BAB I PENDAHULUAN…
A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara media massa dengan pemerintah bersifat simbiosis mutualisme. Keduanya saling membutuhkan dan menilai satu sama lain. Media massa menilai pemerintah melalui pemberitaannya. Penilaian yang dilakukan media terhadap pemerintah berlandaskan kepentingan umum. Sebagai pemain public sphere, media massa berkewajiban untuk menginformasi bagaimana kinerja pemerintah dan dampaknya terhadap masyarakat secara umum. Karena media massa berperan sebagai informan, pengawas, dan evaluator bagi pemerintah. Penelitian ini berkutat pada hubungan media massa dengan pemerintah melalui suatu pemberitaan, yaitu dengan melihat dari sudut mata bagaimana media massa menilai pemerintah. Kajian ini meneliti bagaimana media massa menilai kinerja pemerintah selama satu periode di bawah kepempimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sebuah pemberitaan kaleidoskop. Ini adalah segmen pemberitaan yang mengulas satu tahun peristiwa atau kinerja pemerintah yang diterbitkan pada akhir tahun. Pemberitaan Kaleidoskop atau disebut juga Edisi Khusus Laporan Akhir Tahun mempunyai signifkansi yang cukup besar. Kemunculan pemberitaannya di akhir tahun akan menyegarkan ingatan masyarakat tentang apa yang sudah dan belum dilakukan oleh pemerintah selama satu tahun dan bagaimana hasilnya yang akan mempengaruhi pandangan masyarakat untuk tahun-tahun berikutnya. Hanya dengan membaca satu edisi, kita dapat menilai bagaimana kinerja pemerintah selama satu tahun dan jika kita mengumpulkan lima edisi kita sudah mengantongi pandangan kinerja satu periode kepemimpinan SBY.
1
Menariknya, pembuatan pemberitaan tersebut mempunyai agenda setting tersendiri. Karena banyaknya peristiwa penting selama satu tahun dan terbatasnya jatah pemberitaan dalam satu edisi, tentu membentuk sebuah kontruksi realitas dan berita-berita yang sudah ada. Penelitian bisa melihat apa yang sedang di agendakan oleh suatu media massa dengan meneliti pilihan peristiwa yang disajikan dengan berbagai bumbu beritanya. Proses redaksional tersebut termasuk dalam strategi kontruksi realitas yang dilakukan oleh media massa. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna.1 Mengapa dari sekian banyak peristiwa penting dalam satu tahun, beberapa peristiwa dipilih dan diulas kembali dalam kaleidoskop sehingga dirasa penting untuk diingat. Karena menurut Eriyanto, hasil kontruksi berita akan menaruh ingatan yang cukup lama bagi para pembacanya.2 Untuk memfokuskan penelitian, maka peristiwa atau realitas yang diteliti adalah kinerja pemerintah di sektor ekonomi. Pemilihan sektor ini didasari karena perekonomian merupakan salah satu pilar pembangunan suatu negara. Perekonomian memegang peranan besar dalam kelangsungan hidup bernegara yang dapat mempengaruhi seluruh sektor. Namun yang membedakan dengan sektor lain adalah sektor ekonomi mempunyai indikator yang baku, berupa data numerik, dan dampaknya sangat dirasakan masyarakat karena menyangkut kehidupan sehari-hari, seperti kenaikan harga pangan, kelangkaan bahan bakar minyak, dan sebagainya. Kinerja ekonomi akan menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam misi mensejahterakan masyarakat. Karenanya, sektor ekonomi dipilih karena mempunyai indikator yang mudah untuk dianalisis Media massa yang dipilih oleh peneliti adalah harian Kompas. Mengapa Kompas? Harian Kompas merupakan media nasional terbesar di Indonesia, jika melihat dari oplah dan jumlah pembacanya yang selalu menduduki peringkat pertama negeri ini. Apabila disimak secara mendalam Kompas sebagai surat kabar 1 2
Ibnu Hamad, Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa, (Jakarta: Granit 2004) hal 11 Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS 2005)
2
terbesar maka pendistribusian sebagai saluran komunikasi politik semakin besar pula dampaknya, sehingga biasanya Kompas sering dijadikan salah satu cermin atau barometer dalam melihat kehidupan sosial politik dan ekonomi masyarakatnya.3 Prediket tersebut membuat pemberitaannya sangat berpengaruh bagi masyarakat dan pemerintahan Indonesia. Selain itu, Kompas rutin membuat pemberitaan kaleidoskop yang disebut sebagai edisi khusus laporan akhir tahun dengan pembahasan mengenai kinerja pemerintahan yang meluas di berbagai aspek. Periode berita yang dipilih adalah pemberitaan dari tahun 2009 hingga 2013, karena kurun waktu tersebut merupakan periode pemerintahan kabinet Indonesia Bersatu II kepemimpinan Presiden SBY. Melalui kurun waktu penerbitan selama lima tahun tersebut, penelitian bisa menjabarkan bagaimana nilai kinerja pemerintahan Presiden SBY periode II di sektor ekonomi di mata Kompas. Sedangkan metode penelitian yang paling cocok adalah menggunakan analisis isi media, yakni dengan meneliti isi pesan dalam pemberitaan yang dilakukan oleh Kompas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah "Bagaimana Laporan Akhir Tahun Kompas (Periode 2009-2013) mendeskripsikan kinerja pemerintah sektor ekonomi kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono?” C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan capaian kinerja pemerintah sektor ekonomi dalam edisi khusus laporan akhir tahun periode 2009 s.d. 2013
2. Mengetahui trend pemberitaan selama lima tahun Harian Kompas dalam edisi khusus laporan akhir tahun 3
Hasrullah, Megawati dalam Tangkapan Pers, (Yogyakarta: LKiS 2001) Hal 12-13
3
D. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat menambah wawasan kajian analisis tentang kontruksi realitas kinerja pemerintah dan bagaimana media mendeskripsikannya
dalam
sebuah
berita.
Khususnya
dalam
penelitian
komunikasi, penelitian ini mengisi kekosongan kajian tentang penilaian kinerja pemerintah mengenai sektor tertentu dalam kurun waktu satu periode pemerintahan yang berkuasa. Penelitian ini bisa menjadi referensi bahan dan ide untuk dikembangkan lebih lanjut dalam kajian analisis media terhadap pemerintah. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi atau literatur untuk strategi politik bagi para politikus dan tim sukses politik kedepannya dalam menjalankan tugas kepemerintahannya. Khususnya bagi dinas pemerintah yang terkait, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dalam hal kinerjanya dari sudut pandang media sebagai pengawas. E. Kerangka Pemikiran 1.
Media dan Konstruksi Realitas
Media massa merupakan agen kontruksi. Sebagai saluran penyalur informasi, media massa mengkontruksi realitas sosial dan diolah menjadi berita untuk dikonsumsi publik. Fakta tentang kontruksi realitas menyimpulkan bahwasanya tidak ada media yang netral. Menurut Tony Bennet 4 media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Media massa bukanlah saluran yang bebas, melainkan subjek yang mengkontruksi realitas lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakkannya. Keberadaan media massa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penulisan berita yang dilakukan oleh para jurnalis. Pengkontruksian realitas dan penulisan berita oleh jurnalis membutuhkan sudut pandang atau perspektif. Sudut pandang dibutuhkan agar suatu peristiwa atau realitas memiliki nilai berita 4
Dalam Eriyanto, Op., Cit., hal 23
4
(newsworthy).5 Dalam proses pengkontruksian realitas, pemilihan prinsip sudut pandang seorang jurnalis sangat dipengaruhi oleh ideologi, kebijakan, dan nilai yang dianut oleh media massa. Proses pembingkaian, yaitu media massa memilih sudut pandang tertentu dan gaya pencitraan tertentu, merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak.6 Ideologi dan nilai yang dianut media massa membentuk kebijakan kerja redaksional.
Hal
tersebut
mempengaruhi
proses
pemilihan
realitas,
pengkontruksian realitas, hingga penulisan berita. Proses pembuatan berita termasuk dalam “rantai penjaga gerbang” (gatekeeper chain), yaitu orang-orang yang terlibat dalam pembuatan sebuah berita yang sama dengan feedback terbatas di antara orang-orang yang terlibat itu, yang kita kenal sebagai para jurnalis dan redaktur.7 Alur kerja redaksional juga tidak bebas nilai dan pengaruh dari luar redaksional. Maka para jurnalis dalam pekerjaannya mengacu pada kebijakan media bukan lagi pada kaedah jurnalistik yang baku. Walaupun pengkontruksian realitas dilakukan atas nalar dan perspektif jurnalis, namun kebijakan media mempengaruhi perspektif yang akan digunakan oleh seorang jurnalis. Kebijakan redaksional media massa atas dasar ideologi dan nilai yang dianutnya memberikan pengaruh sangat signifikan bagaimana sebuah realitas dikontruksi dan dibingkai menjadi sebuah berita dengan sebuah misi tertentu. Hal tersebut termasuk langkah dalam teori agenda setting yang diciptakan oleh McCombs dan Shaw 8. Mereka berasumsi bahwa media memberi tekanan khusus pada suatu peristiwa, untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tersebut penting. Maka medianyapun juga dianggap penting. Teori ini menjelaskan bagaimana memilih fakta-fakta dalam peristiwa sehingga membuat 5
Denis McQuail. McQuail’s Communication Theory 4th edition, 2000, (London: Sage Publication) hal 343 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001) Hal 165 7 John R. Bittner, Mass Communication: An Introduction, 4th edition, (Oxford: Blackwell Publishers 1986) Hal 253 8 Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw, The Agenda-Setting Function of Mass Media, (Public Opinion Quarterly vol 36, 1972) hal 176-187
5
peristiwa yang ditonjolkan adalah yang terpenting dan khalayak harus tahu hal tesebut. Selain itu, teori ini akan membentuk perspektif di khalayak sesuai ekspektasi oleh pembuat berita, yaitu media massa. 2. Media Massa dan Pemerintah Bagi pemerintah, media massa berperan sebagai alat penghubung dengan masyarakat. Pemerintah membutuhkan media massa untuk mempublikasikan kepentingan-kepentingan khusus dalam hal politik, sosial, ekonomi seperti misalnya pengumuman keputusan kenaikan harga bahan bakar minyak. Pemerintah juga menggunakan media massa untuk mempublikasikan penyuluhan atau himbauan dari berbagai kementerian bagi masyarakat yang sayangnya hanya terhenti pada sekedar iklan masyarakat, tidak lebih. Media massa menjadi patokan bagi pemerintah tentang bagaimana isu dan opini yang berkembang di masyarakat, karena media massa memobilisasi pendapat rakyat. Kita ketahui bahwa media massa merupakan sumber kekuatan atau kekuasan dalam politik, sehingga keberadaan media massa begitu “diincar” oleh pemerintah. Media massa menjadi tempat (wilayah) pertempuran memperebutkan wacana, karena barangsiapa yang memenangkan pertempuran itu ia bisa mendominasi dan melakukan hegemoni.9 Kedudukan dan kekuatan itulah yang membuat pemerintah berusaha “menjaga mood” media massa dengan tidak membatasi kerjanya, yaitu dengan kebebasan pers. Walaupun sebenarnya kebebasan pers adalah kebebasan hakiki karena merupakan kebebasan berpendapat, namun suatu negara atau pemerintah bisa saja menghilangkan kebebasan itu, seperti yang terjadi pada masa orde baru. Di sisi lain media massa mempunyai pengaruh besar terhadap kestabilan jalannya kepemerintahan karena menurut Deddy Mulyana, salah satu peran media massa adalah mempengaruhi (to influence). Media yang independen dan bebas dapat mempengaruhi dan melakukan fungsi kontrol sosial. Yang dikontrol adalah macam penguasa, pemerintah, institusi pengadilan, militer, dan lain-lain. Apa 9
Redi Panuju, Relasi Kuasa: Pertarungan Memenangkan Opini Publik dan Peran dalam Transformasi Sosial, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002) Hal 43
6
yang dipengaruhi, adalah opini atau pendapat masyarakat tentang apa yang dikontrol oleh media. Dalam teori ransangan disebutkan bahwa media memiliki relasi terhadap audien-nya. Ketika media massa dianggap “kredibel”-mungkin karena dari sudut jurnalistiknya memliki akurasi dan validitas liputan yang tinggimaka pengaruh media cenderung besar.10 Masyarakat yang hanya bergantung pada media massa untuk melihat dan menilai kinerja pemerintah, maka membuat media massa mempunyai peranan penting dalam pembentukan isi opini publik. 3. Produksi Berita dan Penilaian Media Media massa adalah alat kontruksi realitas dan berita sebagai hasil akhirnya. Berita tidaklah menggambarkan seutuhnya realitas sosial yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan pengkontruksian atas realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.11 Jurnalis bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkontruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita12. Realitas dilihat, dipahami, dan dimaknai oleh jurnalis kemudian kontruksi akan realitas dijabarkan dalam bentuk berita. Berbagai pertimbangan jurnalis dalam mengkontruksi realitas banyak dipengaruhi oleh ideologi atau nilai-nilai yang dianutnya dan media massa tempat jurnalis bekerja. Urgensi bagaimana fakta itu dilihat, dipahami, dan dimaknai oleh jurnalis mempengaruhi proses penulisan berita, sehingga realitas dalam berita pun bersifat subjektif. Pemaknaan subjektif dilakukan atas perspektif jurnalis itu sendiri. Maka penulisan berita bukan lagi bebas nilai, proses pengolahan hingga menjadi sebuah berita yang matang membutuhkan proses kontruksi yang panjang dengan berbagai pertimbangan dan kebijakan suatu media massa. Berita adalah produk komunikasi dan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu 10
Redi Panuju, Op., Cit., Hal 42 Ana Nadhya Abrar, Penulisan Berita, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya 2005) Hal 2. 12 Eriyanto, Op., Cit., hal 17 11
7
atau mengubah sikap pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.13 Karenanya penulisan berita sama saja dengan proses penyampaian pesan bagi publik. Penulisan berita merupakan bagian dari kegiatan jurnalistik yang menghimpun informasi untuk diberikan kepada publik. Karena jurnalistik adalah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk publik yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern (Roland E. Wolesely dan Laurence R. Campbell, 1949, A.Muis : 24). Proses penulisan berita yang dilakukan oleh jurnalis harus mempunyai pedoman tentang konsep berita yang baik atau layak terbit. Jurnalis harus mengetahui, mengerti dan menerapkan semua kriteria layak berita yang sesuai dengan pedoman kode etik jurnalistik. Namun seringkali, jurnalis lebih memperhatikan ideologi pemberitaan yang dianut oleh perusahaan medianya dalam setiap penulisan beritanya. Ini biasa dilakukan untuk bisa bertahan hidup di perusahaan. Karenanya, ideologi perusahaan sangat mempengaruhi pemberitaan di suatu media yang dapat menentukan orientasi penulisan berita yang dilakukan oleh jurnalis. Pada dasarnya, kriteria berita yang baik atau layak yang ditanamkan oleh para redaktur ke jurnalis merupakan turunan dari pendiri atau pengelola media. Pertimbangan diambil sebagai upaya mendekatkan berbagai kepentingan, baik kepentingan pihak penerbit surat kabar, maupun kepentingan pembaca.14 Sehingga ideologi perusahaan tidak bisa lepas dari proses redaksional dan penulisan berita. Namun kelayakan berita kebanyakan juga tidak jauh dari kode etik jurnalistik yang ada di Indonesia, seperti buatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
13
Onong uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2003) hal 79 14 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, (Yogyakarta, Kanisius 1998) hal 230
8
Kita semua tahu bahwa sifat berita yang paling mendasar adalah objektif dan berimbang, tidak memihak manapun. Tapi nyatanya, proses kontruksi realitas dalam penulisan berita sudah bukan lagi kegiatan yang objektif. Bisa dikatakan tidak adanya berita yang benar-benar objektif, pasti mempunyai nilai atau orientasi sudut pandang tertentu terhadap peristiwa atau realitas. Disimpulkan, bahwa ideologi media massa juga mempengaruhi kemana arah orientasi dalam penulisan berita. Berada di pihak mana sang media massa. Jika berita merupakan bagian dari produk komunikasi dan proses kegiatan jurnalistik, maka penulisan berita adalah kegiatan penyampaian pesan oleh media massa yang memenuhi unsur model komunikasi Harold D. Lasswell, Who (says) What (to) Whom (in) What Channel (with) What Effect.15 Model tersebut yang mendasari proses pembentukan pesan atau kita sebut dalam penelitian ini penulisan berita. Sehingga model ini dapat membantu “pembedahan” isi pesan berita, namun dalam skala yang masih luas. Disesuaikan dengan penelitian ini maka dua unsur yang paling kuat dapat membedah orientasi pemberitaan adalah unsur (says) What dan How. a)
Unsur (says) What. Merupakan unsur yang menjawab pertanyaan
paradigma tentang isi pesan (message). Dalam sebuah berita, unsur ini menujukkan apa realitas atau permasalahan yang ingin disampaikan oleh jurnalis. Karenanya unsur ini juga bisa membedah fokus atau lingkup permasalahan dalam pemberitaan. b)
Unsur How. Bagaimana, merupakan orientasi sikap atau kondisi.
Adalah bagaimana orientasi penulisan berita yang dilakukan oleh jurnalis. Unsur ini membedah bagaimana arah pemberitaan yang dilakukan oleh jurnalis.
Dari kedua unsur tersebut, Lasswell kemudian menurunkan sistem pengkodingan kategori penilaian. Pengkategorian dibagi menjadi tiga, yakni 15
Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005) hal 62
9
favorable, unfavorable, dan netral.16 Sistem atau konsep ini kemudian banyak dikembangkan para peneliti sebagai analisis penilaian konten dalam media massa maupun konten media lainnya (Weber 1990, Deephouse 2000, Bengston & Fan 2001, Boehm, McKee, & Pollock 2003, dan Carroll 2011). Para peneliti indonesia seperti Akhmadsyah Naina17 dan Haris Sumadiria18 menggunakan konsep tersebut untuk menganalisis penulisan editorial para redaktur surat kabar, berikut penjelasannya: a)
Bersifat favorable apabila isinya mendukung dan menyetujui suatu
masalah atau kejadian yang sedang aktual atau penting pada zamannya. b)
Bersifat unfavorable apabila menentang atau tidak menyetujui
suatu masalah atau kejadian yang sedang aktual pada zamannya. c)
Bersifat netral apabila hanya memberi informasi tentang suatu
masalah atau peristiwa, tanpa memberikan penilaian, sikap, dan pandangannya terhadap masalah atau peristiwa. 4. Pemberitaan Kinerja Pemerintah Sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu konsep kinerja. Melihat arti “kinerja” dalam kamus, maka definisi “kinerja” akan meliputi “pencapaian”, “prestasi”, “realisasi”, dan “pemenuhan” (Oxford Dictionary, 1998). Menurut Keban19, istilah-istilah tersebut berkaitan dengan efek obyektif dari tindakan organisasi, namun juga berkaitan dengan perasaan kepuasan subyektif yang muncul dari tindakan yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa tindakan yang diambil memiliki implikasi yang luas bagi masyarakat. Kinerja pemerintah berarti usaha dan hasil yang dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakat, dan bagaimana hal tersebut memberikan kepuasan 16
Harold D. Lasswell dkk, The Politically Significant Content of The Press: Coding Procedures, (Musim Dingin 1942) hal 12-23 17 Don Michael Flournoy, Analisisa Isi Suratkabar-Suratkabar Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989) hal 128 18 Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Professional, (Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2005) Hal 81 19 Yeremias T Keban, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori, dan Isu, (Yogyakarta: Gava Media, 2004)
10
dan kepercayaan bagi masyarakat. Hal yang perlu ditekankan bahwa kinerja pemerintah berdampak pada dua sisi, yaitu pemerintah dan masyarakat. Semuanya saling berhubungan dan terkait. Program kerja pemerintah disusun karena kebutuhan masyarakat dan kepuasaan masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Namun kasusnya di Indonesia, sering kali hal yang pertama tidak sesuai harapan. Program-program kerja pemerintah atau hasil kinerjanya tidak sesuai kebutuhan masyarakat dan terkadang terasa tidak penting bagi masyarakat. Karenanya dibutuhkan sebuah penilai sebagai evaluator dan pengawas kinerja pemerintah. Pengawasan dan penilaian sudah dilakukan pemerintah dengan melakukan adanya audit internal kinerja pemerintah masing-masing kementerian dan departemen. Sayangnya, hal tersebut memang benar-benar subjektif secara internal karena dibuat, dilaporkan, dan dikonsumsi sendiri oleh masing-masing kementerian dan departemen. Kita, masyarakat, tidak pernah mengetahui apakah anggaran program kerja sudah dikelola dengan baik, apakah hasil atau produk yang dihasilkan pemerintah, apakah kinerja pemerintah bisa termasuk efisien dan efektif, dan banyak pertanyaan lainnya. Dikaitkan dalam penelitian ini media massa memang berperan sebagai informan dari hal-hal yang tidak diketahui publik, yaitu penilaian terhadap kinerja pemerintah. Media massa memang tidak mempunyai lembaga audit khusus untuk menilai pemerintah, namun dengan menjabarkan fakta atau realitas dan data-data, media massa dapat menilai pemerintah dengan perspektif sebagai pihak ketiga dan kacamata masyarakat awam. Maka munculah pemberitaan dengan jenis liputan kaleidoskop. Salah satu liputan kaleidoskop di Indonesia adalah Edisi Khusus Laporan Akhir Tahun milik Harian Kompas. Melalui edisi khusus ini, Kompas memberikan penilaian terhadap kinerja pemerintah sepanjang tahun. Sektor pemerintahan yang dibahas pun menyeluruh, sehingga kita dapat mengetahui kinerja setiap sektor di pemerintahan dan bagaimana prestasinya. Penelitian juga
11
bisa melihat mengapa pilihan realitas yang media pilih adalah penting dan bagaimana beritanya dapat mengedukasi pembaca. Hal itu dapat menunjukkan kecenderungan yang telah Kompas bentuk dalam hal penilaian terhadap kinerja pemerintah. Tidak hanya sekedar menilai, liputan kaleidoskop juga dipenuhi tawaran perspektif atau saran-saran dari media massa untuk pemerintah. Perspektif merupakan bentuk sebuah bahan evaluasi untuk kinerja pemerintah. Di sinilah media massa menengahi, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah dalam melaksanakan kinerja kebijakannya, walaupun tidak selalu saran tersebut dtemaui dalam setiap pemberitaan. Namun, ini penting mengingat media massa memberikan keseimbangan dalam sebuah proporsi pemberitaan yang baik. 5. Berita Pembangunan Ekonomi Beragamnya peristiwa dan realitas yang terjadi di masyarakat, membuat media membentuk segmentasi-segmentasi berita. Keragaman seperti itu menguntungkan pembaca maupun redaksi surat kabar. Pembaca diuntungkan karena ia segera dapat memutuskan akan membaca peristiwa yang berkaitan dengan masalah tertentu. Sedangkan redaksi diuntungkan, jika ia bekerja untuk surat kabar bisnis ia hanya perlu menyiapkan berita tentang perisitwa yang berkaitan dengan masalah bisnis. Dengan demikian, setiap surat kabar selalu membatasi peristiwa apa saja yang perlu diberitakan.20 Pemilihan masalah ini yang menentukan segmen atau rubrikasi dalam surat kabar. Ashadi Siregar memisahkan masalah digolongkan atas empat bidang: 1) Bidang Ekonomi, 2) Bidang Politik, 3) Bidang Sosial, 4) Bidang Budaya.21 Selain itu, Paul J. Deutschmann telah mengembangkan perangkat penelitian isi berita yang terdiri atas 11 kategori, yakni:22 a)
Perang, pertahanan, dan diplomasi
20
Ashadi Siregar, Op.cit, hal 25-26 ibid, hal 26 22 Idrawadi Tamin dalam Don Michael Flournoy, Analisa Isi Suratkabar Suratkabar Indonesia, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1989) hal 25-26 21
12
b)
Politik dan pemerintah
c)
Kegiatan ekonomi
d)
Kejahatan
e)
Masalah-masalah moral masyarakat
f)
Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
g)
Kecelakaan dan bencana
h)
Ilmu serta penemuan
i)
Pendidikan dan seni klasik
j)
Hiburan rakyat
k)
Human interest
Untuk mempersempit fokus penelitian maka dipilih lah berita ekonomi. Berita ekonomi menjadi representasi dari realitas kinerja pemerintah di sektor perekonomian. Sektor ini dipilih karena ekonomi merupakan unsur penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kesuksesan perekonomian negara akan mempengaruhi kestabilan hidup bernegara. Pemilihan satu sektor saja, selain agar bisa lebih fokus juga mempermudah proses analisis, sehingga peneliti memfokuskan pada satu aspek permasalahan walaupun banyak sekali sektor pemerintahan. Lingkup pemberitaan ekonomi menurut Ashadi Siregar adalah peristiwa atau fenomena yang menyangkut masalah perekonomian, perdagangan, industri, perbankan,
keuangan,
dan
sebagainya.23
Sedangkan
menurut
Paul
J.
Deutschmann, yang termasuk dalam berita kegiatan ekonomi adalah cerita-cerita perdagangan, keuangan, dan perbankan. Pembahasan soal perpajakan juga dimasukkan di sini. Kegiatan-kegiatan usaha swasta seperti perluasan saranasarama
yang
telah
ada,
masalah-masalah
pertanian,
masalah-masalah
perindustrian, masalah-masalah manajemen tenaga kerja juga dimasukkan dalam kelompok ini.24
23 24
Ashadi Siregar, Op.cit, hal 25-26 Idrawadi Tamin, Op. cit., hal 27
13
Untuk mempermudah membaca alur kerangka pemikiran, berikut bagan yang telah dibuat oleh penulis: Bagan 1.1 Alur Kerangka Pemikiran
ANALISIS ISI KUALITATIF
Laporan Akhir Tahun Sektor Ekonomi Kompas 2009 -2013
Tema Berita Ekonomi
Penilaian Media
Tawaran Perspektif Peran Media
F. Kerangka Konsep Kerangka pemikiran adalah dasar dari pembuatan konsep-konsep yang membentuk unit-unit analisis. Ini adalah penelitian analisis isi media secara kualitatif sehingga dibutuhkan unit analisis yang hanya dapat menelaah isi pesan, bukan saja mengelompokkan objek dalam unit analisis. Kerangka besarnya adalah Laporan Akhir Tahun. Konsep pemberitaan laporan akhir tahun yang merangkum realitas, tidak sekedar hanya sekedar menilai namun juga memberikan perspektif atau saran yang harus dilakukan oleh pemerintah. Karenanya, pemberitaan kaleidoskop bisa menjadi bahan evaluasi pihak pemerintah. Berita-berita yang termasuk dalam laporan akhir tahun adalah berita-berita dalam edisi khusus laporan akhir tahun Kompas periode terbit bulan desember tahun 2009-2013. Sesuai dengan tema penelitian, maka tema berita yang dipilih hanya satu sektor saja, yakni berita sektor ekonomi.
14
Konsep pertama adalah berita sektor ekonomi. Kategori yang termasuk dalam berita ekonomi adalah berita-berita sektor ekonomi dalam edisi khusus laporan akhir tahun Kompas 2009 - 2013. Unit analisis ini akan menunjukkan sektor pemerintah mana yang dianggap penting oleh Kompas sehingga mendapat perhatian khusus. Mengacu pada kerangka teori, maka yang termasuk dalam tema berita ekonomi sebagai bagian dari unit analisis adalah sebagai berikut : a)
Perdagangan Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam kegiatan
perdagangan dalam dan luar negeri termasuk perdagangan saham dan pasar modal, kestabilan harga bahan pokok, pergerakan dan capaian dari kinerja Kementerian Perdagangan. b) Perindustrian Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi di bidang industri, kebijakan-kebijakan industrial oleh pemerintah, dan capaian dari kinerja Kementerian Perindustrian. c)
Perbankan Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam menjaga
kestabilan ekonomi dari segi perbankan, kebijakan fiskal, dan capaian kinerja bank-bank milik pemerintah. d) Perpajakan Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam transparasi pengolahan pajak negara, kasus-kasus perpajakan, dan capaian kinerja Direktorat Jenderal Pajak. e)
Pertanian Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam menangani
permasalahan pertanian, kesejahteraan petani, ketersediaan bahan-bahan makanan, dan capaian kinerja Kementerian Pertanian. f)
Ketenagakerjaan Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam menangani
permasalahan ketenagakerjaan dalam dan luar negeri, permasalahan
15
kesejahteraan buruh, kebijakan upah minimum pekerja, dan capaian kinerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. g)
Keuangan Merupakan berita-berita capaian pemerintah dalam menjaga
kestabilan keuangan negara, permasalahan inflasi dan deflasi, kebijakan APBN, dan capaian kinerja Kementerian Keuangan.
Ini hanyalah dasar pengklasifikasian yang berangkat dari pendapat para ahli. Bisa jadi saat penelitian dilakukan, dtemaukan banyak temuan-temuan tema pemberitaan oleh Kompas yang tidak termasuk di atas. Hal ini mungkin terjadi karena Kompas sudah mengklasifikasikan tema berita ekonomi dalam satu segmen. Kedua, berita kemudian dianalisis dari segi orientasi pemberitaannya. Unit analisis kedua ini merupakan turunan dari bagaimana media menilai kinerja pemerintah dalam pemberitaannya. Kontruksi yang dilakukan oleh Kompas dalam edisi khusus laporan akhir tahun membentuk sebuah penilaian suatu realitas dan penelitian ini melihat, nilai apa yang diberikan oleh media Kompas terhadap kinerja pemerintah. Untuk mengetahui bagaimana tingkat atau pengelompokkan penilaian oleh Kompas, maka perlu dikategorikan “nilai” suatu berita. Berikut penjabarannya: a) Bersifat favorable apabila berita-berita memberikan nilai atau kesan positif, mengapresiasi dengan baik, dan mendukung hasil kinerja pemerintah dalam sektor ekonomi. Penilaian didukung dengan kata-kata seperti berhasil, efisien, sukses, surplus, tepat sasaran, dan lain-lain. Misalnya, Pemerintah Indonesia berhasil swasembada beras. b) Bersifat unfavorable apabila berita-berita memberikan nilai atau kesan negatif, mengkritik, dan tidak mendukung hasil kinerja pemerintah dalam sektor ekonomi. Penilaian didukung dengan kata-kata seperti gagal, defisit, boros, salah sasaran, korupsi dan lain-lain. Misalnya, Kebijakan subsidi BBM menyengsarakan rakyat kecil.
16
c) Bersifat netral apabila berita-berita memberi informasi tentang suatu masalah atau peristiwa, tanpa memberikan penilaian, sikap, dan pandangannya terhadap masalah atau peristiwa dalam sektor ekonomi. Misalnya, berita pemaparan tingkat inflasi dan kurs rupiah terhadap mata uang asing.
Ketiga, unit analisis yang terakhir melihat apakah adanya tawaran perspektif oleh Kompas. Penemuan dan hasil analisis bisa memperlihatkan apakah Kompas hanya sekedar memberi penilaian tetapi apakah juga memberikan saran dan kritik yang membangun untuk pemerintah. Penemuan unit ini akan menjawab Kompas memposisikan diri terhadap pemerintah dan bagaimana menjalankan kewajiban sebagai informan bagi public sphere. Tabel 1.1 Unit Analisis Unit Analisis Tema Berita Ekonomi
Penilaian Media
Kategori
Sumber
•
Perdagangan
Ashadi Siregar (1998),
•
Perindustrian
Paul J Deutschmann
•
Perbankan
(dalam Indrawadi
•
Perpajakan
Tamin,1989)
•
Pertanian
•
Ketenagakerjaan
•
Keuangan
•
Favorable
Akhmadsyah
•
Unfavorable
(dalam Flournoy, 1989)
•
Netral
dan
Haris
Naina
Sumadiria
(2005) Tawaran Perspektif
Melihat apakah ditemukan Konstruksi Penulis penawaran
solusi
dari
Kompas
17
G. Objek Penelitian Seperti sudah disebutkan dalam latar belakang, objek penelitian ini adalah berita-berita ekonomi yang termasuk dalam Edisi Khusus Laporan Akhir Tahun harian Kompas periode terbit 2009 – 2013. Berita-berita yang disajikan dalam edisi khusus laporan akhir tahun memang lebih kepada berita opini, sehingga terlihat bagaimana perspektif dan konstruksi Kompas sebagai evaluator bagi pemerintah. Berikut daftar judul berita-berita ekonomi dalam periode terbit tersebut dengan total 27 artikel:
Saat Kesejahteraan Menjauhi Buruh (22 Desember 2009)
Menyongsong Industrialisasi Pertanian (22 Desember 2009)
Perbankan Sulit Diandalkan (22 Desember 2009)
Berperang Tanpa Amunisi yang Memadai (22 Desember 2009)
Industri Semakin Terancam (22 Desember 2009)
Siap Berteman dengan Cuaca Ekstrem (23 Desember 2010)
Pertanian di Tengah Ancaman Bencana (24 Desember 2010)
Industri, Hambatannya Masih Sama (28 Desember 2010)
Senja Kala Perumahan Rakyat (13 Desember 2011)
“Permata” Ekonomi yang Bisa Lebih Berkilau (13 Desember 2011)
Akses Mudah dan Suku Bunga Rendah, Harus! (13 Desember 2011)
Pertumbuhan Memukau, Pemerataan Menjauh (18 Desember 2012)
Mengubur Mimpi Swasembada (18 Desember 2012)
Mengoptimalkan Pasar Modal (18 Desember 2012)
Bola Liar Subsidi BBM (19 Desember 2012)
Belum Tumbuh Optimal karena Sejumlah Tantangan (24 Desember 2012)
Peran Sektor Industri Terus Dinanti (17 Desember 2013)
Masih Ada Pekerjaan Benahi Infrastruktur (17 Desember 2013)
18
Bukan Tahun yang Mudah (17 Desember 2013)
Menghindari Perangkap (17 Desember 2013)
Cerdas Membaca Angka dan Segera Antisipasi (17 Desember 2013)
Persoalan Produksi Masih Terus Membayangi Indonesia (18 Desember 2013)
Menangkap Peluang di Tahun Paradoks (19 Desember 2013)
Melepas Ketergantungan Terhadap Minyak (20 Desember 2013)
Perumahan : Kebutuhan Dasar yang Masih Saja Terlupakan (21 Desember 2013)
Dag-dig-dug
Implementasi
Jembatan
Keadilan
Sosial
(23
Desember 2013)
Raksasa Perikanan (Masih) Terlelap (24 Desember 2013)
H. Metodologi Penelitian 1. Sifat dan Jenis Penelitian Pendekatan atau sifat penelitian ini adalah kualitatif, yakni penelitian yang hasilnya tidak diperoleh atau berupa hitungan atau numerik. Penelitian kualitatif lebih menitik beratkan pada kekuataan analisis peneliti terhadap objek. Merujuk pada tujuan dari penelitian ini, maka jenis penelitian berupa analisis deskriptif. Penelitian jenis ini menjabarkan analisis terhadap karakteristik dan realitas objek penelitian. 2. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif. Metode ini merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Bernard Berelson mendefinisikan analisis isi sebagai berikut: “Content analysis is a research technique for the objective, systematic, and quantitative description of the manifest content of communication.”25
25
Bernald Berelson, Content Analysis in Communication Research, (Hafner Press 1952) hal 15
19
McQuail mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis isi terhadap isi pesan komunikasi adalah sebagai berikut:26
Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media
Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial
Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat
Mengetahui fungsi dan efek media
Mengevaluasi media performance
Mengetahui apakah ada bias media.
Dari pemahaman di atas, maka metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam penelitian karena dapat merefleksikan isi media terhadap realitas sosial. Analisis isi memperlihatkan dan memaparkan penilaian terhadap pemerintah dari realitas-realitas sosial yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Artinya, hasil yang didapat dari penelitian bermetode analisis isi pada dasarnya hanya merupakan pijakan untuk kemudian melakukan perbandingan dengan realitas duniawi.27 Metode ini dapat menjelaskan representasi sebuah realitas yang dibentuk oleh media massa. Berelson juga mengatakan bahwa analisis isi adalah teknik riset yang objektif dan sistematik, yang mampu mendiskripsikan pesan secara kuantitatif, walaupun tidak harus selalu dipegang teguh. Karena itu muncul pula analisis isi kualitatif. Metode ini dapat dipergunakan untuk melihat lebih dalam apa yang ada di balik objek ketimbang hanya sebatas kehadirannya. Analisis isi kualitatif bersifat sistematis, analitis, tapi tidak kaku seperti dalam analisis isi kuantitatif. Siegfried Kracauer28 mengatakan bahwa isi teks harus dipandang sebagai “a meaningful whole”. Analisis isi harus melibatkan suatu tindakan interpretasi. Teks yang ada tidak boleh dipandang sebagai objek yang tertutup (closed), 26
Dennis McQuail, Op.cit, hal 305 Nunung Prajarto, Analisis Isi Metode Penelitian Komunikasi, (Fisipol UGM 2010) hal 13 28 Bonnie S. Brennen , Qualitative Research Methods for Media Studies, (Routledge 2013) hal 194 27
20
tersegmentasi (segmented), tetapi lebih sebagai bidang yang mengandung makna yang tak terbatas. Maka analisis isi kualitatif mengungkap seluruh tingkatan makna yang mungkin dengan tidak mengabaikan makna teks yang tersembunyi. 3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Teknik pengumpulan data yang akan dipakai adalah dokumentasi dan studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua teks berita tentang kinerja pemerintahan sektor ekonomi di edisi khusus laporan akhir tahun Harian Kompas pada bulan desember tahun 2009 s.d. 2013. Data yang dikumpulkan kemudian dikategorisasikan dalam bentuk kasar dan diunitkan oleh peneliti.29 Data kemudian dikategorisasikan per-tahun untuk mendapatkan analisis trend pemberitaan selama lima tahun. Setelah data terkumpul dan terkategori per-tahunnya, barulah data atau berita dianalisis satu-persatu sesuai dengan unit analisis. Berita akan dianalisis dari segi tema berita ekonominya, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis orientasi pemberitaannya. Dengan begini, akan terlihat trend pemberitaan pertahunnya. Terakhir akan dicari dan dianalisis apakah terdapat saran atau perspektif lain yang ditawarkan
Kompas untuk pemerintah. tema terakhir akan
memperlihatkan keseimbangan pemberitaan yang dilakukan Kompas, apakah hanya sekedar menilai saja.
29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (PT. Remaja osdakarya 1989) hal 22
21