BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang ditandai dengan perubahan perilaku seseorang yang dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses perubahan perilaku individu dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan segala sesuatu yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar individu. Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu contoh faktor eksternal yang dalam pelaksanaanya terdiri dari banyak komponen. Salah satu komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas adalah bahasa pengantar. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Pemerintah menerapkan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran di Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing peserta didik. Program imersi adalah salah satu inovasi program pendidikan yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Kelas imersi menggunakan bahasa Inggris pada semua mata pelajaran, kecuali pada mata pelajaran bahasa. Tujuan penyelenggaraan kelas imersi adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing sehingga dapat menghadapi persaingan di dunia internasional. Kemampuan
yang
perlu
diperhatikan
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran pada kelas imersi meliputi kemampuan menulis, berbicara, mendengarkan, dan perbendaharaan kata dalam bahasa asing. Siswa imersi membutuhkan waktu untuk dapat menguasai kemampuan bahasa asing agar dapat digunakan secara efektif. Siswa yang belum menguasai kemampuan tersebut dapat mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
1
2
Aktivitas belajar merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, sehingga berperan terhadap perubahan perilaku siswa. Aktivitas belajar terdiri dari visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. Aktivitas belajar dapat berupa interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Aktivitas belajar yang rendah dapat menghambat proses perubahan perilaku siswa, sedangkan aktivitas belajar yang tinggi dapat membantu proses pencapaian perubahan perilaku siswa Bahasa pengantar merupakan sarana interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses pembelajaran dapat terwujud melalui suatu aktivitas belajar di dalam kelas, sehingga bahasa pengantar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahasa pengantar juga ikut berperan terhadap pemerolehan hasil belajar siswa. SMA Negeri 4 Surakarta merupakan salah satu sekolah penyelenggara kelas imersi di Jawa Tengah. Dinas P&K Propinsi Jateng menyelenggarakan kelas imersi yang dalam penyelenggaraannya memerlukan persyaratan tertentu. Syarat yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan program imersi antara lain dari rancangan kelas. Rancangan kelas pada program imersi maksimal berisi 25 siswa sehingga guru dan siswa mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi. Fasilitas kelas imersi harus memenuhi standar minimal fasilitas kelas reguler dan didukung fasilitas pendukung lain. Berdasarkan observasi pada program imersi di kelas X, terdapat 3 kelas imersi dengan jumlah siswa setiap kelas 20 orang. Siswa yang ingin belajar di kelas imersi harus melalui beberapa tahap seleksi. Siswa harus melalui tes tertulis berupa tes kemampuan bahasa Inggris, tes matematika, tes kemampuan IPA, dan wawancara. Sekolah penyelenggara program imersi harus mempunyai guru-guru yang berkompeten dalam berbahasa Inggris sehingga berhak mengajar di kelas imersi.
3
Dinas P & K Jawa Tengah memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Inggris. Pelatihan ini diberikan oleh dosen-dosen UNNES selama 1 tahun. Pelatihan dimaksudkan agar guru dapat mengajar kelas imersi dengan baik. Program imersi di SMA Negeri 4 Surakarta mempunyai kurikulum yang sama dengan kurikulum program reguler, tetapi menggunakan bahasa pengantar yang berbeda. Sekolah penyelenggara program kelas imersi juga harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Ruang kelas imersi di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kelas imersi mempunyai locker bag sebagai tempat menyimpan tas dan barang-barang siswa, sehingga proses belajar siswa lebih nyaman. Kelas imersi juga telah dilengkapi komputer dan LCD serta layar untuk menangkap slide yang akan ditayangkan. Melalui uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa
sekolah yang
menyelenggarakan kelas imersi harus memiliki kemampuan pendanaan yang lebih, baik pendanaan mandiri ataupun dari pemerintah. Pendanaan dalam penyelenggaraan kelas imersi di SMA Negeri 4 Surakarta ini berasal dari pemerintah propinsi dan dari sumbangan wali murid. Administrasi antara program imersi dan program reguler berbeda, tetapi mempunyai bagian pengelolaan yang sama. Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas, ingin diketahui implikasi dari penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas imersi ditinjau dari keaktifan belajar siswa. Maka dapat dirumuskan judul penelitian yang dikhususkan pada mata pelajaran biologi sebagai berikut: “HASIL
BELAJAR
BIOLOGI
DITINJAU
DARI
BAHASA
PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA”.
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1.
Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran dapat menyebabkan siswa sulit menerima pelajaran karena perlu penyesuaian diri terhadap perubahan bahasa pengantar tersebut.
2.
Siswa terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas.
3.
Aktivitas belajar merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
4.
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkannya.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan dipahami maka perlu dibatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X program imersi semester II SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. 2.
Obyek Penelitian a. Bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi dibatasi pada penggunaaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. b. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental, motor, menggambar dan emosional. c. Hasil belajar biologi pada materi ekosistem mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
5
D. Perumusan Masalah Berdasarkan
identifikasi
dan
pembatasan
masalah
yang
telah
dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta tarhadap hasil belajar siswa? 2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta? 3. Apakah ada interaksi antara bahasa pengatar dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi terhadap hasil belajar siswa kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta. 2. Pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta. 3. Adanya interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi kelas X imersi SMA Negeri 4 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Siswa a. Siswa dapat mengetahui pengaruh penggunaan bahasa pengantar dan aktivitas belajar terhadap hasil belajarnya. b. Siswa imersi dapat meningkatkan penguasaan bahasa asing dan aktivitas belajarnya untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. 2. Bagi Guru a. Memberikan masukan kepada guru imersi mengenai peranan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa. b. Memberikan masukan kepada guru mengenai pentingnya aktivitas belajar dalam proses pembelajaran.
6
c. Hasil penelitian dapat digunakan guru untuk memperbaiki hasil belajar siswa imersi terkait dengan bahasa pengantar dan aktivitas belajar di dalam kelas. 3. Bagi instansi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk meninjau pelaksanaan program imersi yang telah diterapkan di SMA Negeri 4 Surakarta. 4. Bagi Peneliti Dapat dijadikan bahan kajian penelitian sejenis tentang hasil belajar biologi kelas imersi ditinjau dari variabel lain.
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bahasa Pengantar a. Pengertian Bahasa Pengantar Pengertian bahasa menurut http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi (2010) adalah: 1) Sistem lambang bunyi yang digunakan anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. 2) Sarana yang digunakan untuk melakukan suatu percakapan. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berinteraksi dengan suatu percakapan. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa bahasa pengantar merupakan sarana yang digunakan untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran melalui suatu percakapan. Bahasa pengantar digunakan sebagai sarana penghubung interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta interaksi yang terjadi antar peserta didik melalui suatu percakapan sehingga terwujud suatu proses pembelajaran. b. Bahasa Pengantar dalam Pembelajaran Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pasal 33 menyebutkan bahwa : 1)
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.
2)
Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada tahap awal pendidikan serta dalam penyampaian pengetahuan dan ketrampilan tertentu.
3)
Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan sebagai
bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran di Indonesia, sebagai upaya untuk
7
8
meningkatkan kemampuan berbahasa asing peserta didik. Contoh bahasa asing yang digunakan dalam pembelajaran di Indonesia adalah bahasa Inggris. c. Kendala Pembelajaran dengan Bahasa Asing Sebagai Bahasa Pengantar Kemampuan berbahasa asing merupakan syarat yang digunakan untuk mengidentifikasi kecakapan seseorang dalam menggunakan bahasa asing. Kemampuan berbahasa asing dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa terwujud dalam perubahan perilaku yang merupakan tujuan dari proses pembelajaran. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang. Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dapat terhambat jika pendidik dan peserta didik mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa asing tersebut. August and Hakuta (2002: 14) mengemukakan
bahwa
program
imersi
sering
dikhawatirkan
dapat
membingungkan peserta didik baik dari segi pemahaman bahasa, maupun pengaruhnya terhadap proses pencapaian aspek kognitif siswa. Hal yang sama dikemukakan Elena Nicoladis (2008:167), bahwa banyak orang tua yang mengkhawatirkan program imersi dapat membingungkan anak-anak mereka. Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sering dikhawatirkan dapat membingungkan peserta didik baik dari segi pemahaman bahasa maupun pencapaian aspek kognitif. Peserta didik yang kesulitan dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh terhadap proses pembelajarannya, sehingga dapat mempengaruhi aspek kognitif siswa yang merupakan salah satu aspek hasil belajar. Kesulitan tersebut berhubungan dengan peralihan bahasa yang digunakan. Siswa imersi membutuhkan penyesuaian terhadap peralihan bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran. Slavin (2008: 151-152) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris terbatas membutuhkan waktu untuk mempelajari bahasa tersebut, sehingga dapat menggunakan secara efektif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Elena Nicoladis
(2008:168) bahwa
siswa
imersi
membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan perubahan bahasa pengantar yang digunakan, sehingga dapat digunakan secara efektif melalui suatu percakapan.
9
Proses pembelajaran dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, akan berjalan secara efektif ketika pendidik dan peserta didik telah mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan bahasa pengantar yang digunakan. Siswa pada kelas bilingual dapat menyesuaikan bahasa pengantar mereka paling cepat dua tahun dan dapat mengkomunikasikan bahasa tersebut dalam percakapan. d. Program Imersi 1) Pengertian Program Imersi Istilah imersi menurut Kamus Inggris-Indonesia (2003: 312) berasal dari bahasa Inggris “to immerse” yang berarti mencelupkan, menyerap atau melibatkan secara mendalam. Program imersi menurut Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 6) adalah “Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sebagai pengantar”. Bahasa asing yang digunakan pada kelas imersi adalah bahasa Inggris. Kelas Imersi di Jawa Tengah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar pada semua mata pelajaran, kecuali pada mata pelajaran bahasa. Penyelenggaraan
program
imersi
di
Jawa
Tengah
merupakan
implementasi hasil studi banding Dinas P dan K Jawa Tengah ke negara bagian Queensland Australia pada bulan Juli sampai Agustus 2002. Dinas P & K Jawa Tengah mengemukakan bahwa, “Delegasi Jawa Tengah mengunjungi Park Ridge State High School, sangat terkesan dengan kemampuan berbahasa Indonesia para siswanya yang mengambil kelas imersi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar”. 2) Landasan Hukum Program Imersi Dasar hukum penyelengaraan kelas imersi menurut Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 4-5) adalah : a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. b) Undang-Undang nomor 10 tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Tengah. c) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. d) Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah.
10
e) Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. f) Peraturan Pemerintah nomor 38 Tahun 2007 tantang Pembagian Urusan Pemerintah
antara
Pemerintah,
Pemerintah
Provinsi
dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota. g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi Daerah Provinsi Jawa Tengah. UUD 1945 pasal 31 ayat 3 berbunyi, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. UU Sisdiknas pasal 50 ayat 3 menyebutkan bahwa ,” Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Berdasarkan landasan hukum tersebut Dinas P dan K Jawa Tengah menyelenggarakan imersi di beberapa sekolah. Hal ini tentunya perlu mendapatkan dukungan dari beberapa pihak termasuk sekolah penyelenggara dan masyarakat. 3) Maksud dan Tujuan Program Kelas Imersi Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 7-8) menyebutkan program imersi diselenggarakan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: a) Maksud penyelenggarakan program imersi anatara lain: (1)Meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya dalam rangka meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia menghadapi globalisasi. (2)Menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai daya saing global melalui punguasaan bahasa Inggris. (3)Melaksanakan amanah pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. b) Tujuan Penyelenggaraan Program Imersi adalah :
11
(1)Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bagi para guru, tenaga kependidikan dan siswa. (2)Meningkatkan
kompetensi
lulusan
siswa
dalam
penguasaan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. (3)Mengembangkan potensi sekolah beserta Sumber Daya Manusia yang dimiliki untuk menciptakan keunggulan yang kompetitif. 4) Syarat Penyelenggaraan Program Kelas Imersi Syarat penyelenggaraan program imersi menurut Dinas P & K Jawa Tengah (2008: 9-12) adalah : a) Mempunyai kompetensi kelulusan masing-masing pelajaran sukurangkurangnya mencapai nilai 7. b) Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. c) Mata pelajaran yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mencangkup : Matematika, kimia, fisika, biologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan Teknologi informasi dan Komunikasi. Mata pelajaran bahasa tidak menggunakan bahasa Inggris. Contoh mata pelajaran bahasa adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia. d) Tenaga pendidik mampu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. e) Rasio perbandingan guru dan siswa maksimal adalah 1:25. f) Memiliki sarana dan prasarana penunjang pembelajaran. Sekolah penyelenggara kelas imersi membutuhkan kesiapan yang memadai, yang meliputi kesiapan sumber daya manusia, sarana prasarana maupun pendanaan. Tenaga pendidik dan peserta didik harus mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif sebagai pengantar dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa harus memiliki nilai rata-rata 7 pada semua mata pelajaran. Sarana dan prasarana pada kelas imersi hendaknya dapat memperlancar kegiatan
pembelajaran,
sehingga
sekolah
penyelenggara
membutuhkan
kemampuan pendanaan yang lebih, baik pendanaan mandiri atau dari pemerintah. Pemerintah provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan pendanaan pada sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara.
12
2. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 23), adalah kegiatan, kesibukan dalam bekerja atau berusaha. Berdasarkan pengertian tersebut aktivitas belajar siswa dapat diartikan sebagai kegiatan dan kesibukan dalam proses pembelajaran. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pentingnya aktivitas menurut Sardiman A. M (2001: 93) bahwa aktivitas merupakan komponen utama terjadinya proses belajar, sehingga tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak dapat berlangsung. Prinsip dari suatu proses pembelajaran adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan melakukan kegiatan. Perubahan tingkah laku merupakan tujuan dari proses pembelajaran, sehingga perbedaan aktivitas belajar siswa dapat berpengaruh terhadap proses perubahan tingkah laku siswa. Peran serta siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajarnya. Sardiman A.M (2001:94) mengemukakan bahwa pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan, pengalaman, dan penyelidikan yang dilakukan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Pendapat yang sama juga dikemukakan Paul Suparno, Rohandi, Sukadi, dan Kartono (2002: 42) bahwa “Siswa yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktif dalam berpikir dan aktif dalam berbuat”. Hubungan antara aktivitas fisik dan mental dikemukakan oleh Sardiman A. M (2001:98) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, yang dalam pelaksanaanya harus saling berkaitan. Proses pembelajaran membutuhkan peran serta siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas. Aktivitas terdiri dari aktivitas rohani yang melibatkan proses berfikir terhadap objek belajar, serta aktivitas teknis yang diwujudkan dalam perbuatan fisik sebagai respon terhadap objek belajar.
13
Aktivitas fisik dan mental harus berkaitan dalam suatu kegiatan belajar, sehingga dapat menghasilkan aktivitas belajar yang optimal.
b. Pengelompokkan Aktivitas Belajar Jenis aktivitas belajar menurut Sardiman (2001: 99) terdiri dari 8 golongan sebagai berikut : 1) Visual activities Aktivitas visual merupakan aktivitas yang melibatkan organ indera mata. Aktivitas visual dapat terdiri dari aktivitas membaca, memperhatikan gambar maupun pekerjaan orang lain. Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis tertentu kepada suatu objek yang dilakukan secara sadar oleh indra untuk menyertai suatu aktivitas yang dilakukan, sehingga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh mata kemudian direspon sebagai aktivitas psikis. 2) Oral activities Aktivitas oral terdiri dari aktivitas bertanya, menyatakan, merumuskan, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listening activities Mendengar merupakan kegiatan menangkap bunyi-bunyi dengan indera pendengar. Aktivitas mendengar merupakan aktivitas untuk memperoleh arti dari suatu objek yang didengarkan. Aktivitas mendengar terdiri dari aktivitas mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, maupun pidato. 4) Writing activities Aktivitas menulis dapat berupa kegiatan menulis cerita, karangan, mengerjakan laporan, angket, dan menyalin. 5) Drawing activities Aktivitas menggambar dapat berupa kegiatan menggambar, membuat grafik, maupun menggambar peta. 6) Motor activities Aktivitas yang termasuk dalam yang Motor activities adalah melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, dan beternak.
14
7) Mental activities Aktivitas mental dapat berupa kegiatan menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. Aktivitas tidak dapat terjadi tanpa adanya proses berfikir, sehingga aktivitas mental sangat berhubungan dengan aktivitas fisik. Kaitan antara aktivitas fisik dan mental akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. 8) Emotional activities Contoh dari aktivitas emosional adalah menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. c. Faktor Yang Berperan Dalam Aktivitas Belajar Kualitas interaksi belajar mengajar bergantung pada intensitas kegiatan belajar mengajar guru dan intensitas kegiatan belajar siswa. Intensitas kegiatan tersebut dikemukakan oleh Gulo (2008:80) bahwa tujuan belajar tidak dapat tercapai jika guru dan siswa tidak mempunyai intensitas belajar mengajar yang tinggi. Thursan Hakim (2005: 38) mengemukakan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan secara kontinu yang lebih menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar ditentukan oleh intensitas aktivitas belajar yang telah dilakukan oleh siswa. Proses belajar mengajar di dalam kelas dapat berlangsung dengan baik jika terdapat interaksi antara pendidik dan peserta didik yang terwujud dengan aktivitas yang seimbang. Aktivitas belajar yang dilakukan secara kontinu dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa akan lebih maksimal jika terdapat minat, perhatian, dan motivasi yang sama kuat. Hubungan antara aktivitas dengan minat menurut Hendra Surya (2009: 2) bahwa aktivitas yang tidak didukung minat yang kuat dapat menimbulkan suatu penolakan dan pertentangan dari dalam batin seseorang untuk mengabaikan aktivitas tersebut. Pada proses pembelajaran terdapat berbagai macam aktivitas yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Aktivitas belajar tersebut dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa, maka tujuan belajar akan lebih mudah tercapai.
15
3. Hasil Belajar Biologi a. Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku. Perubahan perilaku tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Perubahan perilaku menurut Suhaenah Suparno (2000:2) merupakan hasil perubahan–perubahan yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya. Perubahan perilaku sebagai hasil proses belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar siswa, yang merupakan tolak ukur keberhasilan suartu proses pembelajaran. Definisi hasil belajar menurut Nana Sudjana (2002: 22) adalah “Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sardiman A.M (2001: 19) mengemukakan bahwa, “Proses belajar mengajar akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau hasil belajar”. Belajar mempunyai tujuan pembelajaran yang berupa perubahan untuk memperbaiki suatu perilaku. Perubahan perilaku tersebut diwujudkan dalam hasil belajar siswa yang diperoleh setelah mengalami proses pembelajaran. b. Ranah Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tujuan belajar siswa yang dapat diketahui besarnya dari hasil pengukuran. Alat untuk mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar (achievement test). Pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dalam pemahaman siswa terhadap materi yang mancakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ella Yulaelawati (2004: 59-61) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar siswa dibagi menjadi tiga yaitu: a) Ranah kognitif berkenaan dengan pengetahuan sederhana terhadap faktafakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan tersebut terdiri dari enam aspek
16
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu penerimaan, penanggapan, perhitungan, pengelolaan, dan bermuatan nilai; c) Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan bertindak yang terdiri dari lima aspek yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap, kegiatan fisik, dan komunikasi tidak berwacana. 1) Ranah Kognitif Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi. Menurut Ella Yulaelawati (2004:59-61) keenam tingkatan tersebut adalah C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3 (penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh; C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. 2) Ranah Afektif Ella yulaelawati (2004: 62) menyatakan bahwa ranah afektif meliputi 5 tingkatan yaitu: A1 (penerimaan) merupakan kesadaran dan kepekaan atau bertoleransi terhadap suatu gagasan; A2 (penanggapan) merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan; A3 (perhitungan atau penilaian) merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu; A4 (pengaturan atau pengelolaan) merupakan kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki; A5 (bermuatan nilai) merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang
17
secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayati secara mendalam.
3) Ranah Psikomotor Kecakapan psikomotor ialah segala kegiatan jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya yang terbuka. Kecakapan psikomotor siswa merupakan perwujudan wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Ranah psikomotorik menurut Ella Yulaelawati (2004: 63-64) meliputi lima jenjang yaitu: P1 (gerakan refleks) merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus; P2 (gerakan dasar) merupakan pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk dari gerakan reflek dan gerakan kompleks; P3 (gerakan tanggap) merupakan penafsiran terhadap rangsang membuat orang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya; P4 (kegitan fisik) merupakan kegiatan yang memerlukan kekutan otot, mental dan ketahanan; P5 (komunikasi tidak berwacana) merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Domain Psikomotor menurut Uno (2001: 10-13) adalah persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan; kesiapan, merupakan perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan pengalaman tertentu; gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model dan meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai menguasainya; gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga menampilakan suatu kemahiran; gerakan yang komplek adalah suatu gerakan yang ada pada tingkat keterampilan yang tinggi. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara jelas dan baik belum bisa menjamin hasil belajar yang diperoleh dapat optimal (Sardiman A. M, 2001: 47). Hasil belajar
18
dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Lingkungan adalah salah satu contoh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Peranan lingkungan terhadap keberhasilan belajar menurut Thursan Hakim (2008: 19) bahwa “Lingkungan dapat menunjang keberhasilan belajar, di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu, seperti kursus bimbingan asing dan kursus pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah”. Hendra Surya (2009: 26) mengemukakan bahwa siswa membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal. B. Kerangka Berpikir Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang telah ditempuh dalam waktu tertentu. Hasil belajar dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Bahasa pengantar dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajarnya. Bahasa pengantar merupakan bahasa yang digunakan sebagai sarana interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa
pengantar
yang
tidak
digunakan
secara
efektif
dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Aktivitas belajar siswa merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, sehingga berperan dalam proses perubahan perilaku siswa. Aktivitas
belajar
adalah
wujud
interaksi
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan di dalam kelas maupun diluar kelas, yang bertujuan memperoleh pembelajaran. Intensitas aktivitas belajar siswa menunjukkan tinggi rendahnya kegiatan yang dilakukan siswa sebagai upaya untuk memperoleh perubahan
19
perilaku. Aktivitas belajar tinggi dapat diartikan bahwa kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses proses perubahan tingkah laku cukup tinggi. Aktivitas belajar rendah mempunyai maksud bahwa siswa mempunyai kegiatan yang rendah dalam proses perubahan tingkah laku. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar berperan terhadap proses perubahan perilaku siswa. Bahasa pengantar merupakan sarana interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses pembelajaran dapat terwujud melalui suatu aktivitas belajar di dalam kelas, sehingga bahasa pengantar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahasa pengantar juga ikut berperan terhadap pemerolehan hasil belajar siswa. Kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara sederhana dapat digambarkan pada skema di bawah ini :
B1
Y1
A1B1Y1
Y2
A1B1Y2
Y3
A1B1Y3 ABY A1B2Y2
Y1 A1
B2
Y2 Y3 Y1
B3
Y2 Y3
A1B2Y2 ABY A1B2Y3 A A1 B B3 Y Y1 A B A1 B 3 Y Y2 ABY A1B3Y3 ABY
A
B1
A2
B2
Y1
A2B1Y1
Y2
A2B1Y2
Y3
A2B1Y3
Y1
A2B2Y1
Y2
A2B2Y2 A2B2Y3 A2B3Y1 A2B3Y2 A2B3Y3
20
Y3 Y1 B3
Y2 Y3
Gambar 1 : Skema Paradigma Penelitian Keterangan : A
= Bahasa pengantar
A1
= Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran
A2
= Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran
B
= Aktivitas belajar siswa
B1
= Aktivitas belajar siswa tinggi
B2
= Aktivitas belajar siswa sedang
B3
= Aktivitas belajar siswa rendah
Y1
= Ranah kognitif
Y2
= Ranah afektif
Y3
= Ranah psikomotor
A1B1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah kognitif. A1B1Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah afektif. A1B1Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah psikomotor. A1B2Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah kognitif. A1B2Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah afektif.
21
A1B2Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah psikomotor. A1B3Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah kognitif. A1B3Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah afektif. A1B3Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah psikomotor. A2B1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah kognitif. A2B1Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah afektif. A2B1Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar tinggi pada ranah psikomotor. A2B2Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah kognitif. A2B2Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah afektif. A2B2Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar sedang pada ranah psikomotor.
22
A2B3Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah kognitif. A2B3Y2 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah afektif. A2B3Y3 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dengan aktivitas belajar rendah pada ranah psikomotor.
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran terhadap hasil belajar biologi. 2. Ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi. 3. Ada interaksi antara bahasa pengantar dalam pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar siswa.
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta kelas X imersi. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Tahap persiapan, dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2009 sampai bulan Maret tahun 2010 meliputi penyusunan proposal, perijinan penelitian, survei sekolah dan konsultasi instrumen penelitian. b. Tahap pelaksanaan, dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2010 meliputi semua kegiatan yang dilakukan dilapangan yaitu pengumpulan data dan analisis data. c. Tahap penyusunan laporan, dilaksanakan pada bulan Mei-selesai meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XA dan XB imersi SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. 2. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Dari 3 kelas imersi dilakukan pemilihan secara acak dan diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol. Hasil pengambilan sampel diperoleh kelas XA imersi sebagai kelas kontrol dan kelas XB sebagai kelas eksperimen.
24
C. Teknik Pengumpulan Data 23 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas 1) Bahasa pengantar dalam pembelajaran biologi 2) Aktivitas belajar siswa b. Variabel Terikat 1) Hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut : a. Metode Dokumentasi Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester kelas X Imersi semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 mata pelajaran biologi yang digunakan untuk uji keseimbangan. b. Metode Angket Angket digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa yang ditinjau dari hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar ranah afektif menggunakan angket dalam bentuk ceklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suharsimi Arikunto (2002: 180) sebagai berikut: SS
: jawaban sangat setuju dengan skor 5
S
: jawaban setuju dengan skor 4
TB
: jawaban tidak berpendapat dengan skor 3
25
TS
: jawaban tidak setuju dengan skor 2
STS
: jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1 Pengukuran hasil belajar ranah psikomotorik dengan menggunakan
angket dan observasi. Skor berupa skala penilaian yang tersaji dalam pernyataan ”ya”dan ”tidak”. Pengukuran ranah psikomotorik dengan observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar sebagai acuan untuk pengukuran dengan metode angket. c. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mengambil data hasil belajar biologi yang ditinjau dari hasil belajar pada ranah kognitif. Tes berbentuk tes obyektif yaitu bentuk pilihan ganda. 3. Teknik Penyusunan Instrumen a. Pengukuran Ranah Kognitif Pengukuran ranah kognitif menggunakan test dengan langkah-langkah penyusunan sebagai berikut: 1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum. 2) Pembuatan alat ukur sesuai indikator. 3) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan 4) Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang mencakup 6 jenjang kemampuan yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), C6 (evaluasi) menurut Ella Yulaelawati (2004:5963). 5) Penyusunan item soal ranah kognitif. 6) Pengujian kesahihan item dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto ( 2002: 64-82). 7) Item diuji lagi dengan uji tingkat kesukaran item. b. Pengukuran Ranah Afektif Pengukuran ranah afektif menggunakan test dengan metode angket skala likert menurut Suharsimi Arikunto (2002: 180) sebagai berikut: SS
: Sangat setuju dengan skor 5
S
: Setuju dengan skor 4
26
TB
: Tidak berpendapat dengan skor 3
TS
: Tidak setuju dengan skor 2
STS
: Sangat tidak setuju dengan skor 1 Ranah afektif menurut Ella Yulaelawati (2004:59-63) meliputi 5 jenjang
kemampuan yaitu A1 (menerima), A2 (merespon), A3 (penghargaan), A4 (mengorganisasikan) dan A5 (karakteristik). Uji kesahihan ranah afektif diukur dengan uji validitas dan reliabilitas dalam Suharsimi Arikunto ( 2002: 64-113). c. Pengukuran Ranah Psikomotorik. Skor berupa skala penilaian yang tersaji dalam penyataan “Ya” dan “Tidak”. Pengukuran ranah psikomotorik dengan observasi dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar, sebagai acuan untuk pengukuran dengan metode angket. Ranah psikomotorik menurut Ella Yulaelawati (2004: 59-63) meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu P1 (peniruan), P2 (manipulasi), P3 (kecermatan), P4 (artikulasi) dan P5 (naturalisasi). Uji kesahihan diukur dengan uji validitas dan reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: 64-113). 4. Analisis Instrumen a.
Uji Validitas Butir Soal Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan
rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: Rxy =
N ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
{N ∑ x − (∑ x ) }{N ∑ y 2 − (∑ y ) } 2
2
2
Keterangan : Rxy
: koefisien
korelasi antara x dan y
n
: cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor untuk butir ke-i
Y
: skor total (dari subyek uji coba) Jika harga ruv
<
r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item petanyaan dinyatakan valid (Suharsimi Arikunto, 2002: 72). Uji validitas tes try
27
out kognitif, afektif, psikomotorik, dan aktivitas belajar siswa secara lengkap disajikan pada Tabel 1 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 1. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa Penilaian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas Valid Invalid Kognitif 25 21 4 Afektif 40 30 10 Psikomotorik 48 46 2 Aktivitas Belajar Siswa
60
50
10
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji validitas tes kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 21 soal sedang untuk item yang tidak valid (invalid) sebanyak 4 soal. Hasil uji validitas angket afektif menunjukkan item yang valid sebanyak 40 soal dan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 10 soal. Hasil uji validitas angket psikomotor menunjukkan item yang valid sebanyak 46 soal dan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 2 soal. Hasil uji validitas angket aktivitas belajar menunjukkan item yang valid sebanyak 50 item dan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 10 soal. b.
Reliabelitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-
Richardson (K-R 20) dalam Budiyono (2003:69) adalah sebagai berikut : r11= n n −1
S 2 − ∑ pq S2
Dengan : indeks reliabelitas instrumen n
= cacah butir instrumen
p
= proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
q
= 1- pi
, i = 1,2,...,n
= variansi total Kualifikasi koefisien reliabilitas menurut Hamzah B. Uno (2001:144) adalah sebagai berikut: Harga rxy 1
: korelasi sempurna
Harga rxy 0,99-0,81
: korelasi sangat tinggi
Harga rxy 0,80-0,61
: korelasi tinggi
28
Harga rxy 0,60-0,41
: korelasi sedang
Harga rxy 0,40-0,21
: korelasi rendah
Harga rxy 0,20-Negatif: Sangat rendah Hasil uji reliabelitas tes try out kognitif, afektif, psikomotorik, dan aktivitas belajar siswa secara lengkap disajikan pada tabel 2 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 2. Rangkuman Uji Reliabelitas Hasil Tes Try Out Siswa. Penilaian Kognitif Afektif Psikomotor Aktivitas Belajar Siswa
Jumlah Item 21 30 46 50
Indeks Reliabilitas 0.884 0.978 0.989 0.978
Keputusan Uji Korelasi tinggi Korelasi sangat tinggi Korelasi sangat tinggi Korelasi sangat tinggi
Berdasarkan tebel di atas menunjukkan bahwa hasil uji reliabelitas tes kognitif diperoleh r11 = 0.884 yang berarti bahwa koefisien reliabelitas soal tes kognitif tinggi. Hasil uji reliabelitas angket afektif diperoleh r11 = 0.978 hal ini berarti koefisien reliabelitas angket afektif sangat tinggi. Hasil uji reliabelitas angket psikomotorik diperoleh r11 = 0.989 hal ini berarti koefisien reliabelitas angket psikomotorik sangat tinggi. Hasil uji reliabelitas angket aktivitas belajar siswa diperoleh r11 = 0.978 hal ini berarti koefisien reliabelitas angket aktivitas belajar siswa sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabelitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian sangat reliabel untuk digunakan. c.
Analisis Butir soal 1) Daya Pembeda Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika kelompok
siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok siswa yang kurang pandai. Suharsimi Arikunto (2002:213-214) mengemukakan bahwa untuk mengetahui daya beda butir soal digunakan rumus untuk mengetahui indeks diskriminasi sebagai berikut:
Keterangan :
29
J
: Jumlah
peserta tes
: banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah
Y
: skor total (dari subyek uji coba)
BA
: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2002:218)
adalah sebagai berikut: D : 0.00 – 0.20
: jelek (poor)
D: 0.20 – 0.40
: cukup (satisfactory)
D: 0.40 – 0.70
: baik (good)
D: 0.70 – 1.00
: baik sekali (excellent)
D: Negatif
: semua butir soal yang mempunyai D negatif dibuang
Butir soal yang dipakai adalah yang mempunyai nilai D baik dengan indeks 0.40 – 0.70 dan baik sekali dengan indeks 0.70 – 1.00. Hasil uji daya beda tes try out kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel 3 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 3. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa. Ranah Penilaian Kognitif
Jumlah Item 21
Item yang dibuang 0
Berdasarkan tebel di atas menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh soal yang mempunyai indeks deskriminasi baik sebanyak 21 soal. Tidak terdapat item yang mempunyai indeks deskriminasi buruk dan negatif, sehingga tidak ada soal yang harus dibuang. 2) Tingkat Kesukaran
30
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus :
Keterangan :
P = Indeks kesukaran B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar Jx = Jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2002:208) Soal yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2002:210) adalah soal yang mempunyai indeks kesukaran pada interval 0.30 ≤ P < 0.70. Soal yang mempunyai indeks kesukaran di luar interval tersebut dibuang. Hasil uji taraf kesukaran tes try out kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel 4 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 4. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa. Ranah Penilaian Kognitif
Jumlah Item 21
Item yang dibuang 0
Item yang dipakai 21
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran diperoleh soal yang mempunyai indeks kesukaran baik pada interval 0.30≤P< 0.70 sebanyak 21 soal. Tidak terdapat item yang berada diluar interval 0.30≤P <0.70.
D.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian eksperimen semu ini Randomized
Control Only Design. Tabel 5. Desain Penelitian “Randomized Control Only Design”
Group Eksperimen Group (R)
Treatment
Post Test
X
T2
31
Control Group (R)
-
T2
Keterangan: X
: Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan penggunaan
bahasa
Inggris
sebagai
bahasa
pengantar
dalam
pembelajaran T2
:
Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
(R)
: Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
E.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik menggunakan analisis variansi dua jalan. Analisis variansi dua jalan memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas.
1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui keseimbangan sampel penelitian. Uji keseimbangan pada penelitian ini menggunakan uji t dalam Sudjana (2004:151) dengan prosedur sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : µ 1 = µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama) H1 : µ 1 ≠ µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda) b. Taraf signifikan (α) = 0,05 c. Statistik uji yang digunakan :
Keterangan : t
: t hitung : mean dari sampel kelompok eksperimen : mean dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
32
Sp : variansi : d. Keputusan uji Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Sumber t hitung t tabel Kriteria Keputusan uji H0 Y -0,23 1,684 t hitung < t tabel Diterima Tabel di atas menunjukkan bahwa keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut menjelaskan bahwa kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama.
2. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dalam Budiyono (2004:171). 1) Statistik Uji L = Maks 2) Taraf Signifikansi (α) = 0,05 3) Keputusan Uji H0 diterima jika Llilifors < Ltabel H0 ditolak jika Llilifors > Ltabel b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dalam Budiyono (2004 : 176-177) dengan prosedur sebagai berikut : 1) Statistik Uji yang digunakan :
Dengan : k = banyaknya populasi f = derajat kebebasan RKG = N- k N = cacah semua pengukuran
33
fj = derajat kebebasan untuk Sj : nj -1 j = 1,2,...,k ni = cacah pengukuran pada sampel ke –j 2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan Uji H0 diterima jika X2hitung < X2tabel H0 ditolak jika X2hitung > X2tabel
3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan menurut Budiyono (2004 : 211). a. Asumsi Dasar 1) Populasi berdistribusi normal dan variansinya homogen. 2) Sampel dipilih secara acak. b. Notasi dan Tata Letak Data Tabel 7. Notasi dan Tata Letak Data A
A1
A2
A1 B 1 A1 B 2 A1 B 3
A2B1 A2B2 A2B3
B B1 B2 B3 Keterangan : A : Bahasa pengantar A1 : Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran A2 : Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran B : Aktivitas B1 : Aktivitas kategori tinggi B2 : Aktivitas kategori sedang B3 : Aktivitas kategori rendah c. Statistik Uji 1) Fa =
RKA RKG
34
2) Fb =
RKB RKG
3) Fab =
RKAB RKG
Keterangan: Fa
: nilai F untuk variabel bahasa pengantar terhadap ranah pada hasil belajar
Fb
: nilai F untuk variabel aktivitas belajar terhadap ranah pada hasil belajar
Fab
: nilai F untuk interaksi variabel bahasa pengangantar dengan aktivitas belajar siswa terhadap ranah pada hasil belajar
RKA : rataan kuadrat baris (A) RKB : rataan kuadrat kolom (B) RKAB: rataan kuadrat interaksi (AB) RKG : rataan kuadrat galat
4. Uji Lanjut Anava Uji lanjut pasca anava, digunakan metode Scheffe untuk anava dua jalan. Statistik uji Scheffe menurut Budiyono (2004:213-215) adalah sebagai berikut :
2
X i X j Fi − j = 1 1 RKG + n n j i
dengan: Fi − j
= nilai Fobs pada pembandingan baris dan kolom ke-i serta baris dan kolom ke-j
Xi
= rataan pada baris dan kolom ke-i
Xj
= rataan pada baris dan kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dan perhitungan analisis variansi
ni
= ukuran sampel baris dan kolom ke-i
nj
= ukuran sampel baris dan kolom ke-j
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Hasil belajar pada Pembelajaran Biologi Data hasil belajar biologi siswa pada materi ekosistem meliputi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Data-data tersebut diambil dari dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan jumlah 40 siswa dari kelas X.A dan X.B imersi SMA N 4 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Kelas X.A imersi sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Kelas X.B imersi sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan sampel sebanyak 40 siswa, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 serta secara ringkas disajikan dalam Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Sumber Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Kognitif 86 43 70,4762 Afektif 91 47 75,3333 Psikomotor 95 55 76,36364
Sd 9,8 11 8,9
Tabel 9. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol Sumber Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata Kognitif 90 48 69,05 Afektif 81 45 69,7 Psikomotor 86 50 71,59091
Sd 8,9 10 9,6
36
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4.
35
Gambar 2. Perbandingan Nilai Kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Gambar 3. Perbandingan Nilai Afektif Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
37
Gambar 4. Perbandingan Nilai Psikomotor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
2. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi berupa nilai aktivitas belajar siswa pada materi ekosistem. Data-data tersebut diambil dari dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah 40 siswa dari kelas X.A dan X.B imersi SMA N 4 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Data nilai aktivitas belajar siswa secara langkap pada Lampiran 4 dan secara ringkas disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Deskripsi Nilai Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Kontrol
Nilai tertinggi 79 76
Nilai terendah 54 54
Rata-rata 76,36364 63,77
Sd 8,2 7,2
Berdasarkan tabel di atas dapat disajikan diagram batang perbandingan nilai aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut:
38
Gambar 5. Perbandingan Nilai Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Data aktivitas belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya di katagorikan menjadi tiga yaitu, aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah. Data sebaran aktivitas belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara singkat disajikan dalam Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Penyebaran Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Eksperimen No Aktivitas Belajar Skor Frekuensi 1 Tinggi X1>72 5 2 Sedang 57<X2<72 9 3 Rendah X3<57 6 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa pada kelompok eksperimen yang mempunyai aktivitas belajar tinggi sebanyak 5 orang. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen yang mempunyai aktivitas belajar sedang sebanyak 9 orang, sedangkan jumlah siswa pada kelompok eksperimen yang mempunyai aktivitas belajar tinggi sebanyak 6 orang. Tabel 12. Penyebaran Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelompok Kontrol No Aktivitas Belajar Skor Frekuensi 1 Tinggi X1>72 4 2 Sedang 57<X2<72 11 3 Rendah X3<57 5 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa pada kelompok kontrol yang mempunyai aktivitas belajar tinggi sebanyak 4 orang. Jumlah siswa pada kelompok kontrol yang mempunyai aktivitas belajar sedang sebanyak 11 orang,
39
sedangkan jumlah siswa pada kelompok kontrol yang mempunyai aktivitas belajar tinggi sebanyak 5 orang.
B. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Prasyarat Analisis Data Penggunaan Bahasa Pengantar pada Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara lengkap disajikan Lampiran 5 dan secara ringkas pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Hasil belajar Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil belajar Aktivitas Kognitif
Kelompok Eksperimen Lhit Ltab (0.05:20)
Kelompok Kontrol Lhit
Ltab (0.05:20)
Keputusan Uji H0
Tinggi
0,3000
0,3962
0,2167
0,4430
Diterima
Sedang
0,1855
0,2953
0,1411
0,2671
Diterima
Rendah
0,1461
0,3617
0,2464
0,3962
Diterima
Tinggi
0,1775
0,396
0,1594
0,4430
Diterima
Sedang
0,1713
0,2953
0,1523
0,2671
Diterima
Rendah
0,2770
0,3617
0,1910
0,3962
Diterima
Psikomotor Tinggi
0,2464
0,3962
0,1629
0,4430
Diterima
Sedang
0,2147
0,2953
0,1468
0,2671
Diterima
Rendah
0,2630
0,3617
0,2671
0,3962
Diterima
Afektif
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai statistik uji Lhitung < Ltab
(0.05:20)
sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Hasil uji homogenitas hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor ditinjau dari aktivitas belajar siswa secara lengkap disajikan pada Lampiran 5 dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 14.
40
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Hasil belajar Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Uji Homogenitas Harga Harga χ2tabel Keputusan Uji H0 2 χ hitung (0.05:1) Nilai Kognitif
0,00336
3.841
Diterima
Nilai Afektif
0,000204
3.841
Diterima
Nilai Psikomotor
0,103488
3.841
Diterima 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa harga χ
hitung
kurang dari χ2tabel (0.05:1)
sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji Hipotesis a) Uji Hipotesis pada Ranah Kognitif Hasil analisis pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif disajikan pada Tabel 15 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 15. Hasil analisis pengaruh bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif. Sumber Fhitung Ftabel Kriteria Keputusan Uji H0 A 0,25 4,12 Fhitung < Ftabel (0,05) Diterima B 18,35 3,27 Fhitung > Ftabel (0,05) Ditolak AB 0,31 3,27 Fhitung < Ftabel (0,05) Diterima Tabel di atas menunjukkan bahwa Fobs pada penggunaan bahasa pengantar (A) = 0,25 < Ftabel
(0.05:1.34)
= 4,12. Hasil tersebut menjelaskan bahwa
H0A diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa pengantar memberikan efek yang sama terhadap hasil belajar pada ranah kognitif. Fobs aktivitas belajar (B) = 18,35 > Ftabel
(0.05:2.34)
= 3,27. Hasil tersebut
menjelaskan bahwa H0B ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar tidak memberikan efek yang sama terhadap hasil belajar pada ranah kognitif. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tidak semua aktivitas belajar memberi efek yang sama terhadap hasil belajar ranah kognitif, sehingga paling sedikit terdapat dua rataan yang berbeda. Perbedaan rataan yang
41
signifikan dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 18. Fobs interaksi antara penggunaan bahasa pengantar dengan aktivitas belajar (AB) = 0,31 < Ftabel (0.05:2.34) = 3,27. Berdasarkan hasil tersebut menjelaskan bahwa H0AB diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara penggunaan bahasa pengantar dengan aktivitas belajar pada ranah kognitif. b) Uji Hipotesis pada Ranah Afektif Hasil analisis pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa ranah afektif disajikan pada Tabel 16 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 16. Hasil analisis pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa ranah afektif. Sumber Fhitung Ftabel Kriteria Keputusan Uji H0 A 6,02 4,12 Fhitung > Ftabel (0,05) Ditolak Ditolak B 8,77 3,27 Fhitung > Ftabel (0,05) Ditolak AB 4,28 3,27 Fhitung > Ftabel (0,05) Tabel di atas dapat diketahui bahwa Fobs pada penggunaan bahasa pengantar (A) = 6,02> Ftabel
(0.05:1.34)
= 4,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H0A ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa pengantar memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar pada ranah afektif. Pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar pada ranah afektif dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 19. Fobs aktivitas belajar (B) = 8,77 > Ftabel
(0.05:2.34)
= 3,27. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa H0B ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar pada ranah afektif. Pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah afektif dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 19. Fobs interaksi antara penggunaan bahasa pengantar dengan aktivitas belajar (AB) = 4,28 > Ftabel
(0.05:2.34)
= 3,27. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H0AB ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar pada ranah afektif. Perbedaan karakteristik penggunaan bahasa pengantar pada setiap aktivitas belajar siswa
42
terhadap hasil belajar ranah afektif dapat diketahui melalui uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 19. c) Uji Hipotesis Ranah Psikomotor Hasil analisis pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa ranah psikomotor disajikan pada Tabel 17 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 17. Hasil analisis pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar siswa ranah psikomotor. Sumber Fhitung Ftabel Kriteria Keputusan Uji H0 Ditolak A 4,57 4,12 Fhitung > Ftabel (0,05) Ditolak B 4,42 3,27 Fhitung > Ftabel (0,05) Ditolak AB 6,28 3,27 Fhitung > Ftabel (0,05) Tabel di atas menunjukkan bahwa Fobs pada penggunaan bahasa pengantar (A) = 4,57 > Ftabel (0.05:1.34) = 4,12, sehingga H0A ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa pengantar memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor. Keputusan ini menjelaskan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memberi efek yang berbeda terhadap hasil belajar ranah psikomotor. Pengaruh penggunaan bahasa pengantar terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 20. Fobs aktivitas belajar (B) = 4,42 > Ftabel
(0.05:2.34)
= 3,27, sehingga H0B
ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor. Pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 20. Fobs interaksi antara penggunaan bahasa pengantar dengan aktivitas belajar (AB) = 6,28 > Ftabel (0.05:2.34) = 3,27, sehingga H0AB ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan bahasa pengantar dengan aktivitas belajar pada ranah psikomotor. Perbedaan karakteristik penggunaan bahasa pengantar pada setiap aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar ranah psikomotor dapat diketahui melalui uji lanjut anava yang disajikan pada Tabel 20.
43
2. Analisis Uji Lanjut a) Analisis Uji Lanjut Ranah Kognitif ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Hasil uji lanjut anava (uji scheffe) untuk hasil belajar ranah kognitif disajikan pada Tabel 18 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7. Tabel 18. Hasil uji lanjut anava (uji scheffe) untuk hasil belajar ranah kognitif. Sumber Baris (F 1. - 2. ) Kolom (F .1 - .2) Kolom (F .1 - .3) Kolom (F .2 - .3) Sel 1. (F 11 - 12) Interaksi (F 11 - 13) (F 12- 13) 2. (F 21- 22) (F 21- 23) (F 22- 23) 3. (F 11 -21) (F 12- 22) (F 13 - 23) Keterangan:
Fhitung 0,75 25,00 27,70 0,91 12,29 11,22 1,47 7,89 11,90 0,98 0,09 0,40 0,48
F tabel (0,05) 4,12 6,54 6,54 6,54 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45
Kriteria Fhit < Ftabel Fhit > Ftabel Fhit > Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit
Keputusan Uji H0 Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima
Baris Sampel 1
= hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
Sampel 2
= hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
Kolom Sampel 1
= hasil belajar ranah kognitif pada aktivitas belajar tinggi
Sampel 2
= hasil belajar ranah kognitif pada aktivitas belajar sedang
Sampel 3
= hasil belajar ranah kognitif pada aktivitas belajar rendah
Dari tabel di atas didapatkan perbandingan nilai Fobs dengan Ftab
(0.05)
yang berbeda-beda yaitu: a) Baris F1-2 = 0,75 < Ftab
(0.05) =
4,12 maka H0 tidak ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan rerata ranah kognitif yang signifikan, antara
44
penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Uraian tersebut menjelaskan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mempunyai keefektifan yang sama terhadap hasil belajar ranah kognitif. b) Kolom (1) F1-2 = 25,00 > Ftab
(0.05)
= 6,54 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah kognitif yang signifikan, antara aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar sedang. Rataan nilai kognitif pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan rataan nilai kognitif pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada aktivitas belajar sedang. (2) F1-3 = 27,70 > Ftab
(0.05)
= 6,54 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah kognitif yang signifikan, antara aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar rendah. Rataan nilai kognitif siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada rataan nilai kognitif siswa dengan aktivitas belajar rendah, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada aktivitas belajar rendah. (3) F2-3 = 0,91 < Ftab (0.05) = 6,54 maka H0 tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah kognitif yang signifikan, antara aktivitas belajar sedang dengan aktivitas belajar rendah. c) Sel Interaksi Hasil perhitungan menunjukkan H0AB tidak ditolak, sehingga tidak terdapat pengaruh interaksi antara variabel bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah kognitif. Hal ini menjelaskan bahwa antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk setiap aktivitas belajar mempunyai perbedaan karakteristik yang sama. Karakteristik tersebut sama dengan karakteristik secara marginal yang dapat dilihat dengan menggunakan grafik interaksi sebagai berikut:
45
Gambar 6. Grafik Interaksi Antara Bahasa Pengantar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif. Gambar di atas menunjukkan tidak terdapat perpotongan antar grafik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah kognitif. b) Analisis Uji Lanjut Ranah Afektif ditinjau dari Aktivitas Belajar. Hasil uji lanjut anava (uji Scheffe) untuk hasil belajar ranah Afektif disajikan pada Tabel 19 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7. Tabel 19. Hasil uji lanjut anava (uji Scheffe) untuk hasil belajar ranah afektif. Jenis Komparasi
Fhitung
F tabel (0,05)
Kriteria
Baris (F 1. - 2. ) Kolom (F .1 - .2) Kolom (F .1 - .3) Kolom (F .2 - .3) Sel 1. (F 11 - 12) (Interaksi) (F 11 - 13) (F 12- 13) 2. (F 21- 22) (F 21- 23) (F 22- 23) 3. (F 11 - 21) (F 12- 22) (F 13 - 23)
4,74 10,51 17,03 2,17 0,00 0,67 0,93 8,98 22,96 5,44 10,33 1,32 0,10
4,12 6,54 6,54 6,54 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45
Fhit > Ftabel Fhit > Ftabel Fhit > Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit > Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel
Keputusan Uji H0 Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima
46
Keterangan: Baris Sampel 1
= hasil belajar ranah afektif pada pembelajaran dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
Sampel 2
= hasil belajar ranah afektif pada pembelajaran dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
Kolom Sampel 1
= hasil belajar ranah afektif pada aktivitas belajar tinggi
Sampel 2
= hasil belajar ranah afektif pada aktivitas belajar sedang
Sampel 3
= hasil belajar ranah afektif pada aktivitas belajar rendah
Dari tabel di atas didapatkan perbandingan nilai Fobs dengan Ftab
(0.05)
yang berbeda-beda yaitu: a) Baris F1-2 = 4,74 > Ftab
(0.05)
= 4,12 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah afektif yang signifikan, antara penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar mempunyai rerata nilai afektif yang lebih tinggi, sehingga dapat disimpulkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar lebih efektif daripada bahasa Inggris. b) Kolom (1)
F1-2 = 10,51 > Ftab
(0.05)
= 6,54 maka H0 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah afektif yang signifikan, antara aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar sedang. Rataan nilai afektif siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan rataan nilai afektif siswa dengan aktivitas belajar sedang, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada aktivitas belajar sedang. (2)
F1-3 = 17,03 > Ftab
(0.05)
= 6,54 maka H0 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah afektif yang signifikan, antara aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar rendah. Rataan nilai afektif siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan rataan
47
nilai afektif siswa dengan aktivitas belajar rendah, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada aktivitas belajar rendah. (3)
F2-3 = 2,17 < Ftab
(0.05)
= 6,54 maka H0 tidak ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah afektif yang signifikan, antara aktivitas belajar sedang dengan aktivitas belajar rendah. c) Sel Interaksi Hasil perhitungan menunjukkan H0AB ditolak, sehingga terdapat pengaruh interaksi antara variabel bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah afektif. Hal ini menjelaskan bahwa antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk setiap aktivitas belajar mempunyai perbedaan karakterisetik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan rataan hasil belajar ranah afektif siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada setiap kriteria aktivitas belajar. (2) Hasil belajar ranah afektif siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Tidak terdapat perbedaan nilai afekif siswa dengan aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar sedang pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Tidak terdapat perbedaan nilai afekif siswa dengan aktivitas belajar sedang dan aktivitas belajar sedang pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. (3) Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rataan nilai afektif pada penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar untuk setiap kriteria aktivitas belajar.
48
Interaksi di atas dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut:
Gambar 7. Grafik Interaksi Antara Bahasa Pengantar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Ranah Afektif. Gambar di atas menunjukkan terdapat perpotongan antar grafik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah afektif. c) Analisis Uji Lanjut Ranah Psikomotor ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Hasil uji lanjut anava (uji scheffe) untuk hasil belajar ranah psikomotor disajikan pada Tabel 20 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7. Tabel 20. Hasil uji lanjut anava (uji scheffe) untuk hasil belajar ranah psikomotor. Jenis Komparasi Baris (F 1. - 2. ) Kolom (F .1 - .2) Kolom (F .1 - .3) Kolom (F .2 - .3) Sel (Interaksi) (F 11 - 12) Sel (Interaksi) (F 11 - 13) Sel (Interaksi) (F 12- 13) Sel (Interaksi) (F 21- 22) Sel (Interaksi) (F 21- 23) Sel (Interaksi) (F 22- 23) Sel (Interaksi) (F 11 - 21) Sel (Interaksi) (F 12- 22) Sel (Interaksi) (F 13 - 23)
Fhitung 6,71 4,08 8,75 1,90 0,23 0,02 0,50 0,63 16,94 15,10 5,97 10,76 2,49
F tabel (0,05) 4,12 6,54 6,54 6,54 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45 12,45
Kriteria Fhit > Ftabel Fhit < Ftabel Fhit > Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit > Ftabel Fhit > Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel Fhit < Ftabel
Keputusan Uji H0 Ditolak Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Diterima
49
Baris Sampel 1
= hasil belajar ranah psikomotor pada pembelajaran dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Sampel 2
= hasil belajar ranah psikomotor pada pembelajaran dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Kolom Sampel 1
= hasil belajar ranah psikomotor pada aktivitas belajar tinggi.
Sampel 2
= hasil belajar ranah psikomotor pada aktivitas belajar sedang.
Sampel 3
= hasil belajar ranah psikomotor pada aktivitas belajar rendah.
Dari tabel di atas didapatkan perbandingan nilai Fobs dengan Ftab
(0.05)
yang berbeda-beda yaitu: a) Baris F1-2 = 6,71 > Ftab
(0.05)
= 4,12 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah psikomotor yang signifikan, antara penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar mempunyai rataan nilai psikomotor yang lebih tinggi, sehingga dapat disimpulkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar lebih efektif daripada bahasa Inggris. b) Kolom (1)F1-2 = 4,08 < Ftab (0.05) = 6,54 maka H0 tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah psikomotor yang signifikan, antara aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar sedang. (2)F1-3 = 8,75 > Ftab
(0.05)
= 6,54 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah psikomotor yang signifikan, antara aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar rendah. Rataan nilai psikomotor untuk aktivitas belajar tinggi lebih tinggi jika dibandingkan dengan rataan nilai psikomotor aktivitas belajar rendah, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada aktivitas belajar rendah. (3)F2-3 = 1,90 < Ftab (0.05) = 6,54 maka H0 tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata hasil belajar ranah psikomotor yang signifikan, antara aktivitas belajar sedang dengan aktivitas belajar rendah.
50
c) Sel Interaksi Hasil perhitungan menunjukkan H0AB ditolak, sehingga terdapat pengaruh interaksi antara variabel bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah psikomotor. Hal ini menjelaskan bahwa antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk setiap aktivitas belajar mempunyai perbedaan karakterisetik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan rataan hasil belajar ranah psikomotor siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada semua kriteria aktivitas belajar. (2) Hasil belajar ranah psikomotor siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai nilai afektif yang lebih tinggi daripada siswa dengan aktivitas rendah. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi tidak mempunyai perbedaan nilai afektif jika dibandingkan dengan siswa dengan aktivitas sedang. (3) Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rataan nilai psikomotor pada penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk setiap kriteria aktivitas belajar. Interaksi di atas dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut:
Gambar 8. Grafik Interaksi Antara Bahasa Pengantar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Ranah Psikomotor.
51
Gambar di atas menunjukkan terdapat perpotongan antar grafik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah psikomotor.
D. Pembahasan Hasil Analisi Data 1. Hipotesis Pertama Hasil uji hipotesis pada Tabel 15 diperoleh Fhitung A = 0,25 < Ftabel (0.05:1.34) = 4,12 sehingga keputusan uji H0 diterima. Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan efek yang diberikan bahasa pengantar terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif. Hasil uji Scheffe menjelaskan tidak terdapat perbedaan rataan nilai kognitif pada penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Rata-rata nilai kognitif siswa pada penggunaan bahasa Indonesia adalah 70,4762, sedangkan rata-rata nilai kognitif siswa pada penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar adalah 69,0476. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada nilai kognitif siswa, dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Berdasarkan hipotesis di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak mempunyai peran yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar pada ranah kognitif siswa didapat dari hasil pengukuran melalui tes hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pada kelas yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pasif dalam kegiatan diskusi. Siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi adalah siswa yang mampu manggunakan bahasa Inggris secara efektif dalam suatu percakapan. Hasil observasi proses pembelajaran pada kelas yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan diskusi. Hal ini disebabkan karena siswa lebih menguasai bahasa Indonesia, sehingga dapat menggunakan secara efektif dalam kegiatan diskusi.
52
Uraian di atas tidak mempunyai peran yang berarti dalam pencapaian hasil belajar ranah kognitif. Hal ini disebabkan karena hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui tes obyektif yang lebih membutuhkan kemampuan bahasa Inggris secara pasif. Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap ranah kognitif karena siswa imersi pada dasarnya telah memiliki kemampuan bahasa Inggris. Hal tersebut dapat diketahui karena siswa telah mengikuti beberapa tes seleksi sebelum belajar pada kelas imersi, diantaranya adalah tes seleksi kemampuan bahasa Inggris. Hasil uji hipotesis pada Tabel 16 diperoleh Fhitung A = 6,02> Ftabel (0.05:1.34) = 4,12 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek yang diberikan bahasa pengantar terhadap hasil belajar pada ranah afektif. Dari uji Scheffe menunjukkan ada beda rerata antara bahasa pengantar terhadap ranah afektif. Rata-rata nilai afektif siswa pada penggunaan bahasa Indonesia adalah 75,3333, sedangkan rata-rata nilai afektif siswa pada penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar adalah 69,7. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai afektif siswa yang menggunakan bahasa Indonesia lebih tinggi daripada nilai afektif siswa yang menggunakan bahasa Inggris, sehingga dapat disimpulkan penggunaan bahasa Indonesia lebih efektif daripada bahasa Inggris untuk ranah afektif. Hasil belajar pada ranah afektif siswa didapat dari hasil pengukuran melalui angket yang diberikan kepada siswa. Hasil belajar ranah afektif pada dasarnya mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan hasil hipotesis uji dapat dijelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mempunyai peran yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar ranah afektif. Rataan nilai afektif siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar lebih rendah jika dibandingkan dengan rataan nilai afektif pada siswa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mempunyai minat yang rendah dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti
53
kegiatan diskusi dalam bahasa Inggris yang cenderung pasif. Siswa tidak dapat mengungkapkan pendapat mereka dalam kegiatan diskusi, sehingga kagiatan diskusi hanya bisa dilakukan dengan baik oleh siswa yang mampu menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap kemampuan afektif siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kelas yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, kegiatan diskusi dapat berlangsung dengan baik. Sebagian besar siswa dapat mengikuti kegiatan diskusi kerena siswa dapat dengan mudah mengungkapkan pendapat mereka dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa pengantar mempunyai efek yang berbeda terhadap hasil belajar ranah afektif. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang. Ketrampilan penggunaan bahasa pengantar dapat berpengaruh terhadap ranah afektif tersebut. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia memberi efek yang lebih baik terhadap ranah afektif, karena siswa dapat menggunakan secara efektif. Hasil uji hipotesis pada Tabel 17 diperoleh Fhitung A = 4,57 > Ftabel (0.05:1.34) = 4,12 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek yang diberikan bahasa pengantar terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor. Dari uji Scheffe menunjukkan ada beda rerata antara bahasa pengantar terhadap ranah psikomotor. Rata-rata nilai psikomotor siswa pada penggunaan bahasa Indonesia adalah 76,36364, sedangkan rata-rata nilai psikomotor siswa pada penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar adalah 71,59091. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai psikomotor siswa pada penggunaan bahasa Indonesia lebih tinggi daripada nilai psikomotor siswa pada penggunaan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mempunyai peran yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar ranah psikomotor. Hasil belajar pada ranah psikomotor siswa didapat dari hasil pengukuran menggunakan lembar observasi ranah psikomotor. Hasil belajar ranah psikomotor pada dasarnya adalah kemampuan menangkap rangsangan dan menerima suatu isyarat kemudian mewujudkannya dalam suatu perbuatan nyata. Berdasarkan hasil
54
uji hipotesis dapat dijelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mempunyai peran yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar ranah psikomotor. Rataan nilai psikomotor siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar lebih rendah jika dibandingkan dengan rataan nilai psikomotor pada siswa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mempunyai minat yang rendah dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi dalam bahasa Inggris yang cenderung pasif, sehingga dapat mempengaruhi psikomotor siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa pengantar pada program imersi berpengaruh terhadap hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor, tetapi tidak berpengaruh terhadap ranah kognitif. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar lebih efektif daripada penggunaan bahasa Inggris untuk ranah afekif dan psikomotor. Program imersi merupakan inovasi program pendidikan yang diterapkan pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap suatu program pendidikan yang diterapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil studi banding Shen Qi (2009:118) menjelaskan bahwa bahasa Inggris sebagai bahasa internasional mempunyai dampak yang signifikan terhadap kebijakan beberapa negara. Kebijakan tersebut memutuskan bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya terdapat banyak pertentangan. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mempunyai tujuan untuk menghasilkan out put yang siap menghadapi persaingan internasional. Hasil penelitian Shen Qi (2009:119) menjelaskan bahwa negara-negara di asia banyak menerapkan kebijakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran tanpa memperhatikan pencapaian hasil belajar siswa. Kebijakan beberapa negara dalam menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah.
55
Kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar disebabkan oleh banyak faktor, diantarnya adalah faktor sumber daya manusia dalam negara tersebut. Slavin (2008: 151-152) mengemukakan bahwa orang yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris terbatas membutuhkan waktu untuk mempelajari bahasa tersebut, sehingga dapat menggunakan secara efektif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Elena Nicoladis (2008:168) bahwa siswa membutuhkan waktu untuk menyesuaikan perubahan bahasa pengantar yang digunakan, sehingga dapat digunakan secara efektif melalui suatu percakapan. Uraian di atas menjelaskan bahwa siswa imersi membutuhkan waktu untuk dapat menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, sehingga dapat digunakan secara komunikatif dan efektif dalam suatu percakapan. Lama waktu penyesuaian diri siswa tergantung pada sikap dan kemampuan masingmasing siswa terhadap penggunaan bahasa asing tersebut. Sikap siswa terhadap penggunaan bahasa asing sangat berhubungan dengan hasil belajar siswa pada ranah afektif. Hasil penelitian Fenty Lidya Siregar (2010:87) menjelaskan bahwa sikap positif siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris pada kelas imersi di Indonesia masih rendah. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap komunikasi siswa dalam pembelajaran kelas imersi. Komunikasi siswa merupakan salah satu contoh aktivitas belajar yang pelaksanaanya sangat berperan terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman peserta didik. Kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor membutuhkan sikap dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang belum dapat menggunakan bahasa Inggris secara efektif akan mengalami kesulitan dapat pencapaian kemampuan kedua ranah tersebut. Kemampuan kognitif dapat dilihat hasilnya melalui tes hasil belajar yang dalam pelaksanaannya, membutuhkan kemampuan penguasaan bahasa secara pasif. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena siswa
56
dalam mengerjakan soal kognitif hanya membutuhkan kemampuan bahasa Inggris secara pasif. 2. Hipotesis Kedua Hasil uji hipotesis pada Tabel 15 diperoleh Fhitung B = 18,35 > Ftabel (0.05:2.34)
= 3,27 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek
yang diberikan aktivitas belajar terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif. Uji Scheffe menunjukkan ada beda rerata antara aktivitas belajar terhadap ranah kognitif. Rataan nilai kognitif untuk aktivitas belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai kognitif pada aktivitas belajar sedang dan rendah, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih efektif daripada aktivitas belajar sedang dan rendah. Hasil uji hipotesis pada Tabel 16 diperoleh Fhitung B = 8,77 > Ftabel (0.05:2.34) = 3,27 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek yang diberikan aktivitas belajar terhadap hasil belajar pada ranah afektif. Hasil uji Scheffe menunjukkan ada beda rerata antara aktivitas belajar terhadap ranah afektif. Rataan nilai afektif untuk aktivitas belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai afektif pada aktivitas belajar sedang dan rendah, sehingga dapat disimpulkan aktivitas belajar tinggi lebih efektif daripada aktivitas belajar sedang dan rendah. Hasil uji hipotesis pada Tabel 17 diperoleh Fhitung B = 4,42 > Ftabel (0.05:2.34) = 3,27 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek yang diberikan aktivitas belajar terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor. Hasil uji Scheffe menunjukkan ada beda rerata antara aktivitas belajar terhadap ranah psikomotor. Rataan nilai psikomotor untuk aktivitas belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai psikomotor pada aktivitas belajar rendah. Hipotesis yang lain menjelaskan bahwa aktivitas belajar tinggi dengan aktivitas belajar sedang tidak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap nilai. Nilai psikomotor pada siswa dengan aktivitas sedang dan aktivitas rendah tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan
57
psikomotorik. Hal tersebut menjelaskan bahwa antara aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing ranah pada hasil belajar. Aktivitas belajar siswa terdiri dari visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, mental activities, emotional activities. Jenis aktivitas tersebut sangat diperlukan dalam pembelajaran dengan bahasa asing sebagai pengantar. Aktivitas belajar yang tinggi dapat membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas imersi, kerena siswa dapat melatih kemampuan bahasa Inggris mereka melalui aktivitas belajar yang dilakukan. Peran aktivitas belajar menurut Sardiman A. M (2001: 95) bahwa aktivitas merupakan komponen utama terjadinya proses belajar, sehingga tanpa adanya aktivitas proses maka belajar tidak dapat berlangsung. Prinsip dari suatu proses pembelajaran adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan melakukan kegiatan. Perubahan tingkah laku merupakan tujuan dari proses pembelajaran, sehingga perbedaan aktivitas belajar siswa dapat mempengaruhi proses perubahan tingkah laku siswa. Aktivitas belajar diperlukan untuk pencapaian hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar membutuhkan aktivitas belajar yang lebih tinggi. Hasil penelitian Kun-huei Wu (2010:184) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar membutuhkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat menciptakan pembelajaran yang komunikatif sehingga siswa dapat berperan serta secara aktif. Hasil penelitian Osman Z. Barnawi (2009:79) menjelaskan bahwa diskusi adalah proses pembelajaran yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Diskusi dalam proses pembelajaran akan menghasilkan pengalaman yang lebih berharga untuk menganalisis materi lebih mendalam. Diskusi juga dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas verbal dan nonverbal untuk berinteraksi dengan teman dan guru.
58
Uraian di atas menjelaskan bahwa dalam kegiatan diskusi sangat dibutuhkan adanya oral activity yang dapat dilihat dari kemampuan siswa berbicara untuk mengungkapkan pendapatnya. Aktivitas berbicara siswa pada kelas imersi ditentukan oleh kemampuan siswa dalam berbahasa asing. Utami Widiati dan Bambang Yudi Cahyono (2006:287) menjelaskan bahwa
faktor
kemampuan
berbahasa
harus
dipertimbangkan
dalam
penyelenggaraan kelas imersi. Hal tersebut karena bahasa asing pada kelas imersi merupakan alat komunikasi dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Zhu Liyong (2006:115) mengemukakan bahwa aktivitas berbicara dan mendengar sangat penting dalam pembelajaran kelas imersi. Penguasaan kemampuan berbicara dan mendengar dalam bahasa Inggris membutuhkan waktu agar dapat digunakan secara efektif dalam bentuk lisan dan tulisan, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka dengan menggunakan bahasa Inggris secara komunikatif. Penggunaan bahasa pengantar yang kurang efektif dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas imersi. Rataan nilai aktivitas belajar siswa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar lebih tinggi jika dibandingkan dengan rataan nilai siswa yang menggunakan bahasa Inggris. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia lebih efektif terhadap bahasa Inggris dalam proses pembelajaran. 3. Hipotesis Ketiga Hasil uji hipotesis pada Tabel 15 diperoleh Fhitung AB = 0,31 < Ftabel (0.05:2.34)
= 3,27 sehingga keputusan uji tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada
pengaruh interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar terhadap terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif. Hasil uji Scheffe menunjukkan tidak terdapat interaksi antara variabel bahasa pengantar dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah kognitif. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan nilai kognitif antara aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah pada setiap penggunaan bahasa pengantar.
59
Hasil uji hipotesis pada Tabel 16 diperoleh Fhitung AB = 4,28 > Ftabel (0.05:2.34)
= 3,27 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh
interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar pada ranah afektif, sehingga paling sedikit terdapat dua rataan nilai afektif yang berbeda. Hasil belajar ranah afektif yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak mempunyai perbedaan rataan pada setiap kriteria aktivitas belajar. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar mempunyai nilai afektif yang lebih tinggi daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi dan siswa dengan aktivitas belajar sedang tidak mempunyai perbedaan nilai afektif pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Siswa dengan aktivitas belajar sedang dan siswa dengan aktivitas belajar rendah tidak mempunyai perbedaan nilai afektif pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa nilai afektif dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak mempunyai perbedaan rataan untuk setiap kriteria aktivitas belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efek penggunaan bahasa Inggris pada masing-masing aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah afektif, sehingga siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah mempunyai nilai afektif yang sama. Efek penggunaan bahasa Indonesia terhadap nilai afektif lebih efektif pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi. Nilai afektif siswa dengan aktivitas tinggi, sedang, dan rendah tidak mempunyai perbedaan yang signifikan pada masing-masing penggunaan bahasa pengantar. Hasil uji hipotesis pada Tabel 17 diperoleh Fhitung AB = 6,28 > Ftabel (0.05:2.34)
= 3,27 sehingga keputusan uji ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh
interaksi antara bahasa pengantar dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar pada ranah psikomotor. Hasil belajar ranah psikomotor siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, tidak mempunyai perbedaan rataan untuk semua kriteria aktivitas belajar. Hasil belajar ranah psikomotor siswa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar,
60
mempunyai hasil yang lebih baik pada aktivitas belajar tinggi daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai nilai afektif yang lebih tinggi daripada siswa dengan aktivitas rendah. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi dan siswa dengan aktivitas sedang tidak mempunyai perbedaan nilai afektif. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa nilai psikomotor dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak mempunyai perbedaan rataan untuk setiap kriteria aktivitas belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efek penggunaan bahasa Inggris pada masing-masing aktivitas belajar terhadap hasil belajar ranah psikomotor, sehingga siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang, dan rendah mempunyai nilai psikomotor yang sama. Efek penggunaan bahasa Indonesia terhadap nilai psikomotor lebih efektif pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi. Nilai psikomotor siswa dengan aktivitas tinggi, sedang, dan rendah tidak mempunyai perbedaan yang signifikan pada masing-masing penggunaan bahasa pengantar. Bahasa
pengantar dalam pembelajaran
merupakan sarana yang
menunjang interaksi di dalam kelas. Interaksi dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui aktivitas belajar. Pentingnya aktivitas belajar menurut Sardiman A. M (2001: 93) adalah merupakan komponen utama terjadinya proses belajar sehingga tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak dapat berlangsung. Aktivitas siswa pada kelas imersi menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Elena Nicoladis (2008:168) mengemukakan bahwa siswa imersi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan perubahan bahasa pengantar yang digunakan, sehingga dapat digunakan secara efektif melalui suatu percakapan. Bahasa pengantar yang tidak digunakan secara efektif dapat menghambat aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
61
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bahasa pengantar dan aktivitas belajar dalam pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh secara signifikan penggunaan bahasa pengantar dalam pembelajaran terhadap hasil belajar biologi pada ranah afektif dan psikomotor, tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar pada ranah kognitif. 2. Ada pengaruh secara signifikan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Ada interaksi antara bahasa pengantar dalam pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan referensi pada penelitian sejenis. 2. Implikasi Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru dalam memberikan pembelajaran biologi pada kelas imersi. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi sekolah dalam meninjau pelaksanaan program imersi yang telah diterapkan.
61
62
C. SARAN 1. Kepada Siswa a. Siswa imersi hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris
sehingga
dapat
menggunakan
secara
efektif
dalam
proses
pembelajaran. b. Siswa imersi hendaknya meningkatkan aktivitas belajarnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 2. Kepada Guru Guru
hendaknya
senantiasa
memotivasi
siswa
imersi
untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan aktivitas belajarnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 3. Kepada Orang Tua Orang tua sebagai pendidik nonformal di rumah hendaknya memotivasi anaknya untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan aktivitas belajarnya. 4. Kepada Peneliti Lain Bagi peneliti yang lain perlu mengadakan penelitian sejenis yang melibatkan subyek penelitian siswa kelas imersi ditinjau dari variabel lain yang berkaitan dengan hasil belajar siswa kelas imersi.
63
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi. 23 Januari 2010.
Dalam
Jaringan.
August and Hakuta . 2002. Educating Language-Minority Children. Washington : National Academy Press Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press Diah Aryulina., Choirul Muslim., Syalfinaf Manaf., & Endang Widi Winarni. 2007. Biologi SMA dan MA Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga. Diah Aryulina., Choirul Muslim., & Syalfinaf Manaf. 2009. Biology For Senior High School Grade X. Jakarta: Erlangga Dinas P & K. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Kelas Imersi Di Propinsi Jawa Tengah. Semarang : Pemprov Jateng. Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya. Nicoladis, Elena.2008. An Introduction to Bilingualism Principles and Processes. New York:Taylor and Francis Group. Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo Hamzah B. Uno., Herminanto Sofyan., & I Made Candiasa. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press Hendra Surya. 2009. Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT Gramedia Kun-huei Wu. 2010. “The Relationship between Language Learners’ Anxiety and Learning Strategy in the CLT Classrooms”. International Edycation Studies. Vol 3 (1), 174-191. Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
63
64
Osman Z. Barnawi. 2009. “The Construction of Identity in L2 Academic Classroom Community: A Small Scale Study of Two Saudi MA in TESOL Students at North American University”. Journal of Language and Linguistic Studies. Vol 5 (2), 63-84. Paul Suparno., Rohadi, R., Sukadi, G., & Kartono. 2002. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius Robert E. Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik. Indonesia : PT Indeks Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Shen Qi. 2009. “Globalization of English and English Language Policies in East Asia”. Canadian Social Science. Vol 5 (3), 111-120. Siregar, F. L. 2010. The Language Attitudes of Students of English Literature and D3 English at Maranatha Christian University toward American English, British English and Englishes in Southeast Asia, and their various contexts of use in Indonesia. Philippine ESL Journal. Vol 4, 66-91. Suhaenah Suparno. 2000. Membengun Kompetensi Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Thursan Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara Utami Widiati dan Bambang Yudi Cahyono. 2006. “The Teaching Of EFL Speaking In The Indonesian Context: The State Of The Art”. The Teaching of EFL Speaking. Vol 34 (2), 269-292. Wojowasito, S dan Tito Wasito. 2002. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Bandung: Hasta Zhu Liyong. 2006. Developing Listening And Speaking Skills In ELT Classroom. Celea Journal. Vol 29 (4), 112-115.