BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil pertanian di Indonesia semakin mengerti dan peduli dengan kesehatan. Keamanan pangan menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan produk yang akan diolah dan dikonsumsi. Keamanan pangan memiliki korelasi dengan kesehatan, karena mutu dan keamanan suatu produk menjamin kualitas produk yang dikonsumsi, dimana hal ini merupakan salah satu yang akan berpengaruh besar pada kesehatan konsumen. Oleh karena fakta ini, produsen produk pangan harus mampu menyediakan produk yang aman dan sehat untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin sadar dan peduli akan kesehatan. Aspek kesehatan yang menjadi pertimbangan dalam pengolahan produk pangan dan penyediaan produk pangan serta gaya hidup sehat yang semakin digencarkan saat ini, memicu pertumbuhan dan perkembangan industri pertanian. Tidak hanya konsumen yang semakin cerdas, produsen juga dituntut lebih cerdas dalam menanggapi hal ini agar mampu bersaing serta turut berpartisipasi dalam mendukung program gaya hidup sehat. Salah satu budidaya pertanian yang telah berkembang saat ini ialah budidaya tanaman organik, dimana acuan proses pengolahan dan pembudidayaan tanaman dilakukan secara alami.
1
Pertanian organik merupakan salah satu teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintesis. Bahan-bahan alami yang dimaksud merupakan zat/senyawa kimia yang diproduksi dari organisme hidup yang memiliki aktivitas biologis di alam. Sebaliknya, bahan kimia sintesis adalah senyawa kimia yang diperoleh bukan dari proses biologis organisme yang terdapat di alam, namun dengan melakukan reaksi kimia, sehingga proses dalam perolehannya menggunakan bantuan manusia, tidak diproses sepenuhnya oleh alam. Tujuan utama pertanian organik, tentunya ialah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya. Selain itu, teknik budidaya pertanian ini juga berdampak baik bagi lingkungan. Oleh sebab dua hal yang telah diuraikan di atas, yakni sadarnya konsumen akan pola hidup sehat serta didukung dengan tumbuh dan berkembangnya budidaya pertanian organik, memicu pertumbuhan pasar baru dengan potensi untuk bersaing yang cukup tinggi di bidang industri pertanian. Data yang disampaikan oleh Tim Penulis Penebar Swadaya (2008), perkembangan pertanian organik didunia telah meningkat tajam, lebih dari 100 negara termasuk Indonesia berpartisipasi dalam pengembangan produk pertanian organik. Seluas 23 juta hektar lahan di dunia telah dimanfaatkan untuk pertanian organik. Di Indonesia sendiri hingga pada tahun 2008, sudah mencapai angka sekitar 40 hektar untuk luas pertanian organik. Diprediksi, angka ini akan terus meningkat mengingat kebutuhan pasar yang semakin
2
bertambah secara signifikan. Terbukti, hingga melewati tahun keempat, pasar produk pertanian organik terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Potensi pasar pertanian produk pangan organik di dalam negeri menunjukkan
perkembangan
pesat
dengan
banyaknya
bermunculan
produsen-produsen baru di bidang pertanian organik, walaupun lingkup segmentasi pasarnya masih terbatas. Harga produk bahan pangan organik yang relatif mahal bagi konsumen menengah ke bawah, masih menjadi tantangan bagi produsen hasil pertanian organik dalam upaya memperlebar jangkauan dan segmentasi pasar. Salah satunya, seperti yang dialami oleh CV. Komunika Karya Anteronusa. Produk buah dan sayur organik yang disuplai oleh industri ini, hanya mampu menembus pasar-pasar yang ditujukan kepada konsumen kalangan menengah keatas. Industri ini merupakan pensuplai bahan pangan organik ke beberapa distributor pasar modern yang tersebar diwilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sebagai sebuah industri yang menyediakan produk, tentunya dalam beroperasi industri ini harus mampu menyediakan dan memenuhi serta melayani permintaan dan keinginan konsumen. Pasar modern sebagai konsumen pokok selaku distributor yang menyalurkan produk ke tangan masyarakat konsumen yang lebih luas, tentunya memiliki standar dan ketentuan-ketentuan tertentu untuk menyampaikan produk yang mereka tawarkan. Sebagai lembaga yang menjual jasa pelayanan pasar dengan konsep yang lebih modern, banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti kebersihan, kerapian dan keindahan produk agar lebih menarik. Hal ini pula
3
yang membedakan antara produk-produk yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern. Secara konsep penjualan, terdapat beberapa perbedaan dari pasar modern dan pasar tradisional. Umumnya, yang berbelanja dan menggunakan jasa pasar modern adalah golongan masyarakat dengan pendapatan mengengah ke atas yang lebih menyukai cara berbelanja lebih mudah dan cepat. Keduanya merupakan tempat transaksi penjualan secara langsung, namun bedanya di pasar tradisional, pembeli dapat melakukan tawar menawar secara langsung dengan penjual, sedangkan pada pasar modern tidak ada kegiatan tawar menawar saat transaksi jual beli. Selain itu, pada pasar modern seperti supermarket ini, tentunya dalam menampilkan produk-produk yang ditawarkan lebih mengutamakan kenyamanan tempat berbelanja dibanding pasar tradisional, produk ditata dan disajikan dalam keadaan rapi dan bersih. Oleh karena itu, industri-industri pensuplai produk ke pasar modern perlu melakukan serangkaian proses produksi, agar produk yang didistribusikan dan dipasarkan tampil ekslusif sesuai dengan konsep penjualan pasar modern. Dari serangkaian proses produksi untuk memperoleh produk dengan penampilan yang ekslusif tersebut, tentunya memunculkan bahan yang terbuang, yakni sampah/limbah industri. Menurut kegiatan yang dilakukan diindustri produsen bahan pangan organik ini, dalam konteks kegiatan produksi yang dilakukan, bahan sisa yang dihasilkan merupakan bahan masukan yang tidak menjadi produk keluaran tetapi masih memiliki nilai ekonomi relatif kecil, dapat dijual dan dapat digunakan kembali untuk bahan sisa yang laik konsumsi. Namun, pada
4
industri tidak ada penanganan khusus untuk bahan sisa, sehingga bahan sisa termasuk dalam golongan limbah. Dalam pengertiannya, limbah merupakan bahan sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat atau tidak memiliki nilai ekonomi lagi. Lebih spesifiknya, limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi di CV. Komunika Karya Anteronusa merupakan bahan sisa produk pertanian organik yang terbuang karena tidak dibutuhkan dalam pemenuhan produk berdasarkan kriteria permintaan retailer. Tidak hanya bagian bahan yang memang tidak dapat dikonsumsi dan tidak ada manfaat, dalam pemenuhan produk dalam bentuk fisik yang lebih ekslusif, seringnya bagian produk yang seharusnya masih merupakan bagian laik konsumsi, juga ikut terbuang. Sejauh ini tidak ada penanganan khusus terhadap limbah padat yang dihasilkan, baik pemisahan ataupun upaya pengolahan antara bahan sisa laik konsumsi maupun tidak laik konsumsi. Betty Sri Laksmi (1990) dalam karya tulisnya, menyampaikan bahwa limbah industri pangan memang tidak membahayakan masyarakat karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi, kandungan bahan organik yang tinggi dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan
mikroba.
Dengan
pasokan
makanan
yang
berlimpah,
mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Oleh sebab itu, tetap perlu adanya penangan terhadap limbah industri bahan pangan, untuk menekan pertumbuhan mikroba yang dimaksudkan untuk mencegah timbulnya bahaya terhadap
5
kesehatan manusia yang disebabkan oleh mikroba. Maka, adanya limbah yang tidak ditangani dan mungkin masih memiliki nilai tambah ini, perlu bagi industri untuk mengadakan evaluasi terhadap limbah yang dihasilkan untuk kemudian diketahui cara penanganan, sehingga limbah dapat menjadi bahan sisa yang dapat diolah agar dapat bermanfaat secara optimal dengan tujuan menghasilkan produk samping, memberi keuntungan bagi industri serta sebagai pencapaian dan upaya dalam memberi feedback pada lingkungan.
B. Rumusan Masalah Bagaimana cara memanfaatkan limbah padat sayur organik di CV. Komunika Karya Anteronusa sehingga menjadi produk samping yang memiliki nilai tambah?
C. Batasan Masalah Pembatasan masalah untuk mempermudah analisis data pada pengolahan limbah padat di CV. Komunika Karya Anteronusa, dengan tujuan agar pembahasan yang dilakukan menjadi lebih fokus. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengambilan data dilakukan pada stasiun kerja utama CV. Komunika Karya Anteronusa yakni di divisi Fresh Land Organic, tempat dilakukannya kegiatan operasional proses produksi dan pemasaran pengepakan buah dan sayur organik selama masa kerja praktek. 2. Data yang dibutuhkan meliputi data kuantitas produk sayuran organik pasca panen yang masuk ke stasiun produksi, data kuantitas permintaan
6
produk hortikultura yang akan disuplai ke distributor, dan data kuantitas limbah padat produk hortikultura perhari selama sebulan. 3. Pemanfaatan limbah dilakukan dengan mengolah limbah padat sayuran organik menjadi pupuk kompos bokashi padat. 4. Untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh, maka dilakukan perhitungan kelaikan finansial.
D. Tujuan 1.
Mengetahui jumlah limbah padat sayur organik yang dihasilkan di CV. Komunika Karya Anteronusa.
2.
Membuat
prototipe
kompos
bokashi
padat
skala
laboratorium
menggunakan limbah padat sayuran organik CV. Komunika Karya Anteronusa. 3.
Menghitung kelaikan finansial limbah padat sayur organik untuk dapat diproduksi menjadi kompos bokashi padat.
E. Manfaat 1. Bagi Perusahaan a. Industri mendapatkan kontribusi yang tepat dalam pemanfaatan limbah padat. b. Industri dapat mengenali potensi mahasiswa D3 Agroindustri Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
7
2. Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah dan praktikum di program D3 Agroindustri Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja secara langsung untuk pengaplikasian ilmu yang telah didapat, serta membandingkan antara teori dan praktek dilapangan. 3. Bagi Perguruan Tinggi a. Perguruan tinggi dapat mengevaluasi dalam rangka peningkatan kurikulum studi di program D3 Agroindustri. b. Perguruan tinggi dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang terjun ke dunia kerja untuk mengetahui gambaran industri secara langsung yang sesungguhnya.
8