BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga saat ini kurikulum tersebut masih dilaksanakan di beberapa sekolah. Tujuan KTSP secara umum adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan pada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Dalam hal ini sekolah diberikan kewenangan untuk meningkatkan pengetahuan, kepribadian, serta keterampilan kepada siswa. Tujuan itu dapat dicapai salah satunya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pada pembelajaran bahasa Indonesia terdapat pembelajaran sastra yang menarik dan bermanfaat bagi siswa. Pada silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII terdapat KD 3.2 mengapresiasi secara lisan teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana, siswa diharapkan dapat menikmati, menghargai, dan menilai karya sastra. Pembelajaran sastra jika dilaksanakan dengan baik akan berdampak pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Di tengok pada kondisi nyata, pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih jauh dari apa yang diharapkan. Ketidakoptimalan pembelajaran sastra di SMK disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah buku paket, modul, ataupun materi ajar yang digunakan tidak berdasarkan buku yang disukai siswa dan tidak sesuai kriteria. Pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa komponen penting, di antaranya guru, sarana dan prasarana, media, metode pembelajaran yang digunakan, dan materi pembelajaran. Pada pembelajaran sastra di SMK guru masih menggunakan buku yang membuat siswa tidak tertarik, buku yang digunakan tidak kekinian, sehingga membuat pembelajaran menjadi monoton dan rendahnya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia 1
2
khususnya pada pembelajaran sastra. Materi ajar yang baik adalah materi yang bersifat baru (kekinian), harus menarik, memberikan manfaat, pelajaran dan wawasan, bahasa yang digunakan mendidik, serta mudah dipahami siswa. Menurut Ismawati (2013:35), beberapa hal terkait dengan pemilihan materi ajar, di antaranya: (1) materi harus spesifik, jelas, akurat, mutakhir; (2) materi harus bermakna, otentik, terpadu, berfungsi, kontekstual, komunikatif; (3) materi harus mencerminkan kebhinekaan dan kebersamaan, pengembangan budaya, ipteks, dan pengembangan kecerdasan berpikir, kehalusan perasaan, kesantunan sosial. Lain halnya dengan Semi (1993), menerangkan bahwa kriteria materi ajar adalah sebagai berikut: (1) materi tersebut valid untuk mencapai tujuan pembelajaran; (2) materi harus bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari kebutuhan peserta didik (kebutuhan pengembangan insting etis dan estetis, imajinasi, dan daya kritis); (3) materi tersebut harus menarik supaya dapat merangsang minat peserta didik; (4) materi berada dalam batas keterbacaan dan intelektual peserta didik. Artinya dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa bahwa pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang menarik bukan pembelajaran yang berat. Pemilihan materi pembelajaran khususnya pembelajaran sastra yang sesuai kriteria salah satunya dapat dilakukan melalui karya sastra. Karya sastra merupakan hasil karya atau cipta seseorang (pengarang) dengan gaya bahasa yang khas dalam proses kreatifnya. Setiap pengarang pasti memiliki ide-ide yang berlian dan berbeda-beda yang ditulis ke dalam karya sastra dengan gaya bahasa yang khas dan kreatif. Menurut Teeuw (1984: 23), kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran – tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Kata sastra dapat berarti „alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Sastra akan memberikan manfaat yang cukup besar dalam kurikulum di sekolah. Adanya pembelajaran sastra dalam sekolah akan menumbuhkan kreativitas dan keterampilan berbahasa siswa, yakni keterampilan membaca, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Salah satu karya sastra yang memberikan
3
manfaat pada pembelajaran sastra adalah novel. Menurut Waluyo (2011:5), kata novel berasal dari novellus yang berarti baru. Jadi, sebenarnya memang novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru. Menurut Stanton (2012:90), “Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail”. Salah satu novel yang sesuai kriteria dan layak digunakan untuk materi pembelajaran sastra di SMK adalah novel Sepatu Dahlan. Novel tersebut ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami siswa yang menyuguhkan sebuah kisah nyata masa kecil tokoh terkenal Dahlan Iskan, dengan gaya bahasa yang khas dari pengarangnya, sehingga semakin membuat menarik dan hidupnya cerita dalam novel. Menurut Zaidan (dalam Asis, 2010: 103) bahwa “Stilistika merupakan ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya dalam karya sastra”. Lain halnya dengan Satoto (2012: 35) mengungkapkan, “ „style‟, „stail‟ atau „gaya‟, yaitu cara yang
khas
dipergunakan
oleh
seseorang
untuk
mengutarakan
atau
mengungkapkan diri gaya pribadi”. Bukan sekadar menuliskan perasaan dan gagasan penulis juga menyelipkan nilai pendidikan yang bermanfaat dan dapat diteladani. Nilai pendidikan yang disampaikan pengarang bukan sekadar menggurui, melainkan disampaikan dengan cerita dongeng dan kisah-kisah nabi yang patut diteladani siswa. Nilai pendidikan merupakan ajaran atau patokan dalam hidup tentang bagaimana kita harus bersikap. Menurut Kuperman (dalam Mulyana, 2011:9), “Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif”. Menurut Purwaningtyastuti, dkk. (2014), nilai pendidikan yang terkandung dalam novel ada beberapa, seperti nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan estetika, dan nilai pendidikan budaya. Pada KD 3.2 mengapresiasi secara lisan teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana, siswa dapat menikmati, menghargai, serta menilai gaya bahasa novel Sepatu Dahlan. Kegiatan menikmati, menghargai, mengomentari, dan menilai
4
merupakan kegiatan pada aspek keterampilan. Pada aspek pengetahuan, siswa akan belajar mengenal dan mempelajari diksi, bahasa figuratif atau majas, serta citraan yang ada dalam novel Sepatu Dahlan. Pada novel Sepatu Dahlan terdapat gaya bahasa yang khas, banyak ditemukan bahasa figuratif seperti majas simile, hiperbola, dan personifikasi. Selain itu, bahasa yang digunakan pada novel Sepatu Dahlan mudah dipahami oleh siswa khususnya siswa SMK, sesuai dengan keadaan psikologis siswa. Hal ini membuat siswa tidak merasa kesulitan dan siswa dapat memahami dan menanggapi cerita tersebut. Tokoh utama yang dihadirkan dalam novel ini seusia siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga siswa akan dengan mudah memahami cerita, alur, keadaan emosional, dan latar yang digambarkan oleh pengarang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Moody (dalam Nugrahani, 2009:393), bahwa materi pembelajaran yang baik harus memperhatikan kesesuaian bahasa dengan materi, dapat dilihat dari kemudahan, kepantasan, dan kesesuaiannya dengan perkembangan psikologis dan latar belakang sosial budaya siswa, serta latar belakang politik dan situasi setempat. Dari segi sikap atau afektif, siswa akan mendapat pengalaman berharga dan bermanfaat bagi kehidupan siswa melalui nilai-nilai pendidikan yang disampaikan pengarang. Nilai pendidikan dalam novel Sepatu Dahlan diperkirakan ada beberapa di antaranya nilai religius, nilai sosial, nilai moral, dan nilai budaya. Oleh karena itu, dengan pembelajaran sastra melalui novel Sepatu Dahlan akan meningkatkan pengetahuan, kepribadian, serta keterampilan para siswa, sehingga tujuan dari kurikulum KTSP dapat tercapai. Terdapat beberapa penelitian terkait novel Sepatu Dahlan yang pernah dilakukan dengan aspek kajian yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Prastiyawati pada tahun 2014 dengan judul Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara (Sebuah Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan) mengkaji novel Sepatu Dahlan dengan kajian psikologi menghasilkan simpulan bahwa terdapat nilai pendidikan dalam novel Sepatu Dahlan, yaitu: religius atau agama, sosial, moral dan estetika. Selain itu, novel Sepatu Dahlan dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMP.
5
Penelitian yang lain, dilakukan oleh Khofiyana pada tahun 2013 dengan judul Nilai-nilai Pendidikan dan Aspek Sosial Budaya Novel Biografi Sepatu Dahlan Serta Relevansinya sebagai Bahan Ajar Membaca Biografi Berbasis Pendidikan Karakter di SMA menghasilkan simpulan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam novel biografi Sepatu Dahlan, berupa: nilai pendidikan agama, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan moral. Selain itu, novel tersebut relevan digunakan sebagai bahan ajar membaca biografi berbasis pendidikan karakter di SMA. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa novel Sepatu Dahlan memiliki nilai pendidikan yang amat penting bagi siswa, dan dapat digunakan sebagai bahan ajar atau materi ajar yang disesuaikan dengan silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Pentingnya pembelajaran sastra di sekolah, membuat peneliti ingin mengkaji bidang tersebut. Pentingnya suatu pembelajaran sastra bukan tanpa alasan, pembelajaran sastra berperan penting dalam proses pembelajaran yang lain serta bermanfaat bagi kehidupan siswa. Pembelajaran sastra berfungsi untuk merangsang siswa dalam mengungkapkan dan menggambarkan pengalaman, perasaan serta ide dalam diri siswa. Pembelajaran sastra dapat membentuk karakter dan budi pekerti siswa melalui nilai-nilai pendidikan yang ada dalam teks sastra. Nugrahani (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran sastra dapat meningkatkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai kehidupan dan kearifan dalam menghadapi lingkungan, realitas kehidupan, dan sikap pendewasaan. Melalui pembelajaran sastra, diharapkan siswa tumbuh menjadi manusia dewasa yang berbudaya, mandiri, sanggup mengekspresikan diri dengan pikiran dan perasaannya dengan baik, berwawasan luas, kritis, berkarakter, halus budi pekerti, dan santun. Maka dari itu peneliti ingin meneliti bidang sastra dengan judul “Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMK”. Pada penelitian ini peneliti berfokus pada gaya bahasa, nilai pendidikan novel Sepatu Dahlan serta relevansinya sebagai materi pembelajaran sastra di SMK. Pada penggunaan gaya bahasa peneliti hanya mengkaji pemakaian diksi, bahasa figuratif, dan pencitraan. Untuk pemakaian diksi peneliti memfokuskan lagi pada
6
aspek kata konotatif, kata konkret, dan kata dengan objek realitas alam. Pada penggunaan bahasa figuratif peneliti memfokuskan pada majas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana gaya bahasa dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara? 2. Apa saja nilai pendidikan yang ingin disampaikan Khrisna Pabichara dalam novel Sepatu Dahlan? 3. Adakah relevansi novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dengan materi pembelajaran sastra di SMK?
B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1. Gaya bahasa dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. 2. Nilai pendidikan yang ingin disampaikan Khrisna Pabichara dalam novel Sepatu Dahlan? 3. Relevasi novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dengan materi pembelajaran sastra di SMK?
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat akedemis maupun praktis. Adapun manfaat dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang Bahasa Indonesia, khususnya materi pembelajaran sastra dan nilai pendidikan.
7
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain: a. Bagi Guru 1) Menambah khazanah keilmuan guru Bahasa Indonesia mengenai gaya bahasa dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. 2) Memberikan gambaran bagi guru Bahasa Indonesia bahwa novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara sarat dengan nilai pendidikan dan baik digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di sekolah. b. Bagi Siswa 1) Menambah pengetahuan tentang gaya bahasa yang ada di dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. 2) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang nilai pendidikan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. c. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan motivasi dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya, guna menghasilkan penelitian yang lebih baik.