BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Setiap negara di seluruh dunia memiliki sebuah perusahaan yang dinamakan sebagai perusahaan negara atau state owned company. Atau di Indonesia, perusahaan ini disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan sebuah perusahaan yang sebagian besar kepemilikannya dimiliki oleh pemerintah. BUMN merupakan wujud dari peran serta pemerintah dalam perekonomian negara. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2 dan Ayat 3, yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara serta bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam hal ini BUMN sebagai sebuah perusahaan dituntut selain menghasilkan keuntungan secara bisnis bagi negara, juga dituntut untuk dapat membuat kemakmuran bagi seluruh pemangku kepentingannya terutama Rakyat Indonesia. Indikator keberhasilan BUMN bukan hanya dari setiap keuntungan yang dihasilkannya akan tetapi juga seberapa besar badan usaha ini dapat memberikan kemakmuran bagi seluruh Masyarakat Indonesia. Untuk mengukur seberapa jauh BUMN dapat memberikan kemakmuran terhadap Rakyat Indonesia, maka dari sisi keuangan harus diukur terlebih dahulu kinerja keuangannya. Setiap perusahaan yang memperoleh keuntungan/profit yang sangat besar, belum tentu perusahaan ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat selaku stakeholders-nya. Ukuran kinerja keuangan ada yang mendasarkan pada laba akuntansi (accounting profit) seperti earning per share, price earning ratio, dan return on equity dan juga ada yang mendasarkan pada perolehan nilai (value) seperti Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA). Pada saat ini kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Beberapa perusahaan telah menggunakan ukuran kinerja yang lebih menekankan pada penciptaan nilai (value creation), atau yang biasa disebut dengan
Value Based Management (VBM). Dengan Value Based Management (VBM) diharapkan perusahaan tidak hanya dapat menghasilkan keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya, akan tetapi perusahaan juga dapat memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham dan stakeholders yang lainnya. Dalam konsep Value Based Management (VBM) kinerja perusahaan dapat diukur dengan beberapa alat, yaitu Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA). Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan dan dipatenkan oleh Stewart & Company, sebuah konsultan manajemen terkemuka adalah salah satu varian dari konsep Value Based Management (VBM). EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit. Pada dasarnya EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara matematis EVA dihitung dari laba operasi setelah pajak dikurangi dengan cost of capital. Jika EVA positif , menunjukkan perusahaan telah menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Pengukuran Value Based Management (VBM) dengan alatnya seperti Economic Value Added, Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA) dapat memperlihatkan sejauh mana sebuah BUMN dapat memberikan nilai tambah ekonomi, bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi para pemangku kepentingan terutama bagi seluruh Rakyat Indonesia. Seperti yang diberitakan dalam www.setkab.go.id hari rabu tanggal 10 Oktober 2012, dimana Presiden SBY meminta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun ada beberapa BUMN yang memperoleh keuntungan sangat tinggi, akan tetapi badan usaha ini belumlah memberikan dukungan yang maksimal bagi pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, padahal seharusnya BUMN dengan nilai kapitalisasi yang besar di pasar modal dapat memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingannya. Berdasarkan dari berita dari www.swa.co.id hari kamis 13 Oktober 2005 yang memberitakan bahwa beberapa perusahaan yang telah terdaftar di Pasar Modal dapat menghasilkan nilai Economic Value Added (EVA) yang positif. Hal tersebut dapat lebih jelas dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Perusahaan dengan Tingkat CVA dan Harga Saham Perusahaan
CVA
Harga Saham
2001
2002
2001
2002
Echostar
-74
120
1.100
1.200
Morrison
134
162
150
200
SK Telecom
539
1.017
800
1.000
Sumber : BCG Summary Report 2003. Tabel 1.2 Perusahaan dengan Tingkat EVA dan Harga Saham Perusahaan
EVA
Harga Saham
2001
2002
2001
2002
PT. Unilever
699.26
826.09
2.500
2.700
PT. HM Sampoerna
52.42
90.79
3.200
3.500
PT. Kalbe Farma
5.83
16.36
500
575
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Publik Selain itu menurut penelitian dari Ken C. Yook dan George M McCabe (2003:27) mengatakan bahwa “ada korelasi yang negatif antara nilai Market Value Added (MVA) dengan keuntungan yang diterima oleh para pemegang saham. Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa perusahaan yang bergerak di luar bidang keuangan di Amerika Serikat pada dengan periode 1985-1994”. Data di atas menunjukkan belum ada perusahaan BUMN yang dapat menciptakan nilai tambah dalam operasionalisasi perusahaannya, sehingga dapat diartikan bahwa walaupun BUMN memiliki tingkat keuntungan yang tinggi, akan
tetapi perusahaan ini belumlah memberikan kemakmuran bagi para pemangku kepentingannya. Kejadian seperti yang telah dijelaskan di atas menimbulkan
suatu
pertanyaan yang dapat diangkat menjadi fenomena dalam penelitian ini, yaitu apakah Economic Value Added (EVA),Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA) dapat mempengaruhi harga saham terutama pada perusahaan-perusahaan BUMN yang sudah menjadi anggota Bursa Efek Indonesia. Atas dasar fenomena tersebut, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitan dengan judul : “ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), CASH VALUE ADDED (CVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP
HARGA
SAHAM
PADA
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2007 – 2012”. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan suatu masalah yang menjadi dasar penelitian ini yaitu mengenai bagaimana pengaruh dari EVA, CVA, dan MVA secara bersama-sama maupun parsial terhadap harga saham terutama harga saham perusahaan-perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2012. Dari identifikasi masalah penelitian tersebut, maka dapat ditentukan beberapa rumusan masalah yang selanjutnya akan dijadikan tujuan penelitian, yaitu: 1. Berapa nilai Economic Value Added (EVA) Perusahaan-Perusahaan BUMN di BEI selama Tahun 2007 – 2012? 2. Berapa nilai Cash Value Added (CVA) Perusahaan-Perusahaan BUMN di BEI selama Tahun 2007 – 2012 ? 3. Berapa nilai Market Value Added (MVA) Perusahaan-Perusahaan BUMN di BEI selama Tahun 2007 – 2012 ? 4. Bagaimana Perkembangan Harga Saham Perusahaan-Perusahaan BUMN di BEI selama Tahun 2007 – 2012? 5. Bagaimana pengaruh Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham?
1.3 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang praktisi bagi penerapan teori dan juga bagi akademisi bagi pengembangan ilmu yang sudah ada. Kegunaannya yaitu : 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham, maka perusahaan dapat mengetahui seberapa optimal kinerja perusahaan selama kurun waktu pengamatan. Dengan mengetahui seberapa jauh kinerja optimal perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham, maka perusahaan dapat menentukan kegiatan dan tujuan yang tepat. Hal ini dapat ditunjukkan ketika perusahaan berupaya untuk menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai bagi perusahaan dan sebaliknya meningkatkan kegiatan-kegiatan yang bisa menambah nilai bagi perusahaan, sehingga konsep Value Based management (VBM) dapat diaplikasikan. 2. Kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian mengenai pengaruh Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran yang memperkuat teori mengenai adanya pengaruh yang positif antara nilai yang diraih perusahaan dengan tingkat harga saham. 3. Penelitian ini diharapkan menjadi suatu pengembangan ilmu yang baru dari pengukuran kinerja perusahaan yang berdasarkan pada nilai perusahaan tersebut, bukan pada besar atau kecilnya laba operasi yang didapat, dengan kata lain EVA, CVA dan MVA dapat memberikan second opinion terhadap kinerja perusahaan selain metode yang sudah dikenal sekarang ini. 4. Bagi peneliti lain, penelitian mengenai pengaruh Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan BUMN ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan dalam penyusunan laporan ilmiah sesuai dengan topik yang disajikan.
1.4 Kerangka Pemikiran Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA) dapat dijadikan alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan EVA, CVA, dan MVA yang positif menandakan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan kegiatan penciptaan nilai bagi para stakeholdernya terutama bagi para pemegang saham. Seperti yang dikemukakan dalam New Perspective on Value Creation Boston Consulting Group Report (2001) bahwa : “ Two of most the popular ways to measure internal value creation are the Cash Value Added (CVA) and Economic Value Added (EVA) methodologies. BCG Subscribes to the CVA methodology , due to its strong correlation with stock market performance and because it accounting distortions, such as bookkeeping depreciation, that can arise in EVA income oriented method” Dalam BCG Report dikemukakan bahwa EVA dan CVA (terutama CVA) memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja pasar saham, dalam hal ini dapat diartikan bahwa EVA dan CVA akan mempengaruhi kinerja pasar saham (ditinjau indeks harga saham sektoral atau harga saham individu) . Seperti pula yang dikemukakan dalam Worknomics oleh Reiner Strack (2001) “ an increase in EVA and CVA means higher shareholder value”. Dalam beberapa penelitian mengenai hubungan antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan harga saham, diantaranya adalah penelitian dari Lehn dan Makhija (1996) seperti yang dikemukakan oleh Esa Makelainen (2001) bahwa : “ Study EVA and MVA as performance Measures and signals for strategic change. Their data consists of 241 U.S companies and cover years 1987, 1988, 1992 and 1993. The Researchers first find out that both measures correlate positively with stock returns “. Selain itu dalam penilaian harga saham dapat dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental seperti yang dikemukakan oleh Dedy Efendi (2005: 19), dimana tiga metode analisis fundamental adalah dengan menggunakan Economic
Value Added, Cash Value Added, dan Market Value Added. Nilai EVA, CVA, dan MVA diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi yang umum diterima. Dari pernyataan diatas, maka laporan keuangan merupakan sumber dari analisis fundamental yang dilakukan. Sampai sejauhmana faktor fundamental ini dapat mempengaruhi harga saham inilah yang akan dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini. 1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa EVA,CVA, dan MVA mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham, sehingga hipotesis penelitian ini adalah : EVA, CVA, dan MVA secara bersama-sama dan parsial mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan-perusahaan BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G.Bennet Stewart III, seorang manajer dari Stern Stewart & Co. Dalam bukunya “The Quest For Value”. Konsep Economic Value Added menjadi sistem keuangan yang hangat dewasa ini. Pada waktu itu menurut majalah Economist pada tahun 1997 lebih dari 300 perusahaan di seluruh dunia telah mengadopsi sistem berbasis Economic Value Added (EVA) untuk mengukur tingkat kinerja yang pada akhirnya akan menunjang pada setiap pengambilan keputusan yang dilakukan. Amin Widjaja Tunggal (2001:1) menungungkapkan : Dari seluruh pendapat para ahli mengenai Economic Value Added yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai Economic Value Added (EVA) yaitu Economic Value Added merupakan tujuan korporasi untuk meningkatkan nilai dan modal yang investor dan pemegang saham telah tanamkan dalam operasi usaha. Economic Value Added merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak dikurangi dengan biaya modal. Biaya modal perusahaan merupakan biaya modal tertimbang rata-rata untuk debt dan equity yang digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu , perusahaan harus menghitung berapa besarnya biaya hutang dan biaya modal sendiri. Adapun rumus dari economic Value Added adalah sebagai berikut : EVA = NOPAT – (WACC x Total Capital). Apabila perusahaan memiliki nilai Tingkat Nilai Tambah Ekonomis (EVA) yang positif , maka dapat dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah menciptakan nilai akan tetapi apabila yang terjadi adalah sebaliknya yaitu jika Economic Value Added (EVA) negatif maka dapat dikatakan bahwa unit bisnis tersebut telah menurunkan atau merusak nilai. Kita dapat menghitung nilai yang diciptakan oleh sebuah perusahaan publik untuk setiap periode waktu dalam arti persentase , kapitalisasi ekuitas atau per share basis.
Dalam menghitung Economic Value Added (EVA), ada beberapa tahapan perhitungan yang harus dilakukan seperti yang dikemukakan oleh Khaira Rizfia (2005:43) yaitu : 1. Menghitung Net Operating After Tax (NOPAT) dan Penyesuaiannya. Tabel 2.1 Perhitungan NOPAT Laba Bersih
XXX
Perubahan Deffered Taxes
XXX
Perubahan LIFO Reserves
XXX
Amortisasi Goodwill
XXX
Perubahan Capitalized Intangibles
XXX
Cadangan Piutang Ragu-Ragu
XXX
Perubahan Deffered Income Reserve
XXX +
Penyesuaian Akuntansi
XXX
Laba Bersih Yang Disesuaikan
XXX
Bunga Hutang
XXX
NOPAT
XXX
Sumber: Khaira Rizfia (2005:43) 2. Menghitung Total Kapital dan Penyesuaiannya Tabel 2.2 Perhitungan Total Kapital Hutang Jangka Pendek
XXX
Hutang Jangka Panjang
XXX +
+
+
Total Hutang
XXX
Ekuitas
XXX
Deffered Taxes
XXX
LIFO Reserves
XXX
Akumulasi Amortisasi Goodwill
XXX
Capitalized Intangibles
XXX
Cadangan Piutang Ragu-Ragu
XXX
Deffered Income Reserves
XXX +
Total Penyesuaian
XXX +
Ekuitas Yang Disesuaikan
XXX +
Total Kapital
XXX
Sumber: Khaira Rizfia (2005:43) 3. Menghitung Biaya Hutang Setelah Pajak 4. Menghitung Biaya Saham 5. Menghitung Cost Of Capital yang dapat dicari dengan menggunakan Weight Average Cost of Capital (WACC) Tabel 2.3 Perhitungan WACC Sumber Dana
Jumlah (Rp)
Proporsi/Bobot
(1)
(2)
Biaya Modal
Biaya
Stlh Pajak
Modal
(3)
Tertimbang (2) X (3)
Hutang
XX
XX %
XX %
XX %
Saham
XX
XX %
XX %
XX % +
WACC
XX%
Sumber: Khaira Rizfia (2005:43)
2.2 Cash Value Added (CVA) Seperti dalam perhitungan Economic Value Added (EVA), maka dalam menghitung Cash Value Added (CVA) perlu dilakukan beberapa tahap perhitungan sebelum kita dapat mengetahui nilai Cash Value Added (CVA) perusahaan. Tahapan perhitungan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Khaira Rizfia (2000:43) yaitu : 1. Menghitung Gross Cash Flow Tabel 2.4 Perhitungan Gross Cash Flow Aliran Kas Bersih Dari Operasi
XXX
Bunga Hutang
XXX +
Gross Cash Flow
XXX
Sumber : Khaira Rizfia (2000:43) 2. Menghitung Depresiasi Ekonomis Depresiasi ekonomis dapat dilihat dari neraca perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. 3. Menghitung Cost Of Capital Cost of Capital dihitung dengan Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang digunakan pada saat menghitung Economic Value Added (EVA) 4. Menghitung Total Capital Total Capital, untuk menghitung total capital pada Cash Value Added dapat dihitung dengan menjumlahkan hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek yang mengandung bunga ditambah dengan ekuitas.
2.3 Market Value Added (MVA) Menurut Stewart (1999:153) “ the difference between the company’s market and book value is calls Market Value Added “. Selanjutnya menurut tulisan dari Esa Makelainen (2001) dalam Economic Value Added as Management Tools mengatakan bahwa Market Value Added (MVA) identik dengan market to book ratio dari sebuah perusahaan, perbedaannya adalah MVA merupakan pengukuran yang absolut sedangkan market to book ratio merupakan pengukuran yang relatif. Apabila MVA bernilai positif, berarti bahwa market to book ratio perusahaan adalah lebih dari satu sedangkan apabila MVA memiliki nilai yang negatif, maka market to book ratio sebuah perusahaan adalah kurang dari satu. Sedangkan menurut John D. Martin (2004:99) mengemukakan bahwa “it is the present value of future EVA that determine a firms’s market value. For this reason, we need an additional measure for learning how the market are assesing a company’s outlook at generating future EVA. That measure is market value added (MVA)”. Stewart (2003:153) mengungkapkan hubungan antara EVA dan MVA dimana “MVA = Present Value Of All Future EVA”. Dan menurut Sidharta Utama (2004) mengemukakan bahwa tidak ada korelasi langsung antara EVA dan MVA. Pengukuran EVA bersifat historical, sedangkan MVA mencerminkan ekspektasi pasar terhadap perusahaan di masa depan. 2.4 Harga Saham Harga Saham adalah nilai pasar yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai sebenarnya dari suatu saham biasa disebut nilai fundamental atau nilai intrinsik. Terdapat dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham yaitu analisa sekuritas fundamental (fundamental security analysis)
dan
analisis
teknikal
(technical
analysis).
Analisis
fundamental
menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedangkan analisis teknik menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.
Berangkat dari analisis fundamental untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham, terdapat dua cara pendekatan yaitu pendekatan nilai sekarang (present value) dan pendekatan model diskonto dividen. Saham yang diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar (market value) juga mempunyai nilai-nilai lainnya : 1. Nilai Par / Nilai Nominal (Par Value/Face Value) Adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham itu, menurut Schall dan Halley ( 1991:383), nilai nominal adalah “Par Value is a per share amount assigned to the corporation’s stock by board of the directors”. Sedangkan menurut Van Horne (2003:29) nilai nominal adalah : “Par Value of stock merely a stated figure the corporation charters and is of little economic significance”. 2. Nilai Buku (Book Value) menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan per saham. Dengan demikian nilai buku perusahaan didapat dengan mengurangkan total asset perusahaan terhadap hutang dan saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah saham beredar, menurut Van Horne ( 2003: 29) nilai buku adalah : “the book value of share of stock is the shareholder’s equity of a corporation less the par value of preffered stock outstanding and debt divided by the number of share outstanding”. 3. Nilai Intrinsik / Nilai Riil (Fair Value/ Reasonable Value) Adalah harga yang ditetapkan untuk sebuah sahambiasa jika faktor-faktor utama seperti utang dan modal daripada nilai perusahaan dipertimbangkan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode verifikatif dan kuantitatif. Metode verifikatif digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel terutama mengenai pengaruh dari Economic Value Added, Cash Value Added, dan Market Value Added terhadap harga saham. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis, berdasarkan paradigma penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan jawaban atas masalah penelitian yang secara rasional di deduksi dari teori. Tujuan pengujian hipotesis untuk menentukan apakah jawaban teoritis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data. 3.2 Operasionalisasi Variabel Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya , variabel penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Variabel Terikat (Dependent Variable = Yt), yaitu Harga Saham perusahaan-perusahaan sektor pertambangan. 2. Variabel Bebas (Independent Variable = Xt), yaitu Economic Value Added (EVA),Cash Value Added (CVA), dan Market Value Added (MVA) Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antar kedua variabel tersebut dapat dilihat dalam Table Operasionalisasi Variabel dibawah ini. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel VARIABEL
KONSEP
INDIKATOR PENGUKURAN SKALA SUMBER
VARIABEL ECONOMIC
Economic Value
VALUE
Added (EVA) adalah
ADDED
selisih antara
(EVA)
adjusted NOPAT selama satu tahun buku dengan capital
DATA - NOPAT - WACC - Total Capital
EVA = NOPAT – Rasio (WACC x Total Capital)
Sekunder
Variabel X1
charge yang
(Independent didasarkan pada cost Variable)
of capital. (Young,2001)
CASH VALUE Cash Value Added is - Gross Cash CVA = Gross ADDED
cash flow with
(CVA)
interest expense minus the implicit
Variabel X2
- Depr.
Sekunder
Rasio
Sekunder
Rasio
Sekunder
Cash Flow – Depresiasi
Ekonomis Ekonomis –
cost of reinvestment
- WACC
(WACC x Total
and the cost of
- Total
Capital)
(Independent capital Variable)
Flow
Rasio
Capital
(Martin, 2000)
MARKET
Market Value Added - Present
MVA = Present
VALUE
is an additional
Value Of
Value Of All
ADDED
measure for learning
Economic Futures EVA.
(MVA)
how the markets are
Value
assesing a
Added.
company’s outlook Variabel X3
at generating future
(Independent EVAs Variable)
(Martin, 2000)
HARGA
Nilai yang
Harga Saham Harga Saham
SAHAM
menunjukkan harga Rata-rata
Rata-RataTahunan
pasar saham
= Harga Saham
Bulanan
Rata-rata Bulanan : 12 Variabel Y1 (Dependent Variable) Dari tabel operasionalisasi variabel di atas, dapat dijelaskan bahwa hubungan antar variabel independent (variabel x) EVA, CVA dan MVA adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran Economic Value Added (EVA) merupakan pengukuran kinerja yang bersifat historical atau berdasarkan pada sesuatu yang telah terjadi, sedangkan perhitungan Market Value Added (MVA) merupakan pencerminan ekspektasi pasar terhadap perusahaan di masa depan. 2. Cash Value Added (CVA) merupakan alat ukur yang dapat menggantikan EVA, karena dengan Cash Value Added (CVA) distorsi-distorsi akuntansi yang terdapat dalam perhitungan EVA dapat dikurangi, dengan menggunakan Gross Cash Flow dan depresiasi ekonomis. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data , penulis menetapkan untuk melakukan tiga metode pengumpulan data , yaitu : 1. Metode Survei 2. Metode Observasi 3. Studi Kepustakaan 3.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Regresi Data Panel
Regresi Data Panel dapat digunakan untuk menganalisis data pooling yaitu merupakan perpaduan data observasi yang bersifat time series dan cross-sectional. Model regresi data panel ini lebih cocok diterapkan untuk data-data tersebut diatas dibandingkan menggunakan regresi linear berganda, karena regresi panel data dapat mendeteksi model yang bersifat kompleks sehingga memberikan hasil yang lebih informatif, efisien, lebih kompeten dan memperkecil kesalahan (bias) untuk jenis data yang merupakan gabungan time series dan cross section. (Damodar, 2003). Untuk membuktikan hipotesis penelitian digunakan Regresi Data Panel dengan pendekatan Fixed Effect, adapun persamaan regresi tersebut adalah : Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X4it + Uit Dimana : Y
= Harga Saham
X1
= Economic Value Added
X2
= Cash Value Added
X3
= Market Value Added
β0
= Intercep
β1,2
= Koefisien Regresi
i
= Cross Sectional Unit
t
= Periode Waktu
U
= Error
3.4.2 Pengujian Model Regresi Dalam analisis regresi terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi sehingga persamaan regresi yang dihasilkan akan valid jika akan digunakan untuk memprediksi. Dalam penelitian ini pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan : 1. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sediri adalah bahwa nilaid ari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson. Uji ini menghasilkan nilai uji DW hitung (d) dan nilai DW tabel (dl dan du). Aturan pengujiannya adalah : d
: terjadi masalah autokorelasi yang positif
dl
: ada masalah autokorelasi positif tapi lemah
du
: tidak ada masalah autokorelasi
4-du
: masalah autokorelasi serius.
2. Uji Multikolinearitas Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas yaitu korelasi yang signifikan antara variabel independen. Pada regresi data panel digunakan fixed effect method untuk menghindari terjadinya gejala multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu gejala dimana semua residual atau error memiliki varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Dalam pengujian heteroskedastisitas digunakan uji white. Pada model efek tetap dalam analisis regresi data panel, uji white dapat menghilangkan gejala heteroskedastisitas secara otomatis. Setelah model regresi didapat, maka langkah terakhir adalah menguji apakah model yang sudah dibuat bisa mewakili populasi atau tidak.
1. Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis I ini diterjemahkan ke dalam bahasa statistik sebagai berikut : H0: βi ≤ 0 , ( i = 1,2,3 ) Artinya : EVA, CVA, dan MVA secara bersama tidak mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. H1 : βi > 0 , ( i = 1,2,3) Artinya : EVA, CVA, dan MVA secara bersama mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. 2. Uji t
Setelah diketahui adanya pengaruh variabel – variabel independen terhadap variabel dependen secara bersanma-sama, selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui variabel independen mana yang mempunyai hubungan yang paling signifikan terhadap variabel dependen.
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya Penelitian Anggaran biaya penelitian yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Dosen Muda No.
Jenis Pengeluaran
Biaya Yang Diusulkan (Rp)
1
Gaji dan Upah
3.000.000
2
Bahan Habis Pakai dan Peralatan
7.500.000
3
Perjalanan
2.250.000
4
Publikasi, Seminar, dan Laporan
2.250.000
JUMLAH
15.000.000
4.2 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian dibuat agar kegiatan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian No.
Jenis Kegiatan
1
Pembuatan Proposal
2
Tahap Persiapan Penelitian
3
Pengumpulan Data
4
Pengolahan Data
5
Penyusunan
6
Publikasi
7
Pembuatan Laporan Kegiatan
TAHUN 2013 1
2 3 4 5
6 7 8
9
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Johar. 2004. Analisis Laporan Keuangan Berbasis Komputer. Elex Media Komputindo. Jakarta. Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. 2006. Metodologi Penelitian Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Brealey, Richard A. And Myers, Stewart C.2004 , Principles of Corporate Finance, 7th edition. Mc Graw Hill.USA. Efendi, Dedy. 2006. Pengaruh Economic Value Added (EVA), Cash Value Added (CVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham PT. Aneka Tambang Tbk. Tesis Tidak dipublikasaikan. MM Unpad Bandung. Martono dan Agus Harjito.2004. Manajemen Keuangan. Ekonosia. Yogyakarta. Nachrowi D, Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Palepu, Krishna G.et all. 2003.Business Analysis and Valuation : Using Financial Statements. 3rd edition. Thomsin South Western . United States Of America. Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh EVA, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Terhadap Return Yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Jurnal Ekonomi Akuntansi. FE Petra University. Rizfia, Khaira. 2005. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dengan Menggunakan Perbandinan ROE, EVA dan CVA. Tesis Tidak Dipublikasikan. MM Unpad Bandung. Suad Husnan & Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN. Yogyakarta. The Boston Consulting Group, 2003 The Value Creator: A Study of The WorldsTop Performers. BCG Report. United State Of America.