1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan hati makrovesikular, fibrosis, sirosis dan tanpa adanya hubungan dengan konsumsi alkohol (Pagano et al., 2005; Zhou et al., 2005). Terdapat peningkatan insidensi NAFLD pada sindroma metabolik yang meliputi obesitas,
hiperinsulinemia,
resistensi
insulin
perifer,
diabetes
mellitus,
hipertrigliseridemia dan hipertensi (Kim et al., 2008). Penyakit perlemakan hati non alkohol merupakan masalah kesehatan pada anak maupun dewasa yang obesitas. Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkohol meningkat bersamaan dengan meningkatnya pandemi obesitas (Mathur et al., 2007). NAFLD memiliki spektrum klinis sangat luas dari yang paling ringan yaitu perlemakan hati sederhana (simple steatosis) atau Non-alcoholic Fatty Liver (NAFL). Perlemakan hati tersebut apabila disertai inflamasi dan kerusakan hepatosit sering disebut sebagai non-alcoholic steato hepatitis (NASH), hingga yang paling berat seperti sirosis hati atau karsinoma hepatoseluler (Kim dan Younossi, 2008). Di negara barat prevalensi NAFLD berkisar antara 15-20%. Prevalensi NAFLD pada populasi dewasa di Amerika Serikat, Jepang dan Italia berkisar 1520% dan 20-30% diantaranya berada pada fase yang lebih berat seperti NASH. Penelitian pada populasi obese di negara maju didapatkan 60% perlemakan hati
2
sederhana, 20-25% NASH dan 2-3% sirosis. Kejadian NAFLD pada populasi diabetes mellitus sebesar 70% dan pada pasien dislipidemia 60%. Berdasar penelitian yang ada prevalensi NAFLD di Indonesia adalah 30,6% (Hasan, 2006). Penyakit perlemakan hati non alkohol kini diketahui sebagai salah satu bentuk penyakit hati kronik di negara–negara berkembang dengan prevalensi 10%-24% dari seluruh populasi (Sey, 2003). Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkohol 30%-100% pada laki–laki sedangkan 52,8% pada anak yang obesitas (Prodia, 2003). Penelitian Wilson dkk menunjukkan bahwa penyakit perlemakan hati non alkohol berhubungan kuat dengan obesitas (Salgado et al., 2006). Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkohol tertinggi adalah pada umur 40–49 tahun (Sey, 2003). Penyakit perlemakan hati non alkohol akan berlanjut menjadi fibrosis atau sirosis hepatis 15%-50% dan mortalitas 10% (Sears, 2007). Dari keseluruhan pasien dengan penyakit perlemakan hati non alkohol, 5% berkembang menjadi sirosis hepatis dalam kurun waktu 7 tahun dan 1,7% meninggal karena sirosis hepatis (Daimon et al., 2006). Ultrasonografi hepar merupakan modalitas non invasif yang telah digunakan secara luas untuk mendiagnosis penyakit perlemakan hati non alkohol dan mempunyai sensitivitas
82% sampai 89% dan spesifitas 93% dalam
mendeteksi infiltrasi dari perlemakan hati (Bayard et al., 2006). Ultrasonografi dupleks doppler merupakan metode diagnostik non invasif yang penting dalam mengevaluasi vaskuler hati dan
penyakit parenkhimal hati (Oguzkurt et al.,
2005). Penurunan kecepatan aliran darah teramati pada hewan percobaan dengan deposit lemak di hati, dan data yang sama diharapkan terjadi pada manusia. Pada
3
penelitian terkini memberikan hasil bahwa penyakit perlemakan hati non alkohol dapat merubah pola spektral dari vena hepatika dan vena porta (Erdogmus et al., 2008) Jaringan lemak (adiposa) yang sebelumnya hanya dianggap sebagai deposit energi, kini terbukti mempunyai peran penting sebagai suatu organ endokrin dengan menghasilkan berbagai protein aktif yang disebut adipositokin atau adipokin, yang masing-masing mempunyai peran dalam homeostasis dan metabolisme tubuh (Standl, 2005). Salah satu diantara adipokin tersebut adalah adiponektin. Berbeda dengan adipositokin lainnya, kadar adiponektin berkurang pada keadaan obesitas dan berbanding terbalik dengan resistensi insulin, dislipidemia, dan sindroma metabolik (MetS) (Standl, 2005). Obesitas merupakan suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang berlebihan di jaringan lemak dan dapat menimbulkan beberapa penyakit. Kejadian obesitas di seluruh dunia meningkat sebagai salah satu akibat dari modernisasi gaya hidup dengan meningkatnya masukan kalori dan terbatasnya aktivitas fisik serta urbanisasi yang juga dipengaruhi faktor lingkungan (Dietzs, 1998). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 2001 dan 2004 terjadi peningkatan prevalensi overweight (IMT≥25-<30) dari 11,1% menjadi 15,5% dan obesitas (IMT>30) dari 2,4% menjadi 3,4% (SKRT, 2004). Terdapat hubungan yang kuat antara penyakit perlemakan hati non alkohol dengan obesitas, dan terlebih lagi dengan akumulasi lemak viseral. Pada penelitian NHANES III, sekitar 30% laki-laki obesitas dan 40% perempuan obesitas menderita penyakit perlemakan hati non alkohol (Bayard et al., 2006).
4
Di Indonesia belum ditemukan adanya penelitian yang dipublikasikan mengenai hubungan kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada populasi overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease). Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah penurunan kecepatan aliran vena porta pada overweight merupakan salah satu parameter yang obyektif pada pemeriksaan
ultrasonografi dari NAFLD
(Non-alcoholic Fatty Liver Disease), yang dapat meningkatkan akurasi penegakan diagnosis NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease). Berdasar permasalahan tersebut penelitian ini akan difokuskan pada korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) yang dilakukan pemeriksaan dengan pencitraan ultrasonografi. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis korelasi antara penurunan kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease).
5
D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menggambarkan korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan IMT pada overweight dengan atau tanpa NAFLD,
dimana
selama ini masih sangat sedikit hasil penelitian yang
menyajikan hal tersebut. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penatalaksanaan obesitas dan untuk memberikan gambaran indikator antropometri yang penting dalam memprediksi adanya komplikasi NAFLD pada overweight. 3. Secara medis menunjukkan pentingnya pemeriksaan
USG color doppler
hepar pada individu overweight, untuk mengukur kecepatan aliran vena porta dan mengetahui adanya NAFLD, yang merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. 4. Bermanfaat bagi pendidikan, melatih cara berpikir dan melakukan penelitian, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan. 5. Bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sebagai dasar teori atau sumber pustaka. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang meneliti korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada ultrasonografi color doppler pada populasi overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Beberapa penelitian mengenai pemeriksaan kecepatan aliran vena
6
porta dengan menggunakan ultrasonografi color doppler pada obesitas maupun NAFLD yang dapat digunakan sebagai acuan pustaka, diantaranya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian tentang Obesitas, NAFLD dan Kecepatan Aliran Vena porta. Peneliti, Tahun
Tempat
Subyek
Topik
Hasil
Sohljoo et al. (2011)
Iran
31 subyek dan 31 kontrol
Meneliti hubungan nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dengan pola gelombang doppler vena hepatika dan pemeriksaan doppler vena porta.
Pasien dengan NAFLD mempunyai gelombang doppler vena hepatika yang abnormal, dan penurunan kecepatan aliran vena porta.
Ulusan et al. (2011)
Turki
35 subyek NAFLD dan 29 subyek sehat dewasa
Meneliti hubungan antara kecepatan aliran vena porta dan lemak abdomen pada pasien NAFLD dengan USG Doppler dan magnetic resonance imaging (MRI).
Kecepatan aliran vena porta pada pasien dengan NAFLD lebih rendah dari subyek sehat yang normal (p< 0.0001).
Erdogmus et al. (2008)
Turki
60 subyek dan 20 kontrol
Meneliti efek infiltrasi lemak pada hepar dengan melihat aliran hemodinamik vena porta pada pemeriksaan Doppler.
Kecepatan aliran vena porta menurun seiring dengan peningkatan derajad infiltrasi lemak.
Sarma. (2006)
India
30 subyek
Meneliti flow pulsatility indeks pada vena porta dengan color duplex imaging
Terdapat korelasi negatif antara VPI dengan BMI
Asriyani & Murtala. (2006)
Indonesia
36 pasien
USG color doppler untuk mengetahui nilai kecepatan vena porta pada populasi normal sesuai umur, jenis kelamin, dan kondisi yang berkaitan dengan prandial.
kecepatan aliran vena porta meningkat sesaat setelah makan, 1 jam setelah makan, dan 2 jam setelah makan. Tidak ada perbedaan pada laki-laki dan perempuan.
Wicaksana. (2000)
Indonesia
136 pasien
Membuktikan adanya hubungan antara obesitas dengan diagnosa USG perlemakan hati
Terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan gambaran perlemakan hati. P=0,02640
Penelitian kami berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya karena dilakukan pada populasi yang berbeda yaitu pada populasi overweight dengan
7
atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) di lingkungan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Dissease) di Indonesia.