BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, negara maritim sekaligus negara agraris dengan segala macam keanekaragaman di dalamnya. Mulai dari pulau-pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, terdapat pula beragam suku dan budaya yang mempunyai kekhasannya sendiri, bahasa serta agama dan kepercayaan yang beragam namun tetap saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Kekayaan alam dan sumber daya manusia yang sangat luar biasa jumlahnya membuat negara Indonesia sangat kaya, terlebih letaknya yang sangat strategis dimata perdagangan dunia. Dari semua keberagaman tersebut terdapat sejarah dan budaya pada setiap sudut kota dan daerah di negara Indonesia. Salah satunya adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta disebut juga Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, merupakan salah satu kota bersejarah di Pulau Jawa, dimana terdapat Kerajaan atau Keraton Kasunanan Surakarta yang dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Mataram. Kota
Surakarta
dalam
perkembangannya
cukup
pesat
dengan
bertambahnya bangunan-bangunan bertingkat dan pertokoan modern yang ada di Kota Surakarta.
Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Kota Surakarta
mendirikan sebanyak empat pertokoan modern telah dibangun di kawasan Solo Baru dan Sukoharjo tepatnya pada tahun 2012 silam, dengan jarak dan lokasinya
1
2
yang
cukup
berdekatan
(Empat
Mall
Bakal
Berdiri
di
Solo
Baru.
http://edisicetak.joglosemar.com). Adanya bangunan bertingkat dan pertokoan modern tersebut merupakan dampak dari kemajuan perekonomian Kota Surakarta, mengurangi jumlah pengangguran, serta meningkatkan pendapatan daerah (Mal ‘Kembali’ dibangun di Lahan Bangunan Bersejarah, m.kompasiana.com, 26 Juni 2015). Dibalik perkembangannya yang cukup pesat, Kota Surakarta mempunyai sejarah kota yang panjang. Dari kerajaan hingga bangunan-bangunan kuno bersejarah di masa perjuangan yang ada di Kota Surakarta. (Puluhan Anak SD Solo ‘Kuliah’ Sejarah di Depan Gedung Kuno. http://m.detik.com) Adanya pertokoan modern menarik minat warga Kota Surakarta untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. Para remaja dan anak-anak di Kota Surakarta lebih memilih pergi ketempat-tempat tersebut. Seperti mall ataupun cafe-cafe yang biasanya dijadikan untuk tempat bermain dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya ataupun keluarganya. Terlebih lagi di tempat-tempat tersebut memberikan berbagai fasilitas akan kebutuhan modern warga Surakarta khususnya anak-anak di Kota Surakarta (Food Court, Tempat Nyaman | Koran Joglo Semar, online. http://dok.joglosemar.co). Berbeda dengan Gedung Wayang Orang Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Perpustakaan Pura Mangkunegaran dan bangunan-bangunan kuno bersejarah lainnya dari tahun ke tahun mengalami penurunan dalam jumlah pengunjungnya. Perpustakaan Pura Mangkunegaran mengalami penurunan jumlah pengunjung disebabkan karena menurunnya minat warga Kota Surakarta khususnya anak-anak untuk mempelajari sejarah Kota Surakarta.
Pengunjung
Perpustakaan
Pura
Mangkunegaran
kebanyakan
mahasiswa, pelajar SMA maupun SMP, sedangkan pengunjung dari kalangan
3
masyarakat umum sangat kurang. Hal tersebut berdampak kurangnya pengetahuan warga Kota Surakarta terutama anak-anak terhadap sejarah Kota Surakarta, sehingga menimbulkan sikap acuh terhadap warisan budaya di Kota Surakarta. (Reksa Pustaka, Perpustakaan Pura Mangkunegaran Yang Nyaris Terlukapan, http://m.timlo.com, 29 November 2015) Kuranganya minat baca anak-anak terhadap sejarah Kota Surakarta karena penyampaian buku sejarah yang kurang menarik. Buku-buku cerita sejarah pada umumnya berisi teks penuh dengan beberapa gambar dokumentasi. Anakanak sekolah dasar terutama usia 7-10 tahun cenderung lebih menyukai buku dengan warna-warna cerah dengan gambar-gambar ataupun tokoh yang menarik dan interaktif. Adanya hal tersebut diperlukannya sebuah kontribusi desain komunikasi visual untuk menarik minat anak-anak mengenal sejarah Kota Surakarta sejak usia dini. Penulis mencoba menerapkan pengelolaan rancangan visual terhadap sejarah berdirinya Kota Surakarta, kedalam bentuk buku cerita model pop-up. Penggunaan model pop-up dalam buku cerita selain interaktif juga dapat membantu mengembangkan saraf motorik anak usia dini, seperti buku cerita Monster/ Snappy Little Monster karya Dugald Steer. (Sekilas Tentang Pop-up, Lift the Flap, dan Movable Book, http://dgi-indonesia.com, 16 Januari 2014) Berdasarkan alasan tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut kedalam bentuk sebuah laporan berjudul Perancangan Buku Cerita Model Pop-up Sebagai Media Pembelajaran “Sejarah Berdirinya Kota Surakarta” Untuk Anak Sekolah Dasar. Dengan menggunakan buku cerita bergambar dengan model pop-up tersebut rasa cinta terhadap Kota Surakarta dapat dipupuk sedari dini kepada warga masyarakatnya. Agar para warga Kota
4
Surakarta khususnya anak-anak di usia 7-10 tahun lebih mencintai dan tentunya mengetahui sejarah Kota Surakarta.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan-rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang
perancangan di atas sebagai media pembelajaran tentang “Sejarah
Berdirinya Kota Surakarta” untuk anak sekolah dasar: 1. Bagaimana merancang buku cerita model pop-up dengan tema “Sejarah Berdirinya Kota Surakarta” untuk anak sekolah dasar? 2. Bagaimana memilih visualisasi yang sesuai untuk buku cerita model pop-up dengan tema “Sejarah Berdirinya Kota Surakarta” untuk anak sekolah dasar?
C. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1.
Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan diatas yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran tentang sejarah Kota Surakarta untuk anak sekolah dasar adalah menumbuhkan dan menarik minat baca pada anak-anak sekolah dasar pada cerita “Sejarah Berdirinya Kota Surakarta”. Dan memudahkan anak-anak sekolah dasar terutama usia 7-10 tahun untuk memahami Sejarah Berdirinya Kota Surakarta”, sehingga anak-anak dapat mengerti isi cerita tersebut.
2.
Manfaat Perancangan Manfaat dari perancangan diatas yang dapat diambil sebagai media pembelajaran tentang sejarah Kota Surakarta untuk anak sekolah dasar adalah anak-anak sekolah dasar terutama usia 7-10 tahun mengetahui “Sejarah
5
Berdirinya Kota Surakarta” dan dengan mudah memahami cerita tersebut, sehingga dapat mengerti isi cerita tersebut. Selain mempermudah pemahaman anak-anak usia 7-10 tahun, juga untuk dapat mengasah dan mengembangkan saraf motorik anak-anak pada usia 7-10 tahun dengan adanya bagian buku yang dapat dibuka-tutup.
D. Metode Penelitian dan Kerangka Pikir 1.
Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan pada perancangan penelitian ini merupakan metode
penelitian kualitatif deskriptif.
Metode
penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, dengan mempergunakan cara kerja yang sistematik, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya (Nawawi, 1996: 175). a. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian merupakan segala sesuatu permasalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2009: 38) objek penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek penelitian dalam perancangan ini merupakan buku cerita model pop-up.
6
Subjek penelitian menurut Arikunto (2006: 145) adalah subjek penelitian yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian berkaitan dengan unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, responden merupakan orang yang diminta memberikan keterangan tentang fakta atau pendapat. Subjek penelitian dalam rancangan ini terfokus pada anak-anak sekolah dasar terutama usia 7-10 tahun di Kota Surakarta. b. Sasaran dan Lokasi Penelitian Sasaran dalam penelitian ini merupakan anak-anak sekolah dasar usia 7-10 tahun yang berdomisili di Kota Surakarta. Lokasi untuk penelitian berada di wilayah Kota Surakarta, Jawa Tengah. c. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yang merupakan data yang tidak terikat ketat dengan hitungan, angka, dan ukuran yang bersifat empiris, dengan mengadakan wawancara langsung dengan sejumlah narasumber guna mendapat data yang tepat dan akurat. Dalam penelitian kualitatif sumber data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber disini memeiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasunber bukan sekedar meberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki, karena posisi inilah sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut informan dari pada sebagai responden (H.B Sutopo, 2006: 57). Pada
7
penelitian ini, sumber data berasal dari observasi dan wawancara narasumber yang berhubungan dengan tema perancangan dan melalui studi kepustakaan dan dokumentasi. d. Teknik Pengumpulan data Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1) Observasi dan Wawancara Teknik pengumpulan data secara langsung kepada target audience untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan untuk penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 145), observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamtan dan ingatan. Menurut Moh Nazir (1988: 234), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewanwancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara akan dilakukan langsung kepada target audience
dengan
pendampingan
wali
masing-masing
dan
narasumber terkait tema perancangan. 2) Dokumentasi Menurut Sugiyono (2003: 240), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
8
Teknik pengumpulan data ini merupakan teknik data sekunder yang didapatkan dari sumber tertulis seperti arsip, dokumen, jurnal, studi kepustakaan, ataupun tulisan-tulisan yang ada pada situs internet yang dapat mendukung analisa penelitian. Pada penelitian ini, data yang
dibutuhkan
akan
dikumpulkan
melalui
jurnal,
studi
kepustakaan dan tulisan-tulisan di internet. 3) Analisis Data Untuk menganalisis data diawali dengan pengumpulan semua data yang diperlukan melalui narasumber atau sumber informasi yang lain yang berkaitan dengan objek. Setelah itu dilakukan pemilihan data yang paling baik dan akurat dengan membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat data penelitian dan informasi yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang dipilih adalah data yang mampu membantu peneliti dalam memecahkan permasalahan dan membantu dalam penyempurnaan konsep visual yang akan diangkat dalam penelitian. Selain hal tersebut, perlu adananya analisis SWOT untuk menganalisis konsep rancangan tersebut. SWOT sendiri merupakan sebuah singkatan dari Strengths (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T). Menurut Kotler (2009: 51) Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threaths) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Gitosudarmo
(2001:
115),
Kata
SWOT
merupakan
pendekatan dari Strenghts, Weakness, Opportunity, and Threats,
9
yang dapat diterjemahkan menjadi : Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Dalam metode atau pendekatan ini kita harus memikirkan tentang kekuatan apa saja yang kita miliki, kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau perusahaan kita kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau opportunity yang terbuka bagi kita dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, gangguan, hambatan serta tantangan yang menghadang di depan kita. 4) Sistematika Penulisan a) Bagian Awal i)
Halaman Judul Tugas Akhir
ii)
Pernyataan Keaslian
iii)
Lembar Pengesahan
iv)
Motto
v)
Persembahan
vi)
Kata Pengantar
vii)
Daftar Isi
viii)
Abstrak
ix)
Daftar gambar, tabel, dan simbol
b) Bagian Inti i)
Bab I. Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat perancangan, kerangka pikir dan metode penelitian)
ii)
Bab II. Kajian Teoris
10
iii)
Bab III. Identifikasi Data (data objek perancangan, instansi/lembaga terkait, target, kompetitor, dan analisis SWOT)
iv)
Bab IV. Konsep Perancangan (konsep karya, konsep perancangan, teknik pelaksanaan, dan visualisasi)
v)
Bab V. Penutup (kesimpulan dan saran)
c) Bagian Akhir
2.
i)
Daftar Pustaka
ii)
Lampiran-lampiran
Kerangka Pikir Dalam membuat sebuat perancangan tentunya peneliti haruslah membuat kerangka berpikir guna menganalisa langkah-langkah apa saja yang akan diambilnya untuk membuat perancangan tersebut. Pertama peneliti menentukan posisinya. Dalam perancangan ini peneliti berposisi sebagai kontributor DKV. Selanjutnya, sebagai kontributor DKV, peneliti melakukan riset guna menentukan objek riset (tema) yang akan diangkat menjadi judul perancangan, pada perancangan ini memiliki tema “Sejarah Berdirinya Kota Surakarta”, dan mendapatkan input khusus berupa product insight dari riset tersebut. Kemudian peneliti menentukan target audience, target audience pada perancangan ini adalah anak-anak sekolah dasar terutama usia 7-10 tahun yang berada di Kota Surakarta, yang kemudian akan mendapatkan input khusus berupa costumer insight. Dari target audience tersebut, peneliti melakukan observasi yang kemudian target audience dapat digolongkan menjadi segmentasi geografis, demografis, psikografis dan perilaku.
11
Setelah melalukan observasi terhadap target audience, peneliti kemudian menentukan strategi komunikasi visual yang akan digunakan dalam perancangan ini. Strategi komunikasi visual disini dibagi menjadi 3 yaitu kreatif, visual dan media. Kemudian peneliti menentukan visualisasi karya yang merupakan perwujudan dari kontribusi DKV. Dalam hal ini, visualisasi karya haruslah merepresentasikan pesan dari objek riset atau brand yang diangkat menjadi tema, yaitu Buku Cerita Model Pop-up Tentang “Sejarah Berdirinya Kota Surakarta”. Selain merepresentasikan pesan dari tema, visualisasi karya haruslah mendapat apresiasi dari target audience. Dan dampaknya target audience akan melakukan apa yang diharapkan oleh brand sesuai dengan visualisasi karya sebagai media penyampaian pesannya.
Gambar. 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian yang akan digunakan dalam menyatakan konsep perancangan Sumber: dokumen penulis