BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan sering kali terabaikan, hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan kerja pekerja serta Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang ditimbulkan setelah melakukan pekerjaan. Penyakit akibat kerja merupakan hal yang menjadi perhatian dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini karena penyakit akibat kerja sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi pekerjaan dari seorang pekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan produktivitas karyawan (Saptaputra, 2014). Perhatian terhadap penyakit akibat kerja di Indonesia telah dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melalui peraturan perundang-undangan. Salah satu yang termuat di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/Men/1989 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja dan juga keputusan menteri tenaga kerja RI. No. KPTS.333/Men/1989 tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja (Buchari, 2007). Kecelakaan dan sakit di tempat kerja jika dibandingkan dengan perang dunia lebih banyak menimbulkan korban dan kematian. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) tahun 2003 menyatakan bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaannya, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan yang lebih berbahaya (Suardi, 2005). Jenis penyakit akibat kerja yang sering terjadi salah satunya adalah penyakit gangguan muskuloskeletal. Studi tentang gangguan muskuloskeletal pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan 1
2
bahwa bagian otot skeletal yang sering dikeluhkan pekerja adalah otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan pada sistem muskuloskeletal tersebut yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain) dan bahu (Tarwaka, 2011). Untuk memahami keluhan muskuloskeletal di tempat kerja dilakukan dengan antisipasi terhadap faktor-faktor penyebabnya (Irdiastadi dan Yassierli, 2014). Cohen, dkk., (1997) menyatakan bahwa keluhan muskuloskeletal dapat terjadi karena faktor pekerjaan, personal, lingkungan, dan psikososial. Menurut Tarwaka (2011) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal adalah beban kerja fisik, faktor risiko pekerjaan seperti sikap kerja, faktor individu (masa kerja, umur, jenis kelamiin, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan status gizi), faktor lingkungan kerja fisik dan faktor psikososial. Postur atau sikap kerja tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang positif dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk, membungkuk atau dalam postur kerja yang lain, dimana pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur atau sikap kerja akan sangat penting (Suma’mur, 2014). Data dari Bereau of Labour Statistics (BLS) of the U.S. Department of Labour, menunjukkan bahwa terjadi kasus gangguan sistem muskuloskeletal sebanyak 380.600 di industri Amerika Serikat pada tahun 2013. Berdasarkan hal tersebut, rata-rata terjadi 35 kasus setiap 10.000 pekerja permanen dan keluhan muskuloskeletal (MSDs) menyumbang 33% dari semua cedera dan penyakit akibat kerja di Industri. Gangguan muskuloskeletal adalah masalah kesehatan yang umum terjadi pada pekerja di Uni Eropa. Para pekerja di Eropa mengeluh sakit punggung sekitar 25-27 % dan mengeluh nyeri otot sekitar 23%. The Labour Force survey melaporkan bahwa di Inggris sekitar 539.000 pekerja menderita keluhan yang disebabkan oleh pekerjaan mereka saat ini maupun pekerjaan sebelumnya dalam waktu 12 bulan terakhir. Sedangkan WHO pada tahun 2002 melaporkan bahwa faktor risiko pekerjaan menempatkan tingkat kesepuluh sebagai penyebab kematian dan kesakitan. Hampir 25% Disability-Adjusted Life
3
Year (DALY) dan 699.000 kematian berhubungan dengan faktor pekerjaan (Riyadina, et al., 2008). Berdasarkan dari hasil studi Departemen Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005, menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Pada profil kesehatan di Indonesia tahun 2008, jumlah penderita muskuloskeletal di rumah sakit di Indonesia sebesar 175.132 kunjungan (29,8%). Sumiyati (2007) menyatakan bahwa gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut penelitian yang telah dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal disorders (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (3%) dan gangguan THT (1,5%). Keluhan muskuloskeletal pada pekerja bukan hanya ditimbulkan oleh faktor sikap kerja saja, namun faktor masa kerja dan kebiasaan olahraga juga menentukan timbulnya keluhan muskuloskeletal. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bedu, et al., pada tahun 2009 menjelaskan distribusi gangguan muskuloskeletal berdasarkan masa kerja didapatkan hasil bahwa dari 63 responden dengan masa kerja lama terdapat 54 responden (85,7%) mengalami gangguan muskuloskeletal berat dan 9 responden (14,3%) mengalami gangguan muskuloskeletal ringan, sedangkan masa kerja yang baru 47 responden (100%) semua mengalami gangguan muskuloskeletal ringan. Hasil statistik chi square test menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan muskuloskeletal dengan nilai p= 0,000 (p value< 0,05). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eriksen, et al., pada tahun 1999 di Norwegia, menyatakan bahwa karyawan yang tidak melakukan olahraga dengan frekuensi 1 kali atau lebih dalam seminggu mempunyai kemungkinan terjadinya keluhan low back pain sebesar 1,55 kali dibandingkan dengan karyawan yang melakukan olahraga 1 kali seminggu atau lebih (OR= 1.55, 95% CI= 1.03 – 2.33, p< 0.005). PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa perdagangan dan industri pabrik furniture serta accessories seperti meja, kursi, lemari, bingkai kaca. Perusahaan ini merupakan industri eksportir furniture dengan bahan baku bekas bongkaran
4
rumah (old wood) bukan bahan baku dari penebang langsung (perhutani). PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman memiliki 300 karyawan, diantaranya 269 orang di tempatkan pada bagian produksi. Merustik atau mengasarkan dan fitting merupakan beberapa proses produksi dari PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman. Menurut data sekunder yang didapatkan dari PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa pada tahun 2015 jumlah kejadian kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja saat bekerja sebanyak 67 orang, sedangkan pada tahun 2016 antara bulan januari sampai dengan februari sebanyak 7 orang. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan maret tahun 2016 diperoleh masalah terkait keluhan muskuloskeletal pada pekerja di bagian rustik dan fitting meliputi: (1) tumit terasa nyeri karena mendapatkan tekanan dari tubuh dalam waktu yang lama (2) pegal dan nyeri pada bahu karena postur dalam bekerja tidak ergonomis (3) Pinggang terasa nyeri karena sikap tubuh yang dipaksakan terus menerus pada waktu bekerja dan berlangsung lama (4) pantat terasa pegal karena duduk terus menerus dalam durasi yang lama. Sedangkan sikap kerja pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman meliputi (1) duduk dalam jangka waktu yang lama dengan sikap badan berputar ke kiri dan ke kanan (2) melakukan tugas yang berulang-ulang dan (3) bekerja pada posisi menunduk dan tidak tegap. Selain sikap kerja yang tidak ergonomis pekerja di area rustik dan fitting sebagian besar tidak pernah melakukan olahraga dan sebagian kecilnya melakukan olahraga tapi tidak rutin. Pekerja di area rustik juga rata-rata sudah bekerja di PT. BMB Eksport lebih dari 2 tahun. Menurut Suma’mur (2009) gangguan pada otot biasanya muncul 2 tahun setelah bekerja dengan jenis pekerjaan yang sama. Pekerjaan yang sama merupakan pekerjaan yang menggunakan otot yang sama dalam waktu yang lama atau lebih dari 2 jam. Apabila kondisi di atas terus berlangsung dan tidak ada pengendalian dari bagian sumber daya manusia maka akan memicu permasalahan baru seperti (1) banyak pekerjaan yang tidak selesai (2) kehilangan waktu kerja akibat cedera (lost-time injury) (3) penurunan produktivitas pekerja. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu menurunkan keluhan muskuloskeletal pada pekerja dengan
5
memperhatikan faktor penyebab yang dapat mempengaruhi keluhan pada sistem muskuloskeletal pada pekerja PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan sikap kerja, masa kerja dan kebiasaaan olahraga dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman? 2. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman? 3. Apakah
ada
hubungan
antara
kebiasaan
olahraga
dengan
keluhan
muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman? 4. Apakah ada hubungan antara sikap kerja, masa kerja dan kebiasaan olahraga dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja, masa kerja dan kebiasaan olahraga dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman.
6
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman. b. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman. c. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman. d. Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja, masa kerja dan kebiasaan olahraga dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja Area Rustik dan Fitting di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Kabupaten Sleman.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan bermanfaat secara praktis 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan informasi ilmiah dalam perkembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja terutama tentang penyebab keluhan muskuloskeletal. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Pekerja PT. Borneo Melintang Buana Eksport Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan peningkatan kesadaran serta kewaspadaan mengenai pentingnya kondisi tempat kerja yang sehat dan selamat sebagai upaya untuk menghindari penyakit akibat kerja khususnya keluhan muskuloskeletal. b. Manfaat Bagi Minat K3 Prodi S2-IKM UGM Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dan informasi ilmiah bagi penelitian selanjutnya yang diharapkan menjadi salah satu sumber
7
informasi bagi Fakultas Kedokteran Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat.
E. Keaslian Penelitian 1. Mindayani (2012) yang berjudul Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Perajin Sulaman Tangan Di Jorong Subarang Tigo Jorong Nagari Koto Gadang, Sumatra Barat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan bentuk rancangan Pretest - Postest with Control Group. Perbedaan dengan penelitian kami adalah terletak pada jenis penelitian, subyek penelitian, dan lokasi penelitian. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel sikap kerja dan varibel terikatnya yaitu keluhan muskuloskeletal. 2. Saptaputra (2014) yang berjudul Analisis Faktor Penyebab Gangguan Muskuloskeletal Pada Pekerja di Pabrik Feronikel Bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) TBK Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observasional Analitik dengan bentuk rancangan Cross Sectional. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan beberapa variabel bebas penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu keluhan muskuloskeletal dan jenis penelitiannya yaitu Observasional Analitik dengan rancangan Cross Sectional. 3. Wahadi (2015) yang berjudul Postur Kerja, Beban Kerja Fisik dan Keluhan Muskuloskeletal pada Instalasi Gizi dan Pemeliharaan Linen di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research dengan desain penelitiannya cross sectional study. Perbedaan dengan penelitian kami adalah pada beberapa variabel bebas dan lokasi penelitian. Sedangkan persamaan dalam penelitian kami terletak pada variabel terikatnya dan variabel postur kerja.