1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang
dilakukannya
tetapi
lebih
pada
pekerjaan
sebagai
ajang
untuk
mengaktualisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki sesorang di dalam pekerjaan yang dijabatnya. Sukardi (1987: 15) menegaskan: Suatu pekerjaan yang disandang seseorang sesuai dengan potensi-potensi diri dari orang yang menjabatnya maka akan menimbulkan kesenangan. Kemudian mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya, mengembangkan potensi dirinya, lingkungannya, serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menunjang pekerjaan yang sedang dijabatnya. Setiap individu perlu memahami tentang dirinya, bagaimana mereka bisa menggunakan pengetahuan tentang dirinya untuk mengembangkan potensi guna mengarahkan diri mereka menyongsong masa depan dengan lebih siap, pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan pendidikan dan pekerjaan di masa yang akan datang. Individu memiliki kesempatan memilih masa depan dengan baik untuk merealisasikan perencanaan karier mereka. Untuk mencapai keadaan yang ideal antara memilih pekerjaan atau karier yang tepat maka individu perlu merencanakan karier dengan cara dan waktu yang tepat. Pentingnya perencanaan karier sejak dini untuk kesuksesan karier terutama siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat karena kebanyakan orang mengalami masalah akibat gagal dalam merencanakan kariernya. Masa-masa inilah mereka memerlukan bimbingan dan arahan untuk gambaran karier mereka setelah lulus sekolah. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan wawancara kepada seorang guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMK Negeri 1 Sukoharjo. Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa permasalahan yang muncul di sekolah tersebut adalah terdapat beberapa siswa belum mengetahui karier setelah lulus SMK. Siswa beranggapan belum membutuhkan perencanaan karier. 1
2
Terdapat juga siswa yang belum memahami informasi tentang karier yang diinginkan sehingga masih ragu dalam pemilihannya. Guru BK di sekolah selama ini telah memberi layanan informasi karier, akan tetapi sebagian siswa belum bisa memahami dengan baik. Bagi siswa yang belum memahami tentang perencanaan karier, guru BK belum memberikan perlakuan terhadap siswa tersebut. Hal ini didukung dengan hasil angket perencanaan karier yang diberikan oleh peneliti menunjukkan masih terdapat beberapa siswa memerlukan bantuan untuk merencanakan kariernya. Hasil pengolahan angket terhadap 58 responden menunjukkan sebanyak 63,10 % sudah memiliki perencanaan karier, 24,56 % masih ragu dengan perencanaan karier mereka dan 12,34 % belum memiliki perencanaan karier. Dengan demikian, siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo masih membutuhkan arahan dalam merencanakan karier. Perencanaan karier diawali dari sebuah tujuan yang diinginkan. Pada masa remaja yaitu SMA/SMK hendaknya sudah mengenal berbagai informasi karier. Pemahaman tersebut dilanjutkan pada tahap perencanaan karier. Remaja mulai memikirkan masa depannya termasuk karier yang sesuai dengan dirinya. Salah satu tugas perkembangan remaja menurut Yusuf (2011: 84) yaitu “Memilih dan mempersiapkan karier”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa individu (11
18 tahun) sudah mempersiapkan kariernya,
terutama siswa SMK untuk melanjutkan kariernya setelah lulus sekolah. Terkait dengan perencanaan karier, Walker (dalam Geradus, 2005: 32) mengemukakan bahwa perencanaan karier adalah proses perencanaan pribadi seseorang tentang pekerjaan selama hidup. Perencanaan karier menghendaki penilaian atas kemampuan dan minat, mempertimbangkan alternatif kesempatan karier, menentukan tujuan karier, dan merencanakan kegiatan pengembangan praktik. Hal tersebut menegaskan bahwa dalam perencanaan karier merupakan proses perencaaan individu tentang pekerjaan demi keberlangsungan hidup yang disesuaikan dengan kemampuan, bakat maupun minat yang sudah ditentukan dalam bentuk tujuan. Melalui perencanaan karier maka seseorang mempunyai alternatif atau solusi untuk dipertimbangkan jika karier yang direncanakan tidak tercapai.
3
Pendapat tersebut juga didukung oleh Supriatna (2009: 49) menyatakan bahwa “Perencanaan karier adalah aktivitas siswa yang mengarah pada keputusan karier masa depan. Bentuk dari perencanaan karier adalah perwujudan diri melalui serangkaian aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan”. Adapun perencanaan karier menurut Super (dalam Adiputra, 2015: 47) menyatakan bahwa “Perencanaan karier dapat mengukur tingkat pemahaman individu terhadap informasi dan berbagai aspek pekerjaan”. Hal tersebut bermakna bahwa perencanaan karier merupakan alat ukur individu dalam memahami pekerjaan di masa mendatang. Perkembangan manusia sejalan dengan perencanaan dan perkembangan karier. Ginzberg (dalam Munandir, 1996: 90) memaparkan perkembangan dalam proses pilihan pekerjaan mencakup tiga tahapan yang utama, yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. Dalam masa tentatif, pilihan karier orang mengalami perkembangan. Awalnya pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka tahap selanjutnya yaitu siswa tumbuh kembang dan menyadari bahwa di dalam pekerjaan yang dilakukan terdapat nilai baik, nilai pribadi maupun nilai kemasyarakatan. Berkaitan dengan perkembangan tersebut, siswa memerlukan pemahaman perencanaan karier untuk pemahaman karier dan pemahaman diri sendiri dalam pemilihan karier. Siswa dikatakan dapat merencanakan karier dengan baik apabila: (1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, (2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja dan (3) Penalaran yang jelas akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja. Hasil angket dan wawancara yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo yang masih ragu merencanakan kariernya bahkan ada yang belum merencanakan kariernya. Guna melaksanakan perencanaan karier tersebut, siswa memerlukan bantuan untuk meningkatkan pemahaman atau wawasan tentang dirinya dalam menentukan arah kariernya setelah lulus SMK. Berangkat dari kondisi demikian yaitu terdapat beberapa siswa yang belum merencanakan kariernya, perlu disusun suatu program pelayanan bimbingan dan
43
konseling yang dirancang secara baik
untuk membantu siswa dalam
merencanakan kariernya dengan baik. Bimbingan dan Konseling memiliki beberapa bimbingan untuk mengentaskan masalah yang dihadapi para siswa. Salah satu bimbingan tersebut adalah bimbingan kelompok. Peneliti akan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling untuk membantu memecahkan masalah perencanaan karier siswa. Penggunaan teknik modeling digunakan karena menurut Bandura (dalam Adiputra, 2015: 50), menyatakan bahwa dalam teknik modeling menggunakan 4 jenis informasi yaitu (1) Pengalaman kita dalam melakukan perilaku yang diharapkan atau perilaku yang serupa (kesuksesan dan kegagalan dimasa lalu); (2) Melihat orang lain melakukan perilaku atau pemikiran positif yang kurang lebih sama; (3) Persuasi verbal (bujukan orang lain yang menyemangati atau menjatuhkan); (4) Apa perasaan kita tentang perilaku yang dimaksud (reaksi emosional). Sehingga penggunaan teknik modeling akan sesuai jika digunakan untuk meningkatkan perencanaan karier karena mengamati orang lain melakukan suatu tindakan akan memiliki lebih banyak respon yang tidak asal meniru perilaku orang lain, namun mereka memutuskan dengan sadar untuk melakukan perilaku yang dipelajari melalui observasi. Penggunaan bimbingan kelompok di sini digunakan dengan cara diskusi yang ada di dalamnya terdapat teknik symbolic modeling yaitu memberikan contoh perilaku atau pemikiran positif. Teori tersebut dikuatkan oleh Komalasari,dkk (2011: 176) bahwa teknik symbolic modeling adalah belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses kognitif melalui video dan gambar yang menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi sebagai sumber model tingkah laku maupun proses kognitif. Penggunaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling, diharapkan tepat untuk mengembangkan arah perencanaan karier siswa. Melalui teknik ini diharapkan siswa dapat meningkatkan perencanaan karier dengan cara mencontoh perilaku atau pemikiran positif yang ada dalam diri model. Dalam pelaksanaannya peneliti menunjukkan kepada anggota kelompok
54
tentang perilaku model yang dikaitkan dengan perkembangan kariernya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sofwan Adi Putra di SMA Yasmida Ambarawa bahwa teknik modeling efektif untuk meningkatkan perencanaan karier siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang “Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling untuk Meningkatkan Perencanaan Karier pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan sebagai berikut: 1. Siswa belum mengetahui karier mereka setelah lulus SMK. 2. Siswa beranggapan belum membutuhkan perencanaan karier sehingga belum memiliki perencanaan karier 3. Siswa belum memahami informasi tentang karier yang disampaikan guru BK. 4. Siswa masih ragu dalam memilih karier. 5. Bagi siswa yang belum memahami informasi tentang karier, guru BK belum memberikan perlakuan terhadap siswa tersebut. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat lebih terfokus, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo yang memiliki perencanaan karier rendah, yang patut diduga karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman diri sendiri serta pengetahuan dan pemahaman dunia kerja. 2. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling sebagai variabel bebas dan perencanaan karier sebagai variabel terikat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling efektif untuk meningkatkan perencanaan karier siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016?”.
56
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, penelitian ini bertujuan untuk: ”Menguji keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling untuk meningkatkan perencanaan karier pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016”. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling melalui bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling dalam perencanaan karier pada siswa SMK. 2.
Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan khususnya di SMK Negeri 1 Sukoharjo untuk perbaikan perencanaan karier siswa. Selain itu, penelitian ini berguna untuk membantu Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas siswa dalam merencanakan karier. b. Bagi Guru BK Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru BK untuk mengembangkan layanan bimbingan kelompok dalam perencanaan karier siswa melalui teknik symbolic modeling. c. Bagi Siswa Sebagai upaya untuk meningkatkan perencanaan karier agar siswa mempunyai gambaran karier di masa depan melalui bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling.