BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dan menjadi tolok ukur suatu bangsa, karena melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam dunia pendidikan, sekolah merupakan salah satu jalur yang strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Semua mata pelajaran di sekolah diharapkan berkontribusi dalam perbaikan mutu pendidikan di sekolah agar dapat meningkatkan kualitas manusia. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia belum sesuai seperti yang diharapkan. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2015 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia yang mencakup 113 negara dan EFA Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-68. (UNESCO, 2015) Mata pelajaran matematika adalah salah satu di antara mata pelajaran yang sangat vital dan berperan strategis dalam pembangunan iptek karena mempelajari matematika sama halnya melatih logika dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pentingnya ilmu matematika dalam kehidupan manusia tidak perlu diperdebatkan lagi. Bisa dikatakan bahwa semua aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari ilmu ini. Oleh karena itu, matematika dijuluki Mother of Science. Artinya, matematika digunakan manusia di segala bidang. Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam dunia pendidikan, hal ini disebabkan karena matematika adalah ilmu dasar bagi disiplin ilmu yang lain. Di dalam pembelajaran sekolah, hasil belajar siswa dibidang studi matematika masih belum sesuai dengan harapan. Hal itu ditunjukan berdasarkan laporan hasil survei yang dilakukan oleh The Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) dalam web
1
2
resminya mengatakan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada di bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara, dan tahun 2011 berada di peringkat ke 38 dari 42 negara (Mullis, 2012). Salah satu materi pokok dalam pelajaran matematika yang diberikan di tingkat SMA pada kelas X semester II adalah dimensi tiga. Pada materi ini, banyak siswa yang menganggap sulit dipahami terutama untuk menggambar dan memahami unsur-unsur bangun ruang karena siswa dituntut untuk dapat berpikir abstrak. Hal tersebut tidak terlepas dari karakteristik materi dimensi tiga yang membutuhkan visualisasi untuk dapat memahami definisi, bentuk, dan teorema yang ada pada dimensi tiga. Misalnya pada saat materi perpotongan dua bidang akan sulit divisualisasikan pada papan tulis. Untuk itu, pada pembelajaran ini dibutuhkan media pembelajaran untuk mempermudah abstraksi materi. Berdasarkan pengamatan awal pada siswa kelas X G semester II SMA Negeri 1 Gondang, prestasi belajar siswa pada materi dimensi tiga tergolong rendah, yaitu hanya 2 dari 29 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut adalah kurang maksimalnya kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan wawancara dengan guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas X G SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen kurang maksimal karena beberapa faktor, antara lain 1) tuntutan materi yang disampaikan cukup padat dengan alokasi waktu yang terbatas membuat guru lebih memilih untuk mengejar materi dan 2) guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang efektif disebabkan belum mengetahui keuntungan/manfaat dari media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan media pembelajaran yang efektif adalah mempermudah siswa dalam memahami konsep sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien, menarik perhatian siswa, serta memberikan variasi dalam pembelajaran.
3
Guru dituntut bisa memilih media pembelajaran yang efektif dan menarik saat mengajar. Pemilihan media yang tepat dapat dilakukan dengan mengetahui bagaimana karakter siswa tersebut. Penggunaan media yang sesuai akan membuat siswa tertarik dan senang sehingga akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Endang Agustini (2010) penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dimensi tiga efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini karena media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, yaitu (1) efisiensi waktu pembelajaran karena siswa dapat menghayati secara langsung secara visual lewat alat peraga yang digunakan, 2) meningkatkan motivasi belajar karena setiap siswa merasa berkesempatan untuk memahami lebih mendalam dengan fasilitas multi media, dan 3) memberi kesempatan pada siswa untuk menjelaskan pemahamannya baik secara verbal maupun visual sehingga lebih memahami materi yang dipelajari. Salah satu media pembelajaran untuk dimensi tiga adalah software Cabri 3D dan GeoGebra. Software Cabri 3D dan GeoGebra merupakan program komputer yang dapat menampilkan variasi bentuk geometri dimensi tiga serta memberi manfaat, yaitu 1) memberi fasilitas untuk melakukan eksplorasi objek-objek bangun ruang seperti kubus, balok, limas, dan sebagainya, 2) investigasi objek-objek pada dimensi tiga seperti titik, garis, dan bidang serta kedudukan antar objek, dan 3) memecahkan masalah matematika dengan cukup interaktif misalnya mencari besar sudut antara diagonal ruang kubus dengan alasnya. Penelitian yang dilakukan Giuseppe Accasina (2006) menyatakan bahwa penggunaan Cabri 3D sangat efektif untuk pembelajaran geometri, salah satunya yaitu dimensi tiga. Hal tersebut diperkuat oleh Erhan Ertekin (2014) yang menyatakan bahwa penggunaan Cabri 3D lebih efektif untuk mengajarkan geometri daripada metode mengajar tradisional. Selain itu, Dariusz Majerek (2014) dalam simpulannya menyatakan bahwa software matematika berguna untuk proses pembelajaran dan GeoGebra sangat
4
sesuai untuk mengajarkan materi yang menggunakan teknik visualisasi. Kedua software tersebut pada dasarnya sama akan tetapi terdapat beberapa kelemahan pada masing-masing software. Kelemahan dari Cabri 3D adalah tidak adanya label pada setiap objek yang dibuat. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan pada saat menjelaskan materi dimensi tiga. Misalnya, guru menjelaskan dua titik A dan B. Apabila tidak diberi label A dan B akan kesulitan dalam menjelaskan. Selain itu, kelemahan Cabri 3D adalah tidak bisa memunculkan/menyembunyikan secara leluasa. Objek dapat disembunyikan satu-satu tetapi tidak bisa dimunculkan satu-satu sesuai keinginan pengguna. Kelemahan dari GeoGebra adalah warna default setiap objek hampir sama sehingga objek susah dibedakan, pengoperasiannya relatif lama sehingga untuk demontrasi langsung tanpa file persiapan akan memakan waktu, dan tidak bisa membuat jaring-jaring suatu bangun ruang. Untuk itu, kolaborasi antara Cabri 3D dan GeoGebra akan lebih optimal dalam pembelajaran dimensi tiga. Penelitian yang dilakukan oleh Ari Akhirni (2015) menyatakan bahwa pemanfaatan Cabri 3D dan GeoGebra berpengaruh signifikan pada hasil belajar materi geometri ruang. Berdasarkan pada uraian di atas, pada penelitian ini akan menggunakan
Cabri 3D dan GeoGebra untuk meningkatkan prestasi
belajar pada materi dimensi tiga. Penggunaan Cabri 3D dan GeoGebra tersebut akan didukung dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran TPS termasuk model pembelajaran kooperatif yang diawali dengan proses thinking dengan guru mengajukan pertanyaan atau membuka wacana terkait dengan bahan atau materi pelajaran untuk dipikirkan siswa. Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan untuk berdiskusi atau pairing. Hasil diskusi dibahas lagi dengan pasangan seluruh kelas. Dengan model ini, siswa dapat melakukan kegiatan diskusi untuk bertukar atau share informasi, memahami dan menemukan masalah serta menyelesaikan masalah. Bowering et al. (2007) yang berjudul Opening up Thinking: Reflections on Group Work in a
5
Bilingual Postgraduate Program menyebutkan bahwa secara khusus pembelajaran TPS memberikan kesempatan untuk menilai arti dari pengetahuan yang diperoleh serta dapat membangun pengetahuan yang baru sehingga penggunaan TPS dengan tepat akan memudahkan para siswa memahami isi dari pelajaran. Adanya bantuan dari teman kelompoknya akan menginspirasi, membuka pemikiran baru, dan membuat kemajuan bersama. Hasil penelitian yang dilakukan Satya Sri Handayani (2010) menunjukkan bahwa model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika
lebih baik dari pada meng-gunakan pembelajaran
langsung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah yaitu : “Apakah penggunaan Cabri 3D dan GeoGebra dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar dimensi tiga pada kelas X G SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen tahun ajaran 2015/2016?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggunakan Cabri 3D dan GeoGebra dengan model Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X G SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen dan mengetahui peningkatan prestasi belajar setelah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan Cabri 3D dan GeoGebra dengan model Think Pair Share (TPS) D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan dapat memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya penggunaan media pembelajaran Cabri 3D dan GeoGebra dalam upaya
6
meningkatkan prestasi belajar serta dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan sejenis. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam belajar dan memahami materi dimensi tiga yang disampaikan oleh guru, menjadi masukan bagi guru untuk memilih media pembelajaran yang sesuai untuk materi dimensi tiga, serta menambah wawasan peneliti tentang media pembelajaran.