BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Pendidikan sebagai usaha sadar, terencana, sistematis, dan kreatif untuk mengembangkan potensi diri, pengendalian diri, kecerdasan, dan keterampilan untuk membuat peserta didik berguna di masyarakat dengan menciptakan pribadi berkualitas dan memiliki karakter. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif dan memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.” Pendidikan dapat diperoleh dari rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Pendidikan yang diperoleh seseorang pertama yaitu pendidikan keluarga yang berasal dari orang tua sebagai pendidikan dasar. Setelah anak tumbuh dan berkembang, pembelajaran diberikan melalui jenjang sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Pendidikan sebagai suatu proses seseorang untuk memperoleh pengetahuan lebih baik sehingga melalui pendidikan dapat membuat kita terlatih sebagai manusia untuk berpikir, menganalisa, serta memutuskan segala permasalahan berdasarkan cara berpikir dan pengetahuan yang luas. PISA merupakan suatu pusat studi internasional untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD). Hasil test yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta pada bidang literasi sains. Sedangkan hasil test yang dilakukan TIMSS
1
2
(Trends Internasional in Mathematics and Science Study) menunjukkan bahwa siswa Indonesia menduduki urutan ke-34 dari 45 negara peserta, sehingga pendidikan di Indonesia masih dikategorikan kurang memuaskan. Lebih lanjut berdasarkan data dari hasil Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa presentase daya serap pada materi listrik dinamis tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional masih rendah, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Persentase Penguasaan Materi dan Soal Fisika Ujian Nasional SMA/MA Kota Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No. Kemampuan yang diujikan Urut 1. Besaran, satuan, dan vektor 2. Dinamika dan perubahan energi 3. Fluida statik dan fluida dlinamik 4. Kinematika 5. Suhu, kalor, dan hukum termodinamika 6. Gelombang, bunyi, dan cahaya 7. Kemagnetan dan elektromagnetik 8. Listrik statik dan listrik dinamis 9. Fisika modern (Sumber: PAMER Tahun Pelajaran 2013/2014)
Kota/Kab. % 69,70 57,84 52,77 62,68 62,37 66,65 52,81 48,66 63,24
Prop % 65,84 53,14 47,66 57,49 55,59 61,89 47,88 40,93 59,39
Nas % 72,63 64,13 61,68 66,54 68,76 70,81 53,76 54,80 62,81
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa presentase daya serap siswa SMA/MA untuk materi listrik statis dan listrik dinamis di Kota Yogyakarta menunjukkan nilai yang paling rendah dibandingkan dengan penguasaan materi lain yaitu 48.66%. Daya serap untuk materi listrik statis dan dinamis ditingkat provinsi paling rendah dibandingkan dengan penguasaan materi lain yaitu 40.93%, dan di tingkat nasional 54.80% diatas satu tingkat dari materi kemagnetan dan elektromagnetik. Selain rendahnya prestasi belajar, masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan yaitu masalah proses pembelajaran yang belum disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksakan untuk mengingat dan menyimpan berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya, akibatnya setelah lulus mereka telah lupa dengan yang dipelajari. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks dari
3
interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. (Dimyati & Mudjiono, 2006: 10-11). Siswa memerlukan kebermaknaan dalam proses memahami struktur materi yang dipelajari melalui identifikasi konsep-konsep daripada sekedar menerima penjelasan dari guru. Komponen yang mendukung dalam tercapainya pembelajaran antara lain berasal dari sejauh mana guru dapat memilih dengan tepat bahan ajar dan metode pembelajaran. Guru dituntut mampu memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan sebagai langkah
mencapai
kebermaknaan
konsep
serta
guru
harus
mampu
mengembangkan dan menggali kemampuan berpikir kritis siswa pada saat pembelajaran, agar siswa terlatih untuk berpikir tingkat tinggi. Amri & Ahmadi (2010: 89) mengemukakan bahwa dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Jacqueline dan Martin Brooks dalam Santrock (2008: 12) menyesalkan karena hanya sedikit sekolah yang benar-benar mengajarkan murid untuk berpikir secara kritis. Sekolah-sekolah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membuat murid memberikan jawaban tunggal yang benar dalam cara imitatif daripada mendorong murid untuk mengembangkan pemikirannya, dengan memberikan ide-ide baru dan memikirkan kembali kesimpulan awal. Mereka percaya bahwa terlalu sering guru meminta murid untuk mengulangi, mendefinisikan, mendeskripsikan, menyatakan, dan menuliskan daripada untuk menganalisis, menyimpulkan, menghubungkan, mengumpulkan, mengkritik, menciptakan, mengevaluasi, berpikir, dan berpikir ulang. Hasil observasi di SMA PIRI 1 menunjukkan pembelajaran fisika belum dilaksanakan secara maksimal. Guru belum menerapkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ditemukannya keterbatasan seperti bahan ajar yang belum sesuai dengan siswa.
4
Siswa belum semuanya memiliki bahan ajar karena keterbatasan sekolah dalam penyediaan bahan ajar. Siswa belum memiliki bahan ajar yang berorientasi pada inkuiri terbimbing. Siswa masih kurang termotivasi dalam mengerjakan latihan soal. Selain itu, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah belum digunakan secara maksimal yang disebabkan oleh perawatan dan keterbatasan waktu mata pelajaran. Prastowo (2014: 17) mengemukakan bahwa hal lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu adanya bahan ajar yang inovatif, karena bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa. Bahan ajar juga digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya. Melalui modul inkuiri terbimbing yang digunakan dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk mampu mengkaitkan informasi pendukung dengan konsep sehingga siswa mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam fenomena terkait. Sugiyanto (2013) mengemukakan bahwa perlu adanya penyusunan modul berbasis inkuiri menggunakan kalimat yang mampu membuat siswa aktif dalam proses penemuan konsep pada saat pembelajaran. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian White (1999) yang menyimpulkan bahwa dengan inkuiri pembelajaran dapat menjadi efektif karena siswa terlibat secara langsung dalam penemuan suatu konsep. Berdasarkan permasalah-permasalahan yang telah diuraikan, penulis mengadakan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dengan harapan beberapa permasalahan dapat diminimalisir. Penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Modul Fisika SMA kelas X Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, diharapkan mampu menjadi bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa. Adapun pengambilan materi listrik dinamis yang terdapat pada kelas X oleh peneliti dianggap tepat karena merupakan materi dengan tingkat
5
penguasaan materi siswa dalam kategori rendah yang dibuktikan pada Tabel 1.1. Materi listrik dinamis sangat erat hubungannya dengan konsep-konsep materi yang akan dipelajari siswa pada materi berikutnya seperti materi listrik statis (elektrostatistika) dan rangkaian arus bolak-balik di kelas XII, sehingga dapat menjadi dasar yang kuat untuk pembelajaran materi lanjutan. Selain itu materi ini sangat aplikatif penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing akan membentuk karakter siswa yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih permanen, karena siswa dilatih untuk menemukan permasalahan dengan mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan sehingga belajar akan bermakna. Siswa diharap mampu menemukan permasalahan dan mencari jawaban
dari
permasalahan
yang
ditemuinya
sehingga
siswa
mampu
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Penulis menggambil ukuran peningkatan berpikir kritis karena dengan penerapan orientasi inkuiri, siswa dapat meningkatkan kemampuan intelektual sebagai tujuan pembelajaran dari penerapan pembelajaran inkuiri.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik penyusunan modul fisika SMA/MA kelas X berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis? 2. Apakah modul fisika SMA/MA kelas X berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa layak diterapkan dalam pembelajaran? 3. Apakah modul fisika SMA/MA kelas X berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?
6
C. Tujuan Pengembangan Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk: 1. Mengetahui karakteristik penyusunan modul fisika SMA/MA kelas X berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa 2. Mengetahui kelayakan modul fisika SMA/MA kelas X berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa 3. Mengetahui efektivitas modul fisika SMA/MA kelas X berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
D. Manfaat Penelitian Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti, khususnya: 1. Bagi siswa: a. Memberikan kemudahan dalam belajar secara aktif dan mandiri b. Mampu meningkatkan keingintahuan siswa terhadap materi listrik dinamis c. Melatih kemampuan menalar atau berpikir kritis sebagai bagian dari proses mental. d. Meningkatkan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran untuk mencari dan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran. 2. Bagi Guru: a. Guru
dituntut
untuk
lebih
kreatif
dalam
memilih
pendekatan
pembelajaran. b. Guru lebih termotivasi untuk dapat mengatur interaksi dengan siswa. c. Meningkatkan kekritisan guru dalam perannya sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
7
3. Bagi Sekolah a. Sebagai acuan kebijakan dalam penyediaan bahan ajar fisika berupa modul sesuai dengan kurikulum, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. b. Sebagai bahan pengembangan kurikulum pembelajaran Fisika di SMA/MA 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai acuan atau masukan bagi pengembang modul sejenis dengan skala lebih luas.
E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk berupa modul Fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA/MA kelas X. Hasil dari pengembangan ini memiliki spesifikasi produk sebagai berikut: 1. Modul fisika berbentuk bahan ajar cetak. 2. Modul berbasis inkuiri dengan materi listrik dinamis dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Modul fisika yang memuat materi listrik dinamis yang mengacu pada Silabus, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar fisika SMA/MA. 4. Modul yang dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa 5. Komponen modul fisika berbasis inkuiri terbimbing meliputi; cover, halaman sampul, halaman franchise, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, pendahuluan (berisikan latar belakang, kompetensi yang digunakan, indikator
pembelajaran,
peta
konsep,
karakteristik
modul,
petunjuk
penggunaan modul, peta isi modul), kegiatan siswa I, II, III (terdiri dari judul, SK dan KD, gambar terkait sub materi, kegiatan yang merujuk pada inkuiri, kegiatan berupa pengumpulan data percobaan, uraian materi, contoh soal, ringkasan, latihan soal), dan penutup (terdiri dari uji kompetensi, kunci jawaban, daftar pustaka dan glosarium).
8
6. Modul fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk siswa SMA/MA kelas X semester genap disusun sesuai dengan komponen kelayakan materi, kelayakan media, dan kelayakan bahasa. 7. Modul fisika berbasis inkuiri terbimbing dilengkapi dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan silabus berbasis inkuiri terbimbing.
F. Asumsi dan Keterbatasan 1. Asumsi pengembangan ini yaitu: a. Ahli materi adalah Ahli yang memiliki pengetahuan di bidang fisika pada materi listrik dinamis. b. Ahli media adalah Ahli yang memahami kriteria modul yang baik. c. Ahli bahasa adalah ahli yang memiliki kemampuan dalam bidang bahasa meliputi ejaan, penggunaan kata, struktur kalimat, dan penulisan modul. d. Dalam penerapan modul untuk uji efektivitas, guru memahami model inkuiri 2. Keterbatasan pengembangan antara lain sebagai berikut: a. Modul berbasis inkuiri ini memuat informasi tentang materi pada KD 5.1, 5.2 dan 5.3 serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. b. Modul berbasis inkuiri hasil pengembangan ini diujicobakan pada peserta didik kelas X semester 2. c. Modul berbasis inkuiri ini digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis siswa SMA/MA kelas X semester 2.
G. Definisi Istilah Beberapa istilah dalam penelitian pengembangan antara lain: 1.
Penelitian
pengembangan
adalah
penelitian
yang
digunakan
untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. 2.
Modul adalah bahan ajar cetak yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan secara mandiri oleh siswa.
9
3.
Modul berbasis inkuiri terbimbing adalah modul yang mendorong atau memberi stimulus kepada siswa untuk belajar dengan proses inkuiri atau menemukan
4.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
5.
Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.