1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya menggunakan
kekuasaan.
Kepemimpinan
diartikan
sebagai
usaha
mempengaruhi suatu kelompok dalam situasi tertentu, saat tertentu dan seperangkat lingkungan yang ditujukan untuk mendorong orang supaya berusaha mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah hubungan saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata demi mencapai tujuan bersama.Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dikaitkan
dengan
pendidikan,
maka
kepemimpinan
adalah
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberi motivasi, dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. Pemimpin yang ingin mencapai kemajuan program pendidikan sekolahnya harus menyadari bahwa, hubungan antar manusia (human relationship) yang baik merupakan landasan penting dalam kepemimpinannya. Ciri-ciri kepemimpinan pendidikan adalah manusiawi, memandang jauh ke depan (visioner), inspiratif (kaya gagasan), dan percaya diri. Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
1
2
organisasi. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Kepemimpinan termasuk ilmu seni mempengaruhi orang lain agar bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Kepemimpinan di Indonesia di tengah situasi yang masih serba terbelakang dan miskin prestasi,membuat Indonesia harus mampu untuk mencari sosok pemimpin yang ideal, karena sulitnya Indonesia mencari pemimpin yang ideal, sehingga Indonesia dikategorikan negara dengan krisis kepemimpinan. Upaya membangun organisasi yang kokoh sering dihadapkan pada berbagai situasi yang bersumber dari perbedaan atau keanekaragaman latar belakang komunitas, aturan-aturan yang sangat ketat, beban kerja personil yang cukup berat, karakter kepemimpinan yang otoritatif, atau adanya aturanaturan kebijakan yang baru yang dipandang kurang aspiratif, akomodatif, atau sepihak. Berdasarkan teori perilaku, macam-macam gaya kepemimpinan salah satunya yaitu penggunaan teori perilaku dari studi Universitas Negeri Ohio. Teori kepemimpinan yang berhubungan dengan teori perilaku mendasarkan pada perilaku seseorang dalam memimpin suatu organisasi yang dianggap sebagai cerminan dari perilaku kepemimpinannya. Konsep kepemimpinan menurut studi OHIO menjadi isu yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan.Untuk itu penulis berupaya mengkaji lebih jauh topik ini secara rinci, mendalam dan ilmiah dalam sebuah makalah berjudul Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut Studi OHIO.
3
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kompetensi kepala sekolah di Indonesia? 2. Bagaimana implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO?
C. Tujuan Tujuan Penelitian dalam makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kondisi kepemimpinan dalam pendidikan di Indonesia. 2. Untuk menjelaskan implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO.
4
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Definisi Kepemimpinan yang efektif Kepemimpinan yang efektif menurut Siagian (1992) adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional, dan yang tercermin dalam kecekatannya mengambil keputusan. Artinya, pemimpin harus mampu menerobos lack of urgency dan lack of momentum. Pemimpin harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan. Tead dalam Labels (2010) mengemukakan
pendapatnya
dimana
kepemimpinan
sebagai perpaduan
perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan beberapa sumber tersebut, kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian kepemimpinan atau kepemimpinan yang efektif adalah:
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional.
Kepemimpinan
sebagai
perpaduan
perangai
yang
memungkinkan
seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
Kemampuan pemimpin tercermin dalam kecekatannya mengambil keputusan.
Pemimpin
harus
seorang
yang
mampu
menumbuhkan
dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Pemimpin yang baik adalah yang religius, menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan. 4
5
Pandangan lain menyatakan bahwa kepemimpinan adalah cara interaksi dengan orang-orang lain yang merupakan suatu proses sosial yang mencakup tingkah laku pemimpin yang diangkat (Jenings dalam Suryana, 2010). Sejalan dengan pengertian tersebut, Mastuti (2009) berpendapat bahwa kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Begitu juga pendapat Gordon dalam Labels (2010) yang menyebut bahwa kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggotaanggota kelompok. Setiap peserta di dalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, dimana pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi. Berdasarkan tiga sudut tinjauan pengertian kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mengandung unsur-unsur pengertian sebagai berikut.
Kepemimpinan adalah cara interaksi dengan orang-orang lain yang merupakan suatu proses sosial.
Kepemimpinan yaitu kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi;
Setiap anggota di dalam interaksi memainkan peranan.
Peranan angota harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain.
Dasar
pemilihan
merupakan
soal
pengaruh,
dimana
pemimpin
mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.
Pengaruh pemimpin digunakan sebagai alat mencapa tujuan organisasi.
Tinjauan lain tentang pengertian kepemimpinan dikemukakan
oleh
Pamudji dalam Labels (2010) dengan menterjemahkan beberapa kesimpulan pengertian kepemimpinan dari buku beliau kemukakan bahwa:
A Handbook of Leadership, dimana
6
Leadership as a focus of group process (kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok). Leadership as personality and its effects (kepemimpinan sebagai kepribadian seseorang yang memiliki sejumlah perangai (traits) dan watak (character) yang memadai dari suatu kepribadian). Leadership as the art of inducing compliance (kepemimpinan sebagai seni untuk menciptakan kesesuaian paham, kesepakatan). Leadership as the exercise of its influence (kepemimpinan sebagai pelaksanaan pengaruh). Leadership as act or behavior (kepemimpinan sebagai tindakan atau perilaku). Leadership as a from of persuasion (kepemimpinan adalah bentuk persuasi). Leadership as a power relation (kepemimpinan sebagai suatu hubungan kekuasaan/kekuatan). Leadership is an instrumental of goal achievement (kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan). Leadership as an effect of interaction (kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi). Leadership as a deferentiated role (kepemimpinan adalah peranan yang dipilahkan). Leadership as the initiation of structur (kepemimpinan sebagai awal dari pada struktur). Secara keseluruhan pengertian kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas/proses mempengaruhi orang lain
Proses mempengaruhi akifitas seseorang atau sekelompok orang
Proses memberikan manfaat individu dan organisasi
Proses mengatur komunikasi
Proses mempengaruhi budaya organisasi
Otoritas seseorang dalam membuat keputusan
Pengaruh antar pribadi yang dilakukan dalam suatu situasi
Perilaku mengarahkan kegiatan-kegiatan dari kelompoknya
Upaya pemimpin untuk dapat merealisasikan tujuan organisasi melalui orang lain
Perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya
Cara interaksi dengan orang-orang lain yang merupakan suatu proses
7
sosial
Melibatkan orang atau pihak lain yaitu para karyawan atau bawahan
Kemampuan dan kesiapan seseorang untuk membimbing, mengarahkan dan atau menggerakkan orang-orang lain
Kemampuan seseorang untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan
Kemampuan menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam kehidupan organisasional
Kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi
Seni mempengaruhi orang lain
B. Prinsip Kepemimpinan yang Efektif Dalam mengembangkan sekolah perlu dipahami dan dilaksanakan prinsip- prinsip kepemimpinan secara umum agar kepemimpinan di sekolah menjadi efektif, yaitu:
konstruktif, artinya kepala sekolah harus mendorong dan membina setiap staf untuk berkembang;
kreatif, artinya kepala sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara baru dalam melaksanakan tugas;
partisipatif, artinya mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait dalam setiap kegiatan di sekolah;
kooperatif, artinya mementingkan kerja sama dengan staf dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan;
delegatif, artinya berupaya mendelegasikan tugas kepada staf sesuai dengan tugas/ jabatan serta kemampuan mereka;
integratif, artinya selalu mengitegrasikan semua kegiatan sehingga dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah;
rasional dan objektif, artinya dalam melaksnakan tugas atau bertindak selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif;
8
pragmatis dalam menetapkan kebijakan atau target, mendasarkan pada kondisi nyata sumber daya yang dimiliki sekolah;
keteladanan, artinya dalam memimpin sekolah, kepala sekolah dapat menjadi contoh yang baik;
C. Gaya Kepemimpinan Studi OHIO Teori perilaku yang paling menyeluruh menggunakan telaah pada universitas negeri Ohio (Ohio State). Para peneliti berusaha mengidentifikasi dimensi independen dari perilaku pemimpin, yang diawali lebih dari 1000 dimensi akhirnya menyempitkan menjadi dua kategori yang secara hakiki menjelaskan perilaku kepemimpinan yang digambarkan oleh bawahan. Dua dimensi tersebut adalah sebagai struktur prakarsa (initiating structure) dan pertimbangan (consideration). Struktur prakarsa sejauh mana seorang pemimpin berkemungkinn mendefinisikan dan menstruktur peran mereka dan peran bawahan dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan Pertimbangan, sejauh mana seorang pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang ditandai saling percaya menghargai gagasan bawahan, dan memperhatikan perasaan mereka. Berdasarkan definisi tersebut diatas, bahwa pemimpin yang tinggi dalam struktur prakarsa dan pertimbangan (seseorang pemimpin “tinggi-tinggi) cenderung lebih sering mencapai kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi daripada mereka yang rendah dalam hal pertimbangan, struktur, prakarsa, atau keduanya. Tetapi gaya “tinggi-tinggi” tidak selalu menghasilkan konsekwensi yang positif. Misalnya, perilaku pemimpin yang dicirikan sebagai tinggi pada struktur prakarsa mendorong tingginya tingkat keluhan, kemangkiran, serta keluar masuknya karyawan dan tingkat kepuasan kerja yang lebih rendah daripada pekerja yang mengerjakan tugas-tugas rutin. Studi lain menemukakan bahwa pertimbangan yang tinggi secara negatif dihubungkan dengan penilaian kinerja dari pemimpin oleh atasannya.
9
Kesimpulannya, telaah Ohio menyarankan bahwa gaya “tinggi-tinggi” umumnya membawa hasil yang positif, tetapi cukup banyak pengecualian, hal ini menunjukkan bahwa faktor situasional perlu dipadukan kedalam teori ini. Teori kepemimpinan menggunakan definisi operasional dari studi Ohio State University. Para peneliti Ohio State University mengidentifikasikan perilaku kepemimpinan seseorang cenderung mengarah kepada perilaku yang berorientasi pada (Robbin, 1996): a. Kepentingan bawahan (konsiderasi) Perilaku pemimpin yang beorientasi pada kepentingan bawahan dengan ciri-ciri sebagai berikut: mempertimbangkan saran, mendelegasikan wewenang, mau melakukan konsultasi atau musyawarah, mendengarkan aspirasi bawahan, pendekatan diri, menekan konflik. b. Tujuan organisasi (strukturinisiasi). Merupakan perilaku pemimpin yang beorientasi pada tercapainya tujuan organisasi daripada kepentingan bawahan, cenderung memiliki cirri-ciri : memberikan kritik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang kurang baik, menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas, selalu memberitahu apa yang harus dikerjakan oleh bawahan, selalu memberi petunjuk kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, memberikan standart tertentu atas pekerjaan, selalu mengawasi terhadap pelaksanaan setiap pekerjaan bawahan, cepat dan tepat dalam menyelesaikan masalah.
10
BAB III PEMBAHASAN
A. Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia Kompetensi kepala sekolah diatur dalam
Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah. Dalam Pasal 1 ayat dinyatakan bahwa: “Untuk diangkat sebagai kepala sekolah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/ madrasah yang berlaku nasional”. Dalam Permen tersebut juga dinyatakan ada 5 dimensi kompetensi kepala sekolah, yaitu: (1) kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supevisi, dan (5) sosial. Tiap-tiap dimensi kompeensi dijabarkan dalam bentuk standar kompetensi sebagai berikut.
a. Dimensi Kepribadian 1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah. 2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. 3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah 4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. 5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah. 6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
b. Dimensi Manajerial 1. Menyusun
perencanaan
sekolah
untuk
berbagai
tingkatan
perencanaan. 2. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan. 3. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.
10
11
4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif. 5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. 6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. 7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. 8. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah. 9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. 10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. 11. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. 12. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah. 13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah. 14. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan. 15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah. 16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
c. Dimensi Kewirausahaan 1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah. 2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
12
pembelajar yang efektif. 3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah. 4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah. 5. Memiliki
naluri
kewirausahaan
dalam
mengelola
kegiatan
produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
d. Dimensi Supervisi 1. Merencanakan
program
supervisi
akademik
dalam
rangka
terhadap
guru
dengan
peningkatan profesionalisme guru. 2. Melaksanakan
supervisi
akademik
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. 3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
e. Dimensi Sosial 1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah 2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. 3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
B. Implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Sekolah merupakan satuan pendidikan formal untuk memperoleh pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen yang berperan utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Tanpa guru maka aktivitas di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Setiap guru diharapkan dan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kinerja guru mencerminkan kemampuan kerja guru yang terlihat dari penampilan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Jika
13
kemampuan kerja seorang guru bagus, maka kinerjanya juga akan semakin tinggi. Sebaliknya jika kemampuan kerja seorang guru tidak bagus, maka kinerjanya juga akan semakin rendah. Rendahnya kinerja guru diduga karena kurang tepatnya gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan Wibowo (2007:87) faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah pengetahuan, kemampuan, sikap, gaya kerja, minat, dasar- dasar nilai, kepercayaan dan gaya kepemimpinan. Salah satu faktornya adalah gaya kepemimpinan, Rivai (2004:64) “gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai”. Kurang tepatnya gaya kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri menjadikan rendahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.
Hasil studi gaya kepemimpinan di universitas OHIO yaitu : 1. Inisiatif (Initiating) Pemimpin yang memberi batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Kepala Sekolah harus bisa memberikan inisiatif seperti yang dikemukakan oleh Sastrohardiwiryo (2002:235) mengartikan inisiatif sebagai kemampuan seorang untuk mengambil keputusan, langkahlangkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen lainnya. Sejalan dengan itu, Sutrisno (2010:178) menyatakan bahwa “inisiatif berkaitan dengan daya fikir dan kreatifitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi”. 2. Perhatian (Consideration) Menggambarkan derajat dan corak hubungan pemimpin dengan bawahannya
yang ditandai
saling percaya,
menghargai,
dan
menghormati bawahannya. Sehingga Kepala Sekolah harus bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
14
a. Berusaha memotivasi bawahan. Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Husaini (2008:245) mengemukakan bahwa “motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu”. Seorang pemimpin
yang
demokratis
harus
selalu
berusaha
untuk
memotivasi bawahannya agar bawahan mau bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana dikemukakan Abdul (2011:135) bahwa “pemimpin yang demokratis selalu berusaha memotivasi anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama”. b. Menciptakan suasana kekeluargaan. Pemimpin yang demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dalam organisasi karena ia beranggapan bahwa tujuan organisasi hanya dapat dicapai bila ada hubungan yang baik diantara anggota kelompok sehingga dalam kepemimpinannya pemimpin selalu berusaha menciptakan suasana kekeluargaan di tengah kelompoknya. Abdul (2011:135) menjelaskan
bahwa
“hubungan
pemimpin
dengan
anggota
kelompok dalam kepemimpinan yang demokratis bukan sebagai majikan dengan buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara- saudaranya”. Pemimpin juga selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan di dalam kelompoknya. c. Keputusan dibuat melalui musyawarah. Keberhasilan penerapan suatu keputusan dalam organisasi sangat ditentukan oleh anggota organisasi itu sendiri, sehinggga setiap anggota perlu diikutsertakan dalam pembuatan keputusan. Sebagaimana dikemukakan Hadari dan Martini Nawawi (2006:101) bahwa pemimpin dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing- masing. Dengan adanya musyawarah maka dalam setiap pelaksanaan keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, tetapi
15
anggota merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. d. Memberikan kesempatan anggota untuk menyampaikan pendapat, saran, dan kritik. Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi pemimpin selalu membuka kesempatan meninjau kembali setiap keputusan yang telah dibuat dan pimpinan memberikan kesempatan anggota untuk
memberikan
saran
maupun
kritiknya.Seperti
yang
dikemukakan Hadari dan Martini Nawawi (2006:102) bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk meyampaikan kritik, pendapat dan saran- saran untuk memperbaiki keputusan yang kurang tepat. Dengan demikian akan selalu terjadi pertemuan gagasan yang dapat menghasilkan keputusan terbaik untuk dilaksanakan. e. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah. Komunikasi
merupakan
hal
yang
sangat
penting
sebagai
penghubung setiap unsur yang ada dalam sebuah organisasi. Kelancaran komunikasi dalam suatu organisasi akan sangat mennetukan
keberhasilan
setiap
unsur
organisasi
dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab masing- masing.. Komunikasi yang terbuka dan berlangsung dua arah merupakan kunci utama dalam mewujudkan kepemimpinan yang demokratis dan juga sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan Hadari dan Martini Nawawi (2006:77) bahwa kepemimpinan yang demokratis
hanya
mungkin
terwujud
jika
pemimpin
mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan, dan pandangan dalam memecahkan masalah.
16
BAB III PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada dapat disimpulkan beberapa hal berikut. 1. Hasil studi gaya kepemimpinan di universitas OHIO yaitu : a. Inisiatif (Initiating) Pemimpin yang memberi batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. b. Perhatian (Consideration) Menggambarkan derajat dan corak hubungan pemimpin dengan bawahannya yang ditandai saling percaya, menghargai, dan menghormati bawahannya 2. Kepala
sekolah
memiliki
peranan
yang
sangat
kuat
dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Hendaknya kepala sekolah mampu mengkoordinasikan dan menggerakkan guru sebagai bawahannya serta menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia agar sekolah berkembang lebih baik. 2. Diharapkan
kepala
sekolah
dapat
memotivasi,
memimpin
dan
mengarahkan guru-guru dengan baik, mengevaluasi kinerja guru dan personel sekolah lainnya, memberikan penguatan terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh guru, memperbaiki kesalahan/kelemahan yang telah dibuat oleh guru dan personel lainnya.
16
17
DAFTRA PUSTAKA
Abdul Azis Wahab. (2011). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta Edy Sutrisno. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Perdana Media Group Hadari Nawawi dan Martini Hadari. (2006). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Husaini Usman. (2006). Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Labels,
A. 2010. Kepemimpinan, (Online), fisipuh.blogspot.com), diakses 13 Oktober 2014.
(http://kepemimpinan-
Mastuti, F. 2009. Pola Kepemimpinan Organisasi Pendidikan Jawa Tengah ditinjau dari Filsafat Pendidikan menurut Kaplan, (Online), (http://eprints.undip.ac.id), diakses 13 Oktober 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar KepalaSekolah.(Online)(http://www.mediapendidikan.info/2010/09/perme ndiknas-nomor-13-tahun-2007.html), diakses 14 Oktober 2014. Robbins, Stephens P, 1996, Perilaku Organisasi, Jilid 1 dan 2, Prenhalindo, Jakarta. Siagian, S.P. 1992. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta: CV Haji Masagung. Siswanto Sastrohadiwiryo. (2002). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Suryana, A. 2010. Kepemimpinan Pendidikan, (http://file.upi.edu/Direktori/FIP), diakses 14 Oktober 2014.
(Online),
Veitzal Rivai. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers
17
18
MAKALAH
Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut Studi OHIO
Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan
Oleh: M. FACHRUR ROZI NIM 0102514060
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN 2014
19
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, maha pengasih lagi maha penyayang yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut Studi OHIO sebagai tugas Manajemen dan Kepemimpinan. Makalah ini mencoba untuk mengkaji kepemimpinan transformasional dengan permasalahan utama yaitu : (1) bagaimana Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia dan (2) bagaimana implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO . Kajian tersebut kemudian disusun dalam empat bagian yaitu : (1) Pendahuluan; (2) Kajian Teoretis, (3) Pembahasan, dan (4) Penutup. Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, utamanya pembaca makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan makalah. Akhirnya, semoga makalah ini benar-benar dapat memberikan sumbangsih dan manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun para pemabaca umumnya. Amin.
Semarang, 17 Oktober Penulis
20
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................
i
PENGANTAR ............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI…...........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................
3
C. Tujuan ...................................................................................................
3
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kepemimpinan yang efektif..................................................................
4
B. Prinsip Kepemimpinan yang efektif .....................................................
7
C. Gaya Kepemimpinan Studi OHIO ........................................................
8
BAB III PEMBAHASAN A. Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia ............................................
10
B. Implementasi gaya kepemimpinan kepala sekolah menurut studi OHIO .............................................................................................................. 12
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ...............................................................................................
16
B. Saran .....................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
17