BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Iptek menyiasati meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu yang erat kaitannya dengan kemajuan bangsa adalah matematika. Dalam lingkup pendidikan persekolahan, matematika dipandang sebagai ilmu dasar yang strategis yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah dan matematika berfungsi (Sidi, 2002): (1)Menata dan meningkatkan ketajaman penalaran siswa sehingga dapat memperjelas masalah dalam kehidupan sehari-hari, (2) melatih kemampuan berkomunikasi dan menggunakan bilangan dan simbol-simbol, (3) melatih siswa untuk selalu berorientasi pada kebenaran dengan mengembangkan sikap logis, kritis, kreatif, objektif, rasional, cermat, disiplin, dan mampu bekerjasama secara effektif , dan (4) melatih siswa untuk berfikir secara teratur, sistematis, dan terstruktur dalam konsepsi yang jelas. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berfikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efesien, sehingga diharapkan peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, menganalisis, menyimpulkan dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, berkembang pesat dan kompetitif. Dalam BSNP tahun 2006, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik, memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
1
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan di atas tampak bahwa arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, dan kemampuan komunikasi matematika. Ketiga kemampuan tersebut harus dimiliki dan dikembangkan siswa dalam pembelajaran matematika dengan tujuan tercapainya pembelajaran yang makasimal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh
Soedjono
(Hutagalung,2009) kesulitan belajar siswa dapat disebabkan beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan faktor pedagogik. Selain itu terdapat beberapa pula kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti: 1. Kesulitan dalam menerapkan konsep. 2. Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip. 3. Kesulitan dalam memecahkan soal berbentuk verbal. Berdasarkan pernyataan di atas bahwa yang menunjukkan kesulitan belajar siswa salah satu penyebabnya adalah aspek dari kemampuan komunikasi matematis yang masih rendah terutama pada siswa SMP. Kurang berkembangnya kemampuan komunikasi matematis siswa, khususnya pada siswa SMP adalah karena dalam proses pembelajaran belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswanya mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya. Hal tersebut karena pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah masih berpusat pada guru sebagai pemberi informasi, sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan menghafal sehingga siswa Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
seringkali mengalami kesulitan dalam memecahkan suatu permasalahan matematika
karena
ketidakmampuan
mengkomunikasikan
idenya
atau
menerjemahkan permasalahan tersebut kedalam bahasa matematika. Berdasarkan hasil penelitian Utari, Rukman, dan Suhendra (Istiqoma, 2008:4) menyatakan bahwa pembelajaran mtematika di Indonesia saat ini dirasakan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan matematika yang dimiliki siswa. Selain itu, pada penelitian Firdaus (2006) terdapat lebih dari sepuluh siswa memperoleh skor kemampuan komunikasi matematis kurang dari 60% dari skor ideal, sehingga kualitas kemampun komunikasi belum dalam kategori baik. Pada penelitiannya, kelas eksperimen dikelompokkan menjadi siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika kelompok rendah belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa masih 35,48% dari siswa kelompok rendah yang menguasai kompetensi kurang dari 54% kompetensi yang harus dikuasai siswa. Kemampuan komunikasi yang rendah tidak dapat dibiarkan karena mengkomunikasikan adalah salah satu hal yang mendukung dalam belajar. Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat yang diungkapkan oleh Lindquist berdasarkan pada National Council of Teachers of Mathematics (NCTM,2000) mengungkapkan bahwa : kemampuan komunikasi dalam matematika perlu dibangun agar siswa dapat : (1) merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasangagasan matematika dalam berbagai situasi, (2) memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar grafik dan secara aljabar, (3) mengembangkan pemahaman terhadap gagasan matematik termasuk peranan definisi dalam berbagai situasi matematika, (4) menggunakan keterampilan membaca, mendengar dan menulis menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematik, (5) mengkaji gagasan matematik melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan, (6) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematik . Kemampuan komunikasi dalam hal ini juga memiliki arti bahwa siswa perlu dilatih berkomunikasi dengan pihak lain. Belajar kelompok merupakan salah satu sarana melatih keterampilan komunikasi siswa. Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Proses pembelajaran matematika merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah-sekolah yang diharapkan dengan proses ini tujuan pendidikan akan dapat dicapai antara lain dalam bentuk terjadinya perubahan sikap, keterampilan serta meningkatnya kemampuan berfikir siswa. Secara umum, kemampuan-kemampuan dasar yang diharapkan dapat digali dan ditingkatkan melalui kegiatan belajar matematik adalah kemampuan komunkasi matematis. Terdapat
beberapa
alasan
penting
mengapa
komunikasi
dalam
pembelajaran matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan SMP. Pertama, matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga ” an invaluable tool for communiting a variety of ideas clearly, precesisely, and succinctly”. Kedua pembelajaran matematika dianggap sebagai aktivitas sosial, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Untuk menggali dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dapat digunakan berbagai macam model atau metode pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunkan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer dan kurikulum (sebagai kursi untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan salah satunya adalah Quantum Learning (QL). Model pembelajaran QL merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis baik lisan ataupun tulisan. QL merupakan metode yang berusaha untuk Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
mengubah belajar yang berbeda dibandingkan dengan metode belajar pada umumnya. QL menyertakan segala kaitan interaksi, dan perbedaan yang dapat memaksimalkan proses belajar. QL pertama kali ditemukan di Amerika Serikat dengan apa yang disebutnya “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
QL berfokus pada proses belajar
yang menyenangkan. Metode QL berusaha menggabungkan peningkatan multi sensori dan multi kecerdasan dengan otak yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan siswa untuk berprestasi (DePorter et al, 2011). Manfaat metode QL adalah meningkatkan peran sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk diri sendiri dan orangorang yang didekatnya. QL membawa seseorang menjadi individu yang selalu menggunakan metode „belajar aktif‟. Aspek-aspek dalam model pembelajaran QL ini meliputi: Lingkungan belajar, memiliki sikap positif, gaya belajar, teknik mencatat, teknik menulis, kekuatan ingatan, kekuatan membaca, berfikir kreatif (DePorter et al,2011). Pada awalnya, penerapan model pembelajarn ini pertama kali dilakukan pada tahun 1982, yang dikenal dengan nama Supercamp. Supercamp yakni program menginap selama dua belas hari, disini siswa-siswi mulai dari usia sembilan hingga 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal dan membaca cepat, menulis, berkreasi, berkomunikasi, dan melakukan kiat-kiat untuk meningkatkan kemampuan mereka menguasi berbagai hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti program tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (De Porter et al, 2011). Taksonomi Bloom (Suherman dan Sukjaya, 1990) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan terbagi ke dalam tiga daerah yaitu daerah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Daerah kognitif mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kemampuan berfikir
yaitu berkenaan dengan kemampuan pengetahuan,
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selain daerah kognitif dalam penelitian ini pun akan mengkaji daerah afektif yang berhubungan dengan sikap (attitude). Sikap merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan sikap seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa bersikap positif terhadap suatu bidang studi. Berdasarkan uraian di atas, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang penting untuk dikaji. Dari latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Quantum
Learning Prinsip TANDUR
Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa yang pembelajarannya menggunakan QL prinsip TANDUR lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran tradisional? 2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol? 3. Bagaimana
peningkatan tiap indikator kemampuan komunikasi matematis
setelah pembelajaran menggunakan QL prinsip TANDUR? 4. Bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika berdasarkan QL prinsip TANDUR?
C. Batasan Masalah Penelitian ini lebih khususnya dengan model Quantum Learning pada prinsip TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) dan materi pembelajarannya yaitu bangun ruang sisi datar di kelas VIII semester dua. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Bandung. Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Namun karena terbatasnya dana, tenaga dan waktu maka tidak semua siswa diteliti sebagai objek penelitian. Sehingga subjek populasi penelitian ini menjadi siswa SMP Negeri 2 Lembang kelas VIII tahun ajaran 2013/2014.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa yang pembelajarannya menggunakan QL prinsip TANDUR lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran tradisional 2. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Untuk mengetahui peningkatan tiap indikator kemampuan komunikasi matematis setelah pembelajaran menggunakan QL prinsip TANDUR. 4. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika berdasarkan QL prinsip TANDUR.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi berbagai pihak: 1. Bagi Penulis dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam menggunakan model QL untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Bagi Guru dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk memilih dan mengembangkan alternatif model pembelajaran yaitu QL untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. 3. Bagi Siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model QL ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar dan memberikan suasana yang baru bagi siswa pada bidang studi matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka di bidang matematika.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
F.
Definisi Operasional Agar tidak salah persepsi dalam penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian, perlu digunakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Quantum learning dengan prinsip TANDUR merupakan pembelajaran dengan menumbuhkan semangat dan menyenangkan sehingga memberikan sikap positif terhadap pembelajaran, menciptakan pengalaman secara langsung pada siswa dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya melalui permainanpermainan, pemberian nama yakni memaknai suatu konsep matematika, mendemonstrasikan hasil penemuan konsep, mengulangi materi yang telah dipelajari sehingga adanya keyakinan pada siswa bahwa “Aku tahu bahwa aku memang tahu” selanjutnya merayakan suatu keberhasilan dalam belajar melalui reward dan permainan matematika. 2. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang dapat menyertakan sebuah informasi matematika dalam bentuk merefleksikan bendabenda nyata, gambar, atau ide matematika, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan, begitu juga sebaliknya, siswa dapat menyertakan suatu informasi pada kehidupn sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik. 3. Pembelajaran tradisional merupakan pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa sebagai penerima ilmu. Metode mengajar dalam pembelajaran tradisional yang digunakan yaitu ekspositori. Metode ekspositori merupakan pembelajaran yang dominan dengan ceramah, tetapi divariasikan dengan metode yang lain disertai ilustrasi gambar atau tulisan tentang pokok-pokok materi untuk disampaikan sehingga lebih dimengerti siswa.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika Menurut Suherman et al (2001) istilah mathematics (Inggris), matematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan mathematike berhubungan pula sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir). Jadi berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Tinggih (Suherman dan Winataputra, 1992:119) hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran) sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Romberg (Fathani, 2008) mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiologi, psiklogi, pelaksana administrasi sekolah, dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu yang statis dan disiplin ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? Bagaimana cara kerja para matematikawan? Dan bagaimana memopulerkan matematika? Selain itu, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual.
9
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
Bourne (Fathani, 2008) memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absolutis, di mana pelajar dipandang sebagai makhluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. Kitcher (Fathani, 2008) lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) Bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan 2) Pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan 3) Pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan 4) Alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5) Ide matematika itu sendiri Sejalan dengan itu, Sujono (Fathani, 2008) mengemukakan beberapa pengertian matematika diantaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengethuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentng penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Berpijak pada uraian tersebut, secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, diantaranya: 1) Matematika sebagai struktur yang terorganisasi 2) Matematika sebagai alat (tool) 3) Matematika sebagai pola pikir deduktif 4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking) 5) Matematika sebagai bahasa artifisial 6) Matematika sebagai seni yang kreatif
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
B. Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi banyak arah yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Menurut Erman, pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi siswa secara optimal, intelektual, emosional, serta spiritual. Tujuan dari suatu pembelajaran ialah untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif serta agar siswa dapat mempelajari suatu kemampuan yang baru secara optimal. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika diawali dari seberapa besar guru mengetahui kemampuan dasar serta karakteristik yang dimiliki siswa ketika menyampaikan materi atau bahan ajar. Proses pembelajaran adalah aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi banyak arah dengan menggunakan matematika untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Matematika merupakan suatu alat untuk mengoptimalkan kecerdasan, kemampuan komunikasi serta berpikir logis, dan membentuk kepribadian yang dimiliki siswa. Kemampuan matematika siswa sangat dibutuhkan dalam menunjang perkembangan jaman di berbagai aspek.
C. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi merupakan sebuah proses timbal balik baik dalam sebuah pemberian konsep informasi dari komunikator (pemberi informasi) kepada komunikan (penerima informasi). Menurut Darhim (2007) bahwa “komunikasi merupakan bagian penting dalam balajar matematika”. Sebuah komunikasi yang berjalan dengan baik dapat menimbulkan peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa menjadi lebih edukatif. Berkenaan dengan hal itu, Darhim (2007) mengungkapkan manfaat dari sebuah komunikasi yaitu komunikasi dapat mendorong siswa belajar konsep baru dalam matematika, karena dalam belajar matematika siswa dapat menggunakan alat atau benda, menggambar, memberikan penjelasan atau pertimbangan, menggunakan diagram, menulis dan menggunakan simbol matematika.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Dalam aktivitas belajar, siswa akan menimbulkan beberapa kemungkinan proses komunikasi. Menurut Darhim (2007) mengungkapkan bahwa proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar adalah: a. b. c.
Komunikasi searah, komunikasi yang hanya terjadi dari guru ke siswa. Komunikasi dua arah, komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan guru. Komunikasi banyak arah, komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru. Kemampuan komunikasi matematika itu sendiri merupakan kemampuan
yang
dapat
merefleksikan
menyertakan benda-benda
sebuah nyata,
informasi gambar,
matematika atau
ide
dalam
bentuk
matematika,
menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, merespon suatu pernyataan persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan, begitu juga sebaliknya, siswa dapat menyertakan suatu informasi pada kehidupan sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik. Selaras dengan hal tersebut, Darhim (2007) mengungkapkan bahwa “kemampuan untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika yang telah dipelajari merupakan bagian yang harus dimiliki siswa”. Baroody (Ansari, 2003) mengungkapkan bahwa Komunikasi adalah kemampuan siswa yang dapat diukur melalui aspek-aspek : a. Representasi (Representing) Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide; translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam symbol kata-kata. b. Mendengar (Listening) Mendengar merupakan sebuah aspek yang sangat penting ketika berdiskusi. Begitu pun dalam kemampuan komunikasi, mendengar merupakan aspek yang sangat penting untuk dapat terjadinya komunikasi yang baik. c. Membaca (Reading) Reading adalah aktifitas membaca secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang telah disusun. Membaca aktif berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban yang relevan dengan pertanyaan. d. Diskusi (Discussing) Mendiskusikan sebuah ide adalah cara yang baik bagi siswa untuk menjauhi gap, ketidakkonsistenan, atau suatu keberhasilan kemurnian berpikir. Selain itu, dengan diskusi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. e. Menulis (Writing)
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Menulis adalah suatu aktifitas yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Dengan menulis berarti seseorang telah melalui tahap proses berpikir keras yang kemudian dituangkan ke dalam kertas. Dalam komunikasi, menulis sangat diperlukan untuk merangkum pembelajaran yng telah dilaksanakan, dituangkan dalam bahasa sendiri sehingga lebih mudah dipahami dan lebih lama tersimpan dalam ingatan. Jadi kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan suatu interaksi atau hubungn timbal balik dalam memberikan suatu informasi dimana siswa dapat menemukan konsep baru dengan benda dan alat yang dapat menunjang dalam mengungkapkan ide-idenya baik berupa tulisan maupun lisan. 4. Model Quantum Learning a. Pengertian Quantum Learning QL berprinsip bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah dengan menempatkan siswa secara nyaman, memasang musik latar
di dalam kelas,
meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan pendidik yang terlatih dengan baik dalam seni pengajaran sugestif . Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning atau”pemercepat belajar”, yakni metode yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya yang normal dan diikuti dengan kegembiraan. QL mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP “Neuro Linguistic Program”, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meliputi hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat dipergunakan untuk menciptakan jalinan pengeertian antara siswa dan guru. Lebih lagi, dalam Deporter et al (2011), mengartikan QL sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya. QL disini dikaitkan dengan manusia yang sedang berusaha keras untuk memperbaiki kinerjanya kearah yang lebih baik melalui proses belajar. Istilah QL juga bermakna interaksi yang terjadi
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
dalam proses belajar, sehingga mampu mengubah segala potensi yang ada di dalam dirinya menjadi lebih baik dan memperoleh hal-hal baru yang data ditularkan kepada orang lain. Salah satu keberhasilan QL ini adalah penelitian yang dilakukan oleh DePorter et al (2011) ia memilih siswa-siswa untuk mengikuti program super camp, yaitu program menginap selama dua belas hari, siswa-siswa mulai usia Sembilan hingga 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencata, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi, dan mebina hubungan kiat-kiat yang meningkatkan kemampuan mereka menguasai segala hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti SuperCamp mndapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berprestasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. b. Prinsip-Prinsip Quantum Learning Terdapat lima prinsip dari QL ini, yaitu: 1) Segalanya Berbicara 2) Segalanya Bertujuan 3) Pengalaman Sebelum Pemberian Nama 4) Akui Setiap Usaha 5) Jika Layak Dipelajari, Maka layak Pula Dirayakan Kelima prinsip tersebut disebut TANDUR yakni: a) Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan “ Apakah Manfaatnya Bagiku”. Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikian bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan memanfatkan mereka, mencari tanggapan “Yes”! dan mendapatkan komitmen untuk menjelajah. b) Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat pengajar dapat mengajar „melalui pintu belakang‟ untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
c) Namai Sediakan kata kunci konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”. Penanaman memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penanaman dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penanaman adalah saatnya untuk mengajarkan kosep, keterampilan berfikir, dan strategi belajar. d) Demonstrasi Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Dalam kegiatan ini member siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, dan kedalam kehidupan mereka. e) Ulangi Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan “ Aku tahu bahwa aku memang tahu ini.” Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “ Aku tahu bahwa aku tahu ini!” Jadi, pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukkan, drama, dan sebagainya). f) Rayakan Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan memeberi rasa rampung dengan mnghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Sekali lagi, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
5. Keterkaitan Quantum Learning dengan Komunikasi Matematika QL merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan peran pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. QL membawa seseorang menjadi individu yang selalu menggunakan metode “belajar Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
aktif”. Belajar aktif berarti seseorang dan tidak membiarkan dirinya mengikuti apa yang ada. Melalui belajar aktif ini siswa diharapkan menimbulkan peningkatan terhadap aktifitas belajar. Salah satunya adalah siswa dapat mengkomunukasikan apa yang telah mereka pelajari dengan benar. Karena pembelajaran merupakan proses komunikasi yang tertuju pada perubahan diri pebelajar antara lain sikapnya, perlu dikaji beberapa prinsip komunikasi dan perubahan sikap. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi ada beberapa pinsip yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam pembelajaran, yaitu: 1) Sikap seseorang dibentuk oleh informasi ia peroleh atau yang ia hadapai, 2) Keterkaitan seseorang pada kelompoknya banyak menentukan posisi sikapnya, 3) Sikap seseorang mencerminkan kepribadiannya, 4) Perubahan sikap terjadi melalui penyajian informasi tambahan, perubahan keterkaitan kelompok, penguatan, dan proses perubahan kepribadian, 5) Arah dan tingkat perubahan sikap yang disebabkan oleh informasi tambahan merupakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan, sumber, media, bentuk, dan isi informasi. Maka dari itu model pembelajaran QL yang dikatakan model pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa, yang diharapkan terjadi proses perubahan sikap pada diri siswa dalam belajar.
6. Model Pembelajaran Tradisional Pembelajaran tradisional mempunyai banyak pengertian menurut para ahli, diantaranya: 1
Djamarah (Kholik, 2011) metode pembelajaran tradisional atau disebut juga metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
2
Freire (Kholik, 2011) bahwa pengajaran tradisonal merupakan suatu aktivitas pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib dihafal dan diingat.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
Secara umum, ciri-ciri pembelajaran tradisional adalah: 1
Siswa dalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar
2
Belajar secara individual
3
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4
Perilaku dibangun atas kebiasaan
5
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
6
Guru adalah penentu proses pembelajaran
7
Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
8
Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama: 1
Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
2
Menyampaikan informasi dengan cepat
3
Membangkitkan minat akan informasi
4
Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
5
Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
7. Hasil Penelitian Yang Relevan Telah banyak penelitian yang mengungkapkan tentang pengaruh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran QL dalam meningkatkan kompetensi matematis siswa seperti kemampuan komunikasi matematis pada siswa . Melalui pemilihan model pembelajaran yang menciptakan suasana kondusif (nyaman dan menyenangkan), kelas kohesif (rasa kebersamaan tinggi), dinamis-interaktif, partisipasif, saling menghargai, memberikan sugesti-sugesti yang positif, dan menumbuhkembangkan percaya diri pada para siswa. Seperti yang kita ketahui QL ini berawal dari SuperCamp yang hasilhasilnya yakni 68% meningkatkan motivasi, 73% meningkatkan nilai, 81% Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
meningkatkan rasa percaya diri, 84% meningkatkan harga diri, 98% melanjutkan penggunaan keterampilan. Beberapa studi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model QL diantaranya Milawati (2009) terhadap siswa SMA kelas X diperoleh temuan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep matematis siswa SMA antara yang mendapatkan model pembelajaran QL dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Sejalan dengan hal tersebut ditemukan pula bahwa model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kemampuan kreativitas matematis siswa seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Lia (2007) walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Selain itu, menurut Eri (2007) bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran quantum dengan gaya belajar VAK dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMK. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis yang memperoleh pembelajaran dengn model quantum lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara tradisional.
H. Anggapan Dasar Selama penelitian ini dilakukan, sample yang diambil dari populasi adalah sample yang representatif. Dimana kemampuan anak di dalam kelas berdistribusi normal. Ketika dilakukan tes, siswa menjawab tes, mengisi angket dan jurnal harian dengan jujur, dan observer yang terlibat juga mengisi lembar observasi pembelajaran matematika dengan model QL secara objektif.
I. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah, Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model QL lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan QL prinsip TANDUR lebih baik daripada pembelajaran tradisional. Sehingga penelitiannya berupa kuasi eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan melihat hubungan sebab akibat. Perlakukan yang kita lakukan terhadap variabel bebas dapat kita lihat hasilnya pada variabel terikat. Pada peneliti kuasi ini, sampel penelitian yang akan dibandingkan sudah ada, maka peneliti tinggal mengambil dua kelompok untuk dijadikan sampel. (Ruseffendi,2005) Berdasarkan metode yang diambil maka penelitian ini ditujukkan untuk melihat hubungan sebab akibat antara pembelajaran yang menggunkan model QL dengan kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMP. Variabel pada penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu model QL dan variabel terikatnya yaitu kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMP. Desain penelitian ini adalah desain kelompok control non-ekivalen (Arikunto ,2010) sebagai berikut: E
: O1 X1 O2
K
: O1 X2 O2
Keterangan: E
: Kelompok Eksperimen
K
: Kelompok Kontrol
O1 : Pretes O2 : Postest X1 : Pembelajaran Matematika dengan menggunakan model QL X2 : Pembelajaran Matematika dengan tradisonal
19
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
A. Populasi dan Sampel Penelitian Subjek populasi adalah siswa SMP Negeri 2 Lembang Bandung kelas VIII. Populasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan salah satunya adalah siswa kelas VIII berada pada masa peralihan dari berfikir konkret ke masa berfikir abstrak. Sehingga kemampuan komunikasi siswa berpotensi untuk ditingkatkan. Pada penelitian ini sendiri akan diambil sampel dua kelas yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang mendapatkan pembelajaran model QL yaitu VIIIA sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang mendapatkan pembelajaran tradisional metode ekspositori (ekspo) yaitu VIIIB .
B. Bahan Ajar 1. Silabus Dalam KTSP, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Silabus disusun berdasarkan Standar Isi yang di dalamnya berisikan identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Silabus yang disusun dalam penelitian ini ada dua diantaranya silabus untuk kelas eksperimen mengarah pada model QL dan silabus kelas kontrol mengarah pada indikator seperti biasa pada umumnya. 2. RPP RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP yang disusun pada penelitian ini ada dua diantaranya RPP untuk kelas eksperimen mengarah pada model QL dan RPP kelas kontrol mengarah pada indikator seperti biasa pada umumnya.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Rpp terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Dimana dalam kegiatan awal terdiri atas orientasi dan pengungkapan. Dalam kegiatan inti terdiri atas langkah-langkah prinsip TANDUR dalam model QL, sedangkan dalam kegiatan penutup/akhir yaitu evaluasi. 3. LKS LKS Lembar kegiatan siswa (student work sheet) merupakan lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Lembar kegiatan tersebut berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang dapat berupa teori dan atau praktik. LKS yang disusun pada penelitian ini ada dua diantaranya LKS untuk kelas eksperimen mengarah pada model QL dan LKS kelas kontrol mengarah pada indikaor seperti biasa pada umumnya.
C. Instrumen Peneletian Pada dasarnya instrument yang dibuat bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa pada masing-masing kelas juga untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan model QL. Adapun beberapa instrumen yang digunakan untuk memperoleh data selama penelitian diantaranya: 1.
Instrument Tes Tes tulis yang dibuat adalah tipe uraian yang diberikan diawal dan diakhir
pembelajaran matematika yang disebut dengan pretest untuk tes awal dan posttest untuk tes akhir.
Soal yang dibuat ditujukkan untuk mengetahui kemampuan
komunikasi matematis siswa. Adapun kemampuan komunikasi yang diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis yang diungkapkan melalui representasi sebagaimana yang diungkapkan Cai, Lane, Jacabsin (Ansari, 2003) yaitu aspek drawing, aspek mathematical expression dan aspek written texts. Berikut adalah indikator yang hendak dicapai: a.
Aspek written texts (menulis), yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan
bahasa
sendiri,
membuat,
model
situasi/persoalan
menggunakan bahasa lisan, tulisan, konkret, grafik dan aljabar. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
mendengarkan, mendiskusikan dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi. b.
Aspek drawing (menggambar) yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematis. Atau sebaliknya, dari ideide matematis ke dalam gambar dan diagram.
c.
Aspek mathematical expression (ekspresi matematis) yaitu mengekspresikan konsep matematis dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis. Pemberian skor untuk tes kemampuan komunikasi matematis berpedoman
pada kriteria yang dikemukakan oleh Cai, Lane dan Jacabsin (Ansari, 2003) yang telah diadaptasi seperti pada Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Kriteria Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Respon Siswa
Skor
Tidak ada jawaban/salah menginterpretasikan
0
Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. Hanya sedikit model
1
matematis yang benar Penjelasan secara matematis masuk akal, namun hanya sebagian
2
yang lengkap dan benar Penjelasan secara matematis masuk akal, meskipun tidak tersusun
3
secara logis dan ada sedikit kesalahan Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar dan tersusun
4
secara logis
2. Lembar Observasi Lembar observasi adalah rambu-rambu tertulis yang dipakai untuk mengamati suatu aktifitas guru atau siswa dalam pembelajarannya sehingga pelaksanaan observasi terarah pada aspek yang direncanakan sebelumnya. Peristiwa pembelajaran yang dapat diobservasi pada penelitian ini diantaranya Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
adalah proses- proses pembelajaran sesuai dengan model QL yang mendukung terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa. Data ini bersifat relatif karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektifitas pengamat. Pada penelitian ini lembar observasi diisi oleh observer diluar peneliti dan diisi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3. Angket Angket merupakan instrumen non-tes yang digunakan untuk mengukur sikap serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Pengisian angket dilakukan pada saat akhir penelitian yaitu setelah siswa melakukan posttes (dilakukan pada hari yang sama). Angket yang dibuat adalah angket tertutup yang disususn untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran QL dimana perhitungannya menggunakan skala Likert. 4.
Jurnal Harian Siswa Jurnal adalah karangan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang
diikutinya. Karangan ini sifatnya subjektif yang berisi tentang potret pelaksanaan pembelajaran, kesan dan pesan siswa kepada guru. Jurnal dapat dipergunakan untuk koreksi dan revisi pelaksanaan pembelajaran, sehingga makin menuju ke arah peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Pada penelitian, jurnal diberikan pada siswa diakhir setelah pembelajaran matematika menggunakan model QL.
D. Uji Coba Instrumen Menurut Suherman dan Sukjaya (1990), untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang kualitasnya baik perlu diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Alat evaluasi yang baik perlu ditinjau dari hal-hal berikut: 1. Validitas Soal Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya, dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Untuk mengetahui validitas butir soal dari suatu tes dapat menggunakan teknik kolerasi product momen. Besarnya koefisien kolerasi tersebut dapat ditentukan dengan rumus (Suherman dan Sukjaya, 1990)
rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap siswa N = jumlah siswa Pada penelitian ini, nilai(
) diartikan sebagai koefisien validitas
sehingga kriterianya dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini (Suherman dan Sukjaya, 1990). Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal Nilai rxy 0,81 r11 1,00 0,61 r11 0,80
Kriteria sangat tinggi Tinggi
0,41 r11 0,60 0,21 r11 0,40 0,00 r11 0,20
Cukup Rendah sangat rendah
2. Reliabilitas Soal Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka, pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
ketetapan tes. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas adalah dengan menggunakan rumus (Suherman dan Sukjaya, 1990) (
∑
)
Keterangan: r11
= koefisien reliabilitas perangkat tes
n
= banyak butir soal (item)
∑
Dengan rumus varians: ∑
∑
Keterangan : ∑
Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990) menyatakan bahwa kriteria untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas adalah
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas r11
0,8 < r11 1,00 0,6 < r11 0,80 0,4 < r11 0,60 0,2< r11 0,40 0,00 r11 0,20
Kriteria reliabilitas sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah sangat rendah
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
3. Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010). Seluruh pengikut tes dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pandai
atau kelompok atas (upper group) dan
kelompok bawah (lower group). Untuk kelompok kecil, seluruh pengikut tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Sedangkan untuk kelompok besar, diambil 27% dari kelompok atas dan 27% dari kelompok bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakan rumus (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990)
DP =
̅
̅
DP
: daya pembeda satu butir soal tertentu
̅
: rata-rata skor peserta kelompok atas
̅
: rata-rata skor peserta kelompok bawah
SM
: skor maksimal ideal Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah
seperti pada (Suhermandan Sukjaya, 1990). Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP
Interpretasi
0,00 < DP 0,20 0,20 < DP 0,40 0,40 < DP 0,70 0,70 < DP ,00
Jelek Cukup Baik Sangat baik
4. Tingkat Kesukaran
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2010). Tingkat kesukaran suatu soal dapat dihitung dengan rumus (Suherman dan Sukjaya, 1990) IK =
̅
Keterangan: IK = Indeks Kesukaran ̅ = rata-rata skor tiap soal SMI= skor maksimal ideal Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990). Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai IK 0,00 < IK 0,30 < IK 0,70 < IK = 1,00
Interpretasi Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah
0,30 0,70 1,00
Untuk memudahkan perhitungan, maka evaluasi butir soal dihitung dengan menggunakan program komputer ANATES. Adapun hasil evaluasi yang lain disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.6 Evaluasi Butir Soal No. Soal Validitas
1a 0,603 Tinggi
1b 0,673 Tinggi
2 0,640 Tinggi
Daya pemeda
0,24 Cukup
0,40 Baik
0,29 Cukup
3 0,868 Sangat Tinggi 0,95 Sangat Baik
4 0,836 Sangat Tinggi 0,57 Baik
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
Indeks Kesukaran Keterangan
0,54 Sedang
0,22 Sukar
0,85 0,52 0,32 Sangat Sedang Sedang Mudah Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan
Selain hasil evaluasi pada tabel 3.6 adapun koefesien reliabilitasnya sama dengan 0,77. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang dibuat koefesien reliabilitasnya tinggi. E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan seperti menyusun rancangan proposal penelitian, mengkaji teori pendukung, penentuan strategi dan desain penelitian, membuat instrument penelitian, melakukan pengujian instrument dan melakukan perizinan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini dilakukan pengajaran berbeda pada dua kelas, satu kelas mendapatkan pembelajaran matematika menggunakan model QL dan kelas lain menggunakan model tradisional. Dilakukan pengujian tes tulis, yakni pretes dan postes, pengisian lembar observasi oleh observer dan pengisian jurnal harian siswa setelah pembelajaran menggunakan model QL setiap harinya dan terakhir siswa diberikan angket sebagai bahan evaluasi pembelajaran matematika menggunakan model QL. 3. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini, semua data yang didapat dari pelaksanaan penelitian diolah dan dianalisis dengan strategi yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian diujikan, sehingga diketahui hasil dari penelitiannya.
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Pretest Dalam menguji data hasil pretes dilakukan langkah sebagai berikut:
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
a) Uji Normalitas Uji normalitas data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan sofwtare SPSS versi 17.0. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shaprio-Wilk dengan taraf signifikan 5% (Uyanto, 2009). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi normal. H1 : Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak normal. Dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujianna (Uyanto, 2009) adalah: 1. Jika nilai signifikan pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima. 2. Jika nilai signifikan pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik.
b) Uji Homogenitas Uji kesamaan dua varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan sofwtare SPSS versi 17.0. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan taraf signifikan 5% (Uyanto, 2009). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes adalah sebagai berikut:
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009) adalah: 1.
Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima.
2.
Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan
sama-sama dilanjtukan pada uji perbedaan dua rata-rata.
c) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan awal yang sama dimana ratarata kemmapuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama pada awalnya. Jika datanya homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Sedangkan jika data tidak homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t‟. Perumusan hipotrsis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat perbedaan dua rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. H1 : Terdapat perbedaan dua rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujianna (Uyanto, 2009) adalah: 1. Jika nilai signifikan pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima. Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
2. Jika nilai signifikan pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
2. Analisis Data Postest Dalam pengujiannya data hasil postes dilakukan langkah sebagai berikut: a Uji Normalitas Uji normalitas data hasil postes kelas eksperimen dan kelas control digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan sofwtare SPSS versi 17.0. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shaprio-Wilk dengan taraf signnifikan 5% (Uyanto, 2009). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi normal. H1 : Data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak normal. Dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujianna (Uyanto, 2009) adalah: 1. Jika nilai signifikan pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima. 2. Jika nilai signifikan pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
b Uji Homogenitas Uji kesamaan dua varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan sofwtare SPSS versi 17.0. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan taraf signifikan 5% (Uyanto, 2009). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan meggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujiannya (Uyanto, 2009) adalah: 1. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima. 2. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan samasama dilanjtukan pada uji perbedaan dua rata-rata.
c Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Uji perbedaan dua rata-rata pada data postes bertujuan untuk membandingkan pencapaian kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Jika datanya homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Sedangkan jika data tidak homogen maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t‟. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data pretes adalah sebagai berikut:
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
H0 : Rata-rata kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol. H1 : Rata-rata kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol Dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujianna (Uyanto, 2009) adalah: 1. Jika setengah dari nilai signifikan pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima. 3. Jika setengah dari nilai signifikan pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
3) Analisis Data Indeks Gain Jika data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen sama maka data yang diambil adalah data postes. Sedangkan jika data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak sama maka data yang diambil adalah data pretes dan data postes dengan menggunakan Indeks Gains. Indeks gains adalah gain ternomalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Indeks gains = Dimana indeks gains digunakan untuk mengetahui kulaitas peningkatan kemampuan
komunikasi
siswa
setelah
mendapatkan
pembelajaran
matematika menggunakan model QL. Kriteria indeks gain menurut Hake (Maryati,2007) adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Kriteria Indeks Gains Indeks gains G 0,30
Kriteria Tinggi Sedang
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
G
Rendah
Sama halnya dengan data pretes dan data postes, data indeks gain ini juga harus diuji, dimana pengujiannya meliputi:
a. Uji Normalitas Uji normalitas data hasil indeks gains kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan sofwtare SPSS versi 17.0. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shaprio-Wilk dengan taraf signnifikan 5% (Uyanto, 2009). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Data Indeks Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Data Indeks Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 maka kriteria pengujianna (Uyanto, 2009) adalah: 1
Jika nilai signifikan pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima.
2
Jika nilai signifikan pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik.
d Uji Homogenitas Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
Uji kesamaan dua varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menggunakan sofwtare SPSS versi 17.0. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan taraf signifikan 5% (Uyanto, 2009). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. H1 : Terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan
meggunakan
taraf
signifikan
0,05
maka
kriteria
pengujiannya (Uyanto, 2009) adalah: 1
Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima.
2
Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Pada uji homogenitas ini, data homogen atau tidak homogen akan
sama-sama dilanjtukan pada uji perbedaan dua rata-rata.
e Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Uji perbedaan dua rata-rata pada data indeks gain bertujuan untuk membandingkan pencapaian kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Jika datanya homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Sedangkan jika data tidak homogen maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t‟. Perumusan hipotrsis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata data pretes adalah sebagai berikut: H0 : Rata-rata kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen tidak lebih baik secara signifikan dari kelas kontrol. Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
H1 : Rata-rata kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen lebih baik secara signifikan dari kelas kontrol Dengan
menggunakan
taraf
signifikan
0,05
maka
kriteria
pengujianna (Uyanto, 2009) adalah: 1
Jika setengah dari nilai signifikan pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima.
2
Jika setengah dari nilai signifikan pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
4) Tabel Teknik Analisis Data Dari uraian di atas teknik analisis data pretes, postest dan indeks gain dapat dirinci sebagai berikut: Tabel 3.8 Teknik Analisis Data Data Pretest Uji normalitas
Normal
Uji homogenitas
Tidak Normal
Uji non parametrik
Data Postest Uji Normalitas
Normal
Uji homogenitas
Tidak Normal
Uji non parametrik
Indeks Gain Uji Normalitas
Normal
Uji homogenitas
Tidak Normal
Uji non parametrik
Uji kesamaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata
Data homogen
Data homogen
Data homogen
Data tidak homogen
Uji t Uji t’
Uji t
Data tidak homogen
Uji t Uji t’
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Data tidak homogen Uji t’
37
5) Analisis Peningkatan Setiap Indikator Kemampuan
Komunikasi
Matematis Peningkatan
setiap
indikator
kemampuan
komunikasi
matematis
dikategorikan rendah, sedang atau tinggi melalui rata-rata indeks gain setiap soal. Kemudian dijelaskan secara deduktif. 6) Analisis Data Angket Data angket akan ditulis dalam tabel dengan data yang diubah menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala Likert. Adapun menurut Suherman dan Sukjaya (1990) pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentransfer skala kulitatif kedalam skala kuantitatif adalah Tabel 3.9 Bobot Untuk Pengamatan Favorable (Positif) Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
Bobot 5 4 2 1
Selain pembobotan dilakukan pada pernyataan positif pembobotan juga dilakukan pada pernyataan negatif (unfavorable) Tabel 3.10 Bobot Untuk Pernyataan Unfavorable (negatif) Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju
Bobot 1 2 4 5
Untuk pengolahan skor dan penafsirannya yaitu dengan menghitung rerata skor tersebut untuk setiap siswa pada setiap aspek dan rerata setiap aspek. Adapun kriteria penilaian menurut Suherman dan Sukjaya (1990:237) adalah jika rerata di atas tiga kriterianya positif dan jika rerata di bawah tiga maka kriterianya negatif. Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
7) Analisis Data Lembar Observasi Kriteria untuk penilaian hasil observasi hanya dilihat dari terpenuhi atau tidaknya hal-hal yang harus terlaksana selama pembelajaran matematika menggunakan model QL. Dilakukan rekapitulasi data keterlaksanaan setiap tahapan pembelajaran pada setiap pertemuan. Kemudian dijelaskan secara deduktif. 8) Analisis Data Jurnal Harian Dengan mengelompokkan pernyataan siswa pada respon positif dan negatif untuk setiap pertemuan. Kemudian dihitung banyak siswa yang respon positif dan negatif juga yang tidak merespon. Kemudian membuat persentasi respon setiap pertemuan.
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
Lia Amalia, 2013 Pengaruh Penerapan Quantum Learning Prinsip Tandur Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu