian penderita mampu mengolah stressor menjadi sumber motivasi untuk berprestasi dalam meraih hidup yang lebih
15
Ibid, hlm 32
15
bermakna dan lebih bermanfaat, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.16 Sebagaimana firman Allah swt:
Mereka
itu
adalah
orang-orang
yang
Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (Q.S. An-Nisa: 63) Sehingga dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam merupakan jalan utama bagi perawatan jiwa dan pengobatan gangguan penyakit jiwa yang mencakup, serta membina dan mengembangkan kehidupan jiwa manusia. Karena Islam adalah fitrah dan dimensi kehidupan spiritual manusia menciptakan hubungan yang harmonis dengan Tuhan, manusia, alam dan dirinya sendiri menyeluruh (holistic),.17
16 17
Ibin Kutibin, Op.cit, Hlm 186 Sholeh, Loc.cit, hlm. 32
16
E. Telaah Pustaka Telaah pustaka ini dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana masalah yang diteliti pernah ditulis orang lain. Kemudian akan ditinjau untuk mengetahui apakah ada persamaan, dengan tujuan untuk menghindari penulisan yang sama. Sudah mulai
bermunculan
psikoterapi
islam
kajian-kajian dan
kaitannya
mengenai dengan
penyembuhan jiwa yang sakit, yakni sebagai berikut: 1.
”Stress, Despair Growing as Hard Times
Pressure”, jurnal dari saudara Kafil Yamin yang memaparkan tingkat stress di Indonesia bagian Jawa Barat sebelah tenggara dari Jakarta khususnya di Bandung, yang menyebutkan bahwa gangguan jiwa berawal dari stress, salah satu faktornya adalah kesulitan ekonomi, pengangguran, dan masa depan yang terancam oleh masa-masa sulit.18 2. “Konsep-konsep Yang Ada Hubungannya Dengan Psikiatri Yang Ada Dalam Islam Dan Caracara Pengobatan Para Ulama Islam Di Jawa Barat” dengan subjek Psychiatry and religion; Spiritual
18
Kafil Yamin. 1998.
http://www.monitor.net/monitor/9804a/indonesiastress.html, terakhir diakses 03 Januari 2013
17
healing-Islam19 karya bapak Ibin Kutibin Tadjudin sendiri, yang berupa tesis. 3.“Peran otak dalam kehidupan”, jurnal saudara Drs. Muh. Nasrun Harun yang memaparkan bahwa kedudukan otak sangat penting dalam keberhasilan dan kegagalan seseorang yang berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang, yang diambil dari buku karya bapak Ibin Kutibin Tadjudin.20 4. “Psikoterapi Islam”, artikel karya saudara Dr. Ahmad Fauzi Tidjani, yang memaparkan Psikoterapi islam sebagai terapi gangguan psikis.21 5. Practice
“Moving
toward
with
Muslims:
Culturally Modifying
Competent Cognitive
Therapy with Islamic Tenets”, artikel karya David R. Hodge, PhD dan Aneesah Nadir, PhD, yang dalam 19
Dr. H. Ibin Kutibin Tadjudin, SpKj, Konsep-konsep Yang Ada Hubungannya
Dengan Psikiatri Yang Ada Dalam Islam Dan Cara-cara Pengobatan Para Ulama Islam Di Jawa Barat ,http://pustaka2.ristek.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/218528, terakhir diakses 03 Januari 2013 20
Drs. Muh. Nasrun Harun, Peran Otak dalam kehidupan,
http://idipamekasan.blogspot.com/2011/04/peran-otak-dalamkehidupan.html, terakhir diakses 03 Januari 2013 21Dr.
Ahmad Fauzi Tidjani, Psikoterapi Islam,
http://qalammag.wordpress.com/artikel/artikel-agama/psikoterapi-islam/, terakhir diakses 03 Januari 2013
18
tulisannya berusaha untuk memodifikasi Terapi kognitif
dengan
muamalah
Islam
dalam
penyembuhyan gangguan jiwa di Amerika Serikat. 22 6. “Eastern Psychology in Psychotherapy”, artikel
karya
scotlandtheraphy,
yang
dalam
tulisannya memaparkan bahwa Psikoterapi bukan berasal dari para tokoh barat, melainkan dari Psikologi dunia Timur yang salah satunya adalah Islam sebagai perawatan psikologis dan perawatan terapi fisik. Masih
ada
sejumlah
kajian
lain
yang
berhubungan dengan psikoterapi dan gangguan jiwa. Namun belum ada yang menguraikan tentang Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin Tadjudin. Oleh karena itu, penelitian
ini
berusaha
membahas
konsep
Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa menurut Ibin Kutibin T. Walaupun landasan utama dalam penelitian ini bertumpu pada buku Psikoterapi Holistik Islami, namun akan ditegaskan, dan dibantu dengan pemikir-pemikir lain berupa
22
David R. Hodge, PhD dan Aneesah Nadir, PhD, Moving toward Culturally
Competent Practice with Muslims: Modifying Cognitive Therapy with Islamic Tenets, http://sw.oxfordjournals.org, terakhir diakses 03 Januari 2013
19
buku, jurnal, majalah dan lain sebagainya, sebagai penguat konsep pemikiran Ibin Kutibin Tadjudin, yaitu Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa secara teoritis.
F.
Langkah-Langkah Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis.23 Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, mengingat objek studi beserta sifat masalah dan fenomena yang dikaji untuk menarik kesimpulan dari masalah yang penulis analisis, maka penulis akan melakukan library research, yaitu suatu bentuk penelitian kepustakaaan murni.24
1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang
23
Wiradi.1988 dalam Prof. Dr. E. Zaenal Arifin. Dasar-dasar Penulisan Ilmiah.
(Jakarta. Grasindo: 2008) hlm. 24
Sutrisno Hadi , Metodologi Research Jilid 2 (Yogyakarta : Andi Offiset, 1987) hlm.
9
20
menghimpun data penelitian dari hasanah literature dan menjadikan teks sebagai objek analisisnya.25
2.
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data berupa studi literature, menganalisis isi buku Ibin Kutibin yang buku utamanya berjudul “Psikoterapi Holistik Islami”
dan buku sekundernya yang
berjudul “Panduan Psikoterapi Holistik Islami”, “ Islam dalam Pencegahan Gangguan Jiwa”, “Motivasi Islam”, Meniti Hidup dengan Akhlak” sekaligus menetapkan kategorinya yang diteliti yaitu tentang Konsep Psikoterapi Holistik Islami sebagai Terapi Gangguan Jiwa. Disamping itu berbagai buku, jurnal, dan informasi lainnya melalui media internet yang menyangkut dengan pembahasan. 3.
Tehnik Penelitian Penulis menggunakan tehnik deskriptif analisis (content analysis) dalam penelitian ini. Metode deskriptif analisis adalah metode yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal apa
25
Sarjono,dkk. Panduan Penulisan Skripsi. (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2004), hlm. 21
21
adanya26
menggambarkan,
menguraikan
dan
menjelaskan fenomena objek penelitian. Di sini penulis melakukan penelitian pada sosok seorang pakar keilmuan yaitu Ibin Kutibin Tadjudin, dalam menguraikan pemikirannya mengenai psikoterapi holistik islami sebagai terapi gangguan jiwa. 4.
Analisis Data Analisa data adalah suatu proses menata, menstukturkan
dan
memaknai
data.27
Penulis
menggunakan metode analisis isi yang digunakan untuk menganalisis isi wacana.28 Setelah data-data terkumpul maka selanjutnya data-data tersebut diolah dan dianalisis agar memperoleh kejelasankejelasan yang diharapkan kemudian data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan
kualitatif,
yang
menerapkan
suatu
pendekatan dan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami, objektif dan apa adanya (factual) 26
Irawan 2004 dalam Ali Baroroh. Trik-trik Analisis Statistik SPSS 15+CD.
(Jakarta.Elex Media Komputindo:2008) hlm. 1 27
Christine Daymon, Immy Holloway. Metode Riset Kualitatif. (Yogyakarta.
Bentang:2008) hlm. 365 28
Junaiyah H.M., E. Zaenal Arifin. Keutuhan Wacana. ( Jakarta.Grasindo:2010)
hlm. 113
22