BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sokoguru utama perekonomian negara Indonesia. Sebagai gambaran bagaimana UMKM menyangga perekonomian Indonesia, kita dapat melihat jumlah unit usaha pada tahun 2007 dan 2008, pelaku usaha dengan skala UMKM merupakan mayoritas dengan pangsa pasar sebesar 99,99% pada kedua tahun tersebut. Dari keseluruhan tenaga kerja yang bekerja pada sektor usaha tersebut tercatat masing-masing berada ditingkat 96,95% dan 97,04%. Selain itu dari segi pembentukan PDB (atas dasar harga berlaku) UMKM memberikan kontribusi sebesar 56,23% dan 55,56% (Bank Indonesia, 2009). Dari pernyataan diatas menunjukkan besarnya peran UMKM dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan PDB di Indonesia. Besaran jumlah UMKM tidak menjamin stabilitas dan konsistensinya pada perekonomian di Indonesia. Sebagai usaha dengan skala kecil sampai menengah tetap harus mampu memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Khan dan Rocha (1982) mengidentifikasi masalah berulang yang biasa dialami oleh UMKM. Terdapat empat area masalah yang saling berhubungan diantaranya yaitu informasi mengenai target pasar, akuntansi, pengendalian sediaan, dan manajemen kas. Ketidaktahuan akan target pasar dapat mengarahkan lambatnya putaran sediaan, yang kondisi sebenarnya dikaburkan oleh informasi akuntansi yang kurang baik, selain itu kekurangan sejumlah kas yang tidak terdeteksi dengan tepat waktu akan mengakibatkan krisis keuangan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kebangkrutan. Pelaku usaha harus memiliki strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan dengan perusahaan-perusahaan besar maupun global. Wahyono (2004) menyebutkan terdapat empat strategi yang dapat dijalankan para pelaku usaha untuk dapat bersaing di era global saat ini, yaitu: penguasaan teknologi untuk menghasilkan produk atau jasa, peningkatan
1
kualitas sumber daya manusia, marketplace yang tepat, dan membentuk sistem informasi yang akurat untuk membantu pengambilan keputusan. Romney dan Steinbart (2015) menjelaskan dengan menerapkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) secara baik dapat memberikan value added yaitu meningkatkan kualitas dan mengurangi kos dari produk dan jasa, meningkatkan efisiensi, berbagi pemanfaatan informasi, meningkatkan efisiensi dan efektifitas supply chain, meningkatkan struktur pengendalian internal, dan meningkatkan kualitas pembuatan keputusan. Dengan menerapkan SIA yang baik dapat memberikan banyak kelebihan bagi perusahaan, selain dapat mencapai keputusan yang tepat, perusahaan dapat membuat keputusan strategis dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dan bahkan pada lingkungan global. Pratama dan Sugiharto (2014) menyebutkan adanya pencatatan akuntansi secara terkomputerisasi, kesalahan dalam input data yang dilakukan secara manual dapat diminimalkan dan membuat data tersebut cepat diolah dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada pencatatan secara manual. Romney dan Steinbart (2015) menambahkan penggunaan basis data secara baik dapat memberikan keuntungan yaitu: data menjadi terintegrasi, dapat berbagi pemanfaatan data, meminimalkan redundancy dan inkonsistensi data, dan juga independensi data. Yousef (2006) mengemukakan penggunaan basis data yang tepat guna telah menjadi banyak perhatian bagi para ahli yang terjadi diantara tahun 1960 sampai 1970-an atau biasa disebut tahun emas basis data. Codd (1970) mengembangkan sistem data relasional bagi bank data dan mengajukan model data relasional sebagai pondasi untuk melindungi pengguna sistem data terstruktur dari gangguan terjadinya perubahan representasi data yang disebabkan oleh pertumbuhan bank data dan perubahan lalu lintas data. Chen (1976) mengajukan suatu data model yang menggabungkan beberapa informasi semantik penting mengenai dunia nyata yaitu model hubungan-entitas (entity-relationship model). Model tersebut dipercaya dapat digunakan sebagai dasar penyatuan dari perbedaan sudut pandang data antara
2
model jaringan (network model), model relasional (relational model), dan model seperangkat entitas (entity set model). McCharthy (1982) menunjukkan beberapa masalah dalam pengembangan data model akuntansi yang dapat menghasilkan formulasi yang baik pada sistem akuntansi double-entry. Kemudian beliau mengajukan kerangka akuntansi tergeneralisasi yang disebut model akuntansi REA. Model tersebut dapat digunakan pada lingkungan shared data dimana antara akuntan dan non-akuntan menggunakan data dari pemotretan peristiwa yang sama. Beliau juga berargumen bahwa model akuntansi REA adalah kerangka umum yang dapat menjadi solusi sederhana dan komprehensif seperti pelaksanaan pemeriksaan (audit) dan pengendalian internal. Boehm (1981) dalam Moody dan Shanks (2003) menyebutkan secara relatif, nilai kos yang terjadi jika pengendalian masalah dilakukan pada tahap perancangan akan mencapai 3,5 kali lipat, pada tahap implementasi 50 kali lipat, sedangkan pada tahap setelah penerapan akan mencapai 170 kali lipat. Tingkat cost of error yang terjadi akibat kesalahan perancangan basis data dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 1.1 Cost of Error Pada Tahapan Pengembangan (Moody dan Shanks, 2003) Walrad dan Mos (1993) dalam Moody dan Shanks (2003) menambahkan studi empiris telah menunjukkan apabila penjaminan kualitas dilakukan semakin awal pada tahap pengembangan dapat menekan kos lebih efektif senilai 33 kali lipat daripada melakukan pengujian saat diakhir masa pengembangan. 3
Menurut Yuliana (2001) diagram REA menyediakan dua informasi basis data SIA, yaitu relationship antara praktek bisnis perusahaan dan cardinality, menyajikan informasi yang berguna untuk menggambarkan prinsip dan kebijaksanaan perusahaan yang dimodelkan. Setiap kejadian dari dari entity-agent menunjukkan orang atau organisasi tertentu dan setiap kejadian suatu entity-event menunjukkan aktivitas atau transaksi bisnis spesifik. Dari beberapa pernyataan diatas menjelaskan perancangan basis data dengan menggunakan model REA dapat memberikan beberapa kelebihan sebagai berikut (1) memberikan informasi yang lebih berkualitas guna pembuat keputusan dibandikan dengan SIA tradisional, (2) selain menyediakan informasi keuangan model tersebut juga dapat menyediakan informasi non-keuangan, (3) diagram tersebut dapat juga digunakan untuk menganalisis proses bisnis dan kebijakan perusahaan, (4) meminimalkan kesalahan dalam pelaksanaan masukan data, dan (5) data yang disimpan oleh perusahaan lebih berkualitas karena terintegrasi, meminimalkan duplikasi data, dan memudahkan pemakaian atau penggunaan data. Pada penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo (2004) dalam pembuatan SIA terkomputerisasi atas siklus pembelian-penjualan dan Indah (2013) dalam pembuatan sistem informasi penjualan masih menggunakan data model hubungan-entitas (E-R data model). Rancangan basis data tersebut memiliki kelemahan yaitu tidak mudah dipahami oleh sebagian besar perancang sistem yang tidak memiliki pemahaman prosedur akuntansi. Jika basis data tidak mudah untuk dikembangkan, pengembangan sistem akan stagnan dan mengalami kesulitan pada saat melakukan integrasi dengan sistem informasi lainnya. Penulis melakukan penelitian pada Bloem Bakery yang berlokasi di Yogyakarta. Pada pra penelitian penulis menemukan bahwa SIA sebelumnya masih menggunakan menggunakan model data hubungan-entitas. Selain itu belum ditemui pembukuan baku yang dapat menjadi acuan bagi setiap toko yang dimiliki oleh Bloem Bakery. Minimnya informasi yang dapat dihasilkan menjadi hambatan bagi manajemen untuk membuat keputusan dan memahami kinerja dari
4
toko-toko yang ada. Pengajuan kepada pemilik usaha dilakukan untuk dapat menilai manfaat perancangan basis data menggunakan model data REA. Bloem Bakery memiliki tujuan untuk membuka beberapa toko untuk memperluas jangkauan dan memaksimalkan potensi produksi. Informasi mengenai penjualan dan biaya menjadi sangat diperlukan oleh perusahaan guna melakukan evaluasi dan pelaporan kepada pemilik usaha. Kinerja penjualan menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut; Begitu juga biaya yang mendukung kinerja penjualan tersebut. Model data REA menyarankan kedua siklus yaitu siklus penjualan dan pengeluaran agar dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan. 1.2.Perumusan Masalah Dari latar belakang dan permasalahan yang yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini dilakukan dengan merancang dan mengusulkan basis data terintegrasi dengan menggunakan model data REA. Rumusan masalah pada penelitian tersebut terdiri dari: 1) Bagaimana model data REA mendukung sistem informasi akuntansi Bloem Bakery pada siklus pendapatan dan pengeluaran perusahaan? 2) Sejauh mana sistem informasi akuntansi dengan model data REA dapat mendukung kelangsungan usaha pada perusahaan? 1.3.Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah, yaitu: 1. Sesuai dengan besaran objek UMKM yang diambil maka penulis menentukan batasan lingkup sistem informasi akuntansi berupa siklus pendapatan dan pengeluaran. 2. Fokus penilitian ini pada pengolahan data transaksi yang berguna untuk mendapatkan informasi keuangan dan membatasi informasi non-keuangan, misalnya informasi pemasaran, penggajian, dan produksi. 1.4.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis dan merancang basis data yang sesuai dengan proses bisnis objek penelitian,
5
2) Mengembangkan basis data yang mendukung sistem informasi akuntansi objek penelitian berbantu model data REA, dan 3) Mengajukan hasil rancangan basis data kepada perusahaan. 1.5.Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu mendukung kinerja perusahaan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang saat ini berbantu model data REA, dengan rincian sebagai berikut: 1) Menghasilkan basis data yang terorganisir dan terintegrasi dengan menggunakan biaya yang murah dan peralatan yang sederhana, 2) Memudahkan dan mempercepat pelaksanaan transaksi penjualan dan penerimaan kas serta pembelian, perolehan jasa dan pengeluaran kas yang terjadi pada perusahaan, dan 3) Memudahkan pembuatan laporan yang dilakukan oleh perusahaan. 1.6.Metodologi Penelitian Metoda-metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Studi kasus dengan teknik pengumpulan informasi: wawancara, observasi dan analisis dokumen. 2) Analisis dan perancangan basis data dengan pendekatan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SDLC) atau pendekatan tradisional dengan tehnik rancangan Model Data REA. 1.7.Sistematika Penelitian Penelitian ini terdiri dari 5 bab yang berurutan, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab pertama berisi dasar-dasar penelitian yang akan dilakukan dari tujuan sampai hasil yang ingin dicapai. Bab tersebut terbagi menjadi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI Bab kedua berisi landasan teori yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi beberapa teori yaitu sistem informasi akuntansi, basis data, diagram hubungan-entitas, dan model data REA.
6
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ketiga berisi penjelasan metoda-metoda yang akan digunakan untuk menghasilkan rancangan basis data. BAB IV : PERANCANGAN DAN PENGUSULAN RANCANGAN BASIS DATA Bab keempat berisi analisis dan pembahasan mengenai rancangan basis data sistem informasi akuntansi yang akan diusulkan pada objek penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab kelima berisi kesimpulan dan saran-saran yang didapatkan dari hasil usulan rancangan basis data pada penelitian ini.
7