BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia dipenuhi dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dalam dunia industri juga terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan mengoptimalkan proses produksi, dimana kualitas produk yang dihasilkan, pemeliharaan mesin yang baik, dan waktu produksi yang singkat harus diperhatikan secara lebih khusus sehingga perusahaan dapat memberikan yang terbaik kepada para konsumennya. Dengan mengoptimalkan proses produksi, khususnya pada mesin, maka perusahaan dapat meminimasi adanya produk cacat. Secara garis besar, ada beberapa hal yang mempengaruhi adanya produk cacat yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, mulai dari bahan baku, proses permesinan, mesin itu sendiri, manusia (operator), dan hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut harus diatur secara baik, karena akan mempengaruhi hasil akhir dari produk tersebut, apakah produk tersebut gagal atau produk tersebut berhasil memenuhi spesifikasi atau standar yang ada.Selain itu, biaya yang dikeluarkan pun sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada akhirnya dapat
2
memaksimalkan penggunaan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Dalam dunia industri manufaktur saat ini, sebagian besar proses produksi juga sudah dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dimana dengan menggunakan mesin, proses produksi dapat dilakukan dalam jumlah yang lebih banyak, dalam waktu yang lebih singkat, dan dengan konsistensi yang lebih baik. Tetapi penggunaan mesin untuk jangka waktu yang lama dan terusmenerus tentunya akan menyebabkan berkurangnya performance mesin, yang akan berdampak pada kualitas dari produk yang dihasilkan. Dan jika kondisi mesin tidak cepat diperbaiki, tentunya tidak hanya berdampak pada kualitas dari produk saja, tetapi akan dapat menyebabkan terhentinya proses produksi. Jika ada proses produksi yang terhenti, akan menimbulkan kerugian pada pihak perusahaan baik dari waktu ataupun biaya. Oleh karena itu, kondisi mesin juga merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan. Untuk menjamin agar mesin dapat beroperasi dengan baik dan optimal diperlukan suatu sistem perawatan yang baik dan terencana. Oleh karena itu, perusahaan berupaya melakukan upaya pemeliharaan peralatan secara produktif. Aktivitas pemeliharaan tersebut secara umum mencakup kegiatan pengecekan, pembersihan, pelumasan, pendeteksian atas penyimpangan, reparasi atas kerusakan-kerusakan, penggantian spare part (suku cadang komponen), dan sebagainya. Mesin yang selalu dalam keadaan baik akan memiliki performance yang baik pula, sehingga produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik yang sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan dan konsumen.
3
Penggantian spare part juga harus mendapatkan perhatian dari perusahaan. Karena jika pada saatnya komponen mesin tersebut harus diganti, suku cadang komponen tersebut sudah tersedia, sehingga proses penggantian komponen berlangsung cepat dan tidak menyebabkan proses produksi terhenti lama. Dengan adanya persediaan suku cadang komponen tersebut, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya yang terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan. Tentunya biaya tersebut harus seminimal mungkin, yang salah satu caranya adalah dengan memperhitungkan kapan perusahaan harus memesan dan berapa banyak jumlah suku cadang komponen yang harus dipesan. Penjadwalan produksi khususnya penjadwalan mesin juga merupakan bagian penting dalam suatu proses produksi. Dengan penjadwalan yang baik maka waktu proses produksi juga akan berjalan lebih singkat karena waktu idle (waktu menganggur) juga berkurang. Dan dengan waktu proses produksi yang lebih singkat, maka diharapkan perusahaan dapat menyelesaikan pesanan konsumen dengan tepat waktu. PT SUCACO Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan berbagai macam kabel. Adapun permasalahan minimasi produk cacat, pemeliharaan mesin, pemesanan suku cadang, dan penjadwalan mesin yang akan dibahas diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi PT SUCACO Tbk sebagai informasi atau perbaikan untuk perencanaan produksi yang lebih baik.
4
1.2
Identifikasi dan Perumusan Masalah PT. SUCACO Tbk merupakan satu industri yang menghasilkan produk –
produk kabel dengan berbagai jenis spesifikasi. Salah satu produk kabel yang dihasilkan di PT. SUCACO Tbk adalah Telephone Cable. Telephone Cable mempunyai 3 jenis produk yaitu Indoor Cable (Kabel telepon rumah), Duct Cable (Kabel telepon dalam tanah), dan Aerial Cable (Kabel telepon di udara). Permasalahan teridentifikasi pada jenis produk Indoor Cable, dimana Indoor Cable terdiri dari 5 jenis yaitu 10 pair, 20 pair, 30 pair, 40 pair dan 50 pair. Secara umum proses produksi pada Indoor Cable terdiri atas 5 proses produksi yaitu proses drawing/insulation, proses quadding, proses cabling, proses wrapping, dan proses sheating. Masing-masing proses ini saling berkaitan membentuk suatu lini produksi dan memiliki jenis mesin yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan produksinya. Untuk proses produksi drawing/insulation menggunakan jenis mesin TEX 5000MB, proses quadding menggunakan mesin TQD 500TH, proses cabling menggunakan mesin TDT 16TA, proses wrapping menggunakan mesin TTP 2,5CA, dan proses sheating menggunakan mesin TEX 120NC. Dalam kegiatan
produksi
tentunya
terdapat
faktor
–
faktor
yang
mempengaruhi produk yang tidak sesuai dengan karakteristik mutunya sehingga pada saat pengendalian kualitas, produk yang dihasilkan memiliki kuantitas kecacatan yang meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecacatan yang menyebabkan insulation resistant (IR) rendah pada produk Indoor Cable adalah faktor mesin. Dimana ukuran setting mesin yang digunakan sangat mempengaruhi
5
kecacatan pada produk yang dihasilkan. Oleh karena itu keakuratan pada penyettingan mesin yang tepat harus diperhatikan lebih teliti lagi. Karena sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan tenaga mesin, maka faktor pemeliharaan mesin merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan, sebab akan berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa maintenance merupakan salah satu bagian pada perusahaan yang memiliki peran yang sangat penting. Sedangkan pada kenyataannya, kegiatan maintenance yang dilakukan pada perusahaan, hanya sebatas kegiatan perbaikan pada mesin yang mengalami kerusakan saja. Tentu saja hal ini akan berdampak pada terhentinya proses produksi secara keseluruhan serta dapat juga menyebabkan kecacatan pada produk. Tingginya frekuensi breakdown mesin menjadi perhatian khusus bagi departemen maintenance untuk mencari solusi pemeliharaan mesin yang lebih baik dengan melakukan tindakan preventive maintenance sehingga perusahaan dapat mencegah
atau
meminimalisasi
kemungkinan
terjadinya
kerusakan
mesin
(breakdown) sewaktu proses produksi berlangsung. Selain penerapan preventive maintenance yang teratur, diperlukan juga suatu sistem persediaan (teknik lotting) atau inventory dari komponen dari mesin tersebut agar pada saat mesin tersebut mengalami pergantian komponen, komponen telah tersedia dan siap pakai. Selain itu teknik lotting untuk menentukan persediaan komponen sebaiknya menggunakan teknik lotting yang optimum sehingga biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan minimum.
6
Banyaknya produk indoor Cable yang dihasilkan pada PT.SUCACO Tbk tentunya dibutuhkan suatu strategi penjadwalan dalam produksi yang baik karena waktu produksi serta kuantitas pemesanan pada setiap jenis kabel berbeda – beda. Penjadwalan pada proses produksi ini bertujuan untuk meminimasi total waktu penyelesaian seluruh produk pada proses produksi.
Dari permasalahan pada PT.SUCACO Tbk yang telah diidentifikasi, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: •
Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair dengan material Polyvinyl Chloride (PVC) ?
•
Berapa nilai kombinasi setting mesin yang paling optimal dari faktor - faktor yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair dengan material Polyvinyl Chloride (PVC) ?
•
Bagaimana proporsi jumlah produk Indoor Cable 10 pair yang memiliki insulation resistant (IR) rendah sebelum penerapan setting optimal dibandingkan dengan setelah penerapan setting optimal ?
•
Berapa besarnya biaya kerugian serta penghematan biaya yang dialami PT SUCACO Tbk sebelum percobaan dibandingkan dengan setelah percobaan ?
•
Mesin apa yang tergolong sebagai mesin yang memiliki tingkat breakdown paling sering pada lini produksi indoor cable ?
7
•
Komponen apa yang tergolong sebagai komponen kritis pada mesin kritis berdasarkan prinsip pareto ?
•
Apa jenis distribusi komponen kritis yang didapatkan dari perhitungan data waktu kerusakan (TTF) berdasarkan data historis periode waktu bulan September 2008 – bulan Februari 2009 ?
•
Berapa waktu antar kerusakan (MTTF) pada komponen kritis ?
•
Berapa waktu perbaikan rata-rata (MTTR) pada komponen kritis ?
•
Berapa % peningkatan reliability untuk komponen kritis dengan adanya penerapan preventive maintenance ?
•
Berapa % penghematan biaya (cost saving) untuk komponen kritis dengan adanya penerapan preventive maintenance ?
•
Apa yang menjadi akar penyebab terjadinya breakdown berdasarkan analisa RCA (Root Cause Analysis) ?
•
Berapa hasil estimasi frekuensi breakdown (bulan Maret 2009 – bulan Agustus 2009) untuk komponen kritis?
•
Berapa ukuran lot pemesanan dan total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk komponen kritis pada 6 periode ke depan (bulan Maret 2009 – bulan Agustus 2009) ?
•
Bagaimana urutan job yang harus dikerjakan untuk memenuhi pesanan dan total waktu penyelesaian seluruh job (makespan)?
8
1.3
Ruang Lingkup Dalam
menyelesaikan
perumusan
masalah
diatas,
adapun
metode
penyelesaian yang dibahas adalah masalah minimasi produk cacat dengan menggunakan metode Taguchi, masalah pemeliharaan mesin dengan menggunakan metode Preventive Maintenance, masalah pemesanan suku cadang komponen dengan menggunakan metode teknik lotting Wagner Within, masalah penjadwalan mesin dengan menggunakan metode Gupta. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan memiliki arah dan tujuan yang lebih jelas dalam melakukan pembahasan skripsi ini, maka ruang lingkup untuk pembahasan skripsi ini dibatasi pada : •
Observasi dilakukan pada mesin-mesin di lini produksi indoor cable.
•
Untuk minimasi produk cacat, difokuskan pada jenis indoor cable 10 pair pada proses permesinan sheating, dimana pada jenis kabel dan proses permesinan tersebut, produk kabel cacat (memiliki IR rendah) paling banyak dihasilkan.
•
Data breakdown dan downtime mesin dan komponen merupakan data breakdown dan downtime bulan September 2008 – bulan Februari 2009.
•
Untuk pembahasan selanjutnya hanya dilakukan untuk mesin dan komponen yang tergolong kritis.
•
Data downtime hanya pada saat mesin berhenti beroperasi saja (rusak), tidak termasuk pada saat setting.
9
•
Tidak membahas mengenai kemungkinan terjadinya faktor kelalaian manusia (Human Error) saat pengoperasian mesin berlangsung pada masa yang akan datang.
•
Data permintaan untuk pemesanan suku cadang komponen kritis merupakan data estimasi breakdown dengan simulasi Monte Carlo bulan Maret 2009 - bulan Agustus 2009.
•
Untuk penjadwalan mesin, terdiri dari 5 mesin produksi dengan produk indoor cable 10 pair, 20 pair, 30 pair, 40 pair, 50 pair sebagai job-nya, dengan kriteria minimum makespan (total waktu penyelesaian seluruh job dengan waktu yang minimum).
1.4
Tujuan dan Manfaat
1.4.1
Tujuan Tujuan dari pembahasan skripsi ini adalah : •
Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair dengan material PVC.
•
Untuk mengetahui nilai kombinasi setting mesin yang paling optimal dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses permesinan pembuatan selubung pada indoor cable 10 pair dengan material PVC.
10
•
Untuk mengetahui proporsi jumlah produk indoor cable 10 pair yang memiliki IR (Insulation Resistant) rendah sebelum penerapan setting optimal dibandingkan dengan setelah penerapan setting optimal.
•
Untuk mengetahui besarnya kerugian serta penghematan biaya yang dialami PT SUCACO Tbk sebelum percobaan dibandingkan dengan setelah percobaan.
•
Untuk mengetahui mesin yang memiliki tingkat breakdown paling sering pada lini produksi indoor cable.
•
Untuk mengetahui komponen yang tergolong sebagai komponen kritis pada mesin kritis berdasarkan prinsip pareto.
•
Untuk mengetahui jenis distribusi komponen kritis yang didapatkan dari perhitungan data waktu kerusakan (TTF) berdasarkan data historis periode waktu bulan September 2008 – bulan Februari 2009.
•
Untuk mengetahui waktu antar kerusakan (MTTF) pada komponen kritis.
•
Untuk mengetahui waktu perbaikan rata-rata (MTTR) pada komponen kritis.
•
Untuk mengetahui % peningkatan reliability untuk komponen kritis dengan adanya penerapan preventive maintenance.
•
Untuk mengetahui % penghematan biaya (cost saving) untuk komponen kritis dengan adanya penerapan preventive maintenance.
11
•
Untuk mengetahui yang menjadi akar penyebab terjadinya breakdown berdasarkan analisa RCA (Root Cause Analysis).
•
Untuk mengetahui hasil estimasi frekuensi breakdown (bulan Maret 2009 – bulan Agustus 2009) untuk komponen kritis.
•
Untuk mengetahui ukuran lot pemesanan dan total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk komponen kritis pada 6 periode ke depan (bulan Maret 2009 – bulan Agustus 2009).
•
Untuk mengetahui urutan job yang harus dikerjakan untuk memenuhi pesanan dan mengetahui total waktu penyelesaian seluruh job (makespan).
1.4.2
Manfaat Manfaat dari pembahasan skripsi ini adalah : 1. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT SUCACO Tbk, sebagai masukan hasil evaluasi dan analisa pertimbangan dalam membuat kebijakankebijakan di masa mendatang dalam hal minimasi produk cacat yang berupa kombinasi setting mesin yang paling optimal, sistem pemeliharan mesin yang berupa preventive maintenance, pemesanan suku cadang komponen kritis dengan biaya yang paling minimum, penjadwalan mesin dengan waktu penyelesaian seluruh job yang paling minimum.
12
2. Bagi universitas Penelitian ini dapat menambah daftar pustaka bagi Universitas Bina Nusantara khusunya jurusan Teknik Industri. 3. Bagi penulis Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan pengetahuan serta wawasan penulis, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan teori dan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
1.5
Gambaran Umum Perusahaan
1.5.1
Sejarah Singkat Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 9 November 1970 di Jakarta dengan nama PT.
SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE (PT SUCACO Tbk) berdasarkan akte Notaris Eliza Pondag, No. 9 Notaris di Jakarta yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. : J.A.5/104/8 pada tanggal 28 Juli 1971 dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta No. 2230 tanggal 28 Juli 1971 serta dimuat dalam tambahan No. 419 dari berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 10 September 1971, dan perubahan anggaran dalam rangka memasyarakatkan saham (go public) dilaksanakan dengan akte notaries Ny. Kartini Mulyadi, SH No. 286 tanggal 31 Mei 1982, yang telah disahkan dengan surat Keputusan Menteri Kehakiman No. 4.A.5/407/25 tanggal 1 Juni 1982.
13
PT SUCACO Tbk menjalankan usahanya dalam rangka Undang-undang No. 6 tahun 1968, Undang-undang No. 12 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Sebelum perusahaan ini didirikan, untuk konsumsi dalam negeri ± 18 tahun yang lalu di import bermacam-macam kabel listrik dan telekomunikasi. Menyadari bahwa kebutuhan Indonesia semakin meningkat dan didukung pula oleh ajakan pemerintah dengan adanya Undang-undang No. 6/1968, maka didirikan Perusahaan Pabrik Kabel yang terbesar dan pertama pada saat itu, diatas tanah seluas 10 Ha di daerah Kalideres, Jakarta Barat. Pada tahun permulaan setelah berdirinya, produksi yang dihasilkan perusahaan ini terdiri dari kabel-kabel listrik tegangan rendah dan formika. Kemudian sejalan dengan kemampuan dan pengalaman perusahaan asing terkemuka seperti antara lain dengan :
The Furukawa Electric Company Ltd. Japan
Sumitomo Electric Industries Ltd. Japan
I.E.S.C New York USA Maka sejak tahun 1975, PT SUCACO Tbk dapat memproduksi sendiri kabel
telepon, kabel listrik sampai dengan 15 kV (tahun 1976), kabel enamelled (tahun 1977), kabel konduktor aluminium (tahun 1976), dan pada tahun 1981 PT SUCACO Tbk telah mampu produksi kabel listrik tegangan menengah dan tinggi dengan 77 kV. Hasil karya ini semata-mata dikerjakan langsung oleh tenaga Indonesia (tidak terdapat tenaga asing dalam PT SUCACO Tbk sampai saat ini).
14
Pada awal pendirian modal perusahaan sebesar Rp 1.000.000.000,00 sesuai dengan perkembangan maka modal perusahaan pada tahun 1982 menjadi Rp 16.000.000.000,00 setelah go public. Di samping itu dalam menjalankan usahanya, perusahaan mendapatkan Kredit Modal Kerja dari Bank Dagang Negara. PT SUCACO Tbk juga mempunyai cabang di Surabaya dan Medan. Berdasarkan surat keputusan BAPEPAM No. 033/PM/1977 tertanggal 21 Juni 1977, PT SUCACO Tbk melaksanakan penawaran umum saham dengan jumlah saham 4.800.000 lembar saham seharga Rp 4.800.000.000,00 (saham per lembar Rp 1.000,00) dengan perbandingan persentase kepemilikan pemegang saham lama dengan nilai nominal Rp 4.800.000.000,00 (3%). Dalam rangka mengembangkan perusahaan, juga diadakan joint venture bersama perusahaan Jepang mendirikan Pabrik Copper Rod dengan nama PT TMS (Tembaga Mulia Semanan) pada tahun 1977, dan sejak tahun 1982 telah mendirikan pula perusahaan Aluminium Rod dengan nama PT SUPREME ALURODIN. Selain itu, untuk dapat lebih maju dari para pesaingnya (melalui pemanfaatan teknologi mutakhir serta perencanaan produksi yang seksama), PT SUCACO Tbk telah menjalin hubungan kerja sama teknologi dengan perusahaan asing lainnya yang antara lain dari :
Amerika, General Electric, Western, USS Stell, Duppont
Jepang, Kuhara, Hamana, Showa, Nissin Denki
Korea Selatan, Taihan
Jerman, Kabelmetal, Siemens, Rosendhal, AEG, Krupp
15
Inggris, AEI, Babcock
Prancis, Pourtier, Brondel, Pechinery
Switzerland, Maillefer, Cortaloid
Italy, OM Lesmo
Finlandia, Nokia
Taiwan, Pan Pioneer Saat ini, PT SUCACO Tbk telah menjadi mitra bisnis yang andal di industri
kabel. Lebih dari itu, PT SUCACO Tbk juga merupakan perusahaan dengan posisi keuangan yang sehat yang mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan infrastruktur nasional dengan reputasi internasional.
1.5.2
Lokasi Perusahaan Adapun kantor pusatnya pada saat ini terletak pada Jalan Kebon Sirih No. 71,
Jakarta Pusat. Sedangkan pabriknya terletak di berbagai plant, diantaranya :
Plant Daan Mogot Plant Daan Mogot merupakan pabrik terbesar yang memproduksi kabel. Pabrik ini terletak di Jl. Daan Mogot Km 16 Cengkareng, Jakarta 11850. PO Box 6501 JKT 11065. Berdiri di areal tanah seluas 10 Ha dan didukung oleh ± 937 karyawan. Di Plant ini diproduksi berbagai macam kabel, diantaranya : o Low Voltage Power Cable o Telecommunication Cable
16
o Medium and High Voltage Cable o Enamelled Wire
Plant Bekasi Plant ini terletak di Jl. Raya Perjuangan Km 2, Kel. Harapan Jaya, Bekasi Utara. Pada Plant Bekasi, PT SUCACO Tbk memproduksi enameled wire untuk transformator dan keperluan peralatan elektrik lainnya. Di Plant ini juga memproduksi Polyviny Formal Copper, Polyster Copper, Polyster-imide Copper, Tolyurethane Copper.
Plant Cikarang Plant ini terletak di Jl. Raya Cikarang, Cibarusah Km 7.5 No. 20A, Pasir Koci, Kec. Cikarang Selatan, Bekasi. Plant ini berdiri sejak tahun 2003 yang khusus memproduksi kabel-kabel ukuran kecil (small cable) dengan ukuran 2 pairs dan Telecommunication Cable.
1.5.3
Visi dan Misi Perusahaan PT SUCACO Tbk sangat menyadari pentingnya pernyataan visi dan misi
perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, PT SUCACO Tbk telah mencanangkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut :
1.5.3.1 Visi Perusahaan “Menjadi Perusahaan terkemuka di Asia Tenggara dengan reputasi dan keandalan global”
17
1.5.3.2 Misi Perusahaan
Mencapai kinerja terbaik diantara produsen sejenis di Indonesia dalam hal keandalan produk, pangsa pasar, dan profitabilitas.
Memiliki kemampuan operasional dan daya saing yang kuat dalam melayani pasar internasional atau bebas.
Menjadi bagian dari usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
1.5.4
Kebijakan dan Sasaran Perusahaan Tahun 2009
1.5.4.1 Kebijakan Perusahaan
Mencapai tingkat penjualan dan profibilitas yang terbesar pada industri sejenis di Indonesia.
Selalu menjaga tingkat standar dan komitmen yang tinggi dalam : o Pelayanan terhadap pelanggan o Perancangan dan pelaksanaan produk, material, maupun proses o Pemastian mutu dan keandalan produk o Peningkatan efisiensi
Membentuk karakter sumber daya manusia yang : o Peduli dan responsif terhadap kepuasan pelanggan o Peduli terhadap peningkatan efisiensi o Selalu bekerja dalam kebersamaan demi keunggulan
18
1.5.4.2 Sasaran Perusahaan Tahun 2009
Mencapai nilai penjualan sebesar Rp 2.47 triliyun atau senilai dengan kandungan 19.000 ton Cu dan 5.000 ton Al
Mencapai laba kotor 15% dan laba usaha 11%
Mencapai ratio waste bahan baku produksi terhadap pemakain bahan baku maksimum 1,8%
Mencapai ratio terhadap penjualan : o Untuk inventory finished good maksimum 55% o Untuk inventory bahan baku maksimum 25%
Mencapai ratio WIP terhadap penjualan maksimum 13%
Mencapai ratio pemakaian bahan baku terhadap standar maksimum 101,4%
Mencapai minimum KAIZEN per karyawan per bulan melalui proses penerapan RINGKAS, RAPI, dan RESIK
1.5.5
Falsafah Perusahaan Falsafah perusahaan PT. SUCACO Tbk tertuang dalam LIMA KOMITMEN
DASAR : 1. KOMITMEN TERHADAP PELANGGAN
Memasok produk bermutu secara tepat waktu dan dengan harga yang bersaing
Memberikan pelayanan yang cepat dan profesional
Menyampaikan informasi yang dapat membantu dalam penggunaan produk
19
Membina dan mempertahankan hubungan yang dilandasi rasa saling mempercayai
2. KOMITMEN TERHADAP KARYAWAN
Membantu pengembangan pribadi dan profesional setiap karyawan
Memberi penghargaan berdasarkan kinerja dan prestasi
Mengutamakan promosi jabatan dan internal perusahaan
Meningkatkan rasa melu handarbeni (turut memiliki) terhadap perusahaan
3. KOMITMEN TERHADAP PEMEGANG SAHAM
Menjaga dan bertanggung jawab atas aset perusahaan
Menjadikan perusahaan sebagai investasi yang menarik
Mengupayakan tingkat pengembangan usaha yang menguntungkan
Meningkatkan citra perusahaan
4. KOMITMEN TERHADAP REKANAN
Memilih berdasarkan mutu, keandalan, dan harga
Membina rekanan dengan dasar saling menguntungkan untuk kepentingan jangka panjang
5. KOMITMEN TERHADAP MASYARAKAT
Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Turut membantu perbaikan masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan
Berpartisipasi dalam pembangunan nasional
20
1.5.6
Layout PT SUCACO Tbk
Gambar 1.1 Layout PT SUCACO Tbk. Daan Mogot Sumber : PT SUCACO Tbk
21
1.5.7
Layout Plant Telephone Cable (TC)
Gambar 1.2 Layout Plant Telephone Cable Sumber : PT SUCACO Tbk
22
1.5.8
Manajemen Sumber Daya Manusia Sistem manajemen merupakan bagian penting pada suatu perusahaan agar
perusahaan tersebut mampu menjalankan perusahaan secara teratur sesuai dengan struktur organisasinya. Sistem manajemen yang baik akan memperlancar jalannya usaha dan memudahkan perusahaan untuk dapat mencapai target perusahaan.
1.5.8.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan jalur tanggung jawab pekerjaan dan jalur laporan pertanggungjawaban. Berikut ini adalah struktur organisasi yang dimiliki oleh PT SUCACO Tbk :
23
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Sumber : PT SUCACO Tbk
24
1.5.8.2 Uraian Jabatan Tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan yang ada pada struktur organisasi PT. SUCACO adalah : 1. President Director Uraian jabatan :
Menyusun kebijakan dan peraturan perusahaan
Melakukan pengawasan kepada Vice President Director dan Director perusahaan
Bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilaksanakan atas nama perusahaan di dalam ataupun diluar perusahaan
Mengelola kegiatan operasi perusahaan
2. Vice President Director Uraian jabatan :
Melakukan pengawasan kepada Director perusahaan
Mengkoordinasi tugas para Director
3. Corporate Secretary Uraian jabatan :
Mengelola dan menyimpan dokumen-dokumen perusahaan
Menyiapkan dokumen atau persyaratan administrasi perusahaan
25
4. Sales dan Marketing Director Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja departemen sales dan marketing
Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan sales dan marketing
Menganalisa bersama General Manager tentang perkembangan sales dan marketing serta menentukan strategi perusahaan berdasarkan situasi dan kondisi pasar
5. Power Cable Manufacturing Director Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja untuk produksi power cable
Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi power cable
Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk menginspirasikan
kepemimpinan
dan
keteladanan
dalam
mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan
Merumuskan kebijakan direktorat
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen
Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian,
26
perbaikan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi
Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi biaya produksi
Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan perusahaan
6. Small Cable dan Telephone Cable Manufacturing Director Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja untuk produksi small cable dan telephone cable
Memimpin,mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi small cable dan telephone cable
Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk menginspirasikan
kepemimpinan
dan
keteladanan
dalam
mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan
Merumuskan kebijakan direktorat
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen
Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian, perbaiakan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi
27
Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi biaya produksi
Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan perusahaan
7. Enamelled Wire Director Uraian jabatan :
Menyusun rencana kerja untuk produksi enamelled wire manufacturing
Memimpin,mengawasi, dan mengkoordinasi jalannya kegiatan produksi enamelled wire manufacturing
Berperan sebagai representator dan membantu direksi utama untuk menginspirasikan
kepemimpinan
dan
keteladanan
dalam
mengimplementasikan program atau kebijakan direksi utama atau perusahaan
Merumuskan kebijakan direktorat
Melaksanakan review dan evaluasi terhadap sasaran departemen
Menetapkan kebijakan, mengendalikan, dan memimpin Plant Manager atau GM bagian-bagian atau fungsi terkait dalam program-program pengendalian, perbaikan dalam hal efisiensi dan peningkatan OEE (Overall Equipment Effectiveness) dari mesin-mesin dan peralatan produksi
28
Dibantu oleh Plant Manager atau GM untuk memonitoring dan menetapkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan dan meminimalisasi biaya produksi
Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kapasitas atau kapabilitas produksi dan tingkat kapabilitas mutu dengan berlandaskan kebijakan preusan
8. Finance dan Accounting Director Uraian jabatan :
Mengendalikan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan keuangan perusahaan
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengolahan data akuntansi dan memeriksa kebenaran bukti-bukti transaksi
Melaporkan aktivitas keuangan dalam laporan keuangan
9. HRD dan Supporting Director Uraian jabatan :
Memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi semua karyawan
Menyusun rencana pelatihan seperti pelatihan keselamatan kerja untuk karyawan
29
10. Manager untuk setiap bagian produksi Uraian jabatan :
Menetapkan, menyetujui rencana pembebanan mesin beserta tanggal penyerahan produk jadi
Melakukan monitoring dan evaluasi umum atas kesiapan kebutuhan item-item untuk terlaksananya order produksi, seperti : kesiapan bahan baku, mesin, operator dan tools
Memimpin pengevaluasian atas pencapaian hasil proses produksi secara periodik dan memberikan arahan atau strategi pada bawahannya untuk memastikan penyelesaian tahap order berikutnya
Melakukan koordinasi, analisa, dan evaluasi atas data kinerja mutu produk hasil proses
Melakukan koordinasi untuk terlaksananya perbaikan
Melaksanakan evaluasi dan analisa atas kinerja waste
Melakukan tindakan dan melaksanakan perbaikan atas kinerja waste produksi dimensi dan perbaikan bahan
Memastikan bahwa semua investaris perusahaan yang digunakan pada semua unit kerja yang ada di departemennya terdaftar dengan baik dan jelas penanggung jawabnya
Menilai dan mengevaluasi atas aktivitas penyediaan fasilitas serta pemeliharaan keselamatan dan kebersihan lingkungan kerja dengan menerapkan 5-R
30
Melakukan pemantauan atas pengaruh proses produksi terhadap keamanan dan kenyamanan lingkungan.
1.5.8.3 Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja tetap pada PT SUCACO Tbk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Divisi
Departemen
General MGMT & COMM MIS (Management Information System) Sales Logistik Personalia DM-GA UMUM CSR-Agro PROC. & INV. Finance - Corp.Secr. Accounting PQA General Utilities FC-CABLE Production TC TC PQC - TC Production - PE LV LV/BW Production - BW PQC LV - BW Production - PE MV MV/HV PQC - MV Production - PE EW EW Personalia EW PIL - EW Production - PQA SC IC HRD / GASC PIL - SC Total Sumber : PT SUCACO Tbk
COM 4
4
DIR 6
6
Jabatan GM MGR SPV 9 30
9
30
5 4 5 1 1 2 4 1 3 3 13 18 2 13 7 3 20 4 15 3 2 16 1 2 148
Jumlah Staff 3
OPR
1 10 1 7 4 3 6 4 1
1 6 4 34 1 17 1
40
Total per Divisi
52
4 15 54 92 5 114 20 5 136 7 56 10 1 99 12 6 700
7 20 10 42 6 22 11 5 8 18 67 110 7 127 27 8 156 11 71 13 3 115 13 8 937
201 67 117
162 167
87
136 937
31
Karyawan yang bekerja di PT SUCACO Tbk dibagi menjadi tiga, yaitu karyawan harian lepas, karyawan kontrak, dan karyawan tetap. Karyawan di sini adalah karyawan yang telah diterima melalui proses perekrutan tenaga kerja, yaitu dengan melamar, melakukan physco test, interview dengan bagian HRD (Human Resource Department), dan interview dengan bagian tertentu (bagian yang akan ditempati). Sedangkan karyawan tetap adalah karyawan yang telah bekerja di PT. SUCACO minimal 5 tahun atau karyawan yang menempati posisi manager sampai director. Karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja dengan sistem kontrak, yaitu dengan terikat surat perjanjian dengan perusahaan. Jika masa kontrak habis, karyawan ini memiliki kemungkinan tidak lagi bekerja di perusahaan atau tetap bekerja bila perusahaan memperpanjang masa kontraknya. Ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi saat penerimaan kerja : •
Tidak tersangkut masalah kriminal.
•
Ketika penerimaan berusia minimal 18 tahun.
•
Berbadan dan berjiwa sehat.
•
Memenuhi persyaratan jabatan ketika penerimaan.
•
Tidak terikat sebagai karyawan atau manajemen di perusahaan lain yang dapat merugikan perusahaan.
•
Bersedia menaati peraturan-peraturan atau tata tertib yang berlaku di perusahaan.
32
1.5.8.4 Pengaturan Jam Kerja PT SUCACO Tbk memiliki jam kerja yang berbeda antara kantor dan bagian produksi. Bagian kantor jam kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB. Untuk bagian produksi jam kerja diatur berdasarkan shift. Agar lebih jelas mengenai jam kerja di PT SUCACO Tbk, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2 Jam Kerja Karyawan Pola Kerja
A B
(pola 5 hari)
C (pola 6 hari)
C (pola 6 hari) khusus sabtu
non shift shift I shift II shift III non shift shift I shift II shift III non shift shift I shift II shift III
Sumber : PT SUCACO Tbk
Jam Kerja Masuk Pulang 07.00 16.00 08.00 17.00 09.00 18.00 07.00 15.30 15.00 23.30 23.00 07.30 08.00 16.00 07.00 15.00
Jam Istirahat Mulai Selesai 11.00 12.00 12.00 13.00 12.00 13.00 11.00 12.00 18.00 19.00 02.00 03.00 12.00 13.00 11.00 12.00
15.00 23.00
23.00 07.00
18.00 02.00
08.00
13.00
07.00
12.00
12.00 17.00
17.00 22.00
19.00 03.00
33
1.5.9
Kegiatan Perusahaan pada Plant Telephone Cable (TC)
1.5.9.1 Proses Produksi Tahapan proses produksi dari suatu kabel sebenarnya tergantung dari jenis kabel tersebut. Tetapi pada dasarnya tahapan proses pembuatan sebuah kabel khususnya pada plant telephone cable untuk produk indoor cable adalah sebagai berikut : 1. Proses Drawing dan Insulation Proses Drawing adalah proses reduksi atau penarikan kawat tembaga (copper rod) dari diameter yang lebih besar menjadi diamneter yang lebih kecil dengan cara ditarik melalui dies yang disusun berurutan (besar ke kecil). Biasanya dari diameter 2.47 mm menjadi 0.8 mm, 0.6 mm, 0.4 mm
Gambar 1.4 Proses Drawing Sumber : PT SUCACO Tbk
34
Proses Insulation adalah suatu proses ekstrusi untuk mengisolasi suatu tembaga dengan material PVC. Dalam proses ekstrusi terjadi peleburan material isolasi dengan cara pemanasan bertahap. Pada proses isolasi, warna, diameter kawat, thickness isolasi, tergantung atas jenis kabel yang akan ditarik. Warna pokok terdiri dari white, red, black, yellow, violet. Sedangkan warna pembeda terdiri dari blue, orange, green, brown, grey. Diameter terdiri dari 0.4 mm, 0.5 mm, 0.6 mm, 0.8 mm.
2. Proses Quadding Proses Quadding merupakan proses pemilinan kabel dari 4 core yang terdiri dari 3 warna pokok dan 1 warna pembeda menjadi 1 quad (dua pasang).
3. Proses Cabling Proses Cabling merupakan proses pemilinan dari beberapa sub unit kabel menjadi 1 unit kabel jadi.
Gambar 1.5 Proses Cabling Sumber : PT SUCACO Tbk
35
4. Proses Armouring Proses Armouring merupakan proses pelapisan kabel dengan pita baja yang digalvanisasi, yang dilakukan secara helikal sehingga bagian kabel tersebut tertutup. Proses ini bertujuan sebagai pelindung mekanis untuk mencegah kerusakan kabel secara fisik dari luar.
Gambar 1.6 Proses Armouring Sumber : PT SUCACO Tbk
5. Proses Sheating Proses Sheating merupakan proses pembuatan selubung pada kabel jadi dengan material PVC.
Gambar 1.7 Proses Sheating Sumber : PT SUCACO Tbk
36
1.5.9.2 Pengendalian Kualitas Pelaksanaan TQC (Total Quality Control) di PT SUCACO Tbk diatur dengan program dan jadwal kerja tertentu untuk mencapai hasil yang baik. Cara yang ditempuh adalah dengan proses face to face, yaitu dengan berdiskusi mengenai semua permasalahan di setiap bidang untuk mencari jalan keluar secara bersama-sama. Face to face menyelenggarakan komunikasi dua arah antara PT SUCACO Tbk dengan karyawannya, sehingga hal inilah yang dianggap paling efektif. Langkah menyelenggarakan komunikasi 2 arah ini seperti diuraikan diatas telah mendapat sambutan yang sangat memuaskan dari semua karyawan di semua tingkat, terutama karena merasa telah dihargai sebagaimana mestinya dan turut berperan secara nyata menentukan kebijaksanaan managemen dalam memajukan pelbagai bidang tugas dan karenanya dilain pihak, perusahaan pun secara nyata mendapat manfaat dari padanya. Sampai saat ini PT.SUCACO Tbk telah melaksanakan 3 kali konvensi GKM dan mempunyai lebih 60 buah GKM (Gugus Kendali Mutu). Kebijakan mutu PT SUCACO Tbk diterapkan dengan selalu menjaga tingkat standar dan komitmen yang tinggi dalam:
Pelayanan terhadap pelanggan
Perancangan dan pelaksanaan produk, material maupun proses
Pemastian mutu dan keandalan produk
Peningkatan efisiensi
37
Membentuk karakter sumber daya manusia yang :
Peduli dan responsif terhadap kepuasan pelanggan
Peduli terhadap peningkatan efisiensi
Selalu bekerja dalam kebersamaan demi keunggulan Diperolehnya sertifikat ISO 9002 pada tahun 1994, ISO 9001 pada tahun 1997
dan ISO 9001:2000 pada tahun 2003 dari SGS Yarsley International Certification Services Ltd., membuktikan komitmen dan dedikasi PT SUCACO Tbk terhadap mutu. Hasil produksi dari PT SUCACO Tbk ini telah memenuhi berbagai standar nasional maupun internasional, seperti SNI, SPLN, SII, STEL-K, IEC, ICEA/NEMA, JIS, BS, AS, REA, dan lain-lain. Quality Control itu sendiri dalam penerapannya dilakukan bersamaan dengan proses inspeksi. Inspeksi ini disertai pula dengan proses pengujian. Inspeksi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pengujian bahan baku (Material Testing), Process Control, Intermedite Testing dan pengujian final (Final Testing). Quality Assurance Plan (QAP) memuat semua jenis inspeksi yang akan dilakukan. PT SUCACO Tbk memiliki bagian Product Design and Quality Assurance (PQA) yang terdiri atas desain, development, QA test (bagian lab/pengujian). QA Test terdiri atas 2 laboratorium yaitu Quality Control I (QC I) dan Quality Control II (QC II). Kedua laboratorium tersebut bertugas untu menguji apakah produk telah memenuhi standar yang telah ditetapkan PQA atau tidak. Perbedaannya adalah QC I
38
menguji bahan mentah dan WIP sedangkan QC II menguji produk jadi (inspeksi final).
Inspeksi Bahan Baku Inspeksi ini bertujuan untuk menjamin kualitas bahan baku yang diterima oleh pemasok. Hal ini dilakukan sebelum bahan baku dikirim ke bagian produksi. Prosedur ini menjelaskan proses penerimaan bahan baku dari pemasok dan pemeriksaan kualitas bahan baku yang akan dipergunakan untuk proses produksi. Proses ini dimulai pada saat pemasok mengirim sampel bahan baku. Apabila bahan baku contoh yang dikirim tersebut tidak lulus pengujian maka pembelian tersebut dibatalkan. Sebaliknya, jika bahan baku tersebut lulus pengujian maka pembelian atas bahan baku tersebut dilanjutkan. Langkah selanjutnya setelah pengujian sampel, QC I melakukan pengujian terhadap bahan baku tersebut. Inspeksi dilakukan dengan metode sampling. Pengambilan sampel mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh PQA. Ada jenis bahan baku kabel yang harus tetap dalam keadaan steril pada saat proses produksi dimulai, dengan kata lain belum dibuka sama sekali. Kabel dengan jenis seperti ini tidak wajib untuk melewati material testing. Alasan lain adalah keterbatasan jenis alat yang tersedia di laboratorium. Inversi dilakukan dalam bentuk pengamatan dan pengujian. Tiap material umumnya dilakukan pengujian laboratorium dan inspeksi kemasan. Berbagai pengujian akan dilakukan
39
pada suatu jenis material yang digunakan. Hasil pengujian tersebut harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh PQA. Umumnya pengujian material berupa : 1. Tensile Strength Tensile Strength (TS) merupakan jumlah stress/tegangan maksimum yang dapat diberikan pada suatu material tersebut berhenti bersifat elastis. Jika diberi tekanan lagi maka material tersebut akan menjadi plastis (tidak dapat kembali ke bentuk semula) atau bahkan putus. 2. Elongasi Elongasi merupakan sifat mekanisme material. Elongasi adalah perpanjangan permanen setelah mencapai keadaan plastis. Elongasi merupakan gambaran sederhana dari kelenturan material. 3. Densitas Densitas adalah jumlah massa dalam volume tertentu. Jika massa adalah jumlah ”sesuatu” dalam suatu objek, maka densitas adalah seberapa erat ”sesuatu” itu berkaitan dalam objek tersebut. 4. Konduktivitas dan Resistivitas Konduktivitas dan Resistivitas merupakan data dua sifat elektis yang penting dari suatu bahan baku kabel. Konduktivitas mewakili kemampuan material untuk menghantarkan listrik, sedangkan resistivitas merupakan ketahanan material terhadap aliran listrik tersebut yang menyebabkan perubahan energi listrik menjadi panas atau bentuk energi lainnya.
40
5. Swelling heigth Ketinggian pembengkakan (swelling heigth) digunakan untuk mengukur kemampuan material untuk menyerap air. Pengujian dilakukan dengan meneteskan atau memberikan air pada sampel kemudian mengukur pertambahan ketinggian atau ketebalan yang terjadi pada sampel tersebut. Namun, perusahaan tidak melakukan pengujian ini karena tidak memiliki alat untuk mengukur swelling heigth tersebut. 6. Kekuatan Dielektrik Pengujian kekuatan dielektrik dilakukan untuk mengetahui daya tembus suatu material plastik seperti PVC, PE/Polyester terhadap tegangan tertentu. Pengujian dilakukan dengan mengalirkan tegangan (B) hingga terjadi hubungan singkat pada sampel. Selanjutnya, dengan menghitung ketebalan sampel (T), kekuatan dielektrik dapat diketahui dengan B/T.
Inspeksi Intermediate Pengendalian kualitas yang berlangsung pada saat proses produksi disebut dengan inspeksi
intermediate.
Intermediate
Testing
(IT)
merupakan
pengujian
laboratorium yang dilakukan pada material yang yang telah melewati suatu proses. Menurut QAP, hasil IT dicatat pada Laboratory Test Record (LRT) atau Quality Assurance Test Record (QATR). Pengujian yang dilakukan pada hasil stranding (konduktor) akan mendapatkan nilai diameter, lay pitch, konduktivitas, resistivitas, dan berat konduktor. Nilai
41
tersebut akan dipertimbangkan apakah masih dalam batas toleransi atau tidak. Pengujian konduktivitas dan resistivitas sama dengan yang dilakukan pada bahan baku. Pengukuran diameter dilakukan dengan jangka waktu sorong (vernier caliper). Pengukuran lay pitch dilakukan dengan meletakkan karbon di atas form uji, lalu menumpangkan di atas sampel, selanjutnya menekan karbon dengan pulpen atau pensil secara longitudinal sepanjang pilinan, kemudian memberi tanda sesuai jumlah pilinan pada form uji tersebut dan mengukur panjangnya. Menurut QAP, terdapat pula intermediate testing yang didokumentasikan di Product and Prpcess Record (PPR). Namun, inspeksi seperti ini lebih sering disebut process control. Process control merupakan inspeksi yang dilakukan saat atau setelah material melalui suatu proses dilantai produksi. Inspeksi dilakukan oleh operator mesin sendiri.
Inspeksi Final Produk yang sudah jadi, sebelum dipasarkan adakan dilakukan inpeksi yang dikenal dengan inspeksi final. Pengujian final ini akan menguji semua bagian dari produk. Hal ini dilakukan agar semua produk jadi memenuhi standar kualitas yang diminta pelanggan. Pengujian final ada dua jenis yaitu pengujian sampel dan pengujian rutin. Pengujian sampel bertujuan untuk membuat sertifikat sehingga yang diuji hanya beberapa sampel saja. Pengujian ini hanya diadakan sekali. Pengujian rutin adalah pengujian berfrekuensi rutin yang dilakukan pada semua produk jadi.