1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Istilah ‘nafsu’ memang seringkali terdengar dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan juga sering menjadi tema dan bahan kajian dalam diskusi, dialog dan lain sebagainya. Dalam literatur Islam atau terminologi al-Qur’an pada khususnya, istilah ini memiliki berbagai macam arti yang berasal dari satu kata yang sama yaitu ‘nafs’, dan ketika masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia kata ini akan mempunyai pengertian yang lain. Kata ‘nafsu’ dalam bahasa Indonesia adalah cenderung bersifat konotasi, yaitu sesuatu yang bersifat negatif. Karena sesuatu yang bernafsu itu akan mengarah dan condong pada suatu akibat yang dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian baik itu pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Padahal nafsu itu sebenarnya adalah bersifat netral tergantung pada penggunaannya, misalnya nafsu makan, nafsu belajar, nafsu bekerja dan lain sebagainya. Istilah nafs adalah kosakata bahasa Arab yang banyak dipakai dalam alQur’an.1 Nafs dalam al-Qur’an diartikan sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tindakan.2 Kata nafs yang dalam bahasa Arab masih bersifat umum itu bisa mempunyai bermacam-macam arti, dan kemudian ditambahi dengan istilah al-amarah sehingga menjadi nafs al-amarah yang berarti mempunyai arti yang lebih spesifik atau khusus. Dan yang dimaksud dengan arti khusus di sini yaitu nafsu yang cenderung pada hal-hal yang bersifat kejelekan atau kejahatan.
1
Sukanto dan A. Dardiri Hasyim, Nafsiologi; Refleksi Analisis Tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia, Surabaya: Risalah Gusti, 1995, hlm. 1 2 Fuad Nashari, Agenda Psikologi Islami, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 194
1
2
Sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 53 :
ن ر ّﺑﻲ ﻏﻔﻮر ّ إ.ﻻ ﻣﺎرﺣﻢ رّﺑﻰ ّ ﺴﻮء إ ّ ن اﻟ ّﻨﻔﺲ ﻷ ّﻣﺎرة ﺑﺎﻟ ّ وﻣﺎ أﺑ ّﺮاو ﻧﻔﺴﻰ إ (53:)ﻳﻮﺳﻒ...رﺣﻴﻢ Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.3 Dalam tasawuf, nafs mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan perjalanan spiritual, yaitu usaha untuk menundukkan dan mengalahkan hawa nafsu. Karena perang atau jihad yang paling besar adalah jihad atau berperang melawan nafs (jihadu al-nafsi), dan dalam konteks ini melawan hawa nafsu tentunya, terutama nafs al-amarah. Seperti dalam sebuah kisah salah seorang sufi besar Abu Yazid alBusthami dalam dialognya dengan Tuhan tentang jalan menuju-NYA. Tuhan menjawab, “Tinggalkanlah dirimu dan datanglah”. “Tinggalkanlah dirimu”, berarti seseorang harus terlepas dari keinginan dan hawa nafsu pribadinya, dan “datang” memiliki pengertian bahwa seorang sufi mengikuti keinginan dan iradah Tuhan.4 Nafs dalam pandangan sufistik atau tasawuf merupakan sesuatu yang melekat pada tiap manusia baik itu laki-laki maupun perempuan. Namun nafs tersebut identik dengan sosok perempuan yang penuh dengan keinginan dan hasrat yang menuntut kepuasan. Sebagaimana kutipan syair puisi Rumi berikut ini: “ Berbahagialah dia yang akalnya laki-laki dan nafsnya perempuan tak
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; Al-Aliyy, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2001, hlm. 193 4 Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 6
3
berdaya”.5 Dalam buku-buku sufi, istilah nafs secara kiasan biasanya merujuk pada nafs al-amarah, yaitu jiwa rendah dalam diri manusia.6 Sedangkan dalam psikologi, ada juga satu istilah yang artinya mirip atau bahkan hampir sama dengan nafs atau nafs al-amarah tadi, yaitu id. Id di sini merupakan bagian dari sistem jiwa atau struktur jiwa manusia yang berprinsip pada kesenangan dan keinginan-keinginan yang bersifat kebinatangan dan menuntut untuk terpuaskan tanpa memandang konsekuensinya. Id merupakan bagian dari jiwa yang berprinsip pada kenikmatan dan hanya mementingkan aspek biologis saja. Oleh karena itu, di sini sudah mulai tampak jelas arah dan orientasi pembahasan ini, yaitu adanya kemiripan atau bahkan kesamaan antara id yang berarti hasrat, keinginan-keinginan pada kesenangan dan segala yang berprinsip pada kesenangan lainnya. Sedangkan nafs al-amarah juga hampir mempunyai arti yang sama dengan id di atas, yaitu sesuatu yang menuntut pada kesenangan dan sama-sama merupakan potensi yang dimiliki manusia untuk berbuat kejelekan dan kejahatan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk melakukan kajian komparatif antara konsep id dalam perspektif psikologi dan nafs al-amarah dalam perspektif tasawuf. B.
Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya salah pengertian dan maksud dari judul skripsi yang akan ditulis ini, maka terlebih dulu penulis akan menguraikan istilahistilah yang terkandung dalam judul skripsi ini guna memudahkan dalam
5
Kuswaidi Syafi’i, Tafakkur di Ujung Cinta, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 86 Javad Nurbakhsy, Psikologi Sufi, terj. Arif Rakhmat, Jogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001, hlm. xix 6
4
memahami dan mengerti maksud serta tujuan yang dikehendaki serta sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun beberapa istilah yang akan penulis uraikan dan tegaskan dalam judul ini adalah : Jiwa rendah
:
Jiwa manusia yang dikendalikan sifat-sifat jahat.7 Dan yang dimaksud di sini adalah jiwa yang hanya dikendalikan oleh hawa nafsu saja, tanpa memperdulikan aspek-aspek yang lain, yaitu akal (al-aql) dan hati (al-qalb).
Psikologi
:
Salah satu cabang keilmuan yang membahas dan mempelajari jiwa manusia melalui tingkah laku.
Tasawuf
:
Salah satu cabang keilmuan dalam Islam yang membahas tentang latihan spiritual atau mental dengan membersihkan dan mengendalikan hawa nafsu.
Studi
:
Penelitian ilmiah, kajian, telaah.8
Komparatif
:
Perbandingan.9
Konsep
:
Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.10 Konsep kadang-kadang disebut ide umum atau gagasan atau gambaran pikiran tentang sesuatu secara umum.11
:
Id
Bagian dari jiwa atau psiche yang menjadi tempat kedudukan bagi libido. Dari id ini muncul impuls-impuls animalistis atau hewani dan khaotis, yang menuntut
7
Ibid Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hlm. 965 9 Ibid, hlm. 516 10 Ibid, hlm. 520 11 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Edisi II, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm. 87 8
5
pemuasan. Id keseluruhannya dikuasai oleh prinsip-prinsip kesenangan.12 Nafs al-amarah :
Bagian dari jiwa manusia yang mengajak dan memerintah untuk berbuat kejahatan dan kejelekan, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 53.
Jadi pada dasarnya, baik dalam kajian psikologi maupun tasawuf samasama mengakui bahwa dalam keseluruhan jiwa manusia itu terdapat sebagian jiwa yang berpotensi untuk melakukan kejahatan atau keburukan. C.
Pokok Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan membahas konsep id dan nafs al-amarah dan selanjutnya mengkomparasikannya. Untuk itu permasalahan dirumuskan sebagai berikut :
D.
1.
Apa persamaan antara id dengan nafs al-amarah ?
2.
Apa perbedaan antara id dengan nafs al-amarah ?
Tujuan Penelitian Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana konsep id dan nafs al-amarah serta perbandingan antara keduanya yang meliputi persamaan dan perbedaan. Adapun tujuan secara rincinya sebagai berikut :
E.
1.
Untuk mengetahui persamaan antara id dengan nafs al-amarah.
2.
Untuk mengetahui perbedaan antara id dengan nafs al-amarah
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini yaitu agar kita sebagai manusia mengetahui dan memahami potensi-potensi kejelekan dan kejahatan dalam diri kita -yang 12
JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 236
6
dalam psikologi dikenal dengan istilah id, sedangkan dalam Islam khususnya tasawuf disebut dengan nafs al-amarah-, dan juga realitas manusia dengan sifat kemanusiaannya yang cenderung mengikuti hawa nafsu, agar diketahui, diawasi dan dikontrol dalam rangka menjauhkan diri dari sifat dan sikap yang merusak dan amoral. F.
Tinjauan Kepustakaan. Ada berbagai macam aliran dalam psikologi, salah satu diantaranya adalah aliran Psikoanalisa. Sigmund Freud adalah tokoh dasar dari aliran ini. Dalam aliran ini dikenalkan tiga struktur atau sistem jiwa, dan diantaranya adalah konsep tentang id. Dan dalam sejarahnya, aliran ini dikembangkan oleh beberapa tokoh psikologi yang kemudian dikenal dengan aliran psikodinamika13 sebagai pengembangan dari aliran Psikoanalisa. Berbagai literatur atau buku tulisan beberapa tokoh yang membahas, menyoroti atau menanggapi pendapat Sigmund Freud tadi atau sebagai pengembangan
dari
teorinya.
Misalnya
dalam
buku
Marxism
And
Psychoanalysis karya Reuben Osborn yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Marxisme Dan Psikoanalisis yang di dalamnya antara lain membahas teori seksual Freud, mimpi dan analisanya, psikologi normal dan abnormal dan juga tentang konsep id. Dalam buku Freud and The 20th Century karya Benjamin Nelson (Ed), yang diterjemahkan dengan judul Freud: Manusia Paling Berpengaruh Abad
13
Seluruh kelompok teori psikologi yang kemudian berkembang dari teori yang mulamula dikembangkan oleh Freud dinamakan aliran psikodinamika, karena penekanannya pada dinamika kehidupan psikis manusia dan segi-segi terpenting dari teori dan teknik terapi Freudian seperti; kehidupan alam tak sadar yang amat menentukan perilaku manusia, struktur kepribadian id-ego-superego, perkembangan kepribadian manusia melalui tahap oral-anal-faliklaten-genital, berbagai sistem pertahanan diri dan lain sebagainya. (Anggadewi Maesono, (Ed), Psikoanalisis dan Sastra, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003, hlm. 13)
7
ke-20 juga mengkaji gagasan-gagasan Freud dan juga teori tentang sistem jiwa serta id di dalamnya. Sedangkan tentang nafs al-amarah, dalam buku tulisan Javad Nurbakhsy yang berjudul Psychology Of Sufism yang diterjemahkan oleh Arif Rakhmat dengan judul Psikologi Sufi, di sana dibahas tentang nafsu, sifat-sifatnya, pembagiannya, dan lain sebagainya. Dalam buku Nafsiologi; Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikologi oleh Sukanto dijelaskan tentang nafsiologi (ilmu tentang nafs), manusia sebagai nafs atau pribadi, gejala-gejala nafsiah, jenis-jenis derivat nafsiah, dan lain sebagainya. Baharuddin dalam bukunya yang berjudul Paradigma Psikologi Islami, Studi Tentang Elemen Psikologi Dari al-Qur’an membahas tentang elemen psikis manusia dalam al-Qur’an yang diantaranya yaitu tentang al-nafs. G.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) sehingga data-data yang berkaitan dengan penelitian ini akan dikumpulkan melalui telaah literer atau studi pustaka. Adapun metode-metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi : 1. Sumber Data a) Data Primer Sumber data primer merupakan sumber data pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, yang membahas tentang kedua permasalahan di atas menyangkut konsep id dan nafs alamarah. Adapun sumber data primer nantinya akan merujuk
8
pada buku-buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan tema yang sedang dibahas. Adapun data primer dalam penelitian ini antara lain; buku Marxisme And Psychoanalysis karya Reuben Osborn yang diterjemahkan dengan judul Marxisme Dan Psikoanalisis, Psikoanalisis Dan Sastra oleh Anggadewi Maesono (Ed), Theories Of Social Psychology yang diterjemahkan dengan judul Teori-Teori Psikologi Sosial oleh Sarlito Wirawan Sarwono, Psychology Of Sufism karya Javad Nurbakhsy yang diterjemahkan dengan judul Psikologi Sufi, Paradigma Psikologi Islami; Studi Tentang Elemen Psikologi Dari AlQur’an oleh Baharuddin, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islami Karya Hanna Djumhana Bastaman, Qur’anic Concepts Of Human Psyche oleh Zafar Afaq Ansari (Ed) yang diterjemahkan dengan judul Al-Qur’an Bicara Tentang Jiwa, dan beberapa buku lainnya yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas nantinya. b) Data Sekunder Sumber data kedua yaitu data sekunder. Adapun data sekunder adalah data-data yang menjadi pendukung dan pelengkap terhadap kajian yang sedang dibahas, namun data ini tetap dibutuhkan dalam rangka menghasilkan penelitian yang lengkap dan benar. Adapun data sekunder dalam penelitian ini antara lain; Kamus
Lengkap
Psikologi
oleh
J.P.
Chaplin
yang
diterjemahkan oleh Kartini Kartono, Pengantar Umum Psikologi, dan Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-
9
Tokoh Psikologi Karya Sarlito Wirawan Sarwono, Fitra: The Islamic Concept Of Human Nature karya Yasien Mohamed yang diterjemahkan dengan judul Insan Yang Suci; Konsep Fitrah Dalam Islam, Melihat S. Freud Dari Jendela Lain karya Hasan Syarkawi dkk, dan buku-buku penunjang lainnya. 2. Pengumpulan Data Setelah data-data dari berbagai sumber di atas diperoleh, maka nantinya data tersebut akan dikumpulkan dan digolongkan berdasarkan fungsinya. Kemudian akan disusun secara sistematis menjadi sebuah pembahasan utuh dan menyeluruh. Pengumpulan bahan-bahan dalam penelitian kepustakaan adalah dari buku-buku, majalah, paper dan lain sebagainya yang dapat membantu menjawab permasalahan yang sedang dibahas. Dalam penelitian kepustakaan ini dikumpulkan deskripsi atau hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh para ahli lain dengan percaya atas kompetensi mereka.14 Jadi pengumpulan data dalam penelitian ini nantinya akan merujuk pada tulisan maupun pendapat para pakar atau ahli dibidangnya yang terdapat pada buku, majalah ataupun literatur lainnya. 3. Metode Analisis Data Oleh karena penelitian ini tujuannya untuk membandingkan, maka metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparasi. Dengan metode komparasi ini nantinya diharapkan semua hal yang menyangkut persamaan dan perbedaan kedua konsep tersebut akan diketahui dengan jelas. 14
Anton Bekker dan Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Jogjakarta: Kanisius, 1994, hlm. 109
10
H.
Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara jelas tentang isi skripsi ini secara utuh, maka penulis akan memberikan gambaran secara umum pembahasan pada masing-masing bab yang berisi beberapa sub bab pembahasan. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut : Bab pertama akan membahas tentang latar belakang, penegasan istilah, pokok masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua akan membahas konsep id, yang meliputi pembahasan tentang jiwa perspektif psikologi; pengertian jiwa, jiwa menurut aliran-aliran dalam psikologi, dan konsep id yang meliputi; pengertian id, struktur kejiwaan dalam kajian Psikoanalisa, letak id dalam struktur kejiwaan, hubungan id dengan unsur kejiwaan lain, serta sifat dan kecenderungan id. Bab ketiga akan membahas konsep nafs al-amarah yang meliputi pembahasan tentang jiwa perspektif tasawuf; pengertian jiwa, jiwa menurut para tokoh Islam, dan konsep nafs al-amarah yang meliputi; pengertian nafs alamarah, struktur kejiwaan dalam kajian tasawuf, letak nafs al-amarah dalam struktur kejiwaan, hubungan nafs al-amarah dengan unsur kejiwaan lain, serta sifat dan kecenderungan nafs al-amarah. Bab keempat akan membahas tentang analisis komparatif yang meliputi persamaan dan perbedaan antara id dengan nafs al-amarah. Bab kelima yang juga sekaligus bab penutup membahas tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup.