1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak rumah sakit sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pihak swasta ataupun pemerintah harus dapat terus mengembangkan atau meningkatkan kualitas pelayanannya bahkan kemudahan masyarakat dalam mengakses fasilitas dan tenaga kesehatan juga ikut mempengaruhi. Rumah
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU Nomor 44, 2009). Demikian pula dengan pelayanan kesehatan di Kabupaten Minahasa Selatan, beberapa rumah sakit didirikan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Khususnya di Kecamatan Amurang Barat terdapat Rumah Sakit Umum Daerah Amurang yang didirikan pada tahun 2004 yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya. Menyikapi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang optimal, RSUD Amurang berusaha melakukan peningkatan pelayanan kesehatan dengan pengembangan rumah sakit kearah yang lebih baik. Dalam pengembangan rumah sakit diperlukan suatu studi kelayakan. Studi kelayakan pada dasarnya merupakan suatu penelitian yang akan mengkaji kebutuhan dan harapan masyarakat akan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnya rumah sakit. Studi kelayakan digunakan untuk memberikan penilaian berupa rekomendasi (dalam hal ini pengembangan/ pembuatan rumah sakit) layak dikerjakan atau tidak (Umar, 2003).
RSUD Amurang berada di Kabupaten Minahasa Selatan dengan luas 1.484.47
km2 dan jumlah penduduk 195.553 jiwa. Selain RSUD Amurang,
Kabupaten Minahasa Selatan juga memiliki fasilitas kesehatan yang terdiri dari 2 Rumah Sakit Umum Swasta, 17 puskesmas dan 85 puskesmas pembantu. RSUD Amurang mulai dioperasikan sejak tahun 2008 diharapkan dapat dikembangkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C. Pengembangan RSUD Amurang menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan diri terhadap perubahan lingkungan akibat globalisasi. Pelayanan di RSUD Amurang meliputi pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik penyakit dalam, poliklinik kesehatan anak, poliklinik bedah, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik mata, poliklinik kulit dan kelamin), pelayanan rawat inap (perawatan penyakit dalam, perawatan kesehatan anak, perawatan bedah, perawatan kebidanan dan kandungan), dan pelayanan penunjang klinik (farmasi dan rekam medik). Adapun data kunjungan pasien sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Pasien RSUD Amurang Tahun 2009-2011 JENIS KUNJUNGAN Gawat Darurat Rawat Jalan Rawat Inap TOTAL KUNJUNGAN Sumber: RSUD Amurang
TAHUN 2010 338 625 115 1078
2009 297 552 103 952
2011 415 840 147 1402
Rerata
%
350 672 122 1144
30.59 58.77 10.64 100.00
Melihat data kunjungan pasien pada tabel diatas dari tahun 2009-2011 mengalami sedikit sekali peningkatan tiap tahunnya. Rerata utilisasi kunjungan paling banyak dari jumlah penduduk 195.553 jiwa adalah kunjungan rawat jalan sebesar 58,77% diikuti gawat darurat sebesar 30,59% dan rawat inap sebesar 10,64%. Rerata tiap jenis kunjungan per tahun yaitu kunjungan gawat darurat 350 orang atau 29 orang per bulan atau 1 orang per hari, kunjungan rawat jalan 672
2
3
orang atau 56 orang per bulan atau 2 orang per hari, kunjungan rawat inap 122 orang atau 10 orang per bulan atau 1 orang per hari. Secara umum kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Amurang seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Indikator Kinerja RSUD Amurang Tahun 2009-2011 KINERJA NILAI IDEAL 2009 2010 2011
INDIKATOR BOR (%) Persentase pemakaian tempat tidur TOI (hari) Rata-rata tempat tidur yang tidak ditempati LOS (hari) Rata-rata rawatan seorang pasien BTO (kali) Frekuensi pemakaian tempat tidur GDR (%) Kematian umum tiap 100 pasien keluar NDR (%) Angka kematian pasien < 48 jam setelah dirawat
0,95
1,06
1,36
60-85 %
104
96
72
1-3 hari
4
4
4
6-9 hari
0,29
0,03
0,41
40-50 kali
0
0
0
< 4,5 %
0
0
0
< 2,5 %
Sumber: Hasil Perhitungan Pelayanan di RSUD Amurang dengan ketersediaan tempat tidur kurang lebih 30 tempat tidur didukung oleh dokter spesialis sebanyak 7 orang, dokter umum sebanyak 12 orang, paramedik keperawatan sebanyak 42 orang, paramedik non keperawatan sebanyak 4 orang, dan administrasi sebanyak 4 orang. Rincian sumber daya manusia RSUD Amurang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Sumber Daya Manusia RSUD Amurang Tahun 2012 JENIS TENAGA
STATUS KEPEGAWAIAN
PNS Dokter Spesialis Dokter Umum 12 Paramedis Keperawatan 42 Paramedis Non Keperawatan 4 Administrasi Jumlah 58 Sumber: Bagian Kepegawaian RSUD Amurang
NON PNS 7 4 11
JUMLAH 7 12 42 4 4 69
Semua fasilitas yang tersedia di RSUD Amurang dalam kondisi yang sangat sederhana dan sangat terbatas. Kondisi ini mendorong RSUD Amurang harus melengkapi pelayanan yang belum ada seperti pelayanan spesialis penunjang medik yang terdiri dari pelayanan anestesiologi, pelayanan radiologi, dan pelayanan patologi klinik, pelayanan penunjang klinik yang terdiri dari perawatan intensif, pelayanan darah, pelayanan gizi, dan pelayanan sterilisasi instrumen, pelayanan penunjang non klinik yang terdiri dari laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, kamar jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih. Dalam melaksanakan operasional rumah sakit, RSUD Amurang menerima alokasi anggaran dalam bentuk penerimaan yang berasal dari APBD/APBN. Penerimaan yang bersumber dari APBD/APBN dari tahun 2009-2011 menunjukkan rerata peningkatan sebesar 50% dengan kenaikan PAD sebesar 18,6%. Penerimaan yang berasal dari APBD/APBN adalah
dalam
bentuk
subsidi yang diberikan ke rumahsakit untuk gaji pegawai, pembelian obat dan bahan habis pakai, pengadaan alat-alat kesehatan, dan peningkatan sumber daya tenaga kesehatan (pendidikan dan pelatihan tenaga). Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pelayananan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, dan farmasi. Adapun perkembangan penerimaan dan pendapatan RSUD Amurang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Alokasi Anggaran RSUD Amurang Tahun 2009-2011 JENIS PENERIMAAN APBN/APBD
TAHUN 2010
2009 400,000,000
600,000,000
1,200,000,000
50%
Kenaikan Penerimaan (%) PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
2011
100% 22,000,000
29,000,000
31.8%
Kenaikan Pendapatan (%)
24.1%
Sumber: Bagian Keuangan RSUD Amurang
4
36,000,000
5
Adanya peningkatan permintaan pelayanan rumah sakit oleh penduduk menyebabkan rumah sakit harus melakukan pengembangan yang membawa konsekuensi penambahan biaya investasi. Biaya investasi dikeluarkan untuk merehabilitasi gedung perawatan yang lama dan membangun gedung perawatan yang baru, pembelian peralatan medik dan mebiler serta penambahan biaya pemeliharaan gedung dan peralatan serta biaya operasional untuk membeli bahan habis pakai, obat, dan sebagainya. Melihat beberapa data awal diatas, untuk pengembangan RSUD Amurang menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dapat diterima atau dijalankan diperlukan adanya studi kelayakan pengembangan rumah sakit yang dikaji menggunakan aspek-aspek studi kelayakan khususnya aspek pasar, aspek hukum, aspek sumber daya manusia, aspek teknik dan teknologi, dan aspek finansial. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan permasalahan adalah apakah dengan dilakukan pengkajian studi kelayakan terhadap aspek pasar, aspek hukum, aspek sumber daya manusia, aspek teknik dan teknologi, dan aspek finansial maka Rumah Sakit Umum Daerah Amurang dapat dikatakan layak untuk dikembangkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C? C. Tujuan Penelitian Melakukan penilaian kelayakan pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Amurang untuk dikembangkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C dilihat dari aspek pasar, aspek hukum, aspek sumber daya manusia, aspek teknik dan teknologi dan aspek finansial.
D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi dan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dalam mengambil keputusan atau kebijakan dalam pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Amurang sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C dengan mempertimbangkan aspek pasar, aspek hukum, aspek sumber daya manusia, aspek teknik dan teknologi dan aspek finansial. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk pengembangan RSUD Amurang menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C. 3. Hasil penelitian ini bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang studi kelayakan dan dapat mengimplementasikan teori yang diperoleh kedalam situasi yang sesungguhnya.
6
7
E. Keaslian Penelitian
Tabel 5 . Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Peneliti
Tujuan Penelitian
Rancangan Penelitian
Asmana (2008) Tujuan Umum : Menganalisis kelayakan RSUD dr. H.M Rabain Muara Enim dalam menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Tujuan Khusus : 1. Menganalisis syarat teknis yaitu kinerja pelayanan dan kinerja keuangan. 2. Menganalisis syarat administrasi. 3. Menganalisis dukungan stakeholder.
Studi kasus deskriptif.
Aswan (2008)
Studi kasus deskriptif dengan desain kasus tunggal terpancang.
Melakukan analisis pasar, teknis dan keuangan untuk mengetahui kelayakan pengembangan RSUD Lamandau.
Metode Pengumpulan Data Kuesioner, observasi dan wawancara mendalam.
Penelusuran data sekunder, observasi, kuesioner dan wawancara mendalam.
Sentosa (2011) Bertujuan untuk memperoleh suatu hasil analisis kelayakan pengembangan Rumah Sakit Baiturrahim Jambi pada aspek pemasaran.
Studi kasus deskriptif Observasi dan dengan menggunakan wawancara mendalam. rancangan metode kualitatif dan kuantitatif.
Peneliti (2012) Melakukan penilaian kelayakan pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Amurang untuk dikembangkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dilhat dari aspek pasar, aspek hukum, aspek sumber daya manusia, aspek teknik dan teknologi, dan aspek finansial.
Studi kasus deskriptif.
Kuesioner, observasi, dan wawancara mendalam.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu menggunakan kajian aspek studi kelayakan, rancangan penelitian adalah studi kasus deskriptif, dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, dan wawancara mendalam. Untuk perbedaannya terletak pada aspek yang diteliti yaitu pada penelitian ini menggunakan aspek pasar, aspek hukum,
aspek SDM, aspek teknik dan teknologi, dan aspek finansial. Sedangkan pada penelitian Asmana (2008) menggunakan aspek keuangan, Aswan (2008) menggunakan aspek teknis, dan Sentosa (2011) menggunakan aspek pemasaran.
8