1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dan pasar bebas, perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat, perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, unggul serta kompetitif di semua sektor termasuk sektor jasa. Sumber daya manusia (tenaga kerja) yang unggul, harus mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Tuntutan kerja yang semakin tinggi, perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya dimulai dari dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan landasan utama dalam mempersiapkan peserta didik dengan standar sumber daya manusia yang berkualitas. Dunia pendidikan harus dapat menjawab tantangan tersebut dengan menghasilkan lulusan yang profesional dan siap pakai di dunia kerja. Untuk mendidik warga Negara menjadi tenaga kerja yang terampil salah satunya adalah Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Karena pernyataan
tersebut sesuai dengan misi dan tujuan SMK yang tercantum dalam PP No. 29 Tahun 1990 yaitu; 1) menyiapkan
siswa
untuk
memasuki
lapangan
kerja serta mengembangkan sikap professional; 2) menyiapkan siswa agar mampu memiliki karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri; 3) menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha atau dunia industri pada saat sekarang atau masa yang akan datang; 4) menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif. Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusan untuk menguasasi ilmu pengetahuan dan kompetensi sesuai paket keahliannya. Lulusan SMK tidak cukup hanya menguasai hard skills saja, namun harus juga menguasai soft skills sebagai penguat hard skills agar lebih mampu bekerja produktif dan berkualitas.
2 Sebagaimana dikemukakan oleh Dr. K.R. Vijaya (2013) dalam jurnal internasionalnya yang berjudul “Teaching Soft Skills to Technical Professional Technology Versus Practical Intelligence”. menyatakan “Soft skills lebih diandalkan dalam dunia kerja”. Memiliki kompetensi hard skills yang
tinggi
tetapi tidak disertai dengan soft skills yang baik, akan menghasilkan sumber daya manusia dengan keterampilan kurang maksimal. Hal di atas juga didukung Journal of Businnes and Management Tomorrow dengan judul A Content Analysis of the Advertisement of Indian B-Schools to Identify the Major Focus Areas, with Specific Reference to Soft Skills Assessment and Development oleh Chandra Vadhana R. and Zakkariya K.A. pada tahun 2012 disampaikan bahwa organisasi sekarang percaya bahwa soft skills adalah yang paling penting bagi seorang tenaga kerja/calon tenaga kerja. Hal ini bukan berarti hard skills tidak dibutuhkan, tetapi keduanya harus berjalan bersamaan. Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental, dan pengalaman sehingga mampu melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kesiapan kerja tergantung pada tingkat kemasakan pengalaman serta kondisi mental dan emosi yang meliputi kemauan untuk bekerja sama
dengan
orang lain, bersikap kritis, kesediaan
menerima
tanggung jawab, ambisi untuk maju serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Kesiapan kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan, tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil maksimal, dengan target yang telah ditentukan (Herminarto Sofyan, 1993), sehingga kesiapan kerja sama dengan kemampuan atau kompetensi (Suharsimi, 1983). Lebih lanjut dikatakan bahwa kesiapan kerja menyangkut tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Kesiapan kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor –faktor yang berasal dari dalam diri siwa meliputi kematangan, tekanan kreativitas, minat, bakat, integensi, kemandirian, penguasan ilmu, pengetahuan dan motivasi. Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang
berasal
dari
luar
meliputi
peran
3 masyarakat, keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja dan pengalaman kerja. Kesiapan kerja dipengaruhi salah satunya adalah soft skills. Hal ini dibuktikan dari penelitian-penelitian yang mengungkapkan bahwa soft skills berpengaruh terhadap kesiapan kerja. Hanya saja antara penelitian-penelitian tersebut menggunakan metodologi yang berbeda. Metodologi deskriptif kualitatif (Marwanti, 2000), metodologi deskriptif kuantitatif ( Riska Afriani, Rediana Setiyani, 2015). Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran praktik yang diampu oleh salah satu guru Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Purwodadi terdapat beberapa permasalahan, yakni: 1) Sebagian besar peserta didik belum memiliki kemauan untuk berbuat yang terbaik dan terstandar ataupun mengutamakan kesempurnaan. Peserta didik cenderung sekedar untuk memenuhi tugas saja;. 2) Kurang memiliki kebiasaan kerja yang sistematis, terkoodinir secara baik yang mencerminkan kerja yang efisien dan efektif; 3) Kurangnya kemandirian kerja, ada kecenderungan ketergantungan pada teman dan pendidik sehingga sering terjadi kesalahan proses ataupun produk; 4) Kurangnya inisiatif ataupun ide-ide kreatif bila menemui permasalahan dalam proses atau produk, sehingga hasilnya kurang maksimal. Permasalahan tersebut dikarenakan pola pembelajaran selama ini lebih menekankan pada penguasaan hard skills dan kurang memberi porsi pada upaya untuk menumbuhkembangkan soft skills agar berdampingan dengan hard skills, diperlukan
model
pengembangan
soft
skills
yang
terintegrasi
melalui
pembelajaran praktik yang memungkinkan peserta didik memiliki kompetensi soft skills lebih baik dan lebih bermakna bagi peningkatan profesionalitasnya. Harapannya, pembelajaran yang dilakukan akan memberi warna pada karakter pekerja Paket Keahlian Administrasi Perkantoran yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Purwodadi sebagai sekolah yang diunggulkan oleh masyarakat Kabupaten Grobogan tetapi lulusannya belum bisa diterima di dunia kerja sesuai dengan keahliannya. Pernyataan di atas didukung
4 oleh data dari Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK N 1 Purwodadi tahun 2014/2015 menyebutkan bahwa lulusan SMK N 1 Purwodadi sudah banyak tertampung di dunia kerja (bekerja) sebesar 60% dari total 399 peserta didik. Sedangkan untuk lulusan Paket Keahlian Administrasi Perkantoran sebesar 58% dari total 110 peserta didik. Kesemuanya bekerja tidak sesuai dengan paket keahliannya. (BKK SMK N 1 Purwodadi, 2015). Salah satu penyebabnya adalah lulusan SMK belum memiliki kesiapan kerja dalam hal ini kesiapan kerja aspek soft skills. Pengembangan soft skills bagi peserta didik agar mempunyai hasil yang baik tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja, tetapi juga dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran praktik (di laboratorium), sehingga nantinya akan terwujud keseimbangan antara hard skills dan soft skills. Pemilihan ini didasarkan bahwa pembelajaran praktik berfungsi membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi kerja yang terstandar. Pembelajaran praktik menekankan penguasaan kompetensi yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Pembelajaran praktik juga mampu menumbuhkan jati diri keprofesionalan lulusan. Pembelajaran ini diselenggarakan dalam bentuk praktik dengan alasan bahwa pengembangan soft skills lebih efektif ketika dirancang dalam situasi yang mendekati dunia kerja. Pengintegrasian soft skills ke dalam pembelajaran praktik, nantinya akan mengalami perubahan model pembelajaran yakni berpusat pada peserta didik (Student Center Learning), dari proses yang demikian akan timbul paling tidak proses berinteraksi dalam pembelajaran seperti ini pendidik bertindak sebagai fasilitator dan bukan pemberi ilmu. Pengembangan soft skills peserta didik SMK dalam
pembelajaran
praktik
ini
dilaksanakan
dengan
asumsi
bahwa
pengembangan soft skills melalui partisipasi aktif peserta didik dengan mengalami setelah mengetahui dan mamahami tujuan dari aktivitas belajarnya. Pengembangan soft skills peserta didik memerlukan intensitas yang tinggi dan pembelajaran praktik
memiliki persentase paling banyak dalam sistem
pendidikan kejuruan di SMK. Hal tersebut akan dinilai lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya karena dapat dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, mulai dari tingkat X sampai dengan tingkat XII untuk pencapaian kompetensinya. Pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik
5 sangat tergantung dari persepsi pendidik mengenai soft skills itu sendiri, tanpa persepsi mengenai soft skills yang baik, seorang pendidik tidak akan mengerti arti pentingnya soft skills bagi peserta didik, sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan soft skills yang mengakibatkan pengembangan soft skills dalam kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, bahkan pengembangan soft skills bagi peserta didik akan diabaikan. Soft skills merupakan bagian keterampilan seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan soft skills lebih mengarah kepada keterampilan psikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku jujur, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan lainnya. Berdasarkan realita di atas, maka dapat dikatakan bahwa pemberian pembelajaran soft skills khususnya di SMK Negeri 1 Purwodadi Paket Keahlian Administrasi Perkantoran kurang mendapat perhatian. Pembelajaran soft skills sudah sepantasnya menjadi perhatian khusus dan menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat peserta didik dalam mengembangkan soft skills yang dimilikinya, merupakan tanggung jawab pendidik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tentunya memiliki kecakapan soft skills yang baik. Pendidik sedapat mungkin memberikan
muatan-muatan
soft skills dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk dikaji lebih lanjut dengan judul Pembelajaran
“ Model Pengembangan Soft Skills
dalam
Praktik untuk Kesiapan Kerja Peserta Didik SMK
Paket Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Purwodadi”. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK Paket Keahlian Administrasi Perkantoran?
6 2. Bagaimanakah efektivitas model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK Paket Keahlian Administrasi Perkantoran? C. Tujuan Pengembangan Tujuan pengembangan ini untuk mengembangkan soft skills dalam pembelajaran praktik sehingga dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK Negeri 1 Purwodadi kelas XII. Rincian tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Menemukan model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK Paket Keahlian Administrasi Perkantoran. 2. Mengukur efektivitas model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK Paket Keahlian Administrasi Perkantoran. D. Pentingnya Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tidak hanya mengacu pada pengembangan kognitif peserta didik, namun juga mengacu pada pembentukan sikap peserta didik, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran yang digunakan sesuai kurikulum ini juga hendaknya dilaksanakan secara kreatif. Untuk pembelajaran praktik diharapkan memungkinkan terbentuknya integrasi antara pembekalan sikap dan keterampilan baik berupa hard skills maupun soft skills. Sebagai jembatan untuk menstimulus pemunculan soft skills pada peserta didik adalah melalui pendekatan scientific. Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat serta dengan Sang Pencipta. (Elfindri 2010). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah kebanyakan hasil pembelajaran berupa tes hanya mengukur hard skills peserta didik, sehingga kurang mendorong pada pemunculan soft skills peserta didik. Peserta didik membutuhkan suatu model pengembangan soft skills pada pembelajaran praktik.
7 E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Model pengembangan soft skills peserta didik SMK agar siap menjadi tenaga kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik berwujud panduan model pengembangan soft skills yang terintegrasi dalam pembelajaran praktik. F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Asumsi dalam pengembangan merupakan landasan dasar untuk menentukan karakteristik produk yang dihasilkan dan pembenaran pemilihan model serta prosedur pengembangannya. Model pengembangan soft skills pada pembelajaran praktik ini mengacu pada asumsi bahwa model pengembangan soft skills sebagai upaya untuk menumbuhkan kompetensi soft skills sehingga meningkatkan kesiapan kerja peserta didik. 2. Keterbatasan Pengembangan Keterbatasan dan lingkup penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: a) Model
pengembangan
yang
akan
dikembangkan
terbatas
pada
pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik Paket Keahlian Administrasi Perkantoran. b) Penggunaan model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik terbatas untuk mengukur soft skills peserta didik. c) Model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik ini mengacu pada penelitian pengembangan Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2014:409), dikurangi pada dua tahap terakhir karena disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan dalam penelitian ini. d) Pengembangan ini hanya pada lingkup SMK Negeri 1 Purwodadi yang dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik, maka hasilnya tidak dapat memenuhi kebutuhan di luar SMK Negeri 1 Purwodadi.
8 e) Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian hanya sesuai untuk penelitian ini saja. G. Definisi Istilah Definisi istilah dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara penulis dan pembaca terkait dengan istilah yang ada dalam penelitian. Definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Model merupakan pola atau kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik.
3.
Worksheet adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
4.
Soft skill adalah karakter yang melekat pada diri seseorang dalam malakukan suatu pekerjaan tertentu yang meliputi: a) Intrapersonal skills: kepercayaan diri, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, daya juang/ulet. b) Interpersonal skills: kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, memiliki daya saing, kepemimpinan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.
5.
Pengembangan soft skill dalam pembelajaran praktik yaitu proses penyatuan ranah kognisi, ranah sikap dan ranah tindakan/keterampilan secara seimbang dan saling mendukung.
6.
Kesiapan kerja didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang telah memiliki kematangan dalam hal kondisi fisik, psikologis, keterampilan dan pengetahuan sebagai akibat dari pengalaman yang diperoleh selama jangka waktu tertentu sehingga mampu melakukan suatu pekerjaan.
9