BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul Salah satu unsur pokok yang harus ada dalam setiap karya penulisan, baik karya ilmiah maupun non ilmiah adalah judul. Dalam suatu tulisan, judul dapat memberikan gambaran tentang apa yang menjadi kajian dalam tulisan tersebut, sehingga judul dapat membantu pembaca untuk lebih cepat mengetahui dan memperkirakan pada apa yang akan dibaca nanti. Dalam sebuah karya penulisan, judul juga berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan kepada pembaca tentang hakekat dari objek dan fokus dari penelitian, wilayah, serta metode yang dipergunakan. Maka dari itu, penelitian ini mengambil judul, "Proses Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mina Kepis" Pada umumnya, secara teoritis sebuah judul penelitian mempunyai keterkaitan dengan disiplin ilmu yang ditekuni oleh peneliti, serta adanya aspek aktualitas dan aspek orisinalitas. Berikut ini adalah alasan-alasan yang mendasari penelitian dengan judul tersebut, antara lain: 1. Aspek Aktualitas Isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) semakin tahun menjadi isu yang mulai mendapatkan perhatian oleh masyarakat. CSR diatur secara tegas di Indonesia dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang
1
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh amanat Undang-Undang Dasar 1945 mengenai perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial harus diatur oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu program CSR yang ada di Kabupaten Sleman adalah program pengembangan klaster ikan air tawar yang digagas oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta. Program ini berfokus kepada program pemberdayaan masyarakat, tepatnya pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha bersama untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan serta terpenuhinya kebutuhan seluruh masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah sebagai salah satu aktornya memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar. Dalam hal ini, pemerintah menciptakan suatu kebijakan yang didukung dengan Surat Edaran Menteri BUMN No.SE-21/MBU/2008 yang mengatur mengenai siapa saja yang wajib melakukan tanggung jawab sosial lingkungan. Bank Indonesia sebagai bagian dari BUMN adalah salah satu yang termasuk berkewajiban melakukan program CSR kepada masyarakat. Oleh karena itu, Bank Indonesia KC Yogyakarta melakukan program pemberdayaan masyarakat melalui program pengembangan klaster ikan air tawar yang dilaksanakan pada tahun 2012. Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki debit air sungai yang cukup tinggi. Hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Sleman untuk melakukan budidaya perikanan. Pada akhir tahun 2013 tercatat terdapat 507 kelompok pembudidaya
2
ikan di Kabupaten Sleman. Meningkatnya budidaya perikanan oleh kelompok pembudidaya ikan diakui oleh Dirjen Kementrian Budidaya Perikanan, Kelautan dan Kehutanan yang menyatakan bahwa sesuai catatan BPS pada tahun 2013, Kabupaten Sleman memiliki pendapatan ikan paling tinggi secara nasional. Salah satu kelompok pembudidaya ikan yang ada di Kabupaten Sleman adalah kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang sudah berdiri sejak tahun 1983. Adanya kelompok pembudidaya ikan tersebut merupakan salah satu usaha berbasis komunitas yang sangat berperan dalam memfasilitasi perkembangan kegiatan perekonomian masyarakat. Adanya program pengembangan klaster ikan air tawar merupakan usaha dalam peningkatan kesejahteraan anggota kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang mana laba tersebut didapatkan dari hasil kegiatan produksi para anggotanya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini dapat dikatakan masih aktual karena program pemberdayaan masyarakat di
tersebut masih
terhitung baru dilangsungkan selama kurang lebih tiga tahun dan merupakan usaha dalam peningkatan kapasitas kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang menjadi bagian dalam kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman yang saat ini sedang berkembang cukup pesat. 2. Aspek Orisinalitas Isu pemberdayaan masyarakat yang dikemas melalui program CSR saat ini telah menjadi kajian yang menarik untuk dibahas dan menarik untuk melihat proses pemberdayaan yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat menjadi lebih mandiri dan berkembang ke arah kesejahteraan yang lebih baik.
3
Kajian mengenai hal tersebut telah tertuang di dalam penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Untuk menghindari dari aksi plagiat, maka dalam proses penyusunan tulisan ini dilakukan studi literatur sebagai bahan acuan agar penelitian yang dilakukan mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang dijadikan sebagai bahan kajian, antara lain: a.
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
MELALUI
KELOMPOK
PEMBUDIDAYA IKAN (POKODAN) MINASARI DI DUSUN BEJI, SUMBERAGUNG, JETIS, BANTUL: penelitian ini dilakukan oleh Aprilia Veriningtyas, mahasiswi jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2014. Dalam penelitian ini, Aprilia Veriningtyas melakukan penelitian untuk mengetahui pemberdayaan perempuan melalui kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Minasari ditinjau dari perspektif gender di Dusun Beji dan untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Minasari di Dusun Beji. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemberdayaan yang dilakukan Pokdakan Minasari dapat mengembangkan potensi perempuan ibu rumah tangga yang menjadi anggotanya sehingga dapat membudidayakan ikan secara mandiri. Program kegiatan yang rutin dilaksanakan
4
yaitu pemeliharaan ikan secara kelompok dan individu, pertemuan rutin, serta pelatihan. Ada faktor pendukung dan faktor penghambat bagi Pokdakan Minasari dalam proses pemberdayaan. Faktor pendukungnya antara lain: 1) motivasi anggota Pokdakan Minasari, 2) sarana dan prasarana yang memadai, 3) adanya pelatihan, 4) memiliki ketua yang aktif, 5) peran pemerintah. Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya antara lain: 1) modal yang terbatas dan timbulnya hama penyakit ikan. b.
KEBERHASILAN
PENERAPAN
CBM
(COMMUNITY
BASED
MANAGEMENT) DALAM MANAJEMEN PELATIHAN DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) DI MINA KEPIS, DESA BURIKAN, SLEMAN: penelitian ini dilakukan oleh Widya Harini Wira S, mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi Negara (Manajemen dan Kebijakan Publik), Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013. Dalam penelitian ini, Widya Harini Wira S melakukan penelitian untuk mengamati keberhasilan manajemen pelatihan sumber daya manusia di dalam kelompok pembudidaya ikan. Metode penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian kualitatif dangan sudut pandang studi kasus, dengan kekhususan: “Penerapan manajemen dengan konsep CBM, menyelaraskan antara teori dengan praktek langsung di lapangan dan mengedepankan partisipasi anggota KPI”. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah penerapan manajemen pelatihan yang tepat, sehingga organisasi bisa berkembang dari tahun ke tahun. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil pengamatan data yang diperoleh, yaitu kenaikan produktivitas KPI, bertambahnya kemampuan pegawai, dan timbulnya
5
kepuasan kerja dan motivasi pegawai. Rekomendasi dari penelitian ini adalah keberhasilan penerapan metode CBM dalam manajemen pelatihan suatu program pemberdayaan (terutama di bidang pertanian dan perikanan), sehingga bisa dijadikan contoh, terutama dalam hal partisipasi anggota. Berdasarkan dua penelitian yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini memiliki fokus tema yang berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yang sama-sama dilakukan pada kelompok pembudidaya ikan. Selain itu, meskipun penelitian ini sama-sama dilakukan di kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis, tetepi tema dan fokus pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini masih dapat diklasifikasikan sebagai penelitian yang orisinil dengan mengangkat isu proses pemberdayaan kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis melalui program pengembangan klaster ikan air tawar. 3. Relevansi dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan studi yang mempelajari pembangunan dengan menekankan bagaimana tujuan sosial itu tercapai dalam pembangunan. Dalam studi ini, terdapat tiga hal yang disoroti, yaitu 1) bagaimana negara memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, 2) bagaimana kondisi sosial yang berkaitan dengan ketimpangan, ketidakadilan dan dehumanisasi yang menjadi hambatan terwujudnya masyarakat sejahtera, 3) bagaimana menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berkembang mandiri. Studi ilmu ini juga mengkaji masalah-masalah sosial dan cara untuk mengatasinya dalam upaya untuk menciptakan hubungan yang serasi antara
6
kebutuhan hidup dan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang tersedia. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu dari tiga konsentrasi yang dimiliki oleh studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Di dalam konsep pemberdayaan, masyarakat menjadi subjek utama dalam pembangunan agar masyarakat mampu meningkatkan kapasitas dirinya sehingga dapat secara mandiri menciptakan kesejahteraan yang diharapkan. Penelitian ini bertema pemberdayaan masyarakat melalui kelompok pembudidaya ikan yang berkaitan dengan ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, di mana dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang proses pemberdayaan masyarakat dan keberhasilan program pengembangan klaster ikan air tawar yang digagas sebagai program CSR oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta sehingga penelitian ini relevan dengan bidang ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, terutama pada bidang CSR dan empowerment.
B. Latar Belakang Indonesia sejak dulu terkenal sebagai negara maritim karena secara geografis Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (+81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kananda sebagai garis pantai terpanjang di dunia. Potensi maritim tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satu dari keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia adalah ikan sebagai unsur
7
makanan yang penting bagi kebutuhan gizi bagi tubuh manusia. Semakin tahun, kebutuhan akan ikan selalu meningkat. Hal ini dibuktikan dengan data Food and Argiculture Organization di 2012 yang menyatakan bahwa Indonesia pada saat ini menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Seiring dengan perkembangan zaman, ikan yang dikonsumsi masyarakat semakin beragam jenisnya. Tidak hanya ikan dari laut saja yang digemari oleh masyarakat, ikan air tawarpun tidak kalah favoritnya dengan ikan yang berasal dari laut. Untuk memenuhi kebutuhan pamgan masyarakat khususnya ikan air tawar sebagai salah satu sumber makanan yang berprotein tinggi, maka di masyarakat banyak bermunculan kelompok pembudidaya ikan. Kelompok ini dituntut untuk memberikan kontribusi utama dalam peningkatan produksi perikanan nasional dengan meningkatkan target produksi perikanan sebesar 353% sampai dengan tahun 2014, yaitu dari 5,26 juta ton menjadi 16,89 juta ton. Pada tahun 2013, terdapat lebih dari 507 kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman. Banyaknya kelompok pembudidaya ikan ini disebabkan karena masyarakat memanfaatkan debit air sungai yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang ada dalam perkembangan perikanan di Sleman, prospek pembudidaya ikan menunjukkan hasil yang sangat bagus. Meningkatnya budidaya perikanan oleh kelompok pembudidaya ikan tersebut juga diakui oleh Dirjen Kementrian Budidaya Perikanan, Kelautan dan Kehutanan yang menyatakan bahwa sesuai catatan BPS pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman memiliki pendapatan ikan paling tinggi secara nasional. Selain itu, pada tahun 2013 jumlah
8
produksi ikan konsumsi mencapai 25.883,79 ton (meningkat 4 ton lebih dibandingkan tahun sebelumnya), sedangkan benih ikan 947 juta ekor lebih dan untuk ikan hias meningkat menjadi 14 juta ekor dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 13 juta ekor. Pesatnya perkembangan usaha perikanan di Sleman juga mengakibatkan meningkatnya tingkat konsumsi ikan masyarakat Sleman. Ketersediaan ikan konsumsi pada tahun 2013 meningkat 3,98% menjadi 29,79 kg/kapita/tahun dari 28,65 kg/kapita/tahun pada tahun 2012. Ketersediaan ikan konsumsi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan ketersediaan ikan konsumsi ikan DIY sebesar 24,59 kg/kapita/tahun. Pada akhir bulan Desember 2014, Bupati Sleman menyampaikan bahwa usaha perikanan di Kabupaten Sleman pada saat ini merupakan kegiatan atau usaha pokok masyarakat Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Sleman yang bermata pencaharian pokok dari perikanan. Kelompok pembudidaya ikan merupakan pengembangan secara berkelanjutan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Untuk meningkatkan kualitas sumber daya mansusia dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada suatu komunitas. Hal tersebut dilakukan agar kapasitas anggota kelompok dapat meningkat sehingga target produksi perikanan dapat tercapai serta mengasah kapasitas anggota kelompok pembudidaya ikan. Salah satu kelompok pembudidaya ikan yang berperan baik dalam kegiatan pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman adalah kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang beralamat di Dusun Burikan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati. Kelompok ini berdiri bukan karena suatu kebetulan atau latah karena
9
kelompok ini sudah didirikan sejak tahun 1983. Sejak berdirinya kelompok ini, manfaat yang cukup signifikan sudah dirasakan oleh para anggotanya. Kehadiran kelompok ini telah memberikan kontribusi besar bagi terbukanya lapangan pekerjaan dan dapat memberikan kegiatan positif bagi
perkembangan
perekonomian desa, serta menekan angka pengangguran. Meningkatnya aktivitas dan peran kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis adalah berkat berbagai macam bantuan program pemberdayaan yang dilakukan pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis. Salah satu program pemberdayaan yang diterapkan di kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis adalah program pengembangan klaster ikan air tawar yang dilaksanakan ada tahun 2012. Program pengembangan klaster ikan air tawar merupakan sebuah program pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas. Program ini merupakan bentuk dari usaha pengembangan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui peranan pihak eksternal, dalam hal ini berasal dari lembaga pemerintahan, yaitu Bank Indonesia KC Yogyakarta yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Program pengembangan klaster ikan air tawar merupakan bukti bahwa pihak eksternal memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat yang ditujukan pada masyarakat lokal. Peran eksternal dalam hal ini juga bekerja dalam mengusung nilai pemberdayaan dengan menggunakan
pendekatan
pemberdayaan
sebagai
bagian
dari
proses
pengembangan kapasitas itu sendiri. Oleh karena itu, proses pengembangan kapasitas terjadi bukan hanya karena stimulan yang berasal dari pihak eksternal, melainkan peran masyarakat tetap dominan dalam keberhasilan program. Peran
10
pihak eksternal hanya terbatas pada rangsangan dan dorongan agar potensi masyarakat dapat tumbuh dan berkembang. Dalam melakukan perannya, pihak eksternal menggunakan prinsip help the people to help themselves dengan tujuan agar bantuan dari pihak eksternal tidak menimbulkan ketergantungan pada kelompok penerima bantuan program. Proses pengembangan kapasitas juga termasuk ke dalam proses pembangunan masyarakat, di mana masyarakat memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, sehingga timbullah usaha untuk mewujudkannya. Pelaksanaan dari konsep pemberdayaan pada umumnya lebih difokuskan pada level komunitas karena komunitas dianggap sebagai basis kehidupan masyarakat. Selain itu, masyarakat diasumsikan sebagai tingkat komunitas sebagai basis kehidupan yang paling mengetahui persoalan dan kebutuhan yang paling aktual serta paling prioritas. Oleh karena itu, program pembangunan yang diberikan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat harus sesuai dengan persoalan dan kebutuhan masyarakat ditingkat taraf hidupnya. Proses pemberdayaan masyarakat pada umumnya menggunakan pendekatan community based development, yang artinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan berbasis komunitas. Dalam hal ini, program pemberdayaan masyarakat yang dikemas sebagai program pengembangan klaster ikan air tawar diberikan pada komunitas pembudidaya ikan, tepatnya diterima oleh kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis. Kelompok ini dinilai sebagai kelompok yang mumpuni yang mengetahui mengenai persoalan yang sedang dihadapi dan bagaimana cara untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Selain itu
11
kelompok ini juga memiliki peluang besar dalam meningkatkan taraf hidup anggota kelompoknya karena menumbuhkembangkan potensi perikanan di Dusun Burikan dan membantu program pemerintah dalam menekan angka pengangguran di pedesaan merupakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang dimiliki kelompok yang sudah berusia 33 tahun ini. Unsur utama pemberdayaan adalah kewenangan dan kemampuan. Keduanya harus berjalan dengan seimbang. Masyarakat harus memiliki kemampuan
untuk
menjalankan
dan
melaksanakan
kewenangan
agar
pemberdayaan dapat terwujud. Dalam hal ini, kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis diberikan kewenangan untuk menjalankan program pengembangan klaster ikan air tawar. Pemberian program kepada kelompok Pembudidaya Ikan Air Tawar berdasarkan kemampuan kelompok yang dinilai cukup baik oleh pihak CSR Bank Indonesia KC Yogyakarta. Pemilihan lokasi di kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis telah menjadi perhitungan yang sudah diperkirakan sebelumnya. Dari sekian banyak kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman, kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis terpilih karena kelompok ini merupakan salah satu kelompok pembudidaya ikan yang sudah berdiri sejak lama, tepatnya 33 tahun lalu. Lokasi kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis juga berada pada tempat yang strategis karena dekat dengan kantor pemerintah sehingga akses informasi dan monitoring menjadi mudah dan dekat dengan jalan kota sehingga mudah dijangkau oleh konsumen yang ingin membeli ikan. Selain itu, tingginya motivasi anggota juga menjadi aspek yang diperhitungkan karena konsep
12
pembangunan masyarakat berbasis komunitas, masyarakat diposisikan sebagai pelaku yang menentukan tujuan, mengontrol sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pendekatan pembangunan masyarakat berbasis komunitas juga menekankan pada kewenangan kelompok untuk mengelola
sumber
daya
dalam
rangka
mewujudkan
kebutuhan
dan
kepentingannya sendiri. Kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis merupakan salah satu contoh proses pengembangan berkelanjutan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Sleman. Dalam proses budidaya ikan, sering kali beberapa kendala muncul seperti kontinuitas produksi, kualitas, dan kuantitas produk, keterbatasan akses pasar dan lemahnya kualitas pengelola usaha tersebut. Selain itu, bencana erupsi Merapi pada tahun 2010 juga berdampak pada berbagai usaha ekonomi di wilayah sekitar Merapi, bahkan menyebabkan kehilangan total (100% loss) usaha produktif, termasuk usaha perikanan di zona rawan bencana radius 20 km dari puncak Merapi. Kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis menjadi salah satu yang terpengaruh oleh bencana erupsi Merapi tersebut. Akan tetapi, usaha perikanan tersebut dapat dengan cepat pulih kembali akibat motivasi yang tinggi dari para anggotanya untuk bangkit dan memperbaiki keadaaan. Salah satu yang mendorong motivasi anggota adalah karena munculnya program bantuan pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh Bank Indonesia KC
Yogyakarta.
Program
tersebut
dilaksanakan
untuk
menyelesaikan
permasalahan kelompok pembudidaya ikan dan juga sebagai respon untuk mendorong perbaikan cepat usaha perikanan akibat bencana erupsi Merapi akhir
13
2010 yang lalu. Dalam hal ini, proses yang dilalui oleh kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis tergolong ke dalam proses yang panjang untuk dapat bangkit setelah adanya bencana erupsi Merapi tahun 2010. Fenomena inilah yang kemudian menarik diteliti untuk mengetahui proses perencanaan program pemberdayaan apa saja yang sudah dilalui oleh kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis hingga akhirnya kelompok ini menjadi kelompok yang mandiri dan berkembang dengan pesat.
C. Rumusan Masalah Bagaimana proses perencanaan program pemberdayaan masyarakat Mina Kepis?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah upaya untuk menelusuri secara dalam sebuah masalah. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penetapan fokus yang berguna sebagai batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah penelitian. Fokus pada penelitian juga diperlukan agar penelitian ini bisa berjalan secara jelas dan mengikuti arah yang sistematis. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari penelitian yang peneliti laksanakan: 1. Tujuan Penelitian a. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati proses perencanaan program pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta
14
melalui program pengembangan klaster ikan air tawar pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis. b. Untuk mengetahui proses perencanaan program pemberdayaan masyarakat pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis
dalam menciptakan
kemandirian bagi anggota kelompok atau justru sebaliknya. 2. Manfaat Hasil Penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis dalam mengembangkan program pemberdayaan agar dapat berjalan dengan baik. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan kajian Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan maupun untuk peneliti umum dalam memberikan informasi maupun pemikiran yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya terkait isu pemberdayaan masyarakat. c. Penelitian ini diharapkan dapat menyalurkan informasi kepada pembaca mengenai salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang terdapat di Dusun Burikan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
E. Tinjauan Pustaka dan Teori Sebelum membahas mengenai teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran dari penelitian yang dilakukan, perlu penjelasan terlebih dahulu
15
mengenai konsep perencanaan dan konsep pemberdayaan masyarakat yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap fenomena yang sedang dikaji. Tanpa atau dengan disadari, salah satu hasrat yang dimiliki oleh manusia adalah keinginan untuk mendapatkan kondisi yang sejahtera dalam hidupnya. Untuk mencapai keinginan tersebut, manusia berusaha dengan melakukan berbagai cara agar kebutuhan hidupnya dapat tercapai. Usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menggapai kehidupan yang sejahtera tidak akan pernah ada habisnya. Hal itu disebabkan karena kondisi yang sejahtera tidak akan pernah tercapai secara mutlak dan sempurna. Seiring berjalannya waktu, akan terus ada kebutuhan-kebutuhan baru yang harus dipenuhi oleh manusia. Oleh karena itu, upaya perubahan menuju kondisi ideal yang sejahtera akan terus dilakukan manusia sepanjang waktunya. Dalam rangka memperkembangkan perubahan ke arah keadaan yang dianggap lebih baik, seringkali dilakukan proses atas dasar cara yang berencana. Perencanaan dipakai sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan perubahan masyarakat secara lebih baik dan teratur (Yuwono, 1980: 5). Dalam hal perencanaan program pemberdayan masyarakat, dilibatkan peran eksteranl yang berfungsi untuk merangsang masyarakat agar berpartisipasi aktif untuk mensukseskan program pemberdayaan masyarakat. Perencanaan pemberdayaan masyarakat seringkali dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan status ekonomi masyarakat penerima program. Peranan pihak eksternal di sini dilaksanakan secara luas melalui cara perencanaan untuk membangun ekonomi
16
masyarakat penerima program dan melakukan perubahan kesejahteraan ke arah yang semakin baik. Penyusunan perencanaan dan proses pemberdayaan merupakan dua unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam tahap penyusunan suatu perencanaan, proses pemberdayaan yang akan terjadi dalam periode perencanaan tersebut diperkirakan akan sesuai dengan kerangka perencanaan itu sendiri. Selain itu, terdapat juga faktor lain yang akan mempengaruhi pelaksanaan perencanaan dan proses pemberdayaan tersebut, seperti partisipasi aktif dan juga kesempatan untuk mengambil keputusan. Sebuah perencanaan pemberdayaan merupakan refkleksi dari adanya keinginan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Perencanaan pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam suatu pola, di mana arah dan kegiatan program pemberdayaan diserahkan pada kekuatankekuatan dalam masyarakat itu sendiri dengan menggunakan keterlibatan masyarakat dalam forum yang membahas perencanan program pemberdayaan. Posisi seperti ini bersifat pengarahan pertumbuhan dan pemberdayaan yang memberikan keleluasaan masyarakat penerima program yang pada akhirnya masyarakat itu sendiri yang melakukan kegiatan-kegiatan program pemberdayaan. Proses pemberdayaan secara berencana akan lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi masyarakat yang belum atau baru berkembang (Yuwono, 1980:6). Dalam hal pemikiran mengenai proses rancangan perencanaan program pemberdayaan, diperlukan analisis terhadap kondisi masyarakat yang dihadapi. Analisis ini berguna sebagai alat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan apa saja yang sekiranya dibutuhkan oleh masyarakat. Ini
17
sangat penting untuk dilakukan agar program pemberdayaan masyarakat bisa mencapai tujuannya dengan baik dan melahirkan kebermanfaatan program bagi masyarakat yang menerimanya. Pemberdayaan pada hakekatnya memiliki dua aspek, yaitu to give or authority to dan to give ability to or enable. Dalam unsur pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Harry Hikmat, 2006: 43). Unsur utama dari pemberdayaan masyarakat adalah kewenangan dan kemampuan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, karena walaupun sudah memperoleh kewenangan, akan tetapi apabila masyarakat belum atau tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan dan melaksanakan kewenangan tersebut, maka pemberdayaan belum terwujud (Soetomo, 2011:12). Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dan upaya yang bersifat multidimensi. Upaya pemberdayaan masyarakat menyangkut setiap dimensi yang diharapkan bersifat sinergis. Hal tersebut karena pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan, sehingga setiap program yang dilaksanakan menumbuhkan penyadaran akan minat dan kepentingan yang sama dengan tujuan dari pemberdayaan tersebut. Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam unsur pemberdayaan karena masyarakat dituntut untuk berperan dalam menjalankan program pemberdayaan agar tujuan program tersebut dapat dicapai. Suatu
18
pemberdayaan harus dilakukan melalui beberapa kegiatan (Kartasasmita, 1996:159-160), yaitu: a. Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk dapat berkembang (enabling). Suasana kondusif tersebut adalah pengenalan bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Hal tersebut terjadi karena proses pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam tahap ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Penguatan tersebut meliputi langkah yang nyata menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Dengan menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban, hal tersebut juga termasuk ke dalam bagian dari proses pemberdayaan. Demikian pula pembaharuan institusiinstitusi sosial serta pengintegrasiannya dalam kegiatan pembangunan. yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. c. Memberdayakan berarti melindungi (protecting). Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena ketidakberdayaan
19
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan pada pihak yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dalam bentuk eksploitasi pihakpihak yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi semakin tergantung pada berbagai program karitatif atau charity saja. Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, serta membangun kemampuan masyarakat untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dengan adanya kesadaran masyarakat sasaran agar mengubah pemberdayaan yang bersifat penguasaan menjadi bentuk kemitraan serta membentuk solidaritas pada masyarakat. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat (Suparjan dan Hempri, 2003: 44): a. Meningkatkan kesadaran kritis atas posisi masyarakat dalam struktur sosial
politik. Kesadaran
masyarakat
kritis
mampu membuat
yang
muncul
argumentasi
diharapkan
terhadap
berbagai
membuat macam
eksploitasi sekaligus berpartisipasi dalam membuat keputusan. Dalam hal ini, anggota kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis diharapkan memiliki kesadaran dan semangat bahwa mereka bisa mengubah kondisi kehidupan menjadi lebih baik. b. Peningkatan kapasitas masyarakat dengan melihat faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari upaya pemberdayaan yang
20
bersifat multi aspek dalam upaya peningkatan kapasitas anggota kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis. c. Menghidupkan kembali nilai-nilai yang ada pada tradisi budaya masyarakat lokal, seperti gotong royong, arisan, sumbangan yang dipandang sebagai modal sosial dalam mewujudkan kemajuan pembangunan masyarakat. Hasil penelitian Bayu Dwi Prasetya (2015) terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan air tawar di Bojongsari, Kabupaten Purbalingga menunjukkan bahwa proses pemberdayaan yang dilakukan meliputi penyadaran, pengkapasitasan melalui pembinaan pengetahuan dan ketrampilan, dan pendayaan. Terdapat faktor pendorong yang menjadi keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan program pemberdayaan ini, yaitu kesadaran anggota yang memiliki kemauan untuk maju dan memiliki semangat untuk mencapai keberhasila. Keberhasilan program ini dapat dilihat dari dampak yang timbul pada aspek ekonomi yang terdiri dari penambahan penghasilan, membantu ekonomi keluarga dan memberikan motivasi usaha dan membuka lapangan kerja baru. Selain pada aspek ekonomi, program ini juga berdampak pada aspek sosial dan pendidikan, yaitu peningkatkan rasa kepedulian antar kelompok, lingkungan dan masyarakat sekitar. serta peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengenai budidaya ikan. Dalam mengimplementasikan konsep pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan berbasis komunitas, diperlukan upaya agar hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan harapan yang selaras dengan prinsip pemberdayaan, di mana komunitas yang diberdayakan dapat meningkatkan kualitas dan menjadi
21
komunitas yang mandiri. Dalam proses pemberdayaan yang dibantu oleh pihak eksternal, dalam hal ini kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang dibantu oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta, harus dapat menunjukan bahwa stimuli eksternal yang dilakukan Bank Indonesia KC Yogyakarta telah mampu menumbuh kembangkan energi sosial dalam masyarakat yang dapat menggerakan proses pembangunan yang mendorong terwujudnya keberlanjutan kegiatan pembangunan yang berorientasi pada kemandirian. Bentuk perkembangan pendekatan yang berbasis masyarakat kemudian disempurnakan dalam bentuk Community Driven Development (CDD) atau pembangunan yang digerakan masyarakat. Program pengembangan klaster ikan air tawar merupakan konsep pemberdayaan yang lebih difokuskan pada level komunitas. Pemilihan pada level komunitas dianggap merupakan proses pembangunan yang dimulai dari kehidupan yang lebih dasar. Hal tersebut dikarenakan komunitas yang dianggap sebagai basis dari kehidupan masyarakat yang paling mengetahui persoalan dan kebutuhan yang paling aktual. Keterlibatan masyarakat digunakan untuk membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam mengimpelentasikan konsep pemberdayaan masyarakat, perlu didukung oleh sejumlah langkah dan tindakan agar program yang diimplementasikan dapat sesuai dengan persoalan dan kebutuhan masyarakat yang ditingkatkan taraf hidupnya. Selain itu, langkah dan tindakan yang direncanakan dengan baik juga digunakan untuk dapat meminimalisasikan kemungkinan adanya hambatan dalam proses pemberdayaan. Soetomo (2011) menjelaskan langkah-langkah tersebut, antara lain adalah:
22
a. Reorientasi: reorientasi mutlak perlu dilakukan oleh karena setiap perspektif memiliki orientasi dan pandangan yang berbeda tentang kapasitas masyarakat dan tentang posisi masyarakat dalam hubunganya dengan berbagai pihak, terutama terhadap pasar dan negara. Oleh sebab itu, karena proses pembangunan masyarakat melibatkan berbagai pihak yang terkait, maka reorientasi perlu dilakukan meliputi seluruh stakeholder. Reorientasi sendiri harus dilihat sebagai bagian dari proses bekerja sambil belajar. Bagi masyarakat sendiri reorientasi diperlukan, karena selama ini mereka berposisi sebagai obyek, sementara pengambilan keputusan dan perencanaan dibuat oleh pemerintah. Dengan perubahan sikap dan pola pikir tersebut, prakarsa lokal dapat dikembangkan, partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan sampai pelaksanaan dapat diwujudkan. Reorientasi juga dibutuhkan pada level aparat birokrasi di lapangan. Apabila sebelumnya lebih memposisikan diri sebagai pengusaha terhadap masyarakat, perlu dirubah dalam posisi sebagai yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. b. Gerakan Sosial: penggunaan pendekatan pemberdayaan masyarakat secara meluas telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penguatan civil society. Pada level mikro, penguatan civil society tercermin dari meningkatnya kewenangan masyarakat lokal dalam proses pembangunan yang menyangkut masa depannya, termasuk kewenangan dalam mengelola proses pembangunannya sejak identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Untuk
memperoleh tambahan
kewenangan,
diperlukan
23
perjuangan melalui gerakan sosial. Melalui gerakan sosial, posisi tawar masyarakat sipil dapat ditingkatkan. Selain itu, gerakan sosial dapat mendorong kehidupan bermasyarakat yang ikut dalam pengambilan keputusan dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan masyarakat. c. Institusi lokal: pada tingkat masyarakat lokal, instrumen terpenting dalam proses pemberdayaan adalah kehadiran institusi lokal. Institusi lokal berfungsi untuk memfasilitasi tindakan bersama yang sudah terpola sehingga fungsinya bukan hanya sebagai suatu organisasi, tetapi juga pranata sosial. Institusi yang mapan akan memiliki fungsi sebagai instrumen pemberdayaaan dari hubungan internal maupun eksternal. Secara internal, institusi lokal akan memfasilitasi kapasitas masyarakat dalam proses pengelolaan pembangunan secara mandiri, termasuk sebagai sarana pengambilan keputusan dan pengelolaan sumberdaya. Secara eksternal, institusi lokal berfungsi sebagai representasi komunitas dalam menjalin hubungan dengan berbagai stakeholder. d. Pengembangan kapasitas: pengembangan kapasitas merupakan salah satu unsur utama proses pemberdayaan di samping pemberian kewenangan. Proses ini bermuara pada kemandirian masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam hal pengembangan kapasitas. Dalam proses pengembangan kapasitas, terdapat peran dari pihak eksternal dalam memberikan stimuli dan pendampingan. Akan tetapi, peran eksternal tidak boleh mendominasi proses karena posisinya hanya untuk menumbuhkan potensi dan kapasitas masyarakat. Hal ini dilakukan agar bantuan dari pihak eksternal tidak justru menimbulkan ketergantungan.
24
Penelitian Syamsudin (2015) di Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Sejahtera menunjukkan bahwa partisipasi anggota menunjukan terjadinya peningkatan kapasitas individu dan kelompok. Peran kelompok sebagai media berkumpul, berinteraksi dan belajar sudah berjalan baik, tetapi masih diperlukan peran dari luar anggota untuk memberikan motivasi dan pendampingan guna mengembangkan kelompok dalam pencapaian kesejahteraan bagi masing-masing anggota. Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan suatu proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi dan kemampuan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, . Hal ini memiliki arti menempatkan masyarakat sebagai aktor (subjek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka objek pembangunan. Pembangunan masyarakat adalah proses perubahan menuju kondisi kehidupan yang semakin baik (Soetomo, 2009: 166). Kondisi kehidupan yang lebih baik tersebut secara lebih konkret sering disebut dengan peningkatan taraf hidup masyarakat. Dengan demikian, peningkatan taraf hidup masyarakat dianggap sebagai tujuan yang hendak dicapai melalui proses pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan taraf hidup diposisikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan proses pembangunan masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena menilai proses yang diharapkan ditentukan oleh seberapa jauh proses tersebut telah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilan pembangunan juga ditentukan dari
25
bagaimana manfaat yang ditimbulkan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu pendekatan dalam pembangunan masyarakat adalah pendekatan yang berorientasi pada komunitas. Menurut pendekatan ini, masyarakat tidak diberi peranan sebagai objek, melainkan sebagai pelaku yang menentukan tujuan, megontrol sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pendekatan pengelolaan sumber yang bertumpu pada komunitas (community based recources management) sebetulnya merupakan bagian dari konsep pembangunan yang berpusat pada sumber daya manusia. Beberapa ciri pokok dari padanya adalah (Tjokrowinoto, 1986: 10 dalam Soetomo, 2009: 244): a. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada masyarakat sendiri. b. Fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumber-sumber yang terdapat di komunitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. c. Pendekatan ini menoleransi variasi lokal, sehingga sifatnya amat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal. d. Di dalam melaksanakan pembangunan, pendekatan ini menekankan pada proses belajar sosial dimana terdapat interaksi kolaboratif antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi proyek dengan mendasarkan diri pada saling belajar. e. Proses pembentukan jaringan (net working) antara birokrat dan lembaga swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri,
26
merupakan bagian integral dari pendekatan ini, baik untuk meningatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi dan mengelola berbagai sumber, maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal. Dalam mengembangkan kapasitas masyarakat, terkandung makna pengembangan kapasitas manusia sebagai aktor yang membentuk masyarakat. Pengembangan kapasitas manusia ini dapat berupa pengembangan wawasan dan tingkat pengetahuan, peningkatan kemampuan untuk merespon dinamika lingkungannya, peningkatan skill, peningkatan akses terhadap informasi, ataupun peningkatan akses dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai perubahan terencana, yang direncanakan adalah bagaimana memberikan rangsangan dan dorongan agar masyarakat terbangun dan berkembang kapasitasnya. Dengan demikian, walaupun pihak eksternal (Bank Indonesia KC Yogyakarta) ikut terlibat, yang lebih penting adalah membangun kapasitas internal masyarakat agar lebih mampu berkembang secara berkelanjutan. Apabila dalam perubahan yang terencana tersebut terkandung induksi atau masuknya energi eksternal, fungsinya tidak lebih sebagai sarana untuk merangsang kapasitas interal. Faktor eksternal yang diinduksikan juga harus dijaga agar tidak menimbulkan ketergantungan. Realitas pembangunan masyarakat tersebut dilihat sebagai salah satu bentuk proses perubahan sosial yang berlangsung secara terus menerus. Salah satu teori pembangunan yang menjadi rujukan utama dalam perspektif pembangunan berbasis masyarakat adalah people centered development. Posisi masyarakat yang marginal dan powerless dibuat menjadi lebih berdaya. Pendekatan utama yang
27
digunakan dalam implementasi perspektif tersebut adalah pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya pokok pikiran dari teori pembangunan yang berpusat pada rakyat yang dalam implementasinya dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses pembangunannya. Kewenangan tersebut meliputi keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil pembangunan. Di samping akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan tersebut, masyarakat lokal juga lebih memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Asumsi yang mendasari pemikiran tersebut adalah bahwa kontrol terhadap proses pengambilan keputusan harus diberikan kepada mereka yang nantinya paling menanggung akibat dari keputusan tersebut. Dalam hal ini kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis adalah masyarakat pada tingkat lokal yang diperhitungkan paling menanggung akibat dari pelaksanaan pembangunan yang diputuskan, termasuk resiko kegagalan dan dampak negatif yang mungkin terjadi seperti ketergantungan masyarakat pada bantuan yang diberikan oleh pihak eksteral, dalam hal ini Bank Indonesia KC Yogyakarta. Dengan demikian, masyarakat lokal memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan yang diberikan. Hal ini mendorong masyarakat lokal agar dapat meningkatkan kapasitas agar dapat menjalankan kewenangan dengan baik. Oleh sebab itu, unsur
28
utama dari pemberdayaan masyarakat di samping pemberian wewenang adalah peningkatan kapasitas masyarakat. (Soetomo, 2011: 69-70) Di dalam pembangunan masyarakat, terkandung empat unsur dasar (Soetomo, 2011: 34). Keempat unsur dasar tersebut adalah: 1) pembangunan masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan, 2) pembangunan masyarakat adalah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis antara kebutuhan masyarakat dengan potensi, sumberdaya dan peluang, 3) pembangunan masyarakat merupakan proses peningkatan kapasitas masyarakat untuk merespon berbagai persoalan yang berkembang, 4) pembangunan masyarakat merupakan proses yang bersifat multidimensi. Keempat asumsi dan konsep dasar tersebut masing-masing dapat didudukan sebagai pilar-pilar penyangga, sehingga bangunan tersebut cukup kokoh. Dari sisi yang lain, keempat asumsi dan konsep dasar tersebut juga dapat dilihat sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait. Dalam posisi seperti ini, keempatnya dapat berfungsi sebagai kerangka atau body of knowledge dari konsep pembangunan masyarakat yang akan dikembangkan. Memperhatikan keterkaitan keempat asumsi yang dijadikan konsep dasar tersebut, dapat dibuat rumusan bahwa pembangunan masyarakat adalah proses perubahan yang bersifat multidimensi. Proses ini diarahkan menuju kondisi semakin terwujudnya hubungan yang serasi antara needs dan resources melalui pengembangan
kapasitas
masyarakat.
Hal
tersebut
dilakukan
untuk
mengambangkan diri, terutama dalam memanfaatkan peluang dan sumber daya, mengantisipasi tantangan dan menangani masalah sosial yang muncul, sehingga terwujudnya kondisi kehidupan yang semakin sejahtera (Soetomo, 2011: 35).
29