1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Kekurangan yodium yang terjadi pada wanita hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin, selain berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid. Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan. Dari sejumlah 20 juta penduduk Indonesia yang menderita gondok, diperkirakan dapat terjadi kehilangan 140 juta angka kecerdasan/ IQ points (RAN GAKY, 2005). Survei prevalensi dan pemetaan GAKY pada awal pelaksanaan IP GAKY (1997/1998) menunjukkan bahwa secara nasional angka rata-rata Total Goiter Rate (TGR) atau lebih dikenal sebagai gondok adalah 9,8% dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dengan kadar cukup hanya 62,10%. Hasil survei tahun 2003 menunjukkan bahwa prevalensi TGR ini masih cukup besar yaitu sekitar 11,1%, namun konsumsi garam beryodium telah mengalami peningkatan menjadi 73,26% (RAN GAKY, 2011). Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 berhasil mengumpulkan 257.065 sampel rumah tangga untuk diperiksa cakupan garam beryodium. Sampel ini diambilkan dari penduduk terpilih yang tinggal di 30 kabupaten/kota dengan berbagai kategori tingkat konsumsi yodium. Sebanyak 62,3% rumah tangga Indonesia mempunyai garam cukup yodium, sedangkan persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia (30-80 ppm KIO3) hanya 24,5% dari sampel 30 kabupaten//kota
2 terpilih. Sebanyak enam provinsi telah mencapai target Universal Salt Iodization 2010 (90%), yaitu Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo dan Papua Barat. Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi dengan cakupan garam yang mengandung cukup yodium paling rendah diantara 30 propinsi di Indonesia yakni 27,9%, masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat persentase rumah tangga yang mempunyai garam cukup yodium lebih besar sama dengan 30 ppm hanya 27,9%. Dari hasil cakupan garam yang rendah tersebut bisa dikatakan bahwa masyarakat Nusa Tenggara Barat mengkonsumsi garam beryodium tidak semuanya sesuai dengan kandungan yodium yang ditentukan. yaitu untuk mencapai USI masyarakat paling sedikit 90% rumah tangga telah menggunakan garam beryodium yang mempunyai kadar antara 30 – 80 ppm (data terlampir). Hasil cakupan garam beryodium di Nusa Tenggara Barat pada hasil Riskesdas 2007 ini juga tidak sesuai dengan syarat WHO yang menyatakan bahwa semua rumah tangga menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat dengan kandungan yodium 30-80 ppm. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa GAKY dapat dicegah bila paling sedikit 90% rumah tangga telah menggunakan garam beryodium dengan kandungan yodium 30-80 ppm. (WHO, 1985). Dari Riskesdas 2007 diperoleh informasi bahwa di Indonesia persentase rumah tangga yang mempunyai garam cukup yodium
menurut karakteristik
responden adalah karakteristik tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD dan tamat SD) 55,2%, tinggi (tamat SLTP, tamat SLTA, tamat PT) 74,9%; karakteristik pekerjaan proporsi kualitas garam baik untuk tidak bekerja / pekerjaan informal (IRT, wiraswasta, petani, nelayan, buruh) 60,3% serta untuk pekerja formal (PNS, TNI, Polri, BUMN) 77,45%; Untuk karakteristik Tipe daerah perkotaan 70,4%, daerah pedesaan 56,3%. Serta untuk tingkat ekonomi rendah 56,7%, tingkat ekonomi tinggi 70% (Riskesdas, 2007). Disamping hasil Riskesdas 2007, data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah terkait data Total Goiter Rate yang dari tahun ke tahun meningkat yaitu 7,12% (data tahun 1994/1995), 10,4% (tahun 1998) serta 11,2%
3 (data tahun 2003) sehingga Kabupaten Lombok Tengah
bisa dipergunakan
sebagai pertimbangan dan layak untuk dijadikan tempat penelitian. Tabel 1. Total Goiter Rate Propinsi NTB No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kabupaten
Mataram Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Kota Bima Sumber : Dinkes NTB, 2013
1994/1995 8,61% 26,01 % 7,12 % 36,50 % 25,4 % 22,16 % 20,49 % -
Tahun 1998 7,0 % 26,9 % 10,4 % 27,0 % 31,8 % 1,9 % 10,0 % -
2003 10,1 % 14,2 % 11,2 % 11,4 % 7,2 % 7,2 % 13,0 % 0,5 %
Berdasarkan Tabel 1 data tersebut diatas maka Lombok Tengah merupakan kabupaten yang mempunyai trend data prevalensi TGR cenderung naik dari tahun ke tahun. Atas dasar hal tersebut maka penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Tabel 2. Total Goiter Rate Kabupaten Lombok Tengah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecamatan
Praya Pringgarata Batukliang Praya Barat Praya Timur Pujut Janapria Kopang Jonggat Sumber : Dinkes NTB, 2013
Tahun 1994/1995 1,67 % 8,33 % 9,16 % 5% 1,67 % 5,83% 0% 32,5% 1,67%
1998 13 % 11,8 % 16,6 % 2% 12,3 % 12,3% 9,9% 18,3% 5,7%
Dari Tabel 2 terdapat data Kabupaten Lombok yang mempunyai data Total Goiter Rate. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria Total Goiter Rate daerah endemik sedang atau berat, pemilihan sampel penelitian ini berdasarkan purposive sampling , yaitu tempat penelitian dipilih sendiri oleh peneliti, maka dipilihlah salah satu desa yang mewakili daerah pegununungan dan daerah pantai.
4 Dari sembilan Kecamatan di kabupaten Lombok Tengah yaitu Praya, Pringgarata, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Pujut, Janapria, Kopang dan Jonggat; maka dipilihlah kecamatan yang mewakili daerah pegunungan dan daerah pantai. Dengan adanya pemilihan sampel penelitian purposive sampling, yaitu tempat penelitian dipilih sendiri oleh peneliti, maka dipilihlah kecamatan Batukliang sebagai daerah perwakilan pegunungan dan kecamatan pujut sebagai daerah perwakilan pantai. Dari dua kecamatan tadi maka untuk menentukan desa yang akan dijadikan tempat penelitian digunakan sistem random sampling, yaitu pemilihan desa secara acak. Diharapkan alokasi random sampling dapat mendistribusikan subyek penelitian yang mengalami berbagai tingkat kekurangan yodium secara merata. Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh determinan sosial terhadap garam rumah tangga yang berkualitas. Untuk membandingkan ketersediaan garam rumah tangga berkualitas tersebut, maka lokasi penelitian dipilih dua desa yang bisa mewakili perwakilan daerah pegunungan dan perwakilan daerah pantai. Dari data daerah kecamatan yang sudah terpilih yaitu kecamatan Batukliang dan kecamatan Pujut, maka untuk memilih desa tersebut dengan cara random sampling ataupun secara acak. Dari kecamatan Batukliang mempunyai desa, yaitu : Desa Lantan, Desa Seteling, Desa Tanak Beak, Desa Aik Bukaq, Desa Teratak , Desa Aik Berik, Desa Mas – Mas, dan Desa Karang Sidemen. Maka dipilihlah salah satu desa yang mewakili beberapa desa tadi untuk dijadikan tempat penelitian dengan secara sampling random. Langkah pertama adalah membuat delapan lintingan yang berisi nama desa yang akan dipilih, kemudian dari lintingan tersebut secara acak kita ambil satu lintingan yang akan dijadikan sampel penelitian, lintingan yang terambil pada penelitian ini adalah Desa Aik Berik. Demikian juga dengan daerah pantai yang akan diwakili dari Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, terdapat beberapa desa di Kecamatan Pujut yaitu : Desa Sengkol, Desa Anyar, Desa Sukadana, Desa Teruwai, Desa Pengengat, Desa Kawo, Desa Gapura, Desa Rembitan, Desa Kuta, Desa Pengembur, Desa Tumpak, Desa Mertak, Desa Prabu, Desa Tanak Awu, Desa Ketara dan Desa Bangket Parek. Langkah untuk menentukan desa penelitian yaitu dengan cara sama diatas
5 membuat enam belas lintingan berisi nama desa di kecamatan pujut, kemudian kita ambil satu lintingan yang akan dijadikan sampel penelitian, lintingan yang terambil pada penelitian ini adalah Desa Kuta. Desa Kuta mewakili daerah pantai di Kecamatan Pujut dengan penduduk sejumlah 7.985 (tujuh ribu sembilan ratus delapan puluh lima) jiwa (Dinkes NTB, 2013). Determinan sosial seperti kemiskinan, ketiadaan akses terhadap pelayanan kesehatan, kekurangan akses terhadap pendidikan, bias gender merupakan beberapa di antara faktor-faktor penting yang melatarikan dan menyumbang terjadinya ketimpangan kesehatan (Green, et al. 2000). Kebijakan publik yang tidak pro masyarakat miskin, ketidakadilan akses kepada pendidikan dan ketiadaan skema jaminan kesehatan yang melindungi risiko finansial dari pengeluaran kesehatan, merupakan faktor-faktor sosial di tingkat makro yang menyebabkan keluarga mengalami kemiskinan struktural (Green, et al. 2000). Pemerintah dan masyarakat di semua negara di dunia seharusnya memiliki komitmen untuk tidak hanya meningkatkan status kesehatan populasi secara agregat, tetapi juga mengurangi ketimpangan kesehatan tersebut (Green, et al. 2000).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian pada latar belakang dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah: “Bagaimana pengaruh determinan sosial yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, akses mendapatkan garam, pengetahuan, sikap ibu rumah tangga, praktek penanganan garam terhadap ketersediaan garam rumah tangga berkualitas di Desa Aik Berik dan Desa Kuta di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat ?”
6 C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Untuk mengetahui pengaruh determinan sosial terhadap ketersediaan rumah tangga berkualitas di Desa Aik Berik dan
garam
Desa Kuta di Kabupaten
Lombok Tengah. Tujuan Khusus: a. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, akses mendapatkan garam ibu rumah tangga terhadap ketersediaan garam rumah tangga berkualitas di Desa Aik Berik dan Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah b. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan ibu rumah tangga terhadap ketersediaan garam rumah tangga berkualitas di Desa Aik Berik dan Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah c. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap ibu rumah tangga terhadap ketersediaan garam rumah tangga berkualitas di Desa Aik Berik, dan Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah . d. Untuk mengetahui pengaruh faktor praktek penanganan garam ibu rumah tangga terhadap ketersediaan garam rumah tangga berkualitas di Desa Aik Berik dan Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah . e. Untuk mengetahui persentase kadar garam rumah tangga, diambilkan dari ibu rumah tangga terpilih mewakili masyarakat di Desa Aik Berik, dan Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah .
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan program penanggulangan GAKY, yaitu dalam hal mengupayakan garam yang berkualitas untuk masyarakat. 2. Bagi masyarakat, sebagai informasi untuk mendapatkan garam yang berkualitas, sehingga masyarakat mengkonsumsi garam yang memenuhi syarat standar garam beryodium dengan kadar 30 – 80 ppm.
7 3. Bagi Peneliti, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas garam beryodium rumah tangga lebih dari 30 ppm.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang mengkaji determinan sosial ketersediaan garam rumah tangga berkualitas, menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di Indonesia. Namun demikian terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Suraji (2007) melakukan penelitian “faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi garam beryodium di daerah Limbangan Kabupaten Kendal“. Dengan hasil penelitian: konsumsi garam beryodium dengan kandungan lebih besar sama dengan 30 ppm di rumah tangga masyarakat sebesar 52,0%, serta ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara variabel ketersediaan garam beryodium dengan konsumsi garam beryodium. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi garam beryodium. Persamaan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Cross-sectional dan pengumpulan data primer dan sekunder. Perbedaan pada penelitian ini adalah mengenai tempat penelitian tidak sama, variabel – variabel bebas dan terikat tidak sama. 2. Etnawati (2005) melakukan penelitian “faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat konsumsi garam beryodium dan kaitannya dengan GAKY ibu hamil di wilayah kabupaten Gunung Kidul“. Didapat hasil bahwa rumah tangga mengkonsumsi garam yang berkadar yodium cukup masih rendah yang disebabkan ketersediaan garam di pasar banyak yang rendah dan tidak sesuai dengan label yang tertera pada etiket. Persamaan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian jenis observasional dengan rancangan cross–sectional. Perbedaan pada penelitian ini adalah mengenai tempat penelitian tidak sama, variabel – variabel bebas dan terikat tidak sama. 3. Tarigan (2007) meneliti tentang “evaluasi program kesehatan pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kabupaten Dairi.“ Hasil penelitian adalah kegagalan implementasi program pencegahan GAKY
8 disebabkan ketidak kompakkan pihak eksekutif dan pihak legislatif Kabupaten Dairi sehingga pada tingkat implementasinya pihak Dinas kesehatan seolah berjalan sendiri. Pelaksanaan Promosi kesehatan tidak dilakukan
secara
menyeluruh
dan
belum
melibatkan
stakeholder.
Implementasi di lapangan hanya dilakukan melalui penyebaran leaflet di puskesmas - puskesmas dan penyuluhan-penyuluhan. Persamaan pada penelitian ini sama-sama dalam penanganan GAKY, metode penelitian jenis observasional dengan rancangan Crossectional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah dalam hal pemilihan subyek penelitian serta variabel – variabel bebas dan terikat, diharapkan pada saat pemilihan subyek secara random sampling dapat diperoleh subyek yang dapat mewakili responden.