BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga yang berkembang di Indonesia terdiri dari berbagai macam cabang olahraga seperti bulu tangkis, balap sepeda, tenis lapangan, renang, angkat besi, sepak bola, bola voli, dan masih banyak lagi. Perkembangan dari semua cabang olahraga tersebut bisadikatakan membanggakan. Namun kita tidak lupa bahwa perkembangan olahraga saat ini memerlukan perhatian lebih karena prestasinya yang pasang durut. Maka untuk meningkatkan kualitas dan prestasi cabang olahraga di Indonesia merupakan tanggung jawab kita semua. Pada masa globalisasi sekarang ini olahraga sangat penting bagi manusia. Bukan hanya untuk kesehatan tapi juga menggalang kebersamaan antar kelompok serta semangat persatuan. Olahraga memiliki arti yang sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Dalam diri manusia terdapat dua aspek, yaitu aspek jasmani dan aspek rohani. Bila dua aspek tersebut tumbuh dan berkembang secaara selaras dan seimbang maka, akan timbul kehidupan yang harmonis antar keduanya. Keselarasan kehzidupan jasmani dan rohani pada manusia dapat dicapai dengan melakukan olahraga. Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien. Olahraga juga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit dan stress. Olahraga yang semakin hari semakin berkembang telah menjadi kebutuhan hidup bagi manusia. Olahraga memang didutuhkan untuk menjaga dan mempertahankan kondisi fisik manusia, juga membantu pertumbuhan dan perkembangan manusia. Di dalam berolahraga juga diperlukan perilaku-perilaku yang dapat menjunjung tinggi nilai sportivitas seperti kepercayaan diri, keberanian, ketegasan, dan rasa tanggung jawab. Olahraga juga mempunyai peranan dalam
1
2
pembangunan, sehingga memerlukan individu-individu yang mempunyai fisik kuat, mental yang baik dan berjiwa pancasila. Selain itu olahraga juga dapat di jadikan sebagai sumber penghasilan, untuk arena prestaasi dan rekreasi. Olahraga bersepeda merupakan olahraga yang sangat memasyarakat, dari semua lapisan masyarakat dapat melakukan olahraga tersebut. Secara keadaan ekonomi untuk kelas menengah bawah bersepeda merupakan penunjang aktivitas yang hemat, sedangkan bagi kelas menengah atas bersepeda berdasarkan hobi atau hanya mengisi waktu luang selain memancing dan lain sebagainya. Bersepeda bukan hanya dipandang sebagai olahraga kebugaran, karna olahraga sepeda memiliki nomor lomba kejuaraan baik dari kelas Mountaint Bike (MTB) dan Road Bike. Bersepeda selain di gunakan dengan mudah, bersepeda juga bisa membuat tubuh sehat dan bugar, sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Giam dan Tech (1983:30) bahwa : “Olahraga merupakansalah satu cabang olahraga aerobik yang selama
pelaksanaanya membutuhkan konsumsi oksigen. Oleh karena itu bersepeda sangat bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jantung, paruparu, sirkulasi darah, otot, tulang dan sendi. Saat berkendara pengemudi sepeda duduk tidak membawa atau memikul beban, sehingga bersepeda di rekomendasikan untuk orang-orang yang mempunyai lemak berlebih atau yang mempunyai masalah medis pada tulang atau sendi-sendi anggota tubuh bagian bawah, seperti pinggul, lutut dan pergelangan kaki”. Bersepeda sendiri tidak banyak orang yang mengetahui tentang klasifikasi nomer dan jenis sepeda yang di perlombakan, berikut penulis akan memaparkan tentang sepeda yang di lombakan berdasarkan macam dan fungsinya, yaitu : 1. Sepeda Gunung (mountain bike/MTB). Sepeda jenis ini di gunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang kuat, sepeda jenis moutain bike sendiri ada dua jenis rangka, yaitu satu suspensi dan dua suspensi, diamana satu suspensi biasanya digunakan bagi MTB kelas dirtjump, cross country dan fourcross. Sementara untuk dua suspensi biasanya ada pada jenis sepeda MTB kelas downhiil, cross country trail, all mountain dan freeride.
3
2. sepeda jalan raya (cyclocross). Sepeda ini digunakan untuk balapan jalan raya. Bobot dari rangka sepeda ini ringan dan halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan. 3. Sepeda BMX (bicycle motocross). Sepeda BMX merupakan modifikasi dari olahraga moto cross yang di ciptakan oleh anak-anak muda amerika pada saat itu, sepeda jenis ini di gunakan untuk atraksi lompatan maupun atraksi lainya, dan semakin berkembangya jenis sepeda BMX saat ini ada juga yang di lombakan di lintasan dengan hasil catatan waktu terbaik. 4. Sepeda balap, sesuai dengan namanya sepeda ini secara khusus di gunakan untuk balapan di jalan raya (road race) maupun track di velodrome. Sepeda balap memiliki model handler setengah lingkaran. Pada penelitian ini penulis lebih mengkonsentrasikan pada manajemen prestasi PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah. Balap sepeda sebetulnya dikenal di Indonesia, jauh sebelum Perang Dunia II. Meskipun masih dibiayai oleh kaum pengusaha seperti perusahaan Tropical, Triumph, Hima, Mansonia dan lain-lain. Mereka dapat dikategorikan sebagai pembalap sepeda profesional. Padahal waktu itu masih jaman penjajahan Belanda. Memang perkembangan olahraga Balap Sepeda cukup menguntungkan. Pada masa itu, khususnya kota Semarang menjadi pusat kegiatan Balap Sepeda. Oleh arsitek Ooiman dan Van Leuwen didirikanlah sebuah velodrome. Velodrome dalam bahasa Belanda disebut Wielerband, atau “Pias” dalam bahasa Indonesia. Beda halnya pada jaman Jepang kegiatan Balap Sepeda dapat dikatakan terhenti. Baru ketika kemerdekaan diproklamasikan, para penggemar Balap Sepeda kembali mencoba mempopulerkan. Sebagai contoh terbukti ketika PON II/1951 berlangusng di
Jakarta,
Balap
Sepeda
termasuk
cabang
olahraga
yang
diperlombakan. Balap sepeda merupakan salah satu olahraga yang cukup berkemmbang dan di kenal oleh masyarakat Indonesia. Olahraga ini memiliki daya tarik tersendiri, karena pertama kali masyarakat mengenal sepeda sebagai sarana rekreasi keluarga. Tapi dalam pekembanganya semakin banyak pula orang yang menekuni olahraga ini
4
untuk meraih prestasi. Balap sepeda merupakan olahraga yang membutuhkan keberanian, keuletan dan kekuatan. Seorang atlet akan merasa bangga jika bisa mengeluarkan segala kemapuan yang dimiliki dan memenangkan suatu perlombaan balap sepeda. Balap sepeda merupakan salah satu cabang olahraga yang menjadi investasi bagi dunia olahraga di indonesia. Namun dari segi peminatnya, olahraga balap sepeda belum sepopuler olahraga lain seperti sepak bola, bola voli, bulu tangkis yang memang sudah banyak peminat serta penggemarnya. Selain itu harga dari sepeda balap sendiri memang relatif mahal ini yang menjadi kendala dan menjadikan seseorang harus berfikir panjang untuk menekuni olahraga balap sepeda. Dalam upaya meningkatkan kualitas dan prstasi balap sepeda, mestinya pihak pihak yang terkait bukan hanya pelatih dan atlet saja, melainkan berbaai pihak baik pengurus bahkan pemerintah mampu mencarikan jalan pemecahanya. Pembinaan yang terencana dan dilaksanakan terus menerus merupakan langkah yang harus ditempuh serta merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang ikut berperan aktif dalam kegiatan olahraga balap sepeda tersebut. Olahraga balap sepeda yang berkualitas dan mampu berprestasi di perlukan suatu usaha yang gigih dan harus didukung pengetahuan yang luas serta pegajian secara ilmiah. Unsur-unsur yang penting serta mendukung didalam upaya peningkatan prestasi balap sepeda antara lain pembinaan prestasi. Disamping pembinaan prestasi, masih banyak faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan prestasi misalnya organisasi, program latihan, sarana dan prasarana, pengurus, pelatih, pendanaan dan lain sebagainya. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga perlu terus pembinaan sedini mungkin melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang di dasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi keolahragaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Organisasi olahraga adalah suatu wadah yang bergerak dibidang olahraga, bertujuan untuk mencapai prestasi maksimal dalam olahraga. Kerjasama antar orang-orang yang terrlibat didalamnya harus terjalin dengan baik, mempunyai
5
rencana kerja atau program kerja yang jelas. Melalui organisasi maka akan lebih jelas langkah-langkah yang harus ditrmpuh untuk meewujudkan tujuanya. Hubungan yang harmonis, kerjasama yang kompak, program kerja yang baik, sehingga organisasi dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan prestasi maksimal dapat tercapai. Kelangsungan dan kelancaran kegiatan organisasi juga tidak lepas dari pendanaan. Dana merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pelaksanaan dari olahraga. Tanpa dana yang memadai tujuan organisasi yaitu pencapaian prestasi maksimal sulit tercapai. Kelancaran dan kualitas latihan dari aktivitas olahraga harus didukung sarana dan prasarana yang baik. Kemajuan sarana yang moderen merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guna menunjang pelaksanaan latihan. Sarana dan prasarana yang mendukung, dapat menjadikan pelaksanaan latihan berjalan dengan lancar serta kualitas dari latihan meningkat dan menjadi lebih baik. Faktor faktor yang mendukung pencapaian prestasi dapat dikembangkan secara maksimal, sehingga kualitas atlet akan meningkat dan prestasi maksimal dapat diwujudkan. Prestasi maksimal merupakan obsesi dari setiap atlet yang menekuni olahraga yang dipelajarinya, keberhasilan prestasi atlet tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Seorang pelatih yang berkualitas memegang peranan penting terhadap peningkatan kemampuan atlet. Pelatih memiliki peranan penting dimana pelatih haruss mampu menerapkan program latihan yang sesuai dengan kemampuan atletnya,
disamping
itu
pelatih
juga
harus
mampu
menyalurkan
dan
mengembangkan prestasi yang dimiliki atlet. 1. SENTRA OLAHRAGA Istilah sentera sering disebut juga dengan area, sudut kegiatan (activity center), sudut belajar (learning centre) atau sudut minat (interst centre), sentra dapat diartikan sebagai permainan dan kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk memberikan semangat pada kegiatan pembelajaran secara khusus, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, musik, seni, sains, balok bangunan dan seni berbahasa (gilley , 1980) Sentra juga dapat diartikan sebagai zona atau area bermain anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai
6
pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jenis bermain, yaitu bermain sensorimotor atau bermain fungsional, bermain peran dan bermain pembangunan (depdiknas 2005). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sentra berarti tempat yang berada ditengah-tengah (pusat). Selanjutnya olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disilpin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Disamping itu prestasi olahraga merupakan salah satu tolak ukur suatu kemajuan bangsa yang mempunyai peran sangat strategis bagi upaya pembentukan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan. Jadi dari pengertian diatas sentra olahraga dapat diartikan suatu tempat, wadah atau pusat pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga prestasi yangb dilakukan oleh masyarakat dengan bakat dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai kondisi dan nilai budaya untuk peningkatan prestasi. (Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2011). Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional serta mengangkat harkat martabat dan kehormatan bangsa. Undang-undang No 3 Tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional mengisyaratkan perlunya pengelolaan sentra olahraga sebagai pusat pembinaan dan peningkatan olahraga. Sentra olahraga prestasi berdasarkan peraturan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga No 193 tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja kementerian pemuda dan olahraga merupakan salah satu tugas dan fungsi Asisten Deputi Sentra Keolahragaan, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga. 2. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) merupakan lembaga pendidikan untuk menjaring dan membina pelajar berbakat dalam olahraga. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) adalah merupakan sub sistem dalam Sistem Pembinaan Olahraga Nasional, memiliki peran strategis untuk menghasilkan
7
olahragawan yang berprestasi baik di bidang akademik maupun olahraga. Melalui PPLP dilakukan penjaringan pelajar yang bebakat di berbagai cabang olahraga, untuk selanjutnya dibina secara berjenjang dan berkesinambungan menuju pencapaian prestasi puncak pada tingkat nasional dan internasional. Menurut Budi Siswanto dalam hal ini beliau selaku pelatih dari PPLP balap sepeda jawa tengah, menegaskan bahwasanya pengertian sebenarnya dari PPLP adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga pelajar, dikarnakan beliau takut jika ada salah tafsiran mengenai kejelasan pelatihan yang di selenggarakan tersebut. Namun kita kembali pada istilah PPLP yang sering dan umum di ketahui dalam kehidupan olahraga, disini penulis hanya sedikit mengutarakan apa yang menjadi kekhawatiran pelatih PPLP balap sepeda jawa tengah. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) balap sepeda jawa tengah memang sedikit berbeda dari cabang olahraga lain yang terpusat di kota semarang, sedangkan balap sepeda sendiri bertempat di surakarta. Menurut analisis penulis ini dikarenakan penyesuaian sarana dan prasarana yang ada. Dimana surakarta adalah kota yang mempunyai “track” lintasan sepeda balap yang berbentuk oval atau sering disebut velodrom. Selain itu juga track untuk jalan raya surakarta memiliki track yang bervariasi, seperti menanjak yang ada di sepanjang jalan solo sampai tawangmangu, dimana jalan tersebut merupakan salah satu sarana latihan dalam membantu peningkatan daya tahan atlet. Program PPLP sendiri telah di mulai sejak tahun 1980an, yang saat ini menyebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia. PPLP dibuat di daerah-daerah berdasarkan kantong-kantong prestasi cabang olahraga yang dimiliki oleh daerah tersebut. sehingga suatu daerah kadang terdapat beberapa PPLP. Seluruh kebutuhan PPLP dicukupi oleh pemerintah yang disalurkan oleh Biro Olahraga Provinsi. Di dalam PPLP terdapat pengurus yang mempnyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan di lapangan. Pengurus di PPLP terdapat menejer, Pelatih Kepala, asisten pelatih dan pengurus asrama. Di Indonesia telah didirikan sekitar 90 Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan salah satunya adalah PPLP balap sepeda. Pertama kali PPLP Balap
8
Sepeda didirikan di Provinsi Jawa Timur yang berada di kota Malang, kemudian didirikan di Provinsi Jawa Tengah yang berada di kota Surakarta. Dan dari seluruh daerah yang ada, Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Balap Sepeda hanya terdapat di kedua Provinsi tersebut. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Balap Sepeda Jawa Tengah berdiri pada tahun 1999 dengan alamat Jl. Punggawan, No.17 Surakarta, Jawa Tengah. Setiap Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) memiliki kuota/jatah atlet berbeda –beda dari pemerintah untuk dibina. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Balap Sepeda Jawa Tengah memiliki jatah kuota 6 atlet. Sedangkan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Balap sepeda Jawa Timur mendapat jatah kuota 8 atlet. Atlet-atlet PPLP adalah putra daerah yang berhasil lolos dari seleksi yang dilakukan oleh tim pelatih. Merreka rata-rata masih duduk di bangku sekolah baik SMP maupun SMA. Setelah masuk mereka menjalani pemusatan latihan untuk di bina dan diharapkan dapat berprestasi di kemudian hari. Keberadaaan PPLP pada dasarnya adalah unttuk menjawab kekurangan pembinaan atlet ditingkat dasar. Ide awalnya adlah agar pasokan atlet ditingkat senior selalu ada. Terbukti sampai saat ini PPLP mampu memasok atlet nasional yang berkualitas. Konsep PPLP adalah mewadahi atlet yang berstatus pelajar dlam pemusatan latihan, sluruh kebutuhan hidupnya dicukupi oleh pemerintah termasuk sekolah. Program PPLP sudah dimulai sejak awal tahun 1980-an, dimana saat ini sudah tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah yang berdiri pada 17 februari 1999, PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah mengalami pekembangan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari prestasi yang pernah diraih oleh beberapa atletnya, dimana PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah mampu menorehkan prestasi di berbagai kejuaraan nasional. Sejak berdirinya PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah sampai saat ini. PPLP BalapSepeda Jawa Tengah telah menyumbangkan atetatletnya mewakili daerah, bangsa dan negara, baik dalam kejuaraan nasional maupun internasional, seperti PON (Pekan Olahraga Nasional), SEA Games dan ASEAN Games. Meskipun PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah dihuni oleh atlet-atlet muda (pelajar) yang berasal dari daerah-daerah di jawa tengah, tetapi prestasi yang
9
di peroleh cukup membanggakan. Terbukti ketika mengikuti kejuaraan ditingkat daerah maupun nasional, atlet-atlet PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah mampu menjadi juara di berbagai kejuaraan nasional. Seperti juara 1 kejurnas piala Gubernur Jawa Tengah tahun 2004, juara umum Kejurnas di Solo Jawa Tengah tahun 2004 dan juara 1 Bupati Cup Banjarnegara tahun 2007, serta finish group 2 besar yunior kejuaraan antar klub Balap Sepeda se-Asia Tenggara di Selangor, Malaysia (PPLP tergabung bersama klub Balap Sepeda CCC Indonesia). Dalam kejuaraan Balap Sepeda tingkat Jawa Tengah, atlet-atlet PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah selalu menempati urutan tiga besar. Bahkan dalam kejuaraan Balap Sepeda di Jawa Tengah terutama tahun 2002 hingga tahun 2007 sering menempati urutan tiga besar, seperti Kejuaraan Bupati Cup Banjarnegara, Bupati Cup Wonogiri, Bupati Cup Batang dan Piala Walikota semarang. Di samping keberhasilan-keberhasilan yang telah diperoleh seperti diatas, PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah juga mengalami masa-masa surut. 3. Sistem Pembinaan Olah Raga Prestasi Sistem ialah terdiri dari komponen-komponen yang berkaitan dan saling menunjang satu dengan lainnya yang secara keseluruhan berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Jika komponen suatu sistem cukup besar, maka komponen itu dapat dipandang sebagai subsistem. Dengan demikian suatu sistem dapat dibagi menjadi subsistem-subsistem. Akhirnya bagian terkecil yang masih memiliki cirri sistem disebut komponen. Menurut Kamiso (1991 : 13) operasional suatu sistem dibagi dalam 3 tahap sebagai berikut : (1) input atau masukan, (2) proses, suatu tindakan-tindakan yang berlangsung dalam sistem, (3) output atau keluaran, hasil yang keluar dari sistem. Ketiga tahap tersebut dapat digambarkan : Masukan Input
keluaran proses dalam sistem
Hasil output
Gambar 1.1 Ciri Khas Sistem (Kamiso, 1991 : 13)
10
Input yang masuk dalam proses terdiri dari input mentah (raw input) ialah olahragawan dan input alat (instrumental input) ialah yang diperlukan memproses input mentah menjadi hasil (output) yang diinginkan. Berdasarkan pendekatan sistem tersebut di atas, maka sistem proses melatih olahraga prestasi seperti pada gambar 2.2
Gambar 1.2 Sistem Proses Melatih (Kamiso, 1991 : 14) Faktor-faktor yang mempengaruhi dari proses tersebut ialah : (1) input mentah (olahragawan), faktor dari dalam (endogen) terdiri dari unsure fisik, antara lain : kekuatan, kecepatan, daya ledak, koordinasi, fleksibilitas, daya tahan tubuh. Unsur psikis antara lain : intelegensi, mental, moral, sosial. Faktor dari luar (eksogen), seperti kesehatan dinamis yaitu kesehatan waktu latihan, faktor social ekonomi yang menyangkut keluarga, gizi, (2) input alat yang meliputi : aspek melatih, melatih fisik, teknik dan taktik, psikis dan pengalaman bertanding atau kematangan juara. Pendekatan ilmiah, dalam melatih mengacu pada ilmu anatomi terapan (kinesiologi), fisiologi olahraga, kesehatan olahraga, ilmu jiwa olahraga, sosiologi olahraga, ilmu gizi dan lain-lain. Program latihan meliputi program jangka panjang, menengah, dan pendek, periodesasi latihan, metode latihan, materi latihan, jadwal latihan, evaluasi. Menurut Subardjah (2000 : 68) berkaitan dengan pembinaan prestasi olahraga, terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan antara lain meliputi tujuan pembinaan yang jelas, program latihan yang sistematis, materi dan metode latihan yang tepat serta evaluasi yang bisa mengukur keberhasilan proses
11
pembinaan itu sendiri. Di samping itu perlu dipertimbangkan pula karakteristik atlet yang dibina baik secara fisik/ psikologi, kemampuan pelatih, sarana/fasilitas serta kondisi lingkungan pembinaan. Fasilitas yang merupakan kemudahan dalam pelaksana proses melatih yang meliputi peralatan dan perlengkapan (olahragawan, cabang olahraga), tempat latihan dan pertandingan, disamping menyangkut kualitas tempat, juga keadaan cuaca di sekitarnya (suhu, angin, kelembaban udara, tekanan udara). Pembina meliputi manajer, pelatih (trainer), dokter olahraga, ahli faal olahraga, ahli ilmu olahraga, ahli gizi olahraga, ahli sosiologiolahraga, dan lain-lain. Dari personalia yang dinamakan pembina tersebut yang langsung interaksi dengan olahragawan. Menurut Alisjahbana (2008), dalam membangun sistem pembinaan olahraga, ada beberapa komponen utama yang perlu diperhatikan. Program adalah rancangan mengenai asas-asas (dasar cita-cita) serta usaha usaha yang dijalankan. Program latihan adalah seperangkat kegiatan dalam berlatih yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh atlet, baik mengenai jumlah beban latihan maupun intensitas latihannya (James Tangkudung 2006 : 45). Demikian luasnya komponen-komponen yang merupakan sistem yang harus dikuasai oleh seorang pelatih dalam proses melatih, maka personalia Pembina lainnya bersifat membantu pelatih sesuai dengan keahlian masing-masing. Faktor faktor tersebut, harus dikelola secara bertahap, terpadu, menyeluruh, terukur, terarah dan terus menerus. Oleh karena itu harus dikelola berdasarkan pendekatan manajemen ilmiah (scientific management approach), ialah dalam pengelolaannya berorientasi pada realitas dan data-data. Akhirnya pada operasional tergantung pada kualitas (moral, semangat, disiplin, kemampuan) personalia yang terlibat, ialah para olahragawan, para Pembina dan para personalia yang melayani penunjang proses melatih. Hasil langsung dari proses pembinaan adalah prestasi yang maksimal dimana seluruh kemampuan baik aspek fisik maupun aspek psikis dapat berfungsi dan bekerja secara baik dalam menerima program latihan sehingga memenuhi
12
target yang diharapakan aspek fisik meliputi kesehatan dinamis yang terdiri dari fungsi organ-organ tubuh diantaranya jantung, paru-paru, dan peredaran darah. Aspek fisik yang lain terdiri kekuatan, kecepatan, daya ledak, fleksibilitas, daya tahan, koordinasi. Aspek fisik adalah bagaimana sikap atlet dalam menerima beban latihan, jika atlet menerima beban latihan tidak merasakan berat maka aspek fisik akan bekerja dengan baik. Hasil akhir dari pembangunan pembinaan prestasi merupakan bagian dari pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila, maka tujuan olahraga prestasi juga membangun manusia seutuhnya. Dalam GBHN tahun 1998, bahwa olahraga prestasi
masuk olahraga umumnya, dan olahraga masuk dalam
pendidikan. Oleh karena itu tujuan akhir olahraga prestai juga mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasionaljuga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan social, sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Disamping tujuan pendidikan nasional tersebut ada tujuan olahraga yaitu pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, memupuk watak, disiplin dan sportifitas, serta pengembangan olahraga prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN, tahun 1988). Demikian juga tujuan KONI dalam anggaran dasarnya antara lain, melalui olahraga membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sehat jasmani maupun rohani berpartisipasi dan berkarya di dalam pembangunan
13
negara. Tujuan-tujuan tersebut di atas juga menjadi tujuan umum olahraga prestasi yang merupakan tujuan akhir. 4. Pola Pembinaan Olahraga Hampir semua negara di dunia mempunyai sistem pembinaan olahraga berdasarkan piramida, yaitu mengikuti tahap-tahap pembinaan yang didasarkan pada teori piramida, meliputi pemasalan, pembibitan, dan peningkatan prestasi yang merupakan
suatu
rangkaian
kegiatan
bertahatp,
terpadu,
terarah,
dan
berkeseimbangan. Ketiga unsure di atas saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Sistem pembinaan berdasarkan piramida adalah suatu pembinaan olahraga yang berjenjang dari lapisan bawah yaitu pemasalan, kemudian dilanjutkan secara berkeseimbangan ke lapisan tengah, pembibitan terus berjenjang ke atas ke puncak piramida, pembinaan prestasi. Jika digambarkan pola pembinaan berdasarkan piramida adalah sebagai berikut:
Perkumpulan Cabang Olahraga
Muncul bibit berbakat
Masyarakat melakukan olahraga Gambar 1.3 Piramida Pembinaan Olahraga (Sumber: Kebijaksanaan Depdikbud tentang Olahraga di Kalangan Pelajar dalam Upaya Menunjang Pembinaan Jakarta, 1996)
PPLP berada pada tahap pembibitan dimana setelah terjadi gerakan pemasalan kemudian lewat seleksi yang ketat diharapakan muncul bibit-bibit unggul. Karena jumlahnya makin berkurang dibandingkan dengan peserta pemasalan, dan lapisan ini perlu penanganan khusus. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada lapisan pembibitan menurut soegijono :
14
1) Bagaimana cara menemukan, mengetahui atau memilih bahwa seseorang mempunyai potensi, kemampuan atau bakat yang belum tergali dalam dirinya sesuai dengan bakatnya. Salah satu cara untuk mengetahuinya ialah dengan cara yang terkenal dengan nama pemanduan bakat : talent scouting. 2) Bagaimana cara memelihara, memupuk, mengembangkan dan meningkatkan prestasi yang terpendam dari seorang atlet tersebut, tugas ini sudah masuk dalam bidang coaching. 3) Berapa usia yang paling cocok, yang masih mungkin dikembangkan dan ditingkatkan prestasinya menurut cabang olahraga tertentu. Proses pembibitan sudah merupakan pekerjaan kompleks, dan diperlukan koordinasi dengan para ahli lainnya, sehingga tidak mungkin hanya dilatih oleh seorang guru atau pelatih pemula saja (Soegijono, 1984 : 3). 5. Mekanisme Pengelolaan PPLP Mekanisme pengelolaan PPLP diatur sesuai dengan diagram dibawah ini :
Gambar 1.4 Mekanisme Pengelolaan PPLP (sumber : deputi bidang peningkatan prestasi dan iptek olahraga kemenpora, 2006 : 10) a. Seleksi dan kualifikasi Pada proses seleksi dan kualifikasi pelajar dan pelatih PPLP ini, dinas pendidikan atau dinas pemuda olahraga atau badan pemuda-olahraga berfungsi sebagai penyelenggara dengan melibatkan pihak terkait seperti pengurus daerah cabang olahraga dan koni provinsi. Hasil diumumkan melalui panggilan yang ditandatangani oleh dinas pendidikan/dinas pemuda olahraga/badan pemuda
15
olahraga dan pengurus provinsi cabang olahraga yang bersangkutan. Keputusan diterimanya pelatih maupun pelajar ditandai dengan surat keputusan dari dinas yang menangani PPLP. Setiap atlet yang menjadi pelajar PPLP harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis meliputi : 1) Pelajar berusia maksimal 16 tahun dan kelas 1 SMA/sederajat, terhitung pada tanggal 1 januari 2) Mendapat persetujuan dari orangtua 3) Bersedia tinggal di asrama PPLP selama proses pembinaan dan sanggup mematuhi setiap peraturan yang berlaku 4) Mendapat rekomendasi dari dinas pendiddikan Kab/Kota dan atau dari pengurus Provinsi (Pengprov) cabang olahraga yang bersangkutan. 5) Sehat jasmani dan rohani yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter 6) Memenuhi kualifikasi postur tubuh (anthropometrik) sesuai dengan cabang olahraganya (diatur dalam petunjuk teknis). 7) Memenuhi kriteria untuk tes ketrampilan cabang olahraga yang dipilih. 8) Memenuhi standar kapasitas fisik, olahragawan sesuai dengan cabang olahraganya, meliputi unsur : daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelenturan, keseimbangan, kelincahan, dan aspek-aspek lain yang diperlukan sebagai tolak ukur dari masing-masing cabang olahraga.
Sedangkan pelatih PPLP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Sehat jasmani dan rohani yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter dan psikolog 2) Memiliki sertifikat pelatih pada cabang olahraga yang direkomendasikan oleh pengurus provinsi (Pengprov) 3) Lulus dalam uji kepatutan dan kelayakan yang dilaksanakan oleh tim seleksi pelatih PPLP 4) Mampu melaksanakan tugasnya sebagai pelatih dan bersedia tinggal di dalam asrama PPLP serta mematuhi semua peraturan yang berlaku 5) Bersedia menandatangani kontrak yang dilakukan untuk setiap tahun.
16
b. Proses penyelenggaraan Dalam pembinaan prestasi, setiap pengelola PPLP mempunyai kewajiban untuk melaksanakan proses pembinaan yang sistematis dan berkelanjutan baik secara teknis maupun non teknis. Adapun aktivitas dan prosedur pembinaan PPLP adalah sebagai berikut : 1) Penyusunan program latihan Pelatih diwajibkan menyusun program latihan tahunan dan dijabarkan pada program latihan mingguan dan harian. Program latihan tahunan disusun berdasarkan kalender kompetisi yang ada di induk organisasi cabang olahraganya masing- masing. Disarankan untuk puncak prestasi setiap tahun ditempatkan pada kejuaraan nasional junior dan atau kejuaraan
nasional
antar
PPLPD/POPDA-PORWIL
atau
POPNAS.
Sedangkan kejuaraan yang lain ditempatkan sebagai sasaran antara try-out. 2) Tes dan monitoring Tes sebagai control kemajuan latihan dan kondisi kesehatan pelajar harus dilaksanakan secara periodik. Tes control latihan yang meliputi tes fisik dan teknik dilaksanakan sesuai dengan cabang olahraga masing-masing dengan konsultasi pengurus provinsi atau PB/PP cabang olahraga yang bersangkutan. Sedangkan tes kesehatan dilakukan bersama dengan pelaksana urusan kesehatan untuk mendapatkan masukan mengenai status kesehatan pelajar. Monitoring dilakukan oleh asisten Deputi Bidang Pembibitan, Deputi Bidang IPTEK dan prestasi olahraga kementerian negara pemuda dan olahraga. Selama monitoring petugas monitoring akan menanyakan berbagai kegiatan teknis seperti, pengecekan program dan pelaksanaan latihan, catatan hasil latihan, dan sebagainya. 3) Kompetisi dan try-out Setiap PPLP wajib untuk mengikuti kompetisi minimal dua kali pertahunan. Satu kompetisi minimal dua kali pertahunan. Satu kompetisi yang bersifat latihan (try-out) dan satu kompetisi yang merupakan puncak prestasi sebagai sarana evaluasi perkembangan prestasi pada tahun tersebut 4) Administrasi latihan
17
Pelatih dan atlet wajib mencatat hasil latihan dalam buku catatan latihan (administrasi latihan) yang meliputi : biodata pelajar, program latihan tahunan, program latihan mingguan dan harian, hasil latihan harian, hasil tes monitoring dan kompetisi, grafik perkembangan prestasi pelajar. c. Promosi/Degradasi Hasil evaluasi akan menentukan apakah berbagai faktor kegiatan dalam PPLP dapat diteruskan atau dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi atau harus dilakukan sebuah jaringan yang lebih tinggi atau harus dilakukan sebuah peringatan dan koreksi atau bahkan terjadi degradasi pada unsure-unsur PPLP, unsur-unsur tersebut meliputi : 1) Pelajar Promosi ditandai dengan diberikannya rekomendasi dari dinas pendidikan/dinas pemuda olahraga/bapora untuk mendapatkan pembinaan lebih lanjut di jenjang yang lebih tinggi yaitu di pplpm/perguruan tinggi atau di BP/PP cabang olahraga yang bersangkutan. Degradasi ditandai dengan pemulangan/dikeluarkan pelajar bila hasil evaluasi menunjukkan : a) Pelajar telah menyelesaikan studinya di sekolah menengah sehingga harus keluar dari PPLP secara otomatis b) Pelajar pada periode tertentu tidak menunjukkan perkembangan prestasi, atau terjadi penurunan prestasi c) Pelajar tidak mampu mengikuti proses pembelajaran di sekolah d) Pelajar tidak dapat mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pengelola PPLP (indisipliner) 2) Pelatih Pelatih dapat direkomendasikan untuk layak dipertahankan bila hasil evaluasi menunjukkan kinerja yang baik dengan meningkatnya prestasi atlet. Pelatih dapat direkomendasikan untuk diberhentikan bila hasil evaluasi menunjukkan : a) Tidak mampu menjalankan tugasnya secara konsisten b) Tidak mampu meningkatkan prestasi atlet yang ditangani dalam kurun waktu tertentu
18
c) Tidak dapat mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pengelola PPLP (indisipliner) 3) Pengelolaan pplp Pengelolaan cabang olahraga dalam PPLP, dapat direkomendasikan untuk dilanjutkan atau diganti dengan cabang olahraga yang lain melalui proses evaluasi. Cabang olahraga dapat dilanjutkan bila menunjukkan perkembangan prestasi. Cabang olahraga dapat direkomendasikan untuk diganti bila tidak menunjukkan perkembangan prestasi. Hasil evaluasi dapat juga merekomendasikan pengelolaan PPLP disuatu daerah tidak dapat dilanjutkan.
Ikatan Sport Sepeda Indonesia ISSI baru didirikan tepat pada hari peringatan Kebangkitan Nasional yaitu 20 Mei 1956 di Semarang. Sebelum itu di tahun 1951, beberapa daerah sudah membentuk perkumpulan-perkumpulan Balap Sepeda, seperti 1) ISSS : Ikatan Sport Sepeda Semarang 2) PBSD : Persatuan Balap Sepeda Djakarta 3) ISSJ : Ikatan Sport Sepeda Jogjakarta 4) IPSS : Ikatan Pembalap Sepeda Solo 5) PSBS : Perkumpulan Sepeda Balap Surabaya 6) PBMS : Perkumpulan Balap Sepeda Medan dan Sekitarnya 7) Super Jet : Perkumpulan Balap Sepeda dari Bandung 8) PSBM : Perkumpulan Sepeda Balap Manado.
19
Gambar 1.1 Logo ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia) Jawa Tengah yang sejak semula memang menjadi pusat kegiatan olahraga Balap Sepeda di tanah air, terutama di kota Semarang dengan Ikatan Sport Sepeda Indonesia. Hal ini bertitik tolak atas keinginan untuk mempersatukan perkumpulan yang ada di seluruh Indonesia, agar pembinaan Balap Sepeda secara nasional dapat lebih mudah dilakukan. gerakan ini didahului dengan lahirnya ROSBADT( Rombongan Sepeda Balap Djawa Tengah). Impian dan harapan mereka menjadi kenyataan, ketika menjelang bulan mei 1956 di kota Semarang terbentuklah Panitia Penyelenggara Kongres dan Kejuaraan Nasional yang pertama kali. Kegiatan ini mendapat dukungan dai pejabat, baik di kalangan sipil maupun di kalangan militer, yang sanggup berperan serta dalam Kongres maupun kejurnas ISSI. Pada tanggal 20 Mei 1956, selama empat hari penuh diadakan sidang yang dihadiri oleh organisasi-organisasi Balap Sepeda dari Semarang, Jakarta, Solo, Surabaya, Bandung, Medan dan Manado yang menetapkan Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) merupakan organisasi pusat dari seluruh perkumpulan Balap Sepeda di Indonesia, yang berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta Amatirisme. Tercatat dalam data, sebagai Ketua Umum PB. ISSI adalah sebagai berikut : 1) S. Soeroso, Ketua Umum 1 dan pendiri PB. ISSI dari tahun 1956 – 1969.
20
2) Periode I – 1956 – 1958 – Letkol S Soeroso. 3) Periode II – 1958 – 1960 – Letkol S Soeroso. 4) Periode III – 1960 – 1963 – Letkol S Soeroso. 5) Periode IV – 1963 – 1967 – Letkol S Soeroso. 6) Periode V – 1967 – 1969 – Letkol S Soeroso. 7) Periode VI – 1969 – 1971 – Komodor (L) R. Soehardjo. 8) Periode VII – 1971 – 1973 – Brig Jend (Purn) Drs. Gatot Suwagio. 9) Periode VIII – 1973 – 1977 – Brig Jend (Purn) Drs. Gatot Suwagio. 10) Periode IX – 1978 – 1982 – Brig Jend (Purn) Drs. Gatot Suwagio. 11) Periode X – 1983 – 1987 – Harry Sapto. 12) Periode XI – 1987 – 1991 – Harry Sapto. 13) Periode XII – 1991 – 1996 – Harry Sapto. 14) Periode XIII – 1996 – 2003 – Harry Sapto. 15) Periode XIV – 2003 – 2007 – Harry Sapto. 16) Periode XV – 2008 – 2012 – Phanny Tanjung.
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan diatas, maka penulis ingin mengetahui keadaan PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah. Hal tersebut dapat di ketahui melalui pengkajian dari berbagai masalah, baik keberadaan organisasi, program latihan yang dilaksanakan, pelatih dan atlet serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti mengambil judul “MANAJEMEN PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) BALAP SEPEDA JAWA TENGAH DALAM PENCAPAIAN PRESTASI ATLET DAN PELATIH (Studi Tentang Manajemen Keberhasilan PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah dalam Mencapai Prestasi di Tingkat Nasional)”
21
B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur organisasi PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah? 2. Bagaimana sistem manajemen rekrutmen PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah? 3. Bagaimana manajemen sarana dan prasarana PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah? 4. Bagaimana manajemen pendanaan PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah? 5. Bagaimana manajemen pelaksanaan latihan Atlet PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah?
C. Tujuan Dengan perumusan masalah di atas maka dapat di peroleh satu tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui : 1. Mendiskripsikan struktur organisasi PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah 2. Mendiskripsikan sistem manajemen rekrutmen PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah 3. Mendiskripsikan manajemen sarana dan prasarana PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah 4. Mendiskripsikan manajemen pendanaan PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah 5. Mendiskripsikan manajemen pelaksanaan latihan Atlet PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah
22
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya tentang PPLP Balap Sepeda Surakarta. b. Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan kepada pembaca supaya dapat di gunakan sebagai tambahan bacaan dan sumber data dalam bidang olahraga Balap Sepeda. c. Bagi Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Balap Sepeda Jawa Tengah dapat sebagai bahan evaluasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas prestasi atletnya. 2. Manfaat Praktis a. Memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Magister Ilmu Keolahragaan Program Studi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk memberikan bahan masukan dan sumbangan kepada pihak terkait dalam meningkatkan prestasi PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah. c. Sebagai referensi bagipemecahan permasalahan yang relevan dengan penelitian ini.