BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan
penyakit
dan
pelayanan
kesehatan
mengakibatkan
meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy). Hal ini, berdampak pada bertambahnya jumlah lansia dan memiliki kecenderungan akan meningkat dengan cepat. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun pemerintah (Azizah, 2011). Menua (aging) merupakan proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang seperti genetik (keturunan), asupan gizi, kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari-hari (Darmojo dan Martono, 2004). Proporsi penduduk lansia dari total penduduk dunia akan naik dari 10 % pada tahun 1998 menjadi 15% pada tahun 2025, dan meningkat hampir mencapai 25% pada tahun 2050 (UNFA, 2007). Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang juga mengalami peningkatan populasi penduduk lansia dari 4,48% (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi
1
2
9,77% (23,9 juta jiwa) pada tahun 2010. Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan jumlah penduduk lansia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa (Makmur, 2006). Dari data The National Old People’s Welfare Council Inggris ada 12 macam gangguan umum pada lansia. Salah satunya adalah kecemasan. Rasa cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat (Dep.Kes. RI, 2000). Kecemasan merupakan gangguan mental yang paling umum dialami oleh orang tua, mempengaruhi 1 dari 10 orang yang berusia diatas 60 tahun. Rata-rata 70% orang-orang dalam kelompok ini menderita general rasa cemas (Lenze, 2006). Menurut La Roux, et al (2005) menemukan bahwa kira-kira 25% subyek dilaporkan mengalami serangan kecemasan setelah usia 60 tahun. Berdasarkan pembahasan di atas penulis merasa perlu menelaah lebih
jauh tentang
permasalahan
ini dengan melakukan
survei
pendahuluan. Survei dilakukan di daerah Banyuagung, Kardipiro, Banjarsari. Gejala kecemasan, baik bersifat akut maupun kronik merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Diperkirakan jumlah penderita gangguan kecemasan mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria adalah 2 : 1 dan diperkirakan 2% - 4% diantara penduduk kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas (PPDGJ-II, Rev. 1983).
3
Manajemen pencegahan dan terapi pada kondisi stres, cemas dan depresi memerlukan pendekatan yang holistik, yaitu mencakup fisik, psikologik, psikososial dan psikoreligius. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun mental adalah aktivitas fisik (Hawari, 2007). Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik sangat penting perananya terutama bagi lansia (Fatmah, 2010). Olahraga juga merupakan aktivitas fisik yang baik bagi lansia, dimana olahraga adalah sebuah aktivitas manusia yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan rohani (Fatmah, 2010). Senam aerobik intensitas ringan adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang mudah dan ringan dilakukan oleh lansia. Senam dapat meningkatkan kesehatan fisik yang dapat mengurangi stresor penyebab kecemasan. Saat melakukan senam hipotalamus akan meningkatkan produksi β-endorphin dalam darah, sehingga dapat meningkatkan aliran darah menuju otak sehingga bisa mengurangi rasa nyeri, cemas, depresi dan perasaan letih (Guyton dan Hall, 1997). Senam merupakan latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik, dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (Widianti dan Proverawati, 2010).
4
Senam aerobik adalah latihan yang menggunakan sistem kerja dengan menggunakan oksigen sebagai kerja utama. Senam aerobik intensitas ringan adalah senam yang gerakannya menggunakan seluruh otot, terutama otot-otot besar, sehingga memacu kerja jantung paru dan gerakan-gerakan badan secara bersinambungan pada bagian tubuh dengan gerakan satu atau dua kaki tetap menempel pada lantai serta diiringi musik (sudibyo, 2001). Menurut American Collage of Sport Medicine (ACSM) intensitas latihan aerobik harus mencapai target zone sebesar 60- 90% dari frekuensi denyut jantung maksimal atau MHR. Intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai
60-69% dari Maximal Heart Rate (Pollock dan
Wilmore, 1990). Menurut Fatmah (2010), olahraga aerobik harus memenuhi kriteria akronim F.I.T.T 1). Frequency (frekuensi) : 3-5 kali/minggu. 2). Intensity (semangat) : ringan-sedang. 3). Time (waktu) : terus-menerus 20-30 menit. 4). Tipe : aerobik ringan. Dengan ketentuan bergerak badan aerobik 3 kali perminngu, jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit. Melihat dari masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh senam aerobik intensitas ringan terhadap kecemasan lansia di Banyuagung, Kardipiro, Banjarsari.
5
B. Idenfikasi Masalah Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus-menerus,
dan
berkesinambungan.
Selanjutnya
akan
menyebabkan perubahan anatomis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001). Menjadi tua merupakan proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari dimana proses menua dipengaruhi oleh factor eksogen dan endogen yang dapat menjadi faktor resiko penyakit degerenatif yang bisa dimulai sejak usia muda atau produktif, namun bersifat sunklinis (Fatmah, 2010). Usia lanjut adalah seseorang yang berusia diatas 60 tahun, dimana orang- orang ini mempunyai masalah sendiri yang berhubungan dengan proses menjadi tua dengan segala akibat badaniah, psikologi dan sosial (Maramis, 2004). Kecemasan merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakkan dan rasa tidak baik yang tidak dapat dihindari (Hurlock, 1991). Senam aerobik intensitas ringan merupakan gerakan yang menggunakan seluruh otot, terutama otot-otot besar, sehingga memacu kerja jantung-paru dan gerakan badan secara bersinambungan pada bagian tubuh bentuk gerakan dengan satu atau kaki tetap menempel pada lantai serta dengan diiringi musik (Budiharjo, 2005).
6
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh senam aerobik intensitas ringan terhadap kecemasan pada lansia?”
D. Pembatasan Masalah Pembatasan dalam penelitian ini adalah pada usia lanjut yang berumur > 60 tahun. Pada pengaruh senam aerobik intensitas ringan terhadap kecemasan pada lansia yang mengikuti senam yang ada di Banyuagung, Kardipiro, Banjarsari, Surakarta.
E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh senam aerobik intensitas ringan terhadap tingkat kecemasan pada lansia.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti tentang permasalahan yang terjadi pada kecemasan lansia yang mengikuti senam aerobik intensitas ringan. 2. Bagi Pengembang Ilmu Mendapatkan gambaran secara teoritis tentang olah raga senam alternatif untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan mengembangkan untuk tujuan yang luas.
7
3. Bagi Institusi Pelayan Mengetahui dan mengembangkan model latihan senam untuk mencapai serta mempertahankan tingkat kesehatan secara optimal. Salah satunya adalah lansia. 4. Bagi Masyarakat Adapun secara umum di masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Mendapat gambaran tentang manfaat senam Aerobik Intensitas Ringan sehingga dapat tertarik dan mengikuti senam tersebut. b. Membantu pemberian penjelasan hubungan senam Aerobik Intensitas Ringan terhadap penanganan masalah psikologis.