BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses untuk membantu siswa memperoleh informasi, ide, nilai, cara berpikir, keterampilan, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Aunurahman (2014) menjelaskan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh seseorang sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku dan daya penerimaan. Belajar mengubah tingkah laku seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Hamalik (2001) menjelaskan bahwa belajar merupakan proses memperbaiki tingkah laku melalui sebuah pengalaman. Belajar biologi bukan hanya mempelajari tentang fakta dan konsep, namun juga nilai yang dapat diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan nyata. Hasil observasi awal di kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat secara umum menunjukkan bahwa guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam melaksanakan
kegiatan
belajar
mengajar.
Peserta
didik
cenderung
diam
memperhatikan penjelasan guru dan mencatat informasi yang dijelaskan oleh guru. Keterampilan pengelolaan informasi yang baik memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kompleks dari informasi yang mereka peroleh dalam rangka pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam aplikasi dunia nyata (Dwyer, 2014). Kemampuan berpikir kritis siswa digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat dan pemecahan masalah berdasarkan bukti yang kuat (Gelesrstein, 2016). Berdasarkan hasil observasi, kemampuan berpikir kritis siswa
1
2
yang rendah disebabkan penerapan model pembelajaran dan penggunaan sumber belajar yang belum mampu mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banyaknya informasi yang mereka dapatkan sehingga siswa tidak hanya menjadi objek dalam transfer ilmu dari guru. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi banyak rintangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang tepat (Afshar, 2015). Observasi awal tersebut didukung dengan analisis yang dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa melalui tes berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis dari Facione (2013) menunjukkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Kemampuan awal berpikir kritis siswa berdasarkan indikator berpikir kritis yang diperoleh yaitu kemampuan interpretasi sebesar 15% dengan kategori sangat rendah, kemampuan analisis sebesar 30,8% dengan kategori rendah, kemampuan menyimpulkan sebesar 27,5% dengan kategori rendah, kemampuan menjelaskan sebesar 17,5% dengan kategori sangat rendah, kemampuan mengevaluasi sebesar 30.8% dengan kategori rendah, dan kemampuan regulasi diri sebesar 27,5% dengan kategori rendah. Pengkajian hasil observasi awal menitikberatkan permasalahan yang harus segera ditangani pada kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat adalah kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah. Tujuan peningkatan berpikir kritis siswa dalam jangka pendek diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan jangka panjang dari peningkatan kemampuan berpikir kritis adalah siswa mampu bersaing dengan individu-individu lain melalui pemerolehan dan pemrosesan segala informasi dalam era globalisasi. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berporses secara sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan informasi yang diperoleh, mengevaluasi dan mengemukakan pendapat terkait informasi yang telah dirumuskanya (Dwyer, 2014).
3
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik juga diperlukan untuk pemecahan masalah karena siswa dapat merumuskan, mengevaluasi, menformulasikan dan menyelesaikan masalah. Menurut Kong (2014) kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan merefleksikan segala informasi yang diperoleh dan menyimpulkan dengan cermat esensi dari informasi tersebut untuk menentukan tindakan yang tepat dengan tujuan pemecahan masalah. Berdasarkan masalah yang ditemukan pada kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat maka diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui bimbingan yang dilakukan oleh guru dengan model pembelajaran yang tepat. Fakta di lapangan, metode pembelajaran ceramah yang diterapkan guru belum bisa mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa. Pengunaan metode mengajar yang kurang tepat akan mengakibatkan dampak yang kurang optimal terhadap pelatihan kemampuan berpikir kritis siswa (Harsono, 2009). Kemampuan berpikir kritis meliputi 6 aspek yaitu kemampuan menginterpretasi, kemampuan
analisis,
kemampuan
menyimpulkan,
kemampuan
menjelaskan,
kemampuan mengevaluasi dan kemampuan regulasi diri (Facione, 2013). Pengenalan masalah melatihkan kemampuan interpretasi, analisis dan evaluasi siswa terhadap fenomena yang terjadi untuk menentukan arah dan tujuan pembelajaran (Joolingen, et.al., 2004). ). Perumusan hipotesis melatihkan siswa untuk mentransformasikan informasi terhadap fenomena yang sedang diamati. Pelatihan transformasi informasi terhadap fenomena melatihkan kemampuan menginterpretasi siswa (Ferdon, 2009). Kazempour (2013) menjelaskan bahwa proses pembelajaran melalui interaksi meliputi diskusi dan eksperimen mampu melatihkan kemampuan analisis dan evaluasi terhadap ide yang telah diajukan, melatihkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pengaturan diri. Kegiatan perumusan kesimpulan mampu melatihkan kemampuan menyimpulkan dan menjelaskan siswa karena siswa diharapkan
mampu
membuat
keputusan
final
dan
berargumen
untuk
mempertahankan keputusanya (Champine, Duffy & Perkins, 2009). Kegiatan
4
konfirmasi dan klarifikasi yang dilakukan oleh guru mampu melatihkan kemampuan menyimpulkan, mengevaluasi, menjelaskan dan menginterpretasi siswa (Kistner, et.al, 2016). Model discovery learning dapat mengkonstruk sendiri pemahaman siswa mengenai materi dan informasi. Discovery learning sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperoleh referensi dalam mencari semua hal yang berkaitan dengan deskripsi fenomena yang ditampilkan oleh guru (Veermans, 2002). Menurut Kosasih (2015) model discovery learning mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis. Pelatihan peningkatan kemampuan berpikir kritis ada dalam setiap tahapan model discovery learning yang meliputi: orientation, hypothesis generation, hypothesis testing, conclusion & regulation (Veermans, 2002) Berdasar latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat Tahun Pelajaran 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah
dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut, “Apakah penerapan model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat?”. C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat melalui penerapan model Discovery Learning. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi 1.
Sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat menjadi alternatif
5
dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran biologi pada siswa kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat. 2.
Guru, sebagai salah satu bahan masukan bagi guru dalam memilih model pembelajaran khususnya mata pelajaran biologi dan mampu memberikan informasi bagi guru tentang model discovery learning.
3.
Siswa, meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi di kelas XI IPA 5 SMAN Kebakkramat.
4.
Peneliti, menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir ilmiah serta menambah metode mengajar sebagai calon pendidik.