perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terkait pada beberapa aspek pengetahuan, salah satunya adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat dengan keterampilan-keterampilan lainnya. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal, dalam Tarigan (2008:1). Peningkatan keterampilan berbahasa tersebut dilaksanakan secara terpadu, kontekstual, dan fungsional dengan fokus pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara berganti-ganti dan berkesinambungan. Terkait hal ini, menulis karangan juga termasuk di dalamnya. Karena mengarang termasuk bahan kajian dari mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah termasuk bagi jenjang Sekolah Dasar. Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan seseorang secara lisan serta menerima pikiran dan perasaan seseorang. Hal tersebut juga berkenaan dengan media menyatakan pikiran dan perasaan seseorang melalui tulisan. Namun yang terpenting dari fungsi bahasa adalah fungsi kreatif atau juga disebut fungsi imajinatif (dalam bahasa Jerman disebut Darstellung Funktion). Perkembangan kehidupan manusia tak dapat dilihat terlepas dari fungsi-fungsi bahasa tersebut. Semua fungsi tersebut dimiliki seseorang secara potensial. Untuk keterwujudannya diperlukan berbagai kondisi lingkungan yang menyulutnya, yakni suatu ajakan yang dapat merangsang kecenderungan yang dapat mewujudkan secara nyata potensi manusia menjadi kenyataan. Mengarang termasuk bagian dari keterampilan berbahasa yang disebut menulis. Sedangkan menulis adalah kemahiran berbahasa yang keempat. Hal yang
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
pertama adalah mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca, dan yang keempat tentunya adalah menulis. Keterampilan berbahasa adalah kekuatan nalar atau logika yang sangat sejajar. Biasanya orang-orang yang logikanya baik dapat diduga kemampuan berbahasanya baik. Tetapi, bila orang yang berbahasa verbal (lisan) itu baik belum tentu bahwa berbahasa tulisannya (grafis) juga baik. Dalam hal menulis, perlu kekuatan-kekuatan dari segi penguasaan simbol-simbol grafis seperti titik, koma, tanda tanya, tanda seru, tanda kutip, dan lain-lain. Karena itu, orang yang bagus bicaranya belum tentu bagus tulisannya. Sehingga,, menulis tergolong keterampilan bahasa (language skill) yang tersulit. Tidak mudah melakukannya. Allah S.W.T mengajarkan manusia untuk membaca dan menulis. Perintah ini secara eksplisit dapat disimak dalam Q.S. 96:1-5 sebagai berikut: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dalam Iqra perintah membaca ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Perintah membaca ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad S.A.W semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan. Kemudian, perintah menulis di dalam Al-qur’an tercantum dalam Q.S. 68:1-3 yang terjemahannya sebagai berikut: Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dengan demikian, membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang. Satu dan lainnya saling menunjang peran dan fungsi masing-masing. Membaca dan menulis merupakan pekerjaan besar bagi orang-orang berperadaban. Mengarang menurut Sujito (dalam Buletin Pusat Perbukuan, 2005:38) pada prinsipnya adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
“bercerita tentang sesuatu yang ada pada angan-angan. Penceritaan itu dapat dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan”. Pengertian mengarang menurut The Liang Gie (2002:3) adalah “Segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”. Sejalan dengan pengertian di atas Byrne (dalam Haryadi dan Zamzami) mengemukakan bahwa: Mengarang pada hakikatnya bukan sekadar menulis simbol-simbol grafis sehingga terbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran kedalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang merangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil (1979:76). Pembelajaran mengarang di Sekolah Dasar memberikan keterampilan bagi siswa dalam menulis, dengan kata lain pembelajaran mengarang mutlak diperlukan di Sekolah-sekolah Dasar. Namun kenyataannya pembelajaran mengarang kurang mendapat perhatian serius. Berdasarkan kenyataan
di lapangan
Tarigan
(1979:186-187)
mengemukakan bahwa:
Pengajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di Sekolah Dasar. Kelemahan terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang siswa berpikir dan berimajinasi juga kurang dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan oleh guru. Siswa sendiri menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang bagi kelanjutan studi mereka. Berikut kajian empiris pembelajaran mengarang di SD 1 Kalirejo Kudus, adapun kelemahan-kelemahan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Guru kurang mengkondisikan ruang belajar Pada kegiatan awal, apersepsi yang diberikan guru kurang mewakili isi dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti, guru kurang menjelaskan secara detil tentang berbagai jenis karangan dan langkah-langkah menulis karangan. Pada kegiatan mengarang, siswa banyak yang merasa kesulitan dalam memunculkan ide/gagasan, mengkaitkan antara gagasan dalam menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka karangan tersebut. Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan cara yang cepat dan tepat dalam memunculkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
ide/gagasan, membuat kaitan antara gagasan dalam menyusun kerangka karangan, sehingga anak cenderung melihat pekerjaan temannya. Namun, kenyataan yang dijumpai di lapangan, siswa masih pasif dalam pembelajaran mengarang bahasa Indonesia. Siswa belum mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya praktek pembelajaran masih menggunakan model konvensional dan penggunaan media yang masih kurang. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Walaupun para siswa sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik tetapi tingkat penguasaan siswa pada materi pelajaran bahasa Indonesia masih sangat rendah. Realitas menunjukkan bahwa berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari SD 1 Kalirejo, sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran mengarang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan prestasi belajar bahasa Indonesia materi mengarang siswa kelas V yang masih berada di bawah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 67. Siswa yang nilainya di atas KKM hanya 3 siswa atau (10%). Sedangkan 27 siswa atau (90%) masih memperoleh nilai di bawah KKM, sehingga nilai rata-rata kelas rendah. Untuk memperbaiki hal tersebut maka, sebaiknya guru memilih dan menggunakan
metode
pembelajaran
yang
tepat.
Penggunaan
metode
pembelajaran yang tepat akan memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran lebih efektif, lebih menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Maka pada penelitian ini peneliti menekankan upaya untuk melihat hasil penerapan metode pembelajaran mengalirkan bayangan (Image Streaming) untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa. Guna
menunjang
efisiensi
dan
efektivitas
penggunaan
metode
pembelajaran yang dimaksud, maka penulis ingin menerapkan metode pembelajaran Image Streaming agar pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan (enjoyful learning). Menurut Wenger (2003) Metode Image Streaming adalah kegiatan membiarkan bayang-bayang hadir dan muncul di hadapan “mata pikiran” Anda tetapi tidak memutuskan secara sadar isi bayangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
tersebut. Dan sementara anda melihat bayang-bayang tersebut, deskripsikan dengan lantang kepada fokus eksternal (alat perekam atau pendengar) isi bayangbayang tersebut dengan detil inderawi bertekstur kaya. Pengaliran bayangan menyebabkan beberapa bagian otak dan pikiran bekerja sama lebih erat. Integrasi ini membangun keseimbangan, memperkuat titik lemah, dan dengan cepat meningkatkan kekuatan intelektual (dan estetik), termasuk subjek-subjek akademis yang terkait. Sehingga pembelajaran mengarang lebih bemakna. Berdasarkan
dari
permasalahan
yang
ada
di
lapangan,
untuk
meningkatkan kemampuan mengarang bahasa Indonesia, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Mengalirkan
Bayangan
(Image
Streaming)
untuk
Meningkatkan
Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V SD 1 Kalirejo Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014” B. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian adalah
bagaimana
metode
pembelajaran
mengalirkan
bayangan
(Image
Streaming) dapat meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas V SD 1 Kalirejo Kudus Tahun Pelajaran 2013/ 2014? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hasil penerapan metode mengalirkan bayangan
(Image Streaming) dalam materi mengarang pada siswa kelas V SD 1 Kalirejo Kudus Tahun pelajaran 2013/2014. D. Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian yang membahas tentang penerapan metode mengalirkan bayangan (Image Streaming) dalam materi mengarang ini adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
1.
Bagi Siswa Sebagai pemberi motivasi agar mereka lebih kreatif lagi dalam menuangkan ide, gagasan, serta pikirannya dalam bentuk tulisan.
2.
Bagi Guru Memberikan alternatif pilihan penggunaan metode pembelajaran dalam materi mengarang bahasa Indonesia, sehingga guru bisa lebih kreatif juga inovatif dalam mengembangkan dan menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik diterapkan di kelas sehingga target pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dapat dicapai.
3.
Bagi Sekolah Sebagai kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang dijadikan tempat penelitian dengan menerapkan berbagai metode yang menunjang demi keberhasilan dalam pembelajaran.
4.
Bagi Peneliti Menambah wawasan dan sebagai bekal untuk meningkatkan profesionalisme sebagai calon guru dimasa akan datang yang ingin mengetahui tingkat efektivitas metode Image Streaming dalam pengajaran mengarang.
commit to user