BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep negasi sangat penting dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Negasi sudah menjadi bagian dasar yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai siklus keberadaan (existence) dan ketiadaan (non-existence). Secara logika sederhana, negasi adalah ekspresi yang berkebalikan dari nilai kebenaran sebuah proposisi (Miestamo, 2007: 552). Dari pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa jika x adalah true ‘benar’ maka not-x berarti false ‘salah’ dan sebaliknya, jika x adalah salah maka not-x berarti benar. Negasi merupakan sebuah konsep penting yang bukan hanya terdapat pada logika dan filsafat, tetapi juga dalam bahasa. Bahkan, konsep linguistik tentang negasi lebih rumit bila dibandingkan dengan konsep serupa dalam logika dan filsafat karena konsep tersebut melibatkan unsur bentuk dan makna.
Semua
bahasa
alamiah
(natural
languages)
mempunyai kategori gramatikal tentang negasi, sehingga dapat dikatakan bahwa konsep negasi merupakan salah satu fenomena kesemestaan bahasa (language universal) (Lindstad, 2007:3; Miestamo, 2007: 556). 1
Terkait konsep negasi, para filsuf dan linguis telah memberikan
perhatian yang cukup besar. Diawali dengan
pengkajian negasi oleh seorang filsuf ternama Yunani, Aristoteles yang memberikan batasan negasi
berdasarkan
kebenaran logika. Logika yang dimaksud berkaitan dengan makna bahasa yang direpresentasikan dalam proposisi, yaitu serangkaian kata yang mempunyai makna abstrak dalam suatu bahasa (Horn, 1978:130; Hurford et al., 2007: 141). Seiring dengan kemajuan zaman, fokus kajian negasi yang semula hanya berdasarkan nilai kebenaran proposisi, terus berkembang melalui berbagai pendekatan.
Linguis
pertama yang diakui sebagai pembuka jalan bagi publikasi tentang negasi adalah Jespersen (1917), yang mengembangkan kajian negasi Aristoteles melalui pendekatan linguistik (Martinez, 1995: 208-209). Menurut Jespersen (1917), konsep negasi dalam linguistik dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
special
negation dan nexal negation. Special negation adalah suatu kata yang memiliki negasi derivasi melalui pengimbuhan prefiks atau sufiks. Prefiksasi unable, disagere, unhappy,
negatif tampak pada kata sedangkan sufiksasi negatif
terdapat pada kata careless, carfree. Selain negasi derivasi, yang termasuk negasi tipe ini adalah kata-kata yang secara 2
inheren bermakna negatif,
seperti fail, lack, dan forbid.
Sementara itu, nexal negation adalah negasi yang beroperasi pada kalimat lengkap yang diekspresikan dengan pemarkah negatif not atau n’t, misalnya She is not a teacher. Merujuk
pendapat
Jespersen
(1917),
terkait
pembahasan special negation, negasi dalam bahasa Inggris antara lain ditandai dengan hadirnya prefiks negatif untuk membentuk derivasi negatif. Secara spesfik, pengimbuhan prefiks negatif
pada bentuk dasar akan mengungkapkan
makna kebalikan dari makna dasarnya, seperti tampak pada contoh berikut.
(1) Eventhough you strongly
agree with
disagree with
the boss’
plan,
I
that.
‘Meskipun kamu setuju dengan rencana bos, saya sangat tidak setuju dengan hal itu.’ Pada contoh (1), dapat dipahami bahwa penggunaan prefiks dis- pada disagree menegasikan verba agree yang menyatakan makna kebalikannya. Kata agree yang artinya ‘setuju’ setelah mendapat prefiks dis- menjadi disagree ‘tidak setuju’. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ungkapan I strongly disagree ‘Saya sangat tidak setuju’ menegasikan you 3
agree ‘kamu setuju’. Dalam kasus ini tidak terjadi perubahan kelas kata, yaitu agree adalah verba dan disagree juga verba. Selain melekat pada verba,
prefiks dis- juga dapat
melekat pada adjektiva, seperti tampak pada penggunaan kata disable dan dishonest dalam contoh berikut. (2) a. The tiredness disabled the
job
him to
finish
on time.
‘Kelelahan membuatnya tidak mampu menyelesaikan tugas itu tepat waktu.’ b. Randy is about
dishonest
to
his
girlfriend
the affair.
‘Randy tidak jujur pada pacarnya tentang perselingkuhan itu. Pada (2a), verba disabled ‘membuat tidak mampu’ berasal dari base (bentuk dasar) able ‘mampu’ yang mendapatkan prefiks dis- dan sufiks past tense –ed. Sementara itu pada (2b), adjektiva dishonest ‘tidak jujur’ menjadi bentuk negatif dari adjektiva honest ‘jujur’. Hal yang menarik pada kasus ini adalah bahwa pada (2a), pengimbuhan prefiks dis- pada able mengubah kelas kata dari adjektiva menjadi verba disabled. Namun demikian, hal itu tidak berlaku bagi perubahan honest 4
menjadi dishonest pada (2b),
yang tetap berkelas kata
adjektiva. Dengan demikian, dari contoh (1) dan (2), diketahui bahwa prefiks negatif dis- dapat melekat pada dua kelas kata yang berbeda, yaitu verba dan adjektiva. Pengimbuhan perfiks dis- pada adjektiva able mengubah kelas kata menjadi verba disabled (2a), sedangkan pengimbuhan prefiks dis- pada verba agree dan adjektiva honest tidak mengubah kelas kata, yaitu tetap verba disagree (1) dan adjektiva dishonest (2b). Hal yang berbeda dengan perilaku prefiks sebelumnya terjadi pada pasangan kata unable-disable dan unstableinstable, seperti terlihat pada contoh berikut. (3) a. The police was
unable
to
catch
the thieve. ‘Polisi itu tidak mampu menangkap pencuri.’
b. Coalition government is 2009 with
in
power
since March
instable government.
(Press Release, 11/09/2013). ‘Pemerintah koalisi berkuasa sejak Maret 2009 dengan pemerintahan yang tidak stabil’
5
c. Met Eirann very
unstable
confirmed all
the weather will
stay
weekend.
(The Mirror, 17/01/2009) ‘Met Eirann menegaskan bahwa cuaca akan tetap tidak stabil di akhir pekan.’
Kedua pasangan kata tersebut menunjukkan pola yang sama, yaitu adjektiva able dapat menerima prefiks un- dan dis-, seperti pada unable (3a) dan disabled (2a). Sementara itu, adjektiva stable dapat menerima prefiks in- dan un-, yaitu pada instable (3b) dan unstable (3c). Secara semantis, perilaku prefiks negatif Bahasa Inggris dalam pengungkapan maknanya ke dalam BI juga menarik untuk dikaji. Sesuai namanya, prefiks negatif menyatakan makna kebalikan dari bentuk dasarnya. Namun demikian, ada beberapa kata yang menunjukkan hal yang berbeda dengan konsep dasar prefiks negatif, seperti unlock dan inexpensive.
(4) Unlock
this door, please!
(Kemerman English Multilanguage Dict., 2006-2013). ‘Tolong buka pintu ini!’ 6
(5) Tips
for
inexpensive fun.
(USA Today, 1/8/2012) ‘Saran untuk mendapatkan kesenangan yang murah’
Kata Unlock pada (4) dan inexpensive (5) berstruktur negatif, namun secara semantis bermakna positif, yaitu masing-masing ‘buka’ dan ‘murah’. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, bahwa
diketahui
(a) sebuah prefiks negatif dapat melekat pada
beberapa kelas kata, seperti
disagree,
disable, dan
dishonest); (b) beberapa prefiks negatif dapat melekat pada satu kelas kata, seperti pada
unable-disable dan unstable-
instable; (c) pengimbuhan prefiks pada bentuk dasarnya atau prefiksasi ada yang dapat mengubah kelas kata, seperti able (Adj) -> disable (V) dan ada juga yang tidak, seperti agree (V) -> disagree (V), honest (Adj) -> dishonest (Adj), dan able (Adj) -> unable (Adj); dan (d) walaupun bentuknya negatif, derivasi yang dihasilkan dari prefiksasi tersebut untuk kasus tertentu dapat bermakna positif, seperti lock ‘mengunci’ -> unlock ‘buka’ dan expensive ‘mahal’ -> inexpensive ‘murah’) Paparan sekilas tentang prefiks negatif tersebut menjadi dasar pemikiran penulis untuk meneliti prefiks negatif dalam afiksasi bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa 7
Indonesia. Dengan demikian, kajian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan struktur, yaitu morfologi dan sintaksis, dan makna.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Derivasi apa saja yang dihasilkan oleh konstruksi prefiks negatif bahasa Inggris?
2.
Konstruksi
bahasa
apa
saja
yang
dibentuk
oleh
pengimbuhan prefiks negatif bahasa Inggris? 3.
Makna apa saja yang didukung oleh konstruksi prefiks negatif bahasa Inggris?
C. Tujuan Penelitian Untuk menemukan jawaban-jawaban dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Merumuskan
dan
menganalisis
derivasi
yang
dihasilkan oleh konstruksi prefiks negatif bahasa Inggris.
8
2. Merumuskan dan menganalisis konstruksi bahasa yang dibentuk oleh pengimbuhan prefiks negatif bahasa Inggris. 3. Merumuskan dan menganalisis makna yang terkandung dalam konstruksi prefiks negatif bahasa Inggris.
D. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peminat kajian bahasa, terutama pembelajar dan peneliti bahasa guna memperluas khazanah dan wawasan kebahasaan mereka. Dari segi bobotnya, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang penting bagi kajian linguistik, terutama bagi perkembangan pengajaran bahasa yang berkaitan dengan morfosintaksis bahasa Inggris. Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat tentang prefiks negatif dalam proses pembentukan kata
bahasa Inggris. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat melengkapi buku gramatika sebagai materi tambahan dalam pengajaran bahsa Inggris di Indonesia karena pembahasannya disertai dengan padanan prefiks negatif bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia. Demikian juga, penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan penelitian linguistik selanjutnya. 9
Informasi yang akurat tentang prefiks negatif sangat diperlukan agar para peminat kajian bahasa Inggris memahami kaidah-kaidah pembentukan derivasi melalui prefiks negatif dengan baik. Sejalan dengan kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, maka penelitian ini sangat relevan dengan
proses
pembelajaran
dan
penguasaannya
bagi
masyarakat Indonesia agar lebih baik sehingga dapat menambah wawasan dan keterlibatan mereka di tingkat internasional.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Negasi Bahasa Inggris Secara garis besar, negasi dalam bahasa Inggris dibagi dalam dua kelompok, yaitu negasi klausal dan negasi nonklausal. 1. Negasi Klausal Negasi klausal adalah negasi yang mengimplikasikan makna negatif bagi keseluruhan klausa. Negasi klausal ini diistilahkan oleh para pakar dengan nama yang berbeda-beda. Klima (1964) dan Hoffmann (1993), menyebut negasi klausal dengan negasi kalimat (sentential negation); Jespersen (1917) dan Horn (1978) menyebutnya dengan nexal negation; Givon (1984) mengistilahkannya dengan negasi sintaktis (syntactic negation); dan Quirk et al. (1987) menggunakan istilah negasi klausal (clausal negation). Secara sintaktis, negasi klausal mempunyai dua struktur, yaitu negasi V dan negasi nonV. Negasi V dibentuk dengan menempatkan NOT di antara operator dan predikasi, baik secara infleksi maupun secara analitis, seperti pada kalimat She did not come to the party, did she? Sementara itu, 11
negasi nonV dibentuk dengan menempatkan pemarkah negatif pada posisi tertentu (Quirk et al., 1987. Dalam kalimat bahasa Inggris, terdapat beberapa macam pemarkah negatif NonV yang digunakan, antara lain: (1) Adv negatif, seperti seldom, scarcely, hardly, never dengan posisi di antara S dan P. Misalnya, Sue seldom goes to school on foot, does she?; (2) Quantifier negatif dalam FN sebagai S, seperti not many dalam kalimat Not many students attended the lecture, did they?; dan (3) indefinit pronoun negatif, seperti Nobody, No one, none yang menduduki fungsi S, seperti pada kalimat Nobody swept the floor, did they?
2. Negasi Nonklausal Berbeda dengan tipe negasi sebelumnya, negasi nonklausal hanya menegasikan sebagian elemen klausa, misalnya frasa atau kata saja. Para linguis berbeda-beda dalam mengistilahkan tipe negasi ini. Misalnya, Klima (1964) dan Horn (1978) menyebutnya dengan negasi spesial (special negation); Givon (1984) menyebutnya dengan negasi leksikal (lexical negation); Quirk et al. (1987) dan Biber et al. (1999) mengistilahkannya dengan negasi lokal (local negation); Huddleston
(1998)
mengistilahkannya
dengan
negasi
subklausal (subclausal negation). Khusus untuk negasi 12
nonklausal, Quirk et. al. (1987) membaginya menjadi negasi kata dan negasi frasa. Negasi nonklausal yang berupa kata secara formal dimarkahi oleh
prefiks negatif, seperti dis-, un-, im- yang
dilekatkan pada Adj dan Adv bergradasi dan V, seperti unhappy, dislike, dan disadvantage (Horn, 1978). Sementara itu,
negasi
nonklausal
berupa
frasa
dibentuk
dengan
menempatkan pemarkah negatif NOT sebelum frasa seperti You may NOT go swimming (menegasikan FV); He went away, but NOT very happy (menegasikan FAdj); He went away, but NOT very cheerfully (menegasikan FAdv); He went away, but NOT in a good condition (menegasikan FPrep) dan He spent NOT many weeks deciding what to do (menegasikan FN). Selanjutnya, pada penelitian ini, pengelompokan jenis negasi bahasa Inggris dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu negasi klausal dan negasi nonklausal. Secara ringkas, jenis negasi bahasa Inggris dapat dilihat pada diagram berikut.
13
B. Derivasi dan Infleksi Katamba (1994:92-100) menjelaskan perbedaan konsep infleksi dan derivasi sebagai berikut. Infleksi berkaitan dengan kaidah-kaidah sintaktis yang dapat diramalkan (predictable), otomatis (automatic), sistematis, bersifat tetap/konsisten, dan tidak mengubah identitas leksikal, sedangkan derivasi lebih bersifat tidak bisa diramalkan, berdasarkan kaidah sintaktik, tidak otomatis, tidak sistematik, bersifat optional/sporadis, serta mengubah identitas leksikal. Sehubungan dengan derivasi dan infleksi, Booij (1988:39) juga menyatakan bahwa afiks-afiks derivasional merupakan morfem terikat yang digabungkan dengan base untuk mengubah kelas katanya (part of speech). Misalnya, kata-kata teach, build dan sweep adalah verba, tetapi jika ditambahkan afiks derivasional -er, akan menjadi nomina teacher, builder, dan sweeper. Jika ditambahkan sufiks-ly pada adjektiva happy, loud, smooth, akan didapatkan adverbia happily, loudly, smoothly. Contoh lain afiks derivasional adalah -en yang dapat mengubah nomina menjadi verba seperti pada danger, slave, throne, menjadi:
endanger,
enslave,
enthrone. Namun
demikian, jenis kata kadang-kadang juga tidak berubah karena 14
afiks derivasional, misalnya like dan dislike, keduanya berjenis verba; true dan untrue keduanya adjektiva. Selanjutnya, Bauer (1988:12-13) berpendapat bahwa derivasi adalah proses morfologis yang menghasilkan morfem baru, sedangkan infleksi adalah proses morfologis yang menghasilkan bentuk-bentuk kata yang berbeda dari sebuah leksem yang sama. Infleksi adalah bentuk-bentuk kata yang berbeda dari paradigma yang sama, sedangkan derivasi adalah bentuk kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda. Pembentukan
infleksional
dapat
diramalkan,
sedangkan
pembentukan derivasional tidak dapat diramalkan (Bauer, 1988: 13; Matthews, 1991: 38) Sebagai catatan, perlu diperhatikan apa pendapat Bauer (1988: 12-13) dalam kaitannya dengan studi tentang morfologi, yaitu adanya sejumlah cara untuk mengetahui apakah sebuah afiks bersifat infleksional atau derivasional. Jika sebuah afiks mengubah bentuk kata dasarnya, afiks itu bersifat derivasional. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata bentuk dasarnya biasanya termasuk afiks infleksional. Sebagai contoh, form adalah nomina, namun setelah mendapatkan sufiks –al berubah menjadi formal sebagai adjektiva. Hal ini berarti bahwa pengimbuhan sufiks -al dapat mengubah kelas kata sehingga termasuk afiks derivasional. 15
Sementera itu, formalise adalah verba dan mendapatkan sufiks –s menjadi formalizes yang juga verba. Hal ini berarti bahwa sufiks -s tidak mengubah kelas kata, sehingga termasuk afiks infleksional. Afiks infleksional selalu menampakkan makna yang teratur atau dapat diprediksikan; sebaliknya, makna-makna dari afiks derivasional tidak dapat diramalkan (Bauer, 1988:13).
Sebagai
contoh,
afiks
infleksional
-s
yang
menunjukkan makna jamak dalam bahasa Inggris, seperti: dogs, bicycles, shoes, trees. Berbeda halnya dengan perubahan makna secara derivasional seperti -age dalam bandage ‘pembalut’, cleavage ‘perpecahan’, mileage ‘jarak mil’, shortage ‘kekurangan. Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila afiks infleksional dapat ditambahkan pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata, maka hal tersebut dapat juga berlaku bagi semua anggota kelas yang lain. Lain halnya dengan afiks derivasional yang tidak dapat ditambahkan pada setiap anggota kelas. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa afiks infleksional bersifat produktif, sedangkan afiks derivasional bersifat tidak produktif. Secara statistik, Nida (1976:269) berpendapat bahwa afiks derivasional lebih beragam, misalnya dalam Bahasa 16
Inggris terdapat afiks-afiks pembentuk nomina, seperti -er, ment, -ion, -ation, dalam -ness masing-masing pada singer, arrangement, correction, nationalization, dan stableness, sedangkan afiks infleksional dalam Bahasa Inggris kurang beragam, seperti -s dengan variasinya , dan -ed1, -ed2, -ing, seperti pada work, worked1, worked2, working. Afiks-afiks derivasional dapat mengubah kelas kata, sedangkan afiks infleksional tidak. Afiks-afiks derivasional mempunyai distribusi yang lebih terbatas, misalnya afiks derivasional -er diramalkan tidak selalu terdapat pada dasar verba untuk membentuk nomina, sedangkan afiks infleksional mempunyai distribusi yang lebih luas.
Pembentukan derivasional dapat menjadi dasar bagi
pembentukan berikutnya, seperti pada sing (V) ->singer (N) >singers (N), sedangkan pembentukan infleksional tidak (Nida, 1976: 270). Samsuri (1982: 198) di dalam buku Analisis Bahasa mengungkapkan pendapatnya tentang derivasi dan infleksi, yaitu
bahwa
derivasi
ialah
konstruksi
yang
berbeda
distribusinya dari pada dasarnya, sedangkan infleksi adalah konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya. Samsuri (1982)
menyatakan bahwa di dalam
bahasa-bahasa Eropa, utamanya Inggris, pengertian derivasi 17
dan infleksi dapat dikenakan secara konsisten. Dalam infleksi, diberikan bebera contoh, seperti books (book); stop, stopped, stopping (stop); dan prettier, prettiest (pretty). Sementara itu, untuk derivasi, diberikan contoh seperti runner (run) dan beautify (beauty) yang mengubah makna dan kelas kata. Bentuk-bentuk seperti book, jika mendapat sufiks s (plural) menjadi books merupakan bentuk infleksi, seperti halnya wall-walls, dan chair-chairs.
C. Prefiks Negatif Bahasa Inggris Bahasa Inggris merupakan bahasa yang tergolong dalam kelompok Indo-Eropa sehingga fenomena kata atau unsur pinjaman sering terjadi di dalamnya (McMannis et al., 1987:119). Hal ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya prefiks yang berasal dari bahasa lain, seperti an- dan antidari Yunani, dan il-, ir-, im-, dis- dan de- dari Latin. Dalam penggunaannya, sebuah prefiks tidak tergantung pada fungsi gamatikal pada kalimat, namun berbeda dengan infleksi yang penggunaannya berkaitan erat dengan fungsi gramatikal (McMannis et al, 1987:120; Thornbury, 2006: 8). Menurut Thornbury (2006: 8-10), prefiks- prefiks seperti il-, ir-, im-, dis- dan de- merupakan prefiks negatif yang berfungsi sebagai penanda negasi nonklausal, yaitu 18
negasi kata dalam bahasa Inggris. Konstruksi negasi yang dibentuk dari pengimbuhan prefiks negatif digunakan untuk mengungkapkan makna kebalikan dari makna dasarnya. Bentuk illogical, irrational, impossible, dan defrost masingmasing menegasikan makna kata logical, rational, possible, dan frost. Sementara itu, O’Dwyer (2006: 23) menegaskan bahwa prefiks merupakan morfem terikat yang ditempatkan di depan kata dasar (base) sehingga dapat membentuk kata baru atau derivasi.
Selanjutnya,
derivasi
yang
dihasilkan
dari
pengimbuhan prefiks negatif tidak semuanya mengubah kelas kata seperti halnya dalam derivasi sufiks, tetapi hanya membentuk kata baru yang membedakan artinya. Misalnya, kata happy merupakan
adjektiva
yang
berarti
‘bahagia’,
kemudian diimbuhi prefiks negatif un- menjadi unhappy yang juga berkategori
adjektiva yang memiliki arti ‘tidak
bahagia’. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa semua prefiks dapat dikategorikan sebagai morfem derivasional. Dengan merujuk pada pembahasan sebelumnya bahwa prefiks negatif termasuk dalam kategori derivasi, maka penggolongan prefiks negatif dapat dibagi atas dua kategori, yaitu prefiks yang dapat mengubah kelas kata (class-changing category) dan prefiks yang tetap mempertahankan kelas kata 19
(class-maintaining category) (Marchand, 1960: 64; Quirk et al, 1987:214). Penggunaan prefiks yang mengubah kelas kata terjadi apabila pengimbuhan prefiks negatif pada bentuk dasar mengakibatkan perubahan kelas kata. Misalnya, adjektiva able mendapatkan imbuhan dis- menjadi verba disable. Sebaliknya, pemertahanan kelas kata terjadi apabila pengimbuhan prefiks negatif tidak mengakibatkan perubahan kelas kata, misalnya adjektiva happy mendapat imbuhan un- menjadi unhappy yang masih tetap berkelas kata adjektiva.
D. Makna Prefiks Negatif Bahasa Inggris Sesuai dengan namanya, prefiks negatif mempunyai makna negatif atau makna yang berkebalikan dengan makna dasarnya (Marchand, 1960; McMannis et al, 1987). Beberapa konstruksi negatif, seperti unhappy, illogical, dan immature, masing-masing mempunyai makna kebalikan dari bentuk dasar happy, logical dan mature. Namun demikian, apabila diteliti secara cermat,
prefiks negatif yang membentuk derivasi
negatif akan mempunyai makna yang lebih spesifik dari makna negatif pada umumnya. Beberapa ahli telah melakukan kajian semantis terhadap prefiks negatif bahasa Inggris. Jespersen (1917) 20
mengelompokkan beberapa prefiks negatif dalam
lima
interpretasi makna, yaitu 1) negative: non-, mis-, dis-, 2) privative: un-, de-, 3) pejorative: mal-, 4) opposition: anti-, contra-, counter-, dan 5) locative-temporal: ex-. Sementara itu, ahli lain mengemukakan interpretasi makna prefiks negatif Bahasa Inggris yang sedikit berbeda dari Jespersen (1917), yaitu membaginya ke dalam lima kelompok, tanpa mencantumkan makna locative-temporal. Interpretasi makna tersebut antara lain 1) negative: a-, in-, 2) privative: de-, dis-, 3) reversal: un-, dis-, 4) opposition: anti-, contra-, counter-, 5) pejorative: mal-, dys-. (Marchand, 1960). Kajian tentang makna prefiks negatif bahasa Inggris yang cukup komprehensif dan terkini merujuk pada pendapat Hamawand (2009:15-35), yang menyatakan bahwa prefiks negatif bahasa Inggris dapat diinterpretasikan maknanya atas delapan kategori, antara lain: 1. Degradation, menyatakan penurunan dalam tingkatan, kualitas dan ukuran, misalnya abnormal. 2. Inadequacy, menyatakan ketidaklengkapan, misalnya semi-literate. 3. Distinction, menyatakan kebalikan dan ketidaksamaan, misalnya typical vs atypical 21
4. Opposition, menyatakan ketidaksetujuan pada sikap atau pendapat, misalnya anti-collonialism. 5. Treatment,
menyatakan penanganan
yang salah,
misalnya mal-practice. 6. Privation, menyatakan kekurangan/ketidakpunyaan, misalnya disbelief. 7. Removal, menyatakan penghilangan atau pelepasan, misalnya defrost. 8. Reversal,
menyatakan
kebalikan
perbuatan
sebelumnya, misalnya undo.
E. Morfosintaksis Morfosintaksis adalah area persinggungan antara morfologi dan sintaksis. Dalam kajian morfosintaktis, terlebih dahulu dikaji ciri morfologis sebuah unsur kalimat (Trask, 1999: 176; Parera, 2009: 6). Analisis morfologis tersebut menjadi landasan kajian berikutnya dalam tataran klausa atau kalimat. Misalnya, dalam mendeskripsikan karakteristik sebuah kata berprefiks negatif dalam Bahasa Inggris, maka analisisnya harus menggunakan tiga pendekatan, yaitu secara morfologis, sintaktis, dan semantis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa morfosintaksis adalah kajian 22
yang
mempelajari hubungan antara struktur kata, frasa, klausa dan kalimat. Secara sistematis, kajian
sintaktis terbagi atas tiga
tataran yang secara hierarkis dapat disebutkan sebagai berikut: 1) fungsi , 2) kategori, 3) peran (Verhaar, 1996:70; Parera, 2009:7).
Fungsi sintaktis menyatakan
kedudukan satuan-
satuan bahasa pada tataran yang lebih tinggi. Sebuah kata, misalnya, dapat dapat berfungsi sebagai subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel.). Analisis kategori bertujuan mengelompokkan unsurunsur bahasa berdasarkan kesamaan struktur, distribusi, atau bentuk. Satuan kata dapat dikategorikan seperti N, V, Adj, dan Adv, sedangkan satuan frase dikategorikan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, seperti FN, FV, Adj, dan FAdv. Sementara itu, analisis peran menyatakan makna dari fungsi sintaksis, seperti pelaku, pengalam, objektif, atribut, benefaktif, lokatif dan temporal.
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan ciri, sifat dan gambaran data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah data itu sendiri (Djajasudarma, 2006: 15).
Penelitian kualitatif
bersifat
naturalistik
dinyatakan
keadaan
yang
datanya
dalam
sewajarnya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati, tidak diubah dalam simbol-simbol
dan
bilangan.
Metode
kualitatif
lebih
menekankan analisis data secara induktif dimulai dari fakta empiris di lapangan yang kemudian dibentuk ke dalam bangunan teori dan hukum (Sudaryanto, 1993:13). Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, pemilihan data, dan analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca, simak, dan catat.
Pemilihan
penelitian kebahasaan
ini
kalimat-kalimat dilakukan
penulis
yaitu,
dengan
yang
relevan
dengan
mengunakan
intuisi
kesadaran
penuh
yang tak
terumuskan tetapi terpercaya terhadap apa dan bagaimananya 24
kenyataan lingual. Data yang dipilih berupa kalimat-kalimat yang mengandung kata berprefiks negatif bahasa Inggris.
B. Metode dan Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan melalui teknik simak,
dan
catat
selanjutnya
dikaji
dengan
baca, metode
distribusional. Metode kajian distribusional mengunakan alat penentu unsur bahasa itu sendiri. Metode ini memakai alat penentu di dalam bahasa yang diteliti. Titik tolak kerja kajian dimulai dari data yang sudah dipilah berdasarkan intuisi kebahasaan yang dimiliki, termasuk intuisi gramatika sebagai akibat dari pemahaman atas suatu teori (Djajasudarma, 2006 :60; Sobarna, 2012: 12). Metode distribusional disebut juga sebagai metode agih, yaitu metode yang alat penentunya adalah justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Teknik dasar metode ini disebut teknik bagi unsur langsung (immediate constituent), yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa
bagian
atau
unsur,
dan
unsur-unsur
yang
bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 16; Parera, 2009: 73) 25
Teknik bagi unsur langsung memiliki beberapa teknik lanjutan, yaitu teknik baca markah. Teknik ini dilakukan dengan membaca pemarkah negatif dalam penelitian ini yang berupa prefiks negatif dalam afiksasi Bahasa Inggris dan juga pengungkapan maknanya dalam BI. Dengan melihat langsung prefiks negatif Bahasa Inggris,
akan mudah ditemukan
derivasi negatifnya, demikian juga perilaku pengungkapan makna prefiks negatif tersebut dalam BI.
C. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tulis. Pemilihan data tulis ini berdasarkan asumsi bahwa bahasa ragam tulis menggunakan kalimat-kalimat yang lebih konsisten, yaitu cenderung menggunakan kalimat lengkap. Selain itu, kalimat-kalimat dalam sumber data tulis lebih banyak mengandung variasi data yang diperlukan. Data dalam penelitian ini berupa kalimat tunggal dalam bahasa Inggris yang mengandung konstruksi prefiks negatif. Sumber data tulis dalam penelitian ini adalah korpus. Korpus adalah rekaman kebahasaan dari berbagai sumber otentik,
seperti
majalah,
jurnal,
novel,
surat
kabar.
Dikarenakan keotentikan data korpus, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang hidup di antara penuturnya atau bahasa 26
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengakses korpus free library secara daring melalui www.thefreelibrary.com.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Derivasi yang Dihasilkan oleh Konstruksi Prefiks Negatif Bahasa Inggris 1. Derivasi yang Mengalami Perubahan Kelas Kata Pada kategori ini, pengimbuhan prefiks negatif bahasa Inggris pada bentuk dasar menyebabkan terjadinya perubahan kelas kata pada derivasinya. Berdasarkan analisis data, ditemukan beberapa konstruksi derivasi yang mengalami perubahan kelas kata, antara lain: verbal denomina, verbal deadjektiva, adjektival denomina, dan adjektival deverba.
a. Verbal denomina (1) Defrost regularly and wash down with hot soapy water, then wipe with a hygienic cleaner. (Sunday Mirror, 25/10/1998) Pada contoh (1), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif defrost. Kata defrost berasal dari bentuk dasar frost yang berkelas kata nomina (N). Kata frost ‘bekuan es’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif demenjadi defrost ‘menghilangkan bekuan es’ yang berkelas kata verba (V). Pengimbuhan prefiks de- pada frost menyebabkan 28
perubahan kelas kata, yaitu dari nomina frost menjadi verba defrost. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan perfiks de- pada frost menjadi defrost mempunyai kelas kata yang berbeda dari bentuk dasarnya. Perubahan dari nomina frost setelah mendapatkan imbuhan prefiks de- menjadi verba defrost disebut sebagai konstruksi verbal denomina, yaitu verba yang diturunkan dari nomina.
b. Verbal deadjektiva (2) Enable or disable 3G Data service and check if network signal is back. (International Business Time, 28/9/2013) Pada contoh (2), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif disable. Kata disable berasal dari bentuk dasar able yang berkelas kata adjektiva (Adj). Kata able ‘mampu’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif dis- menjadi disable ‘menghilangkan’ yang berkelas kata verba (V). Pengimbuhan prefiks dis- pada able menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu dari adjektiva able menjadi verba disable. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks dis- pada able menjadi disable mempunyai kelas kata yang berbeda dari bentuk dasarnya. Perubahan dari adjektiva able setelah 29
mendapatkan imbuhan prefiks de- menjadi verba disable disebut sebagai konstruksi verbal deadjektiva, yaitu verba yang diturunkan dari adjektiva.
c. Adjektival denomina (3) A new initiative called "Tribes for Change" joined the antigovernment protests in the capital on Monday. (Yemen Times, 24/2/2011) Pada contoh (3), ditemukan gejala data berupa konstruksi
prefiks
negatif
anti-government.
Kata
anti-
government berasal dari bentuk dasar government yang berkelas kata nomina (N). Kata government ‘pemerintah’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif anti- menjadi anti-government ‘anti pemerintah’ yang berkelas kata adjektiva (Adj).
Pengimbuhan
prefiks
anti-
pada
government
menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu dari nomina government menjadi adjektiva anti-government. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks anti- pada government
menjadi
anti-government mempunyai kelas kata yang berbeda dari bentuk dasarnya. Perubahan dari nomina government setelah mendapatkan imbuhan prefiks anti- menjadi adjektiva anti30
government disebut sebagai konstruksi adjektival denomina, yaitu adketiva yang diturunkan dari nomina.
d. Adjektival deverba (4) Continental Airlines announces daily non-stop service between New York and Oslo. (PR Newswire, 24/2/2004) Pada contoh (4), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif non-stop. Kata non-stop berasal dari bentuk dasar stop yang berkelas kata verba (V). Kata stop ‘berhenti’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif nonmenjadi non-stop ‘tanpa berhenti’ yang berkelas kata verba (V). Pengimbuhan prefiks non- pada stop menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu dari verba stop menjadi adjektiva non-stop. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks non- pada stop menjadi non-stop mempunyai kelas kata yang berbeda dari bentuk
dasarnya.
Perubahan
dari
verba
stop
setelah
mendapatkan imbuhan prefiks non- menjadi adjektiva non-stop disebut sebagai konstruksi adjektival deverba, yaitu adjektiva yang diturunkan dari verba.
31
2. Derivasi yang Tidak Mengalami Perubahan Kelas Kata Pada kategori ini, pengimbuhan prefiks negatif bahasa Inggris pada bentuk dasar tidak menyebabkan terjadinya perubahan kelas kata pada bentuk derivasinya. Berdasarkan analisis data, ditemukan beberapa konstruksi derivasi yang tidak mengalami perubahan kelas kata, antara lain: nominal, verbal, adjektiva, dan adverbal.
a. Nominal (5) Avoid malpractice and protect your license: self-reporting to the nursing board. (Nevada RNformation, 1/8/2008) Pada contoh (5), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif malpractice. Kata malpractice berasal dari bentuk dasar practice yang berkelas kata nomina (N). Kata practice ‘praktik’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif mal- menjadi malpractice ‘malpraktik’ yang berkelas kata nomina (N). Pengimbuhan prefiks mal- pada practice tidak menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu nomina practice menjadi nomina malpractice. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks mal- pada practice menjadi malpractice mempunyai kelas kata yang sama dari bentuk dasarnya.
Perubahan
dari nomina 32
practice
setelah
mendapatkan
imbuhan
prefiks
mal-
menjadi
nomina
malpractice disebut sebagai konstruksi nominal, yaitu nomina yang diturunkan dari nomina dasar.
b. Verbal (6) She has sought the help of a top surgeon to undo the damage. (Sunday Mirror, 6/1/2003)
Pada contoh (6), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif undo. Kata undo berasal dari bentuk dasar do yang berkelas kata verba (V). Kata do ‘melakukan’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif un- menjadi undo ‘menghilangkan’ yang berkelas kata verba (V). Pengimbuhan prefiks un- pada do tidak menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu verba do menjadi verba undo. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks un- pada do menjadi undo mempunyai kelas kata yang sama dari bentuk dasarnya. Perubahan dari verba do setelah mendapatkan imbuhan prefiks un- menjadi verba undo disebut sebagai konstruksi verbal, yaitu verba yang diturunkan dari verba dasar.
33
c. Adjektival (7) Improper insecticide use can result in acute health effects. (Canadian Journal of Public Health, 1/11/2012)
Pada contoh (7), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif improper. Kata improper berasal dari bentuk dasar proper yang berkelas kata adjektiva (Adj). Kata proper ‘wajar’ setelah mendapatkan imbuhan prefiks negatif im- menjadi improper ‘tidak wajar’ yang berkelas kata adjektiva (Adj). Pengimbuhan prefiks im- pada proper tidak menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu adjektiva proper menjadi
adjektiva
improper.
Dengan
demikian,
dapat
dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks im- pada proper menjadi improper mempunyai kelas kata yang sama dari bentuk dasarnya. Perubahan dari adjektiva proper setelah mendapatkan imbuhan prefiks im- menjadi adjektiva improper disebut sebagai konstruksi adjektiva, yaitu adjektiva yang diturunkan dari adjektiva dasar.
34
d. Adverbal (8) Students moved around as they pleased and spoke to teachers disrespectfully. (Daily News, 2/4/2008) Pada contoh (8), ditemukan gejala data berupa konstruksi prefiks negatif disrespectfully. Kata disrespectfully berasal dari bentuk dasar respectfully yang berkelas kata adverba (Adv). Kata respectfully ‘dengan hormat’ setelah mendapatkan
imbuhan
prefiks
negatif
dis-
menjadi
disrespectfully ‘dengan tidak hormat’ yang berkelas kata adverba (Adv). Pengimbuhan prefiks dis- pada respectfully tidak menyebabkan perubahan kelas kata, yaitu adverba respectfully
menjadi
adverba
disrespectfully.
Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa derivasi yang dihasilkan oleh pengimbuhan prefiks dis- pada respectfully menjadi disrespectfully mempunyai kelas kata yang sama dari bentuk dasarnya.
Perubahan
mendapatkan
imbuhan
dari
adverba
prefiks
respectfully
setelah
menjadi
adverba
dis-
disrespectfully disebut sebagai konstruksi adverbal, yaitu adverba yang diturunkan dari adverba dasar.
35
B. Konstruksi Morfosintaktis yang Dibentuk oleh Prefiks Negatif Bahasa Inggris Dalam
bagian
ini,
pembahasan
kosntruksi
morfosintaktis merujuk pada struktur bahasa yang dibentuk oleh pengimbuhan prefiks negatif Bahasa Inggris baik yang hadir dalam tataran kata maupun tataran frasa dalam kalimat tunggal.
1. Konstruksi Kata Polimorfemis .
Secara morfologis, kata polimorfemis adalah sebuah
kata yang terdiri atas beberapa morfem. Dalam konstruksi polimorfemis, ada unsur kata yang berperan sebagai morfem bebas, sedangkan unsur lainnya adalah morfem terikat. Prefiks negatif sebagai morfem terikat dapat melekat pada kata dasar sebagai morfem bebas untuk membentuk suatu derivasi negatif yang bersifat polimorfemis. Konstruksi kata polimorfemis yang dibentuk oleh pengimbuhan prefiks negatif pada bentuk dasarnya dapat dilihat pada penjelasan berikut.
36
a. Prefiks + Kata Dasar (9) The Advance Line processes only mature beans without pulping the immature beans. (Tea and Coffee Trade Journal, 1/3/2010) Pada contoh (9), ditemukan konstruksi prefiks negatif immature. Secara morfologis, kata tersebut berkonstruksi polimorfemis karena terdiri dari beberapa morfem, yaitu morfem bebas mature yang berkelas kata adjektiva (Adj) dan morfem terikat im- yang diimbuhkan pada kata tersebut sebagai prefiks negatif. Kedua morfem tersebut bergabung menjadi satu untuk membentuk sebuah kata, yaitu immature. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata immature pada contoh (9) merupakan konstruksi polimorfemis karena terdiri dari dua morfem, yaitu prefiks im- dan adjektiva mature. Pola tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Pola I: Prefiks Negatif + Adjektiva
b. Prefiks + Kata Dasar + Sufiks Infleksional (10) Jan frequently misunderstands others' intentions, and responds by displaying aggressive behavior toward her classmates.(Childhood Education, 22/12/2002) Pada contoh (10), ditemukan konstruksi prefiks negatif misunderstands. Secara morfologis, kata tersebut berkonstruksi 37
polimorfemis karena terdiri dari beberapa morfem, yaitu morfem bebas understand ‘memahami’ yang berkelas kata verba (V), morfem terikat mis- yang diimbuhkan pada kata tersebut sebagai prefiks negatif, dan morfem terikat lainnya, yaitu sufiks inflectional -s. Ketiga morfem tersebut bergabung menjadi
satu
misunderstands.
untuk
membentuk
sebuah
kata,
yaitu
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kata misunderstands pada contoh (10) merupakan sebuah konstruksi polimorfemis karena terdiri dari tiga morfem, yaitu prefiks mis-,
dan verba understand, dan sufiks -s. Pola
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Pola II: Prefiks Negatif + Verba + Sufiks Infleksional
c. Prefiks + Kata Dasar + Sufiks Derivasional (11) Cultures differ in the way they view, relate and orient to disagreement
and
conflict.
(China
Media
Research,
1/10/2013) Pada contoh (11), ditemukan konstruksi prefiks negatif disagreement. Secara morfologis, kata tersebut berkonstruksi polimorfemis karena terdiri dari beberapa morfem, yaitu morfem bebas agree ‘menyetujui’ yang berkelas kata verba (V), morfem terikat dis- yang diimbuhkan pada kata tersebut 38
sebagai prefiks negatif, dan morfem terikat lainnya, yaitu sufiks derivasional -ment. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata disagreement pada contoh (11) merupakan sebuah konstruksi polimorfemis karena terdiri dari tiga morfem, yaitu prefiks dis-, verba agree, dan sufiks -ment. Pola tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Pola III: Prefiks Negatif + Verba + Sufiks Derivasional
d. Prefiks + Kata Dasar + Sufiks Derivasional + Sufiks Derivasional (12) I used to drink too much and behave disgracefully. (Daily Post, 15/3/2003) Pada contoh (12), ditemukan konstruksi prefiks negatif disgracefully. Secara morfologis, kata tersebut berkonstruksi polimorfemis karena terdiri dari beberapa morfem, yaitu morfem bebas grace ‘kebaikan’ yang berkelas kata nomina (N), morfem terikat dis- yang diimbuhkan pada kata tersebut sebagai prefiks negatif,
dua morfem terikat lainnya, yaitu
sufiks derivasional –ful dan -ly. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata disgracefully pada contoh (12) merupakan sebuah konstruksi polimorfemis karena terdiri dari 39
empat morfem, yaitu prefiks dis-, nomina grace, sufiks –ful dan -ly. Pola tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Pola IV: Prefiks Negatif + Verba + Sufiks Derivasional + Sufiks Derivasional
f. Prefiks + Kata Dasar + Sufiks Derivasional + Sufiks Infleksional (13) The clustering method uses the dissimilarities or distances between objects when forming the clusters.(Paradigm, 1/1/2013) Pada contoh (13), ditemukan konstruksi prefiks negatif dissimilarities. Secara morfologis, kata tersebut berkonstruksi polimorfemis karena terdiri dari beberapa morfem, yaitu morfem bebas similar ‘mirip’ yang berkelas kata adjektiva (Adj), morfem terikat dis- yang diimbuhkan pada kata tersebut sebagai prefiks negatif,
dua morfem terikat lainnya, yaitu
sufiks derivasional –ity dan sufiks infleksional -es. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata dissimilarities pada contoh (13) merupakan sebuah konstruksi polimorfemis karena terdiri dari empat morfem, yaitu prefiks dis-, adjektiva similar, sufiks –ity dan sufiks -es. Pola tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 40
Pola V: Prefiks Negatif + Adjektiva + Sufiks Derivasional + Sufiks Infleksional
2. Konstruksi Frasa Konstruksi prefiks negatif dapat juga hadir dalam tataran
frasa
sebagai
satuan
terkecil
dalam
sintaksis.
Konstruksi frasa ditandai oleh adanya gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Hubungan nonpedikatif yang dimaksud adalah tidak adanya unsur Subjek dan Predikat dalam gabungan kata tersebut. Dalam tataran frasa, terdapat unsur pokok atau Head (H) unsur lainnnya sebagai pewatas atau Modifier (M). Berikut posisi konstruksi prefiks negatif dalam tataran frasa yang ditemukan dalam data penelitian. a. Sebagai Unsur Pokok 1. Frasa Nomina (14) Can a business ethics course affect academic dishonesty? (Academy of Educational Leadership Journal, 1/5/2012) Pada contoh (14), ditemukan konstruksi prefiks negatif dishonesty ‘kecurangan’ yang berkelas kata nomina (N). Kata dishonesty adalah derivasi dari nomina honesty ‘kejujuran’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif dis-. Dalam struktur kalimat (14), kata dishonesty merupakan salah satu unsur dari frasa academic dishonesty yang berposisi 41
sebagai objek (O) kalimat. Struktur frasa academic dishonesty terdiri dari adjektiva academic sebagai pewatas dan nomina dishonesty
sebagai
unsur
pokok.
Dengan
demikian,
berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa nomina karena unsur pokoknya berupa nomina dishonesty.
2. Frasa Verba (15) Her voice will eventually disappear from the narrative to be replaced by spoken voices such as those of children or family members. (Michigan Academician, 22/12/ 2012) Pada contoh (15), ditemukan konstruksi prefiks negatif disappear ‘menghilang’ yang berkelas kata verba (V). Kata disappear adalah derivasi dari verba appear ‘tampak’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif dis-. Dalam struktur kalimat (15), kata disappear merupakan salah satu unsur dari frasa will eventually disappear yang berposisi sebagai verba (V) kalimat. Struktur frasa will eventually disappear terdiri dari dua pewatas, yaitu verba bantu will dan adverba cara eventually, serta unsur pokok berupa verba disappear. Dengan demikian, berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa verba karena unsur pokoknya berupa verba disappear. 42
3. Frasa Adjektiva (16) We were very unhappy with Praline. (Countryside & Small Stock Journal 1/1/ 2009) Pada contoh (16), ditemukan konstruksi prefiks negatif unhappy ‘tidak bahagia’ yang berkelas kata adektiva (N). Kata unhappy adalah derivasi dari adjektiva happy ‘bahagia’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif un-. Dalam struktur kalimat (16), kata unhappy merupakan salah satu unsur dari frasa very unhappy yang berposisi sebagai pelengkap (Pel) kalimat. Struktur frasa very unhappy terdiri dari adverba very sebagai pewatas dan adjektiva unhappy sebagai
unsur
pokok.
Dengan
demikian,
berdasarkan
strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa adjektiva karena unsur pokoknya berupa adjektiva unhappy.
4. Frasa Adverba (17) Maybe those responsible were miffed that he left for Rangers and treated him so disgracefully. (Daily Record Glasgow , 18/9/2007) Pada contoh (17), ditemukan konstruksi prefiks negatif disgracefully ‘dengan tidak baik’ yang berkelas kata adverba (Adv). Kata disgracefully adalah derivasi dari adverba gracefully ‘dengan baik’ setelah mendapatkan imbuhan, 43
berupa prefiks negatif dis-. Dalam struktur kalimat (17), kata disgracefully merupakan salah satu unsur dari frasa so disgracefully yang berposisi sebagai keterangan (K) kalimat. Struktur frasa so disgracefully terdiri dari adverba so sebagai pewatas dan adverba
disgracefully sebagai unsur pokok.
Dengan demikian, berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa adverba karena unsur pokoknya berupa adverba disgracefully.
b. Sebagai Unsur Pewatas 1. Frasa Nomina (18) This confrontation may have dysfunctional effects at certain times when it is not well managed. (Revista de Stiinte Politice, 1/10/2012) Pada contoh (18), ditemukan konstruksi prefiks negatif dysfunctional ‘tidak berfungsi’ yang berkelas kata adjektiva (Adj). Kata dysfunctional adalah derivasi dari adjektiva functional ‘berfungsi’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif dys-. Dalam struktur kalimat (18), kata dysfunctional
merupakan
salah
satu
unsur
dari
frasa
dysfunctional effects yang berposisi sebagai objek (O) kalimat. Struktur frasa dysfunctional effects terdiri dari
adjektiva
dysfunctional sebagai pewatas dan nomina effects sebagai 44
unsur pokok. Dengan demikian, berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa nomina karena unsur pokoknya berupa nomina effects dengan konstruksi prefiks negatif dysfunctional sebagai pewatasnya.
2. Frasa Verba (19) State Division of Human Rights improperly dismissed tenant's complaint. (New York Landlord v. Tenant, 1/5/2014) Pada contoh (19), ditemukan konstruksi prefiks negatif improperly ‘dengan tidak wajar’ yang berkelas kata adverba (Adv). Kata improperly adalah derivasi dari adjektiva improperly ‘dengan wajar’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif im-. Dalam struktur kalimat (19), kata improperly merupakan salah satu unsur dari frasa improperly dismissed yang berposisi sebagai verba (V) kalimat. Struktur frasa improperly dismissed terdiri dari adverba improperly sebagai pewatas dan verba dismissed sebagai unsur pokok. Dengan demikian, berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa verba karena unsur pokoknya berupa verba dismissed dengan konstruksi prefiks negatif improperly sebagai pewatasnya. 45
3. Frasa Adjektiva (20) His reach is huge, embracing the topical (From Little Things Big Things Grow) to the unaffectedly personal (When I First Met Your Ma). (The Mirror London, 2/4/2012) Pada contoh (20), ditemukan konstruksi prefiks negatif unaffectedly ‘dengan wajar’ yang berkelas kata adverba (Adv). Kata unaffectedly adalah derivasi dari adverba affectedly ‘dengan tidak wajar’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif un-. Dalam struktur kalimat (20), kata unaffectedly merupakan salah satu unsur dari frasa unaffectedly personal yang berposisi sebagai objek (O) kalimat. Struktur frasa unaffectedly personal terdiri dari adverba unaffectedly sebagai pewatas dan adjektiva personal sebagai unsur pokok. Dengan demikian, berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa adjektiva karena unsur pokoknya berupa adjektiva personal dengan konstruksi prefiks negatif unaffectedly sebagai pewatasnya.
46
4. Frasa Preposisi (21) A charity helping to save Scotland's historic buildings has been ordered to repay pounds 40,000 after being accused of mismanagement. (Sunday Mail Glasgow, 25/5/ 2008) Pada contoh (21), ditemukan konstruksi prefiks negatif mismanagement ‘salah pengaturan’ yang berkelas kata nomina (N). Kata mismanagement adalah derivasi dari nomina management ‘pengaturan’ setelah mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif mis-. Dalam struktur kalimat (21), kata mismanagement merupakan salah satu unsur dari frasa of mismanagement yang berposisi sebagai objek (O) kalimat. Struktur frasa of mismanagement terdiri dari
nomina
mismanagement sebagai pewatas dan preposisi of sebagai unsur pokok. Dengan demikian, berdasarkan strukturnya, dapat dikatakan bahwa frasa tersebut adalah frasa preposisi karena unsur pokoknya berupa preposisi of dengan konstruksi prefiks negatif mismanagement sebagai pewatasnya.
47
C. Makna yang Didukung oleh Konstruksi Prefiks Negatif Bahasa Inggris Secara semantis, struktur atau konstruksi prefiks negatif Bahasa Inggris mempunyai makna kebalikan dari makna bentuk dasarnya. Misalnya, kata happy yang berarti ‘bahagia’, apabila diberikan imbuhan prefiks negatif unmenjadi unhappy bermakna kebalikan dari bahagia, yaitu makna negatif ‘tidak bahagia’ . Secara garis besar, makna konstruksi prefiks negatif Bahasa Inggris dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu (1) makna negatif, dan (2) makna positif. Berdasarkan analisis data penelitian, makna negatif dapat diinterpretasikan secara lebih rinci dalam delapan makna, antara lain: degradation, inadequacy, distinction, opposition, treatment, privation, removal, dan reversal.
1. Makna Negatif a. Degradation ‘penurunan kualitas/keadaan’ (22) Deformation can be caused by abnormal insertion of auricular muscles. (Ear, Nose and Throat Journal, 1/7/2010) ‘Perubahan bentuk dapat disebabkan oleh selipan tidak wajar pada otot telinga’ 48
Pada contoh (22), ditemukan kosntruksi prefiks negatif abnormal yang berkelas kata adjektiva. Kata abnormal adalah derivasi yang berasal dari adjektiva normal yang mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif ab- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (22) ‘Perubahan bentuk dapat disebabkan oleh selipan tidak wajar pada otot telinga’, abnormal diartikan ‘tidak wajar’ yang merujuk kondisi penurunan kesehatan pada telinga. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks ab- pada kata normal menujukkan makna penurunan kondisi kesehatan pada organ telinga. b. Inadequacy ‘ketidaklengkapan’ (23) The finalists were selected based on their high scores from the USABO Open and semifinal exams. (PR.com, 1/5/2013) ‘Para finalis dipilih berdasarkan skor mereka dari USABO Terbuka dan ujian semifinal’ Pada contoh (23), ditemukan kosntruksi prefiks negatif semifinal yang berkelas kata adjektiva. Kata semifinal adalah kata turunan yang berasal dari adjektiva
final
yang
mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif semi- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (23) ‘Para finalis dipilih berdasarkan skor mereka dari USABO Terbuka dan ujian 49
semifinal’, semifinal diartikan ‘setengah final’ yang merujuk keadaan setengah dari kesatuan final. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks semi- pada kata final menujukkan makna ketidaklengkapan, yakni setengah final.
c. Distinction ‘perbedaan/kebalikan’
50
(24) Atypical GERD symptoms take time to tame. ( Internal Medicine News, 15/9/2002) ‘Gejala-gejala GERD yang tidak sama perlu waktu untuk disembuhkan.’ Pada contoh (24), ditemukan kosntruksi prefiks negatif atypical yang berkelas kata adjektiva. Kata atypical adalah kata turunan yang berasal dari adjektiva typical yang mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif a- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (24) ‘Gejala-gejala GERD yang tidak sama perlu waktu untuk disembuhkan’, atypical diartikan ‘tidak sama’ yang merujuk pada gejala-gejala GERD yang tidak sama. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks a- pada kata typical menunjukkan makna perbedaan. d. Opposition ‘ketidaksetujuan pada sikap’ (25) Two popular antiwar candidates had challenged Johnson's Vice President, Hubert H. Humphrey, for the Democratic nomination. (Junior Scholastic, 12/5/ 2008) ‘Dua kandidat anti perang yang terkenal menantang wakil presidennya Johnson, Hubert H. Humphrey, dalam nominasi Partai Demokrat.’ 51
Pada contoh (25), ditemukan kosntruksi prefiks negatif antiwar yang berkelas kata adjektiva. Kata antiwar adalah kata turunan yang berasal dari adjektiva war yang mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif anti- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (25) ‘Dua kandidat anti perang yang terkenal menantang wakil presidennya Johnson, Hubert H. Humphrey, dalam nominasi Partai Demokrat.’, antiwar diartikan ‘anti perang’ yang merujuk pada sikap yang tidak menyetujui pada perang. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks anti- pada kata war menjadi antiwar menunjukkan makna sikap ketidaksetujuan pada perang. e. Treatment ‘salah penanganan’ (26) Alexa Chung has embarrassing wardrobe malfunction. (International Business Times, 14/8/2012) ‘Alexa Chung mempunyai gaya busana yang salah pakai.’ Pada contoh (26), ditemukan konstruksi prefiks negatif malfunction yang berkelas kata nomina. Kata malfunction adalah derivasi dari nomina function yang mendapatkan imbuhan, berupa prefiks negatif mal- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (25) ‘Alexa Chung mempunyai gaya busana yang salah pakai.’, malfunction diartikan ‘salah pakai’ yang merujuk pada kondisi pemilihan gaya busana yang salah pakai atau tidak serasi. Dengan demikian, secara semantis, 52
pengimbuhan prefiks mal- pada kata function menunjukkan makna salah penanganan, yakni salah pakai busana. f. Privation ‘ketidakpunyaan’ (27) Consumer skepticism toward advertising is the general tendency of disbelief of advertising claims. (China Media Research, 1/1/ 2012) ‘Keraguan
konsumen
pada
iklan
adalah
tendensi
ketidakpercayaan pada promosi iklan.’ Pada contoh (27), ditemukan konstruksi prefiks negatif disbelief yang berkelas kata nomina. Kata disbelief adalah derivasi dari nomina belief yang mendapatkan imbuhan prefiks negatif dis- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (27) ‘Keraguan
konsumen
pada
iklan
ketidakpercayaan pada promosi iklan.’,
adalah
tendensi
disbelief diartikan
‘ketidakpercayaan’ yang merujuk pada kondisi konsumen yang sudah tidak memiliki kepercayaan lagi pada promosi iklan. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks dispada kata belief menunjukkan makna ketidakpunyaan, yakni tidak memiliki kepercayaan. g. Removal ‘penghilangan’ (28) Conventional hot gas defrost requires high compressor pressures. 53
(ASHRAE Transactions, 1/12007) ‘Penghilangan
es
dengan
gas
panas
konvensional
membutuhkan kompresor bertekanan tinggi.’ Pada contoh (28), ditemukan konstruksi prefiks negatif defrost yang berkelas kata verba. Kata defrost adalah derivasi dari nomina frost yang mendapatkan imbuhan prefiks negatif de-
.
Sesuai
‘Penghilangan membutuhkan
dengan es
konteks
dengan
kompresor
makna
gas
bertekanan
panas
kalimat
(28)
konvensional
tinggi.’,
defrost
diartikan ‘penghilangan es’ yang merujuk usaha untuk menghilangkan bekuan es. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks de- pada kata frost menunjukkan makna upaya penghilangan sesuatu. h. Reversal ‘kembali ke semula’ (29) Undo your tattoo; Is your body art giving you the needle? (The Mirror London, 18/4/ 2002) ‘Kembalikan ke semula tato Anda; Apakah seni lukis tubuh itu masih perlu jarum?’ Pada contoh (29), ditemukan kosntruksi prefiks negatif undo yang berkelas kata verba. Kata undo adalah derivasi dari verba do yang mendapatkan imbuhan prefiks negatif un- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (29) ‘Kembalikan ke 54
semula tato Anda; Apakah seni lukis tubuh itu masih perlu jarum?’, undo diartikan ‘kembalikan ke semula’ yang merujuk pada kondisi seseorang yang ingin menghapus tato seperti semula tidak bertato. Dengan demikian, secara semantis, pengimbuhan prefiks un- pada kata do menunjukkan makna kembali ke semula, yakni kembali ke semula tanpa tato.
2. Makna Positif (30) This inexpensive remedy reduces nausea from anesthesia and radiation treatment. (Women's Health Letter, 1/8/2009) ‘Obat murah ini mengurangi rasa mual akibat pembiusan dan radiasi.’ Pada contoh (30), ditemukan kosntruksi prefiks negatif inexpensive yang berkelas kata adjektiva. Kata inexpensive adalah derivasi dari adjektiva expensive yang mendapatkan imbuhan prefiks negatif in- . Sesuai dengan konteks makna kalimat (30) ‘Obat murah ini mengurangi rasa mual akibat pembiusan dan radiasi.’, ‘Obat murah ini mengurangi rasa mual akibat pembiusan dan radiasi.’ Kata inexpensive diartikan ‘murah’ yang menunjukkan makna positif, yaitu harga yang dapat
dijangkau
dengan
mudah.
Dengan
demikian,
pengimbuhan prefiks in- pada kata expensive menjadi 55
inexpensive meskipun secara morfologis berkonstruksi negatif, namun secara semantis menujukkan makna positif, yakni harga obat yang murah.
56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasaran hasil analisis data, dapat dibuat simpulan sebagai berikut: 1. Derivasi yang dihasilkan oleh konstruksi prefiks negatif meliputi (a) derivasi yang mengalami perubahan kelas kata: verbal denomina, verbal deadjektiva, adjektival denomina, dan adjektival deverba; (b) derivasi yang tidak mengalami perubahan kelas kata: nominal, verbal, adjektival, dan adverbal. 2. Konstruksi bahasa yang dibentuk oleh pengimbuhan prefiks negatif meliputi, (a) konstruksi kata polimorfemis dengan pola: Prefiks + Kata Dasar, Prefiks + Kata Dasar + Sufiks infleksional, Prefiks + Kata Dasar + Sufiks derivasional + Sufiks derivasional, Prefiks + Kata Dasar + Sufiks derivasional +
Sufiks infleksional; (b) konstruksi frasa: Sebagai unsur
pokok: FN, FV, FAdj, Fadv; sebagai unsur pewatas: FN, FV, FAdj, FPrep. 3. Makna yang terkandung dalam konstruksi prefiks negatif meliputi
(a)
makna
negatif: 57
degradation,
inadequacy,
distinction, opposition, treatment, privation, removal, reversal; (b) positif
B. Saran
Penelitian ini masih sederhana mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti. Hal-hal yang perlu dikaji lebih lanjut dalam penelitian mendatang adalah hal yang terkait dengan morfosintaksis konstruksi prefiks negatif bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia, relasi paradigmatik dan sintagmatik konstruksi prefiks negatif bahasa Inggris.
58
DAFTAR PUSTAKA
Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Britain: Edinburgh University Press.
Great
Biber, Douglass et al. 1999. Longman Grammar of Spoken and Written English. China: Pearson Education Limited Booij, Geert. 1988.
“The Relation between Inheritance and Argument Linking: Deverbal Nouns in Dutch”dalam Morphology and Modularity, In Honour of Henk Schultink. (ed. Martin Everacrt, Arnold Evers, Riny Huybregts and Mieke Tommelen). Dordrecht: Foris.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama. Givon, T. 1984. Syntax: A Functional-Typological Introduction. Volume I. Philadelphia: John Benjamins Publishing Company
59
Hamawand, Zeki. 2009. The Semantics of English Negative Prefixes. Amsterdam: Equinox Publishing Ltd.
Hofmann, Th. R. 1993. Realms of Meaning: An Introduction to Semantics. New York: Longman Group Limited. Horn, Laurence R. 1978. Some Aspects of Negation dalam Universals of Human Language, Volume 4, Syntax, 127-210, (Joseph H. Greenberg, editor), California: Standford University Press. Huddleston, Rodney. 1998. An English Grammar: An Outline. United Kingdom: Cambridge University Press. Hurford, J.R. et al 2007. Semantics: A Course Book. Cambridge University Press.
Cambridge:
Jespersen, Otto. 1917. Negation in English and Other Languages. Kobenhavn: AV. Host. Katamba, Francis. 1994. Morphology. London: The Macmillan Press Ltd.
60
Klima, Edward S. 1964. “Negation in English” dalam The Structure of Language, 246-333, (J.A Fodor dan J.J. Katz, editors). Prentice–Hall: Englewood Cliff. Lindstad, A.M. 2007. Analyses of Negation: Structure and Interpretation. Oslo: Faculty of Humanities. University of Oslo. Marchand, Hans. 1960. The Categories and Types of Present-Day English Word-Formation: A SynchronicDiachronic Approach. Munchen: Beck. Martinez, I.M. Palacios 1995. “Notes on the Use and Meaning of Negation in Contemporary Written English”. Atlantis XVII. 207-227. Matthews, P.H. 1991. Morphology: An Introduction to The Theory of Word Structure. London: Cambridge University Press. McMannis, Carolyn et al. 1987. Language Files. Ohio: Advocate Publishing Group
61
Miestamo, Matti. 2007. Negation: “An Overview of Typological Research”. Language and Linguitic Compass 1/5. Hlm. 552-570. New York: Blackwell Publishing. Nida, Eugene A. 1976. Morphology: The Descriptive Analysis of Words (2nd edition). Ann Harbor: The University of Michigan Press. O’Dwyer, Bernard. 2006. Modern English Structures: Form, Function, and Position. Canada: Broadview Press. Parera, J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintkasis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Quirk, Randolph et al. 1987. A Comprehensive Grammar of the English Language. New York: Longman. Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sobarna, Cece 2012. Preposisi Bahasa Sunda. Bandung: Syabas Books. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
62
Thornbury, Scott. 2006. An A-Z of ELT . New York: Macmillan Press. Trask, R. L. 1993. Dictionary of Linguistic Terms. New York: Routledge. Verhaar, J.W.M. 1996. Azas-Azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
63
BIODATA PENELITI 1.
Nama
Mohammad Muhassin, SS., M.Hum.
2.
NIP/NIDN/NIA
197708182008011012/2018087702/138440280 34
3.
Jenis Kelamin
Laki-laki
4.
Pangkat/Gol/Jab
Penata (III/c)/Lektor
atan 5.
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan
6.
Riwayat Pendidikan S1
Sastra Inggris/Linguistik UNDIP Semarang th 2003
S2
Ilmu Sastra/Linguistik UNPAD Bandung th 2007
S3
Ilmu Sastra/Linguistik UNPAD Bandung th 2012 (Proses Penyelesaian)
7.
Bidang Ilmu
Linguistik Inggris
8.
Pengalaman Penelitian/Karya Ilmiah No 1.
Judul Koreferensi
Tahun
dalam Wacana
Karya/Penerbit
2007
Tesis
of
2009
Jurnal Madania
A Psycholinguistic Study of
2010
Jurnal Madania
2010
Buku: Penerbit
Pojok Koran 2.
Speech
Act
Analysis
Utterances in English Play 3.
Communicative
Competence
in Conversation 4.
English Course for Islamic
64
Studies
TERAS Yogyakarta
5.
Multimedia Application for
2011
Jurnal Al Ta’lim
2011
P3M
Young EFL Learners 6.
Interferensi Mahasiswa
Fonologis Tadris
Bahasa
STAIN
Bengkulu
Inggris Asal Rejang 7.
Analisis Performatif
Tindak
Tutur
dalam
Wacana
2012
Fakultas Tarbiyah IAIN
Naratif Bahasa Inggris
Raden
Intan
Lampung 8.
Koreferensi
dalam Wacana
Terjemahan Al-Qur’an
2013
Lemlit
IAIN
Raden
Intan
Lampung
65