BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Kota Banjarmasin adalah kota yang memiliki keunikan dengan kearifan lokal yang berorientasi pada sungai dan sudah diwariskan secara turun-temurun. Sungai Martapura memberi kehidupan pada daerah yang dialirinya, karena selain berfungsi sebagai penyedia air baku untuk air minum, Sungai Martapura juga dimanfaatkan sebagai transportasi air, penyedia ikan dan merupakan tempat perdagangan terapung (floating market) yang di kenal sebagai pasar terapung. Segala aktivitas kehidupan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat di Sungai Martapura sehingga Banjarmasin di juluki sebagai Kota Seribu Sungai walaupun secara harfiah tidak memiliki sungai dan anak sungai sejumlah seribu. Seiring dengan lajunya pembangunan yang berbanding lurus adalah pertambahan jumlah penduduk namun
tidak dengan peningkatan perekonomian masyarakat.
Permukiman di tepi sungai tumbuh semakin merebak diiringi dengan penyediaan lahan pemukiman yang semakin sedikit dan harga yang semakin meningkat. Membangun rumah di bantaran sungai bahkan sampai ke badan sungai merupakan sebuah solusi alternatif bagi masyarakat yang berada di bawah garis perekonomian rendah, namun tentu saja tidak bagi lingkungan. Dari gambaran ini, dapat dibayangkan betapa carut marutnya pertumbuhan permukiman di pinggiran sungai yang digandeng dengan pertumbuhan sarana sanitasi terapung atau jamban terapung. Pengolahan limbah dan manajemen sanitasi yang buruk serta ketidakperdulian masyarakat khususnya yang bermukim ditepian Sungai Martapura terhadap lingkungan mengakibatkan penurunan kualitas air yang dapat dilihat dengan tingginya nilai E.coli pada perairan Sungai Martapura, selain itu secara visual dapat ditemukan tumpukan sampah yang jelas terlihat pada musim kemarau dan terlarut berlayar pada musim hujan. Dorongan buruknya pola sanitasi, budaya dan gaya hidup masyarakat tepi air yang bermukim di sepanjang aliran Sungai
Martapura menjadi lebih dominan untuk
memberikan konstribusi pencemaran domestik. Jika tidak segera ditangani maka ini akan menjadi masalah yang serius, mengingat Sungai Martapura selain sebagai sumber dari air baku PDAM Kota Banjarmasin juga merupakan aset budaya yang harus dilestarikan 1
dengan keunikan morfologi sungainya, sehingga kelestarian dan kenyamanan untuk berwisata air di Sungai Martapura sebagai destinasi pariwisata harus terus dijaga dan dipertahankan. Untuk mengendalikan pencemaran E.coli pada Sungai Martapura sekaligus mengatasi sanitasi masyarakat tepi air yang memiliki lahan sempit dan berdaerah rawa, Pemerintah Kota Banjarmasin telah membangun suatu konstruksi sanitasi yang dinamakan Tripikon-S. Tripikon-S memiliki desain berbentuk tabung yang berfungsi sebagai septictank. Maka dengan demikian mitigasi pencemaran air sungai untuk limbah E.coli dapat ditangani. Tripikon ditemukan oleh Prof. Hardjoso Prodjopangarso Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada Tahun 1980. Tripikon didesain seperti closet yang disambungkan dengan menggunakan sistem tangki atap berbentuk tabung yang berfungsi sebagai septictank. Selintung dan Malamassam (2011) dalam penelitiannnya menyebutkan penanganan limbah cair pada permukiman yang padat semakin dirasakan sulit, karena adanya kendala dalam pembuatan septictank horizontal yang lazim digunakan pada penanganan limbah cair domestik. Kendala dalam pembuatan
tangki septik tradisional sebagai prasarana
penyehatan lingkungan antara lain berupa lahan yang semakin sempit dan sering tergenang air karena semakin tingginya permukaan air tanah. Limbah yang berasal dari kegiatan domestik dibedakan atas limbah buangan hasil fisiologi manusia yaitu urin dan tinja yang di kenal dengan istilah black water dan air dari kegiatan mandi dan mencuci disebut dengan grey water. Limbah berupa urin dan tinja di dominasi pencemar berupa bakteri, sedangkan grey water di dominasi limbah kimia dari detergen dan sabun. Sugiharto (2008) dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi,dkk (2013) menyebutkan bahwa limbah yang berupa tinja dan urin dapat dikelola dengan menggunakan septictank standar ataupun dengan septictank modifikasi, sedangkan limbah grey water harus dikelola dengan septictank modifikasi. Meskipun demikian, penggunaan septictank modifikasi lebih disarankan rena keluaran dari septictank modifikasi bersifat tidak berbahaya, sedangkan keluaran septictank standar masih memerlukan penyaringan melalui media tanah. Konstruksi instalasi Tripikon-S terdiri dari tiga tabung pipa konsentris ukuran kecil, sedang dan besar dengan prinsip kerja yang serupa dengan septictank. Limbah padat dan limbah cair masuk melalui tabung pipa kecil dan mengalami perombakan di dalam tabung
2
pipa sedang. Bagian atas dari tabung pipa sedang merupakan tempat terjadinya proses aerobik, bagian tengah merupakan lintasan dan bagian bawah merupakan tempat terjadinya proses anaerobik yang memproses limbah E.coli . Sedangkan pada septictank menurut Sapei (2011) terbangun dua ruang, ruang pertama merupakan ruang pengendapan lumpur yang bervolume 40-70% dari keseluruhan muatan septictank. Ruang kedua merupakan ruang pengendapan yang tidak terendap pada ruang pertama. Tetapi septictank memiliki lubang ventilasi untuk pelepasan gas yang digunakan untuk pemeriksaan kedalaman lumpur dan pengurasan. Sebagai sebuah solusi untuk daerah rawa atau pada lahan sempit, Tripikon-S mempunyai peran yang sangat besar dalam mengurangi penyebaran feaces dan bakteri E.coli di perairan. Namun sangat diperlukan informasi yang lebih jauh mengenai fate atau transportasi E.coli yang berada didalam Tripikon-S dimulai dari input atau masuknya limbah feaces dalam toilet atau closet , proses aerob dan kemudian anaerob dalam tabung pipa sedang dan pipa besar yang menjadi output untuk mengetahui proses perjalanan E.coli dalam pipa atau tabung sampai menjadi lumpur agar dapat dipastikan bahwa hasil atau lumpur
faeces dari proses penghancuran yang dilakukan oleh
Tripikon-S sebagai
pengganti septictank menahan atau mengurangi penyebaran E.coli di perairan Sungai Martapura.
B. Perumusan Masalah
Dari
latar belakang dan permasalahan tersebut maka penting untuk menyusun
rumusan permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana fate E.coli d ijalur lintasan transportasinya dalam Tripikon-S ?
2.
Apakah Tripikon-S adalah solusi sanitasi sekaligus sebagai model pengendali E.coli yang tepat bagi masyarakat tepi air Sungai Martapura di Kelurahan Sungai Bilu untuk mitigasi pencemaran air Sungai Martapura ?
3
C. Tujuan Penelitian.
1.
Mengetahui dan menganalisis lintasan transportasi (fate) E.coli dalam Tripikon-S yang berfungsi sebagai
septictank
untuk
menurunkan
E.coli
yang memasuki
perairan Sungai Martapura. 2.
Mengetahui dan
menganalisis
Tripikon-S sebagai solusi sanitasi dan
model
pengendali pencemaran E.coli bagi masyarakat tepi air Kelurahan Sungai Bilu di kawasan perairan Sungai Martapura.
D. Manfaat Penelitian. Penelitian ini bermanfaat untuk : 1.
Memberikan pola hidup sehat dengan sanitasi yang baik bagi masyarakat tepi air Kota Banjarmasin.
2.
Sebagai bahan informasi lingkungan untuk masyarakat tepi air khususnya dan Pemerintah Kota Banjarmasin untuk pemolaan sanitasi yang sehat dan pengendalian pencemaran E.coli pada Sungai Martapura.
3.
Bahan dalam membuat tahapan perencanaan pengelolaan Sungai Martapura dan bahan masukan dalam Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Kota Banjarmasin.
4
E. Kedudukan Penelitian dan Kebaruan Penelitian. Penelitian tentang E.coli, Tripikon dan sanitasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu baik yang tertuang dalam jurnal nasional dan internasional, namun terdapat beberapa perbedaan pada lokasi, daerah, tujuan, data dan metode yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini : Tabel 1. Penelitian Yang Telah Dilakukan Oleh Beberapa Peneliti Sebelumnya (Jurnal Nasional) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
1.
Hubungan Jarak septictank ke Sumur Gali dan Kandungan Escherichia Coli dalam Air Sumur Gali di Kelurahan Tuminting Kecamatan Tuminting Kota Manado. Sapulete ,M.
2010
Kota Manado
Deskriktif analitik Uji korelasi
2.
Pengaruh Jarak Septictank Terhadap Kandungan Bakteri Coliform pada Air Sumur Gali. Pujiati dan Pebriyanti.
2010
Kabupaten Lumajang
Survei Analitik
Hasil Sumur gali telah tercemar E.coli. kandungan E. coli dalam air sumur gali yang digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Tuminting melebihi standar baku mutu air bersih .Jarak sumur gali ke septictank dan kandungan E.coli dalam air sumur gali sangat dekat sehingga disarankan kepada pihak pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan konstruksi sumur gali maupun septictank, menyediakan air bersih agar memenuhi syarat kesehatan. Konstruksi sumur gali mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas mikrobiologi sampel air sumur gali ( α= <0,05). Konstruksi septictank mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas mikrobiologi sampel air sumur gali ( α= <0,05) dan Jarak antara sumur gali dengan septictank mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas mikrobiologi sampel air sumur gali ( α=<0,05).
5
Tabel 1. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
3.
Tripikon – H Sebagai Tekhnologi Alternatif Untuk Perbaikan Sanitasi di Daerah Spesifik Rawa. Noor, R.
2011
Kota Martapura
Eksperimental
4.
Desain Instalasi Pengolah Limbah WC Komunal Masyarakat Pinggir Sungai Desa Lingkar Kampus Sapei. A, dkk.
2011
Kota Bogor
Survey, observasi dan analisis studi kelayakan
5.
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Pada Lahan Sempit. Selintung dan Malamasam.
2011
Makasar
Eksperimental
Hasil Keefektifan alat Tripikon – H ditinjau dari parameter pH, BOD, COD dan colitinja berdasarkan hasil analisis laboratorium belum cukup efektif dalam penurunan parameter tersebut. Sumur resapan dibangun untuk meresapkan Iimbah yang keluar dari tangki septik secara vertikal melalui pori tanah. Lapisan pasir dan kerikil disebarkan diseluruh bagian sumur untuk membantu penyebaran aliran. Dimensi sumur resapan mempunyai keda laman 3 meter dan diameter 1 meter. Sumur ini harus diletakkan lebih rendah dari sumber air minum dan sumur, dengan jarak minimum 15 meter. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh kandungan bahan organik limbah pada saat pengeluaran (outlet) pada instalasi ini adalah sangat berbeda, dengan kondisi kandungan bahan organik air limbah pada saat pemasukan (inlet), dimanakandungan bahan organiknya lebih kecil pada outlet, maka instalasi Tripikon-S dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang baik.
Tabel 1. (lanjutan)
6
No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
6.
Urgensi Pengelolaan Sanitasi Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air di Kawasan Karst Gunung Sewu Kabupaten Gunung Kidul. Cahyadi, A.dkk.
2013
Kawasan Karst Gunung Kidul
Observasi dan pengamatan sistem cara kerja Tripikon-S
7.
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Sanitasi di Daerah Tepian Sungai Musi Palembang. Nur, M. dkk.
2013
Kota Palembang
Survey, observasi dan analisis kebutuhan infrastruktur sanitasi
8.
Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sistem Kolam Kota Palembang (Studi Kasus : IPLT Sukawinatan). Oktarina dan Haki.
2013
Kota Palembang
Kualitatif Uji Laboratorium Eksperimentasi IPLT sistem kolam
Hasil Limbah sanitasi dapat dikelola dengan menggunakan sistem septictank modifikasi seperti Tripikon-S yang akan menghasilkan keluaran yang ramah lingkungan. Selain itu, sistem sanitasi di Kawasan Karst Gunung kidul lebih cocok dibuat dengan sistem komunal, dibangun pada dataran aluvial karst dengan menambahkan saluran penyaring yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanaman. Ditemukan 4 jenis infrastrukrur sanitasi yang bervariasi Tripikon-S tanpa closet, Tripikon-S dengan closet, MCK kayu dengan instalasi Tripikon-S dan MCK batu dengan instalasi tripkon-s dilengkapi dengan variasi harga yang juga berbeda. 2,8 % penduduk menggunakan jasa IPLT. Dalam IPLT pengolahan yang dilakukan adalah pengolahan sedimentasi dan disimpulkan bahwa belum dikatakan sebagai IPLT sebenarnya sehingga rekomendasi yang diberikan adalah membuat suatu perencanaan dengan desain IPLT baru.
7
Tabel 1. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
9.
Tanki septik dan Peresapannya Sebagai Sistem Pembuangan Air Kotor di Permukiman Tinggal Rumah Tangga. Sudarmadji dan Hamdi.
2013
Kota Palembang
Survei Analitik
10.
Inaktivasi Bakteri Escherichia Coli Air Sumur Menggunakan Disenfektan Kaporit. Komala dan Yanarosanti.
2014
Kota Padang
Uji Laboratorium
Hasil Sumur resapan paling cocok untuk tanah dengan kemampuan serapan yang bagus seperti tanah liat, padat keras atau berbatu yang berlokasi pada permukiman perkotaan dan pinggiran kota. Sumur resapan tidak cocok untuk daerah banjir atau yang permukaan air tanahnya tinggi. Disarankan sebagai alternatif jika parit resapan dianggap tidak praktis karena tanah yang mudah menyerap air dalam letaknya atau jika lapisan atas yang tak tembus air ditopang oleh lapisan yang tembus air. Kandungan bakteri E.coli dalam air sumur kawasan Purus yaitu >1,6.105 sel/ 100 ml melebihi baku mutu. Dosis kaporit optimum dalam disinfeksi air sumur ini adalah 50 mg/l dengan waktu kontak 30 menit yang memiliki laju inaktivasi 7-log. Rata-rata laju kematian pada waktu kontak 10 menit pertama untuk tiap dosis kaporit yaitu 0,607, 0,679, 0,679, 0,679, 0,679 dan 0,610/menit, sedangkan waktu kontak 10, 20, 30 dan 40 menit pada pembubuhan dosis 10-40 mg/l terjadi kenaikan bakteri dengan laju pertumbuhan masing-masing 0,07, 0,098, 0,037, dan 0,076/menit. Efektifitas penyisihan E.coli pada kondisi optimum pada larutan artifisial mencapai 100% dengan jumlah awal E.coli > 1,6 x 102 sel/ 100 ml, sedangkan pada sampel air sumur pada kondisi optimum efisiensi penyisihan 99,9% dengan jumlah E.coli akhir yaitu 180 sel/100 ml dan sisa klor sebesar 0,4 mg/l.
8
Tabel 1. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
11.
Evaluasi Pelayanan Sanitasi di Rusunawa Semanggi Kota Surakarta. Darmoko,Y.
2014
Kota Surakarta
Deskriptif Kualitatif Dan Kuntitatif
12.
Analisis Konstruksi Sumur Yang Mempengaruhi Munculnya Bakteri Coli pada Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Mahanani, dkk.
2015
Kota Surakarta
Eksperimental
Hasil Evaluasi terhadap layanan sanitasi di Rusunawa Semanggi menunjukkan bahwa layanan pengolahan air limbah telah memenuhi tingkat Basic Need dan menuju tingkat Improved Service dengan catatan pada parameter lingkungan. Sedangkan untuk layanan draianse belum memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan. Terdapat 34 dari 99 sampel yang di uji mengandung coliform yang melebihi batas. Rata – rata jarak sumur penduduk kurang dari 10 meter, karena itu banyak sumur yang terkontaminasi bakteri coli. Keadaan penduduk Kecamatan Pasar Kliwon banyak yang menderita sakit yang berhubungan dengan air. Maka ada hubungan antara jumlah bakteri dengan jarak sumur dan septictank dengan keadaan penduduk di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.
9
Tabel 2. Penelitian Yang Telah Dilakukan Oleh Beberapa Peneliti Sebelumnya ( International Journal) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
1.
Evaluation and Assesement of Water Quality in Likangala River and its Catchment Area, India. Chidya, et. al.
2011
India
Experimentasi Uji Laboratorium
2.
Of woods and webs: Possible alternatives to the tree of life for studying genomic fluidity in E. coli. Racine, et. al.
2011
Paris
Experimentasi Uji Laboratorium
Hasil Evaluasi kualitas air di Sungai Likangala dan daerah tangkapannya dengan sampel air pada saat musim kering, hujan awal dan pertengahan musim hujan dan diuji dengan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi. Metode yang dilakukan dapat diterapkan adalah monitoring teratur air dan pengelolaan yang baik dari sumber air untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air oleh bakteri E. coli O157: H7. Metode pohon dan sistem jaringan dipergunakan untuk menjelajahi evolusi mikroba, dan mempelajari ribuan gen dari 30 strain E.coli dengan analisis pendekatan pohon standar kehidupan (TOL), sehingga dapat diidentifikasi gen dengan mode atipikal evolusi, dan jaringan genom kemitraan genetik antara E.coli dan elemen genetik mobile. Gaya hidup patogen berdampak pada 30% pohon-pohon gen, dan strain patogen lebih mungkin untuk mentransfer gen dengan satu sama lain daripada dengan strain non pathogen.
10
Tabel 2. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
3.
The Evolution of Metabolic Network of E.coli. Boumler, et. al.
2011
USA
Experimentasi Uji Laboratorium
4.
Characterization and Source Apportion-ment of Water Pollution in Jinjiang River, China. Chen, et. al.
2013
China
Observasi Uji Laboratorium
Hasil Enam model E.coli dievaluasi dengan membandingkan prediksi model untuk sumber karbon serta pengukuran pemanfaatannya dalam kondisi aerob dan anaerob dengan pertumbuhan angkatan media minimal dengan 0,2% (b / v) glukosa. Model metabolisme genom skala leluhur berdasarkan kelompok ortolo, mencerminkan induk bakteri E.coli berkembang biak melalui metabolisme E.Coli (IEco1053_core). Analisis komparatif semua model E.coli mengungkapkan bahwa beberapa patogen E.coli strain memiliki reaksi dalam jaringan metabolisme, sehingga memungkinkan hasil biomassa yang lebih tinggi pada glukosa. Akhirnya ciri metabolik-garis keturunan tertentu dibandingkan dengan prediksi model inti leluhur untuk mendapatkan wawasan baru evolusi metabolisme dalam spesies ini. Sumber utama pencemaran domestik, berdasar dari pertanian industri pembuangan air limbah, dan limbah domestik diidentifikasi sebagai sumber polusi utama.Sebagian besar variabel dipengaruhi oleh industri debit air limbah didominasi oleh limpasan pertanian.
11
Tabel 2. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
5.
Quality of Life and Enironment of Communities Along Saen Saeb Canal : A Guediline for Reform (Phase II), Thailand. Suwandee, et al.
2013
Bangkok
Observasi Kualitatif
6.
Sanitation and Impact on The Bacteriological Quality of Water : A Study in Three Communities in Ghana . Addo, HO. et.al.
2013
Ghana
Observasional Uji Laboratorium
7.
Pollution and Concervation of Gangga River in Modern India. Rai, B.
2013
India
Observasional Uji Laboraorium
Hasil Penelitian ini merupakan penelitian observasi yang mengamati lima aspek, yaitu lingkungan fisik, kesehatan mental, ekonomi, konsepsi pelestarian menyangkut perilaku, dan hubungan sosial (hukum) untuk masyarakat disepanjang Saen Saeb Canal dan ditemukan suatu solusi untuk peningkatan kualitas hidup untuk masyarakat dengan pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat. Dari lokasi penelitian sanitasi di Tetegu,MayeradanAshongmandiGreater Accra ditemukan 87% masyarakat Tetegu mengguna-kan sanimas, 83% masyarakat Mayera melakukan di sungai dan 57% masyarakat Ashongman melakukannya di lubang. Sehingga pada pengujian kualitas air minum yang telah terkontaminasi bakteri E.coli. Dari 16 titik sampel kecuali Patna hilir dan Rajmahal nilai BOD sangat rendah tidak memenuhi standar untuk air bersih. Sementara untuk DO hanya pada satu titik sampel yang tidak memenuhi standar dan jumlah total coliform hanya memenuhi standar pada satu titik.
12
Tabel 2. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
8.
Preliminary Study on the Effect of Wastewater Storage in Septictank on E. coli Concentration in Summer Appling, D et. al.
2013
Georgia
Eksperimental Uji laboratorium
9.
Assessment of sanitation and water handling practices in rural communities of Ogun State,Southwestern Nigeria. Shittu,et.al.
2014
Nigeria
Deskriptif Kualitatif Observasional Identfikasi
Hasil Sistem pengolahan air limbah (OWTS) menyimpan air limbah di tangki septictank sebelum melepaskannya ke tanah secara efektif dan berkelanjutan. Penelitian ini menguji perubahan kualitas air limbah selama perjalanan air limbah melalui tangki dan sampai ke tanah dengan sampel uji pada inlet dan outlet dari tangki septictank. Konsentrasi E.coli lebih tinggi 100 kali lipat dalam septictank limbah dan terjadi peningkatan pertumbuhan E.coli di dalam tangki pada musim panas. Dari 250 rumah tangga, 30% tidak memiliki toilet, 55,6% memiliki. 20,8% memiliki tempat sampah tertutup, sampah terbuka 37,2% sedangkan 42,0% tidak punya 3,6% membuang pada selokan terdekat dan 9,2 % membuang sampah pada halaman belakang rumah.
13
Tabel 2. (lanjutan) No
Judul dan Peneliti
Tahun
Lokasi
Metode
10.
Transport of E.coli in a Sandy Soil by Depth to Water Table. Stall, C. et. al.
2014
Carolina Utara
Eksperimental
11.
Modelling of E. coli transport in an oligotrophic river in northern Scandinavia. Jonsson and Agerberg.
2015
Scandinavia
Uji Laboratorium
Hasil Fate mikroba yang berada pada 17 kolom septictank di tanah lempung berpasir di pantai yang berdiameter 15 cm memiliki kedalaman 30, 45 dan 60 cm. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada kolom 30 dan 45 sehingga kedalaman 60 cm dianggap cukup untuk menahan agar tidak terjadi perpindahan E.coli dari septictank ke tanah lempung. Model yang dibuat adalah untuk perhitungan transportasi Escherichia coli di perairan Sungai Oligotrophic dengan parameter suhu, kecepatan aliran dan karakteristik sungai. Dilakukan 209 pengukuran suhu selama 11 tahun untuk menghitung jarak transportasi hingga 90% inaktivasi dari E.coli. Hasilnya terdapat tiga skenario yang berbeda nilai-nilai tertentu situs untuk K20 konstanta laju inaktivasi referensi urutan pertama (0.145, 0.230 dan0,555/ hari) dan suhu koefisien Q10 konstan tingkat (2,07, 1,50 dan 1,86) diuji pada sungai Indalsälven, Skandinavia utara yang menunjukkan jarak transportasi yang cukup dari E.coli dengan variasi musiman yang jelas dan terstruktur. Jarak transportasi terpanjang diamati selama akhir musim dingin dan semi disebabkan oleh kombinasi suhu air rendah dan kecepatan air yang tinggi.
14
Tabel 2. (lanjutan) No 12.
Judul dan Peneliti Prevalence of E.Coli 0157:H7 in Water Sources An Overview on Asscsiated Diseaces, Outbreaks and Detection Methods. Saxena, et al.
Tahun 2015
Lokasi India
Metode Uji Laboratorium
Hasil Terditeksi jenis bakteri Escherichia coli O157: H7 yaitu pathogen yang memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit diare pada manusia yang ditularkan melalui air, sehingga dapat disusun sebuah strategi pencegahan dengan memberikan pemahaman lebih lanjut tentang pencegahan bakteri ini pada masyarakat
Keterbaruan dalam penelitian ini adalah mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis fate E.coli melalui jalur atau lintasan transportasinya di dalam Tripikon-S sehingga diketahui peran Tripikon-S terhadap E.coli bertindak sebagai akumulator, distributor atau sebagai penghancur E.coli
15