BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek perkembangan yang krusial bagi anak usia dini adalah perkembangan bahasa. Pentingnya perkembangan bahasa bagi anak juga disadari oleh pemerintah Indonesia yang kemudian diwujudkan dengan ditetapkannya sebuah standar bagi tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 137 Tahun 2014 yang berisi tentang kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang memiliki rentang usia nol (sejak lahir) sampai enam tahun. Lingkup perkembangan bahasa yang menjadi salah satu bagian penting dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak atau STTPA dibagi menjadi tiga aspek yaitu memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa secara umum merupakan sesuatu yang sangat luas sehingga masih harus dibagi menjadi beberapa kategori. American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem yang kompleks dan dinamis dari simbol-simbol konvensional yang digunakan dalam berbagai model untuk pemikiran dan komunikasi
(www.asha.org).
Selain
itu,
ASHA
mendefinisikan,
bahasa
merupakan sebuah kode yang terdiri dari aturan yang menyertakan apa kata berarti, bagaimana untuk membuat kata-kata, bagaimana untuk menempatkan mereka bersama-sama, dan apa kombinasi kata yang terbaik dalam sebuah situasi (Dahlgren, 2008). Kompleksitas bahasa mengharuskan adanya sebuah pengerucutan dalam sebuah pengkajian, maka ditentukan fokus penelitian ini adalah kemampuan bahasa oral atau bahasa lisan anak. (Lessaux, Marietta, & Galloway, 2014) mengartikan bahasa lisan sebagai sebuah sistem ketika kita menggunakan katakata yang diucapkan untuk mengekspresikan pengetahuan, gagasan, dan perasaan. Bruner (1983) menyatakan bahwa kemahiran dalam bahasa lisan memberikan anak-anak sebuah alat vital untuk berpikir. Tanpa bahasa lisan yang fasih dan 1
2 terstruktur, anak-anak akan sangat sulit untuk berpikir (Dahlgren, 2008). Menurut ASHA, berbicara merupakan bentuk lisan dari sebuah bahasa, (Dahlgren, 2008). Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa lisan bagi anak sangat penting karena berkaitan dengan penyampaian bahasa. Pemaparan di atas menjelaskan bahwa kemampuan untuk berbahasa lisan sangat penting untuk dimiliki anak. Namun pada kenyataannya, berdasarkan data yang dikumpulkan dari tujuh rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia tahun 2007 menunjukkan, gangguan bicara dan bahasa menempati urutan pertama bentuk gangguan tumbuh kembang anak (Kompas.com). "Besarnya insidens gangguan bicara-bahasa di tujuh kota besar tersebut berkisar antara 8-33 persen, dengan rata-rata sekitar 21 persen (Okezone.com). Fakta tersebut mendukung penelitian untuk mengetahui hubungan kemampuan bahasa lisan anak yang akan dikaitkan dengan status pekerjaan ibu yang diprediksikan menjadi aspek yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa lisan anak. “Orang tua dan pengasuh lainnya memainkan peran penting pada setiap tahap perkembangan bahasa” (Papalia, Old & Feldman, 2010) sehingga peran ibu sangat dibutuhkan dalam perkembangan bahasa anak. Munandar (1985) menyatakan, seorang ibu cukup mempunyai
waktu
dan
kesempatan
untuk
mengamati
dan
mengenal
anaknyasebagai individu, ibulah yang paling tahu minat anaknya, tahu bila anak perlu dorongan atau pujian. Pada kenyataannya, tidak sedikit wanita yang harus memainkan peran ganda sebagai ibu di rumah, sekaligus sebagai pekerja di tempat kerja sehingga kehilangan waktu untuk menjalin interaksi yang intensif dengan anak mereka. Hal tersebut disebabkan karena ibu yang bekerja harus membagi waktu untuk menyelesaikan kewajiban kerja dan mengurus anak. Munandar (1985) menyatakan, sebagai seorang yang telah menikah, wanita memiliki peran dalam keluarga inti sebagai isteri, sebagai ibu, dan pengurus rumah tangga. Namun dalam kehidupan modern dan dalam era pembangunan dewasa ini wanita dituntut dan sering juga termotivasi untuk memberikan sumbangan lebih dari itu. Banyak wanita yang tidak merasa puas hanya dengan ketiga peran di atas, dan sering keadaan ekonomi keluarganya menuntut bahwa ia bekerja di luar.
3 Indonesia sebagai negara berkembang, memungkinkan warga negaranya baik pria maupun wanita untuk bekerja. Dari sebanyak 625.187 orang yang masuk dalam daftar pemenuhan tenaga kerja, sekitar 46,2% dari jumlah tersebut adalah wanita (Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dikutip dari publikasi statistik Indonesia, 2014). Banyaknya tenaga kerja wanita tersebut memungkinkan wanita untuk memainkan peran ganda. Berdasarkan pengumpulan data mengenai status pekerjaan ibu dari anak usia 4–5 tahun pada empat sekolah di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo melalui pengisian angket menunjukkan bahwa jumlah ibu yang bekerja cukup banyak sehingga perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan temuan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di sekitar kota Bandung, Jawa Barat, terungkap angka gangguan tumbuh kembang anak lebih sering ditemukan di desa yaitu sebesar 30 persen daripada di kota yang hanya 19 persen (Kompas.com). Beberapa penelitian terdahulu telah mengungkapkan pengaruh status pekerjaan ibu terhadap perkembangan anak. hasil penelitian Buehler & O’Brien (2011) menunjukkan bahwa ibu pekerja paruh waktu yang diamati menjadi lebih sensitif dalam interaksi dengan anak-anak usia prasekolah mereka daripada ibuibu lain. Berdasarkan uraian mengenai pentingnya perkembangan bahasa lisan anak, masalah keterlambatan bicara di Indonesia, hasil penelitian mengenai pekerjaan ibu dan pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa anak, serta hasil pengumpulan data, maka peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan bahasa lisan anak usia 4 – 5 tahun yang dikaitkan dengan status pekerjaan ibu. Peneliti memilih kelompok usia 4 – 5 tahun karena sesuai dengan bidang ilmu peneliti yaitu tentang pendidikan anak usia dini. Selain itu, anak dengan kelompok usia 4 – 5 tahun merupakan anak-anak yang baru memasuki dunia awal pra sekolah yang biasanya berada di kelas atau pun kelompok A Taman KanakKanak. Maka dari itu ditentukan judul penelitian ini adalah “Status Pekerjaan Ibu sebagai Prediktor Kemampuan Bahasa Lisan Anak Usia 4 – 5 Tahun.”
4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam penelitian ini teridentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Pentingnya bahasa lisan bagi anak karena berkaitan dengan bagaimana anak menyampaikan bahasa. 2. Banyaknya jumlah wanita yang bekerja baik di Indonesia maupun di lokasi penelitian khususnya sehingga memungkinkan wanita untuk memainkan peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pegawai atau pekerja. 3. Hasil penelitian mengenai pekerjaan ibu yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. 4. Keadaan lokasi penelitian yang merupakan sebuah desa dikaitkan dengan temuan bahwa gangguan tumbuh kembang anak lebih sering ditemukan di desa. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dan dengan melihat kondisi serta permasalahan yang kompleks, maka penelitian ini dibatasi pada: (1) status pekerjaan ibu yang meliputi ibu bekerja sehari penuh; ibu bekerja paruh waktu; dan ibu yang tidak bekerja; (2) kemampuan bahasa lisan anak usia 4–5 tahun yang berasal dari empat sekolah Taman Kanak- Kanak yang terdapat di Desa Makamhaji; (3) hubungan kemampuan bahasa lisan anak dengan status pekerjaan ibu. D. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kemampuan bahasa lisan anak usia 4-5 tahun serta dapatkah status pekerjaan ibu dijadikan sebuah prediktor bagi perkembangan bahasa lisan anak usia 4-5 tahun? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan kemampuan bahasa lisan anak
5 usia 4-5 tahun serta dapat atau tidaknya status pekerjaan ibu dijadikan sebagai prediktor bagi kemampuan bahasa lisan anak usia 4 – 5 tahun. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori tentang status pekerjaan ibu dan keterkaitannya dengan kemampuan bahasa lisan anak. 2. Manfaat praktis a. Memberikan pemahaman tentang kemampuan bahasa lisan anak usia 4–5 tahun bagi orang tua atau pun penggiat di bidang anak usia dini sehingga dapat membantu dalam optimalisasi tumbuh kembang anak. b. Sebagai referensi lebih lanjut untuk bahan pertimbangan mengenai pengaruh status pekerjaan ibu terhadap kemampuan bahasa lisan anak usia 4 – 5 tahun. c. Sebagai bahan pertimbangan pagi peneliti selanjutnya.