1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan.
Dengan
meningkatnya
usia
harapan
hidup,
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data statistik dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun sehingga setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih. Pada tahun 2011 jumlah penduduk akan menjadi 241 juta jiwa lebih dengan 118 juta jiwa diantaranya adalah perempuan, termasuk 14,3 juta orang perempuan berusia 50 tahun ke atas, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah perempuan menopause tersebut terus bertambah jumlahnya menjadi 30,3 juta jiwa (www.bps.go.id). Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun suatu saat perkembangan dan pertumbuhan manusia tersebut akan berhenti pada satu tahapan sehingga selanjutnya akan terjadi banyak perubahan pada fungsi tubuh manusia. Pada proses menua akan terjadi perubahan fisik dan psikologis. Salah satu perubahan yang terjadi pada perempuan adalah perubahan fungsi seksualitas, yaitu terjadinya menopause. Menopause didefinisikan sebagai tidak mendapatkan haid selama 12 bulan karena adanya penurunan fungsi ovarium. Pada masa menopause, perempuan
2
akan mengalami berbagai gejala dan ketidaknyamanan yang dimulai sebelum menopause terjadi (perimenopause) sampai setelah menopause (postmenopause). Beberapa faktor yang mempengaruhi gejala menopause antara lain gaya hidup, etnis, status menstruasi, status sosial ekonomi, kejadian negatif di masa lalu, sumber personal dan kepribadian (Smith et al 2008; Binfa et al , 2004). Fase perimenopause, menopause dan postmenopause dikenal dengan istilah masa klimakterium. World Health Organization (WHO) mendefinisikan klimakterium sebagai suatu fase dimana terjadi peralihan antara fase reproduktif ke fase non reproduktif. Pada masa klimakterium ini akan terjadi perubahan hormonal pada perempuan. Fase ini mempunyai periode yang lama, dimana terdiri dari perimenopause, menopause dan postmenopause (Sherman, 2005). Perimenopause merupakan periode sebelum menopause. Periode ini bisa terjadi 2 tahun sebelum menopause sampai dengan 12 bulan tidak mendapatkan haid. Pada periode perimenopause ini perempuan telah mengalami haid yang tidak teratur sampai akhirnya pada suatu titik di mana haid tidak terjadi lagi (menopause). Sedangkan postmenopause terjadi setelah seorang perempuan berhenti haid selama lebih dari 1 tahun. Usia perempuan ketika memasuki fase klimakterium berbeda-beda. Sebagian besar klimakterium terjadi pada usia 45-50 tahun, dengan rata rata usia 48,7 (Bairy, et al, 2009). Bagi
sebagian
perempuan,
klimakterium
merupakan
saat
yang
menyedihkan dalam hidup. Pada masa ini perempuan bisa mengalami hot flushes, masalah seksual, sakit kepala dan berkeringat pada malam hari. Delapan puluh
3
persen perempuan melaporkan adanya ketidaknyamanan gejala yang terjadi saat klimakterium seperti sakit kepala, masalah seksual, takikardi, hot flushes, berkeringat dan insomnia yang secara signifikan dapat menurunkan kualitas hidup (Blumel et al., 2000; Dennerstein, Alexander & Kotz, 2003). Selain ketidaknyamanan fisik, sebagian besar perempuan klimakterik juga mengalami depresi. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi yang benar tentang perubahan yang terjadi selama fase klimakterium sehingga yang dibayangkan hanya efek negatif yang dialami setelah memasuki masa klimakterium. Kurangnya pengetahuan dan akses informasi merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh wanita menopause (Khademi, 2003). Adanya gejala menopause selama masa klimakterium akan mempengaruhi kualitas hidup perempuan klimakterik (Senba & Matsuo, 2009). WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan norma yang ada dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedualian selama hidupnya. Hal ini memberikan konsep yang luas dan berpengaruh pada kondisi kesehatan fisik individu, kondisi psikologis dan kepercayaan seseorang, hubungan sosial dan keterlibatan individu dengan lingkungan mereka (WHO, 1994). Dalam kuesioner kualitas hidup dari WHO yaitu WHOQOL-BREF ada empat domain yang diukur yaitu fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan. Gejala menopause dan kualitas hidup perempuan klimakterik merupakan konsep yang berhubungan erat. Berat ringannya gejala menopause yang dialami oleh perempuan klimakterik akan berdampak terhadap kualitas hidup.
4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Senba dan Matsuo (2009) didapatkan hasil bahwa 22,7% perempuan klimakterik tanpa gejala, 36,4% mengalami gejala yang sedang sehingga diperlukan modifikasi perilaku dan gaya hidup, dan 36,4% mengalami gejala yang berat. Selain gejala klimakterik, dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa 30% wanita klimakterik mengalami gangguan fisik, 10% mengalami gangguan psikologis dan 15% mengalami stress. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu perempuan klimakterik dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada masa klimakterium yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan salah satu bentuk dari promosi kesehatan yang merupakan bentuk intervensi terhadap faktor perilaku. Pendidikan kesehatan bertujuan menyadarkan masyarakat tentang cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dan mengetahui kemana harus mencari pengobatan yang tepat (Notoatmojo, 2009). Lingkup promosi kesehatan pada masa klimakterium meliputi masalah nutrisi, psikologis, olahraga, kesehatan umum serta dukungan keluarga dan tenaga kesehatan (Mubarak, 2011). Pemberian pendidikan kesehatan akan membantu perempuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam mengatasi perubahan dan permasalahan selama masa klimakterium sehingga mampu beradaptasi terhadap berbagai perubahan serta gejala yang terjadi pada masa tersebut. Selain itu pendidikan kesehatan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan perilaku dan koping perempuan dalam mengatasi gejala menopause (Rotem et al, 2005).
5
Untuk mengawali promosi kesehatan, tenaga kesehatan sebelumnya harus melakukan pengkajian terkait dengan pengetahuan masyarakat sehingga akan ditemukan permasalahan yang ada. Dari beberapa masalah yang ditemukan maka ditentukan prioritas masalah. Keefektifan pemberian pendidikan kesehatan ditentukan oleh beberapa hal antara lain tujuan yang ditetapkan, sasaran, metode dan media yang digunakan (Notoatmojo, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Senba dan Matsuo (2009) didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan mempunyai efek positif pada perempuan yang mengalami klimakterium dalam hal peningkatan status kesehatan, perubahan perilaku kognitif dan aktivitas sistem syaraf pusat. Selain itu pendidikan kesehatan juga dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan perawatan kesehatan personal. Dalam penelitian tersebut pendidikan kesehatan menggunakan metode seminar dan terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan yang mengalami klimakterium meningkat sebesar 1015% sebagai akibat dari berkurangnya gejala yang menyertai menopause, serta adanya peningkatan sistem syaraf pusat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hunter dan O’dea (1999) mendapatkan bahwa perempuan yang mendapatkan program pendidikan kesehatan tentang menopause mempunyai pengetahuan dan kebiasaan hidup sehat yang lebih baik. Selain itu 65% melaporkan bahwa program pendidikan ini membantu mereka mengatasi masalah emosional selama menopause. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rotem, et al (2005) yang menyatakan bahwa
berpartisipasi dalam program pendidikan kesehatan yang
6
menggabungkan antara pemberian informasi dengan pertukaran pengalaman akan meningkatkan perilaku perempuan menopause dan meningkatkan kualitas hidup. Metode pendidikan kesehatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah seminar dengan topik yang telah ditentukan tanpa proses penggalian masalah terlebih dahulu. Seminar dilakukan melalui diskusi kelompok kecil dan dilanjutkan dengan latihan beberapa aktivitas seperti relaksasi, latihan dan fisioterapi. Dalam penelitian tersebut disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan metode pendidikan kesehatan yang lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama. Dalam penelitian ini, pendidikan kesehatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendidikan kesehatan berbasis masalah, dimana sebelum diberikan pendidikan kesehatan maka peneliti akan melakukan pengkajian masalah melalui diskusi kelompok terarah/focus group discussion (FGD) dan kuesioner tingkat pengetahuan tentang menopause. Sedangkan metode pendidikan kesehatan yang digunakan oleh peneliti adalah metode ceramah yang dimodifikasi dengan diskusi kelompok kecil, dimana setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Selain itu diakhir pemberian pendidikan kesehatan akan dilakukan latihan relaksasi dan senam yoga untuk mengurangi gejala menopause. Media yang digunakan oleh peneliti adalah booklet. Berdasarkan studi pendahuluan di Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sleman didapatkan hasil bahwa Kecamatan Gamping mempunyai jumlah penduduk perempuan usia 45-60 tahun terbanyak no.3 setelah Kecamatan Depok dan Ngaglik. Kecamatan Gamping ini terdiri dari 5 desa yaitu Balecatur,
7
Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto dan Trihanggo. Dari kelima desa tersebut, Ambarketawang merupakan desa yang paling banyak mempunyai jumlah penduduk wanita usia 45-60 tahun yaitu sebanyak 2.268 orang. Desa Ambarketawang mempunyai 13 dusun. Dari 13 dusun yang ada, Dusun Gamping Kidul merupakan dusun dengan jumlah penduduk wanita usia 45-60 tahun paling banyak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Gamping I didapatkan data bahwa sampai saat ini belum pernah ada wanita yang memeriksakan diri ke Puskesmas dengan keluhan klimakterium. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengungkapan keluhan-keluhan dari manifestasi klinis masa klimakterium akibat ketidaktahuan terhadap apa yang sedang mereka alami saat ini. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman didapatkan data bahwa hampir 80% perempuan menopause belum mengetahui tentang menopause, permasalahan serta penatalaksanaannya. Hal tersebut dikarenakan mereka belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan terkait dengan menopause. Dari hasil wawancara dengan 16 orang perempuan usia 50–65 tahun didapatkan data bahwa 5 orang (31,2%) mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause, 3 orang (18,75%) mengalami ketidaknyamanan ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, 5 orang (31,2%) mengeluh cepat lelah ketika beraktivitas. Sepuluh orang (62,5%) menganggap menopause sebagai hal yang biasa terjadi bersamaan
8
dengan bertambahnya usia dan hanya 3 orang (18,7%)
yang memeriksakan
kesehatannya ke tenaga kesehatan. Beberapa perempuan klimakterik juga beranggapan bahwa keluhan fisik yang dialami wanita di usia itu merupakan suatu kewajaran yang memang seharusnya dialami. Beberapa mitos yang ada di masyarakat Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman tentang menopause misalnya melakukan hubungan seksual saat sudah menopause akan menyebabkan perut membesar. Selain itu mereka juga takut berhubungan seksual karena khawatir akan terkena penyakit kelamin yang ditimbulkan oleh tertampungnya cairan sperma di dalam rahim yang tidak bisa dikeluarkan melalui menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan klimakterik yang ada di masyarakat memerlukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang menopause. Dari hasil studi literatur juga didapatkan bahwa masih sangat sedikit penelitian mengenai pendidikan kesehatan pada perempuan klimakterik. Padahal hal tersebut sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan perempuan sehingga diharapkan lebih siap dan mampu beradaptasi dalam menjalani masa klimakterium. B. Rumusan Masalah Menopause merupakan hal yang secara fisiologis akan dialami oleh seorang perempuan. Perempuan akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut dimulai sebelum menopause (perimenopause) sampai dengan setelah menopause (postmenopause) atau dikenal dengan masa klimakterium. Adanya perubahan perubahan tersebut akan
9
mempengaruhi kualitas hidup perempuan di masa klimakterium. Untuk itu diperlukan proses adaptasi terhadap berbagai masalah dan perubahan selama masa klimakterium sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup perempuan klimakterik. Selain perubahan dan gejala yang terjadi di masa klimakterium, kualitas hidup perempuan klimakterik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, lama menopause, status kesehatan, status pernikahan, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, paritas dan kepemilikan asuransi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan koping perempuan dalam mengatasi gejala menopause. Berdasarkan masalah tersebut, rumusan yang diambil oleh peneliti adalah apakah pemberian pendidikan kesehatan tentang menopause berpengaruh terhadap perubahan kualitas hidup perempuan klimakterik. C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menopause terhadap perubahan kualitas hidup perempuan klimakterik di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta.
2.
Tujuan khusus a. Dapat diketahui gejala/keluhan perimenopause yang paling banyak dialami oleh perempuan klimakterik b. Dapat diketahui perubahan skor kualitas hidup antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
10
c. Dapat diketahui perbedaan skor kualitas hidup perempuan klimakterik sebelum (pretest) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan (posttest) tentang menopause pada kelompok intervensi. d. Dapat diketahui perbedaan kualitas hidup perempuan klimakterik pretest dan posttest pada kelompok kontrol. e. Dapat diketahui perbedaan perubahan skor kualitas hidup pretest dan posttest masing-masing domain kualitas hidup WHOQOL-BREF pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. f. Untuk diketahui hubungan antara usia, gejala menopause, lama menopause,
status
pernikahan,
tingkat
pendidikan,
penghasilan,
pekerjaan, paritas dan kepemilikan asuransi kesehatan, dengan kualitas hidup perempuan klimakterik. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana pembelajaran dan latihan untuk memberikan pendidikan kesehatan yang lebih baik.
2.
Bagi perempuan klimakterik Penelitian ini diharapkan bisa membantu perempuan klimakterik dalam meningkatkan pengetahuan tentang menopause serta beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
11
3.
Bagi keperawatan Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan mengenai pentingnya pemberian informasi kesehatan melalui pendidikan kesehatan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
4.
Bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk melakukan program pendidikan kesehatan secara rutin dan berkelanjutan serta mampu mengaplikasikan metode pendidikan yang tepat bagi usia lanjut sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya lanjut usia.
12
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini dapat dilihat secara rinci pada tabel 1 berikut ini :
No 1
Peneliti, Tahun Yazdkhasti M, Keshavarz M, Khoei ESM, Hosseini AF, Esmaeilzadeh S, Pebdani MA, Jafarzadeh H, 2012
Tabel 1 Daftar beberapa penelitian yang sejenis berdasarkan nama peneliti, tahun, judul, metode dan hasil penelitian Judul Tujuan Metode Hasil Perbedaan The effect social support Untuk mensurvei efek dari Quasy Ada perbedaan bermakna Subyek penelitian, instrumen group method on quality of kelompok dukungan experiment antara aspek vasomotor, dan analisisyang dugunakan life in Post menopausal terhadap kualitas hidup psikososial, fisik dan seksual women perempuan postmenopause dengan kualitas hidup pada kelompok perlakuan
2
Nugraheni MD, 2012
Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dan booklet terhadap pengetahuan ibu tentang menopause di perumahan candi gebang permai ngemplak sleman
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dan booklet terhadap pengetahuan ibu tentang menopaus
kuasi eksperimen dengan rancangan non equivalent control group design dengan pretest dan posttest
Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dan booklet terhadap pengetahuan ibu tentang menopause
Media Penkes dan variabel terikat
3
Sulistyawati AD, 2011
Pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan media audiovisual terhadap pengetahuan ini tentang menopause di dukuh girimulyo kelurahan gergunung klaten utara
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan media audiovisual terhadap pengetahuan ini tentang menopause
Quasy experiment
Pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam menjalani menopause
Variabel terikat (pengetahuan)
13
No
Peneliti, Tahun
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Perbedaan
4
Ueda M., Matsuda M., Okano K.., Suenaga H, 2009
Longitudinal Study of a health education program for Japanese in menopause
Untuk mengkaji keefektifan program terhadap gejala, perilaku dan perubahan kualitas hidup
Quasy experiment
Program pendidikan kesehatan efektif terhadap gejala, perilaku dan perubahan kualitas hidup
Penelitian sebelumnya tidak ada kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan juga berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti saat ini.
5
Senba N., Motsuo H, 2009
Effect of a health education program on climacteric women
Untuk mengevaluasi efek program pendidikan kesehatan pada perempuan klimakterium terutama peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
Quasy experiment
Ada peningkatan pada indek menopausal dan angka depresi. Tingkat kualitas hidup dan persepsi terhadap kesehatan meningkat secara signifikan. Peran fisik dan emosi juga meningkat. Perubahan perilaku kognitif juga meningkat berdasarkan laporan dari responden
Alat ukur kualitas hidup, metode pendidikan kesehatan serta tidak menganalisis hubungan variabel pengganggu terhadap kualitas hidup
6
Rotem M.,Kushnir T., Levine R, Ehrenfeld M, 2005
A Psycho Educatioal Program for improving women’s Attitudes and Coping With Menopause Symptoms
Untuk mengkaji dampak partisipasi pada program pendidikan psikis terhadap perilaku menuju menopause, gejala dan hubungan keduanya
Quasy experiment
Partisipan melaporkan adanya peningkatan yang signifikan dalam perilaku dan penurunan gejala dibandingkan pada kelompok yang tidak diberikan intervensi. Partisipasi dalam program pendidikan kesehatan yang menggabungkan antara pemberian informasi dengan pertukaran pengalaman pada kognitif, emosi dan sosial akan meningkatkan perilaku
Dalam penelitian ini hanya ditekankan aspek psikologis saja, variabel terikatnya berbeda
14
No
Peneliti, Tahun
Judul
7
Guimaraes and Baptista.F , 2011
Influence of habitual physical activity on the symptoms of climacterium/menopause and the quality of life of middle
Tujuan
Metode
Chun, J.Y et al, 2011
A Study assessing the quality of life related to avoiding symptoms and sexual functions in menopausal women
Perbedaan
Untuk menganalisis pengaruh lamanya latihan fisik terhadap gejala klimakterik dan beberapa domain kualitas hidup
Quasy experiment
Latihan fisik teratur lebih dari 60 menit setiap hari akan menurunkan gejala klimakterium/menopause dan meningkatkan kualitas hidup pada domain psikologi dan sosial
Beda dalam hal intervensi yang diberikan
Untuk mengetahui dampak menopause terhadap kualitas hidup pada usia pertengahan dan usia lanjut khususnya dampak terhadap kesehatan secara umum, pencegahan gejala menopause dan gangguan fungsi seksual
Cross Sectional
Menopause akan berpengaruh negative terhadap kualitas hidup wanita pada usia pertengahan atau usia lebih tua karena menurunkan kesejahteraan dan meningkatkan keluhan
Metode yang digunakan dan variable terikat
aged women 8
Hasil perempuan menopause dan meningkatkan kualitas hidup.