perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting di berbagai sektor kehidupan. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu-individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Melalui
pendidikan,
pengetahuan,
kemampuan
masyarakat dan
Indonesia
kreatifitas
terhadap
dapat
meningkatkan
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada ayat 3 yang menyatakan : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara
yang
memiliki
komitmen
kuat
dan
konsisten
untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada standar isi dikemukakan pula bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Dinyatakan bahwa menurut pedoman kurikulum 2006 mata pelajaran PPKn dalam commit (Abdul to Aziz dan Sapriya, 2013: 315) user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Secara rinci mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta antikorupsi; 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Tercapainya tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan di atas dapat dilihat dari hasil belajar yang didapat oleh siswa. Kegiatan pembelajaran di kelas sangat berpengaruh dalam tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran. Perwujudan pembelajaran yang baik dapat dilihat dari aktifitas belajar siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
komponen pendidikan. Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat materi yang penting karena berkaitan dengan kedudukan sebagai warga negara yaitu materi menghargai persamaan kedudukan warga negara, dengan mempelajari materi siswa mendapatkan pengetahuan yang luas tentang kedudukan warga negara di Indonesia, materi ini sangat penting bagi siswa karena siswa akan menjadi dapat menghargai hak dan kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara Indonesia. Pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum sesuai dengan apa yang diharapkan antara lain penggunaan model pembelajaran di SMPN 14 Surakarta tidak bervariasi, materi yang disampaikan luas akan tetapi hanya menggunakan model pembelajaran yang pasif dan tidak kooperatif. Guru masih model pembelajaran lama, selain itu guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran dan menyebabkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Siswa menjadi pasif dan menyebabkan kurangnya keterampilan partisipasipatoris (partipatory skill) siswa. Keterampilan partisipasipatoris dilihat dari bagaimana kemampuan untuk commit to user mempengaruhi kebijakan dan mengambil keputusan memalui kerjasama pihak (partipatory
skill)
adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 lain, mampu memberikan penjelasan sehingga suatu masalah yang dipaparkan dapat diketahui oleh pembuat kebijakan keputusan, kemudian mengelola konflik dimanapun individu tersebut berada. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada saat peneliti melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama tiga bulan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun ajaran 2015/2016 yaitu pada kelas VII D dan VII E penulis menemukan bahwa kurangnya kompetensi penguasaan participatory skill siswa dikelas VII disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, hampir tidak ada siswa yang berinisiatif bertanya saat proses pembelajaran dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan ketika guru memberikan waktu untuk bertanya siswa tidak merespon dan jika diberi pertanyaan oleh guru juga tidak ada yang merespon. Kedua, siswa hanya terpaku pada kegiatan mencatat. Ketiga, sumber dan media pembelajaran hanya terpaku pada LKS, hanya beberapa siswa saja yang mempunyai buku pendamping. Keempat, siswa memiliki partisipasi yang kurang, hal ini disebabkan ketidakpahaman siswa mengenai suatu hal yang bersifat publik yang dikarenakan mereka memiliki minat baca yang rendah, sehingga berdampak kurangnya implementasi pembelajaran PPKn pada kehidupan sehari-hari siswa. Kelima, Pembelajaran PPKn di sekolah hanya berorientasi pada pemahaman civic knowledge dan guru hanya mengajarkan sebatas konsep keilmuan PPKn yang bersifat hafalan. Masalah tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini dibuktikan saat siswa diberikan tugas kelompok membuat kliping terkait penerapkan norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan
bernegara, siswa belum mampu menguraikan secara baik. Hasil dari tugas kelompok tersebut diperoleh data nilai kelas VII E yaitu terdapat 18 siswa dari 32 siswa atau 56,2% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (Tidak Tuntas). Sedangkan batas tuntas nilai pelajaran PKn di SMPN 14 Surakarta adalah 75. Guru perlu menggunakan model pembelajaran yang kooperatif yang dapat meningkatkan keterampilan partisipatoris (participatory skill). Pembelajaran kooperatif juga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan commitHal to user pendapat dan menjawab pertanyaan. ini membuat peneliti tertarik untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) dan Time Token Arends pada kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah salah satu model kooperatif yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar. Pembelajaran ini merupakan cara belajar mengajar yang lebih menekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan soal-soal. Sedangkan untuk model pembelajaran dan Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Pembelajaran demokratis yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek. Jadi, ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa yang berperan aktif dan guru hanya sebagai fasilitator. Pola hubungan kerja dalam model pembelajaran kooperatif memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk hasil berdasarkan kemampuan dirinya sebagai individu dan berperan serta dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan juga dari pihak lain yang terlibat yaitu teman sebaya. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan mengakui perbedaan dengan orang lain. Untuk mewujudkan agar siswa memiliki penguasaan yang lebih terkait materi pembelajaran yang diberikan di kelas dan dalam rangka peningkatan participatory skill siswa diperlukan model pembelajaran yang lebih kooperatif untuk memperbaiki pola pikir siswa agar aktif dalam proses pembelajaran sehingga lebih memahami materi pembelajaran yang diberikan dan siswa bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model yang bisa diterapkan yaitu model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan model pembelajaran Time Token Arends. Kedua model pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara siswa, mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 ketrampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell & Descamps dalam Trianto, M.Pd 2009:57). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran Course Review Horay dan Time Token Arends terhadap keterampilan partisipatoris siswa dengan judul penelitian “STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
(CRH)
DENGAN
TIME
TOKEN
ARENDS
TERHADAP
PARTICIPATORY SKILL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka, permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh peneliti yaitu sebagai berikut : 1. Hampir tidak ada siswa yang berinisiatif bertanya saat proses pembelajaran dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan ketika ketika guru memberikan waktu untuk bertanya siswa tidak merespon dan jika diberi pertanyaan oleh guru juga tidak ada yang merespon; 2. Siswa hanya terpaku pada kegiatan mencatat; 3. Sumber dan media pembelajaran terpaku pada LKS, hanya beberapa siswa saja yang mempunyai buku pendamping 4. Siswa memiliki partisipasi yang kurang. Hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai suatu hal yang bersifat publik tidak maksimal, sehingga implementasi pembelajaran PKn pada kehidupan sehari-hari siswa tidak terlaksana dengan baik. 5. Pembelajaran PKn di sekolah hanya berorientasi pada pemahaman civic knowledge dan guru hanya mengajarkan sebatas konsep keilmuan PKn yang sifatnya hafalan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti akan membatasi permasalahan yang akan diteliti agar lebih mandalam. Pembatasan masalah ada pada penggunaan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan model pembelajaran Time Token Arends pada peningkatan participatory skill siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai definisi masalah di atas yakni sebagai berikut : 1. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan model pembelajaran Time Token Arends merupakan model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini. 2. Participatory Skill yang akan diukur adalah Participatory Skill pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada ranah psikomotorik siswa. 3. Objek yang diteliti yaitu mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kemerdekaan
pada
Kompetensi
Mengeluarkan
Dasar
Pendapat
Mengaktualisasikan
Secara
Bebas
dan
Bertanggungjawab kelas VII di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan penerapan model pembelajaran Course Review Horay dengan model Pembelajaran Time Token Arends Terhadap peningkatan participatory skill siswa? 2. Manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran Course Review Horay dan model Pembelajaran Time Token Arends, terhadap participatory skill siswa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran Course Review Horay dan model Pembelajaran Time Token Arends terhadap participatory skill siswa; 2. Mengetahui
mana yang lebih efektif antara model pembelajaran
Course Review Horay dan model Pembelajaran Time Token Arends, terhadap peningkatan participatory skill siswa F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai
pendukung
teori
belajar
kontruktivisme
sosial
Vygotsky yang menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dari teori tersebut, penelitian ini dapat mendukung pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan model kooperatif dalam mendukung
pengembangan pembelajaran
dengan model
Course Review Horay dan Time Token Arends; b. Untuk
menambah
wawasan
dalam
bidang
pendidikan,
khususnya model yang dapat diterapkan pada pembelajaran PKn. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru PKn sebagai salah satu masukan dalam perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar, hasil belajar, dan juga menanamkan nilai-nilai baru pada diri siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 melalui model pembelajaran Course Review Horay dan Time Token Arends pada mata pelajaran PKn; b. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membuat proses pembelajaran
PPKn
menjadi
lebih
bervariasi
dan
menyenangkan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa akan maksimal; c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah dan meningkatkan aspek kognitif dan asepek afektif siswa; d. Bagi peneliti lain, setelah adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi
perbandingan
dan
referensi
untuk
melakukan
penelitian yang lebih lanjut dengan variabel yang berbeda.
commit to user