1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan mengalami Proses penuaan, yang merupakan proses terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Mulai dari lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. Menua (menjadi tua) ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi (Nugroho, 2000). Penurunan juga terjadi pada panca indra yang akan mempengaruhi persepsi lansia.
Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang diri yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang integrated pada dalam diri individu yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, apabila waktu individu menerima stimulus melalui alat indera seperti mata, telinga, hidung, pengecap dan peraba yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu (Walgito, 2003). Seiring dengan penurunan yang dialami oleh lansia maka akan mempengaruhi persepsi lansia dalam menginterpretasikan stimulus yang diterima.
Kemunduran
yang
dialami
lansia
mendorong
pemerintah
dalam
melakukan
pembangunan nasional khususnya pembangunan di bidang medis. Untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya lansia, kebijakan pelayanan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia, yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia maka lansia akan mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat (Erfandi, 2008). 1
2
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional khususnya di bidang medis maka kualitas kesehatan hidup manusia lebih meningkat, akibatnya jumlah penduduk
yang
berusia
lanjut
meningkat.
Kantor
Kementerian
Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, pada tahun 1980 jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%), tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%),
tahun 2010 perkiraan
penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 %. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % (Hamid, 2007). Data awal di ketahui jumlah penduduk di Kota Kudus sebesar 752.921 jiwa dengan jumlah penduduk di Kecamatan Jekulo 96.243 jiwa terdapat 1.238 jiwa lansia, dan 117 jiwa lansia di Dukuh Kauman yang paling tinggi jumlah lansianya di bandingkan dukuh lain di Desa Jekulo (BPS Kab Kudus, 2008).
Meningkatnya jumlah lansia akan mempunyai dampak positif dan negatif, dampak negatif yang mungkin muncul pada lansia terkait aspek biologis atau fisik, aspek sosial dan aspek psikologis atau emosional. Salah satu masalah dari aspek psikologis adalah penurunan
konsep
diri
karena
kemunduran-kemunduran
pada
lansia.
Tugas
perkembangan lansia diantaranya dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan. Lansia yang memiliki konsep diri rendah tidak menghargai perawatan dan cenderung tidak akan mencari bantuan untuk kesehatan fisik atau emosional (Perry & Potter, 2005). Konsep diri dapat mempengaruhi kemunduran pada lansia, karena konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamanya dengan tubuhnya sendiri, yang sering mempengaruhi adalah perubahan fisik pada lansia. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya (Suliswati, dkk, 2005).
Menurut penelitian Nurussofa (2007) tentang Hubungan Proses Menua Dan Gambaran Diri Di Desa Kangkung Mranggen Demak menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi lansia tentang proses menua dengan gambaran diri lansia di Desa Kangkung Mranggen Demak. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kader di Dukuh
3
Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus bahwa lansia di dukuh kauman berjumlah 117 lansia dan 20 lansia yang mengikuti posbindu cenderung sehat di bandingkan lansia yang tidak mengikuti posbindu. Perbedaan ini akan mempengaruhi konsep diri pada lansia terkait persepsi proses penuaan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang ”Perbedaan persepsi proses penuaan dan konsep diri lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”.
B. Rumusan Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami secara fisiologis oleh semua orang yang di karuniai usia panjang. Meningkatnya jumlah lansia akan mempunyai dampak positif dan negatif, kemunduran pada lansia dapat mempengaruhi konsep diri, karena konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamanya dengan tubuhnya sendiri. Pengaruh paling besar adalah perubahan fisik yang dialami oleh lansia, terkait perubahan fisik yang dialami oleh lansia hal tersebut juga akan mempengaruhi persepsi diri pada lansia karena penurunan panca indra yang dialaminya.
Kemunduran
yang
dialami
lansia
mendorong
pemerintah
dalam
melakukan
pembangunan nasional khususnya pembangunan di bidang medis untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya lansia.
Kebijakan pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia adalah dibentuknya posyandu lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya.
4
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah ”Apakah ada perbedaan persepsi proses penuaan dan konsep diri lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi proses penuaan dan konsep diri pada lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
2.
Tujuan Khusus a.
Mendeskripsikan persepsi proses penuaan pada lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
b.
Mendeskripsikan konsep diri pada lansia mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
c.
Menganalisis perbedaan persepsi penuaan yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
d.
Menganalisis perbedaan konsep diri pada lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi penentu kebijakan Memberi informasi dan masukan tentang pentingnya perhatian pada lansia terkait proses penuaan dan konsep diri pada lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu.
5
b. Bagi Puskesmas Sebagai
bahan masukan bagi
profesi
kesehatan dalam
meningkatkan
profesionalisme pelayanan kesehatan terhadap lansia untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan. c. Bagi kader Posbindu Memberikan pengetahuan pada kader dan petugas agar melihat konsep diri pada lansia setelah terjadi perubahan yang mencolok akibat proses menua. 2. Manfaat keilmuan keperawatan a. Bagi Peneliti 1) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang proses penuaan dengan konsep diri sehingga dapat menganalisis suatu masalah. 2) Sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian. b. Bagi institusi keperawatan 1) Memberikan masukan dan informasi tentang pentingnya perhatian pada lansia terkait proses penuaan pada lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu. 2) Menambah studi kepustakaan tentang perbedaan proses penuaan dan konsep diri pada lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu, sehingga dapat di jadikan masukan bagi institusi dalam menangani masalah kesehatan lansia. 3. Manfaat untuk lansia Agar lansia mengetahui tentang informasi kesehatan dan lansia lebih sehat, baik sehat fisik maupun sehat mental.
E. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan gerontik