Bab 1
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Umum
Program pengembangan kekuatan (Probangkuat) TNI AU khususnya alat utama sistem senjata udara, menjadi prioritas utama dalam mengembangkan komponen kekuatan dan pertahanan udara nasional (National Air Power). TNI AU sebagai salah satu komponen pertahanan dalam pelaksanaan tugas pokoknya tidak berorientasi pada profit (non profit oriented), akan tetapi lebih kepada pencapaian misi (mission oriented). Proyeksi kemampuan TNI AU sangat ditentukan oleh kesiapan alat utama sistem senjatanya, dimana penggelaran kekuatan udara nasional harus sebanding dengan kemampuan TNI AU dalam mengoperasikan dan memelihara alat utama sistem senjatanya. Kekuatan alat utama sistem senjata juga berbanding lurus dengan usaha yang harus dikeluarkan untuk manajemen pemeliharaan dalam mendukung kesiapan operasionalnya. Untuk mencapai kesiapan operasional (operational readiness) pesawat TNI AU seoptimal mungkin, diperlukan tingkat kesiapan alat utama sistem senjata pesawat meliputi ; kesiapan organisasi (commitment, competence, cognisance), kesiapan personel operasional dan maintenance (pilot dan crew), kesiapan peralatan pendukung, serta tingkat pencapaian misi operasi yang diinginkan oleh TNI (Ref. 11).
Kekuatan dan kemampuan pesawat TNI AU saat ini, didukung oleh 256 pesawat dalam berbagai versi meliputi ; Tempur, Angkut, Intai, Helikopter, dan Latih. Meskipun kondisinya masih jauh dari ideal, namun seiring dengan kemampuan negara dan perkembangan lingkungan strategis, maka alat utama sistem senjata ini harus ditingkatkan kemampuannya baik dalam hal kuantitas (armada) maupun satuan operasionalnya (Skadron Udara, Skadron Teknik, dan Depo Pemeliharaan). Dari armada yang ada, rata-rata hanya 137 pesawat yang siap operasional. Ini berarti bahwa TNI AU hanya mampu menyiapkan 53,5 % dari kekuatan yang dimiliki (Public Hearing Kasau dengan Komisi I DPR). Faktor internal maupun eksternal banyak mempengaruhi tingkat kesiapan pesawat, antara lain, embargo Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-1-
Bab 1
Pendahuluan
(suspention) suku cadang, alat utama sistem senjata yang sudah dikategorikan sebagai aging aircraft sehingga berdampak pada tingkat pemeliharaan (downtime) pesawat, serta kurangnya manajemen sumber daya dalam menjalankan organisasi untuk mengoperasikan alat utama sistem senjata.
Sistem pemeliharaan yang diterapkan selama ini berdasarkan level maintenance, yaitu : tingkat ringan oleh Skadron Udara (Skadud), tingkat sedang oleh Skadron Teknik (Skatek), dan tingkat berat oleh Depo Pemeliharaan (Depohar). Fasilitas pemeliharaan dan satuan operasional pesawat terpusat terutama di Pulau Jawa (kategori Standart Depot Level Maintenace/SDLM).
Beberapa faktor di atas
akan menjadi fokus analisis dalam penelitian terutama tingkat operasional (operational availability) serta optimalisasi manajemen pemeliharaan dan tata letak dari fasilitas operasional yang ada, ditinjau dari sudut pandang pencapaian tugas pokok TNI AU.
Obyek penelitian difokuskan pada Pesawat Angkut Militer C-130 Hercules, berdasarkan pada empat alasan utama : a. TNI AU memiliki 24 Pesawat C-130 Hercules dalam berbagai versi (H/HS/L-100, dan B/BT), dengan tingkat kesiapan 8 sampai 9 pesawat. b. Pesawat C-130 Hercules memiliki frekuensi pengoperasian dengan tingkat keberhasilan misi operasi yang cukup tinggi/handal serta sistem pemeliharaannya sampai saat ini berjalan dengan baik berdasarkan level maintenance ditiap-tiap satuan (Skadron Udara, Skadron Teknik dan Depo Pemeliharaan).
c. Misi operasi TNI AU di masa mendatang diprediksi akan lebih dominan pada OMSP atau Operasi Militer Selain Perang (military operation other than war), seperti penanggulangan bencana alam (emergency airlift operation), dan dukungan operasi kemanusiaan lainnya, sehingga perannya sangat mendukung pelaksanaan misi OMSP TNI (Ref. 12).
Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-2-
Bab 1
Pendahuluan
d. Pesawat C-130 Hercules juga sangat penting dalam mendukung pergeseran pasukan TNI dalam mengatasi permasalahan keamanan dalam negeri seperti disintegrasi, konflik di daerah, perbatasan, serta faktor luas wilayah
teritorial
Indonesia, di mana TNI tidak
mengkonsentrasikan kekuatannya pada satu tempat tertentu.
I.2
Latar Belakang
Tingkat operasional dan manajemen pemeliharaan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pencapaiaan misi yang dijalankan. Suatu analisis terhadap tingkat operasional alat utama sistem senjata yang ada sangat diperlukan untuk mengetahui besaran tingkat pencapaian operasional yang ada saat ini. Analisis harus didasarkan pada tiga karakteristik penting dalam suatu sistem yang berhubungan dengan maintainability (RAM).
operasionalnya seperti reliability,
availability
dan
Jika tingkat operasional (operational availability) alat
utama sistem senjata diketahui, maka akan menjadi dasar terhadap optimalisasi tingkat operasional, manajemen pemeliharaan serta pengembangan kemampuan TNI AU di masa yang akan datang.
Pesawat C-130 Hercules versi militer TNI AU, selama ini dikenal sebagai pesawat yang handal dalam operasionalnya.
Pesawat C-130 Hercules tipe B, H dan L-
100-30 telah memperkuat jajaran pesawat angkut militer dan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AU sampai saat ini. Dari segi calender time operational, usia pesawat khususnya tipe B mencapai 45 tahun atau masuk dalam kategori aging aircraft. Pada usia 25 tahun pertama sejak pertama kali dioperasikan pada tahun 1960, pesawat ini telah mengalami peremajaan airframe (Service Live Extention Program/SLEP), dan akan mencapai akhir usia 25 tahun kedua dalam operasionalnya.
TNI AU sedang melakukan modifikasi (Retrofit) terhadap
pesawat tipe B menjadi tipe H.
Berdasarkan program pengembangan kekuatan
TNI AU (Ref. 11) Pesawat C-130 Hercules masih akan menjadi tumpuan kekuatan pesawat angkut militer TNI AU di masa yang akan datang.
Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-3-
Bab 1
Pendahuluan
Recording and monitoring maintenance Pesawat C-130 Hercules (periodic interval) yang telah dilaksanakan selama ini, meliputi :
Pemeliharaan Phase
Inspection (PI), yang dilaksanakan oleh satuan setingkat Skadron Udara (Skadud) dengan interval setiap 100 jam terbang ;
Pemeliharaan Three Years Inspection
(TYI), yang dilaksanakan oleh satuan setingkat Skadron Teknik (Skatek), dengan interval setiap 3 tahun sekali ; dan Pemeliharaan Six Years Inspection Phase (SYI), yang dilaksanakan oleh satuan setingkat Depo Pemeliharaan (Depohar).
Analisis perbandingan tingkat operasional, pemeliharaan, serta pengembangan sistem suatu pesawat udara dapat ditinjau dari variabel-variabel taktis, seperti dimensi pesawat, manueverability, range, endurance serta cockpit visibility. Berdasarkan pada aktifitas kondisi operasional serta tingkat pemeliharaan yang telah dilakukan setelah sekian jam terbang (flight hours), serta dengan pertimbangan bahwa pesawat-pesawat TNI AU saat ini sebagian besar masuk dalam kategori aging aircraft, perlu suatu pengkajian kembali terhadap beberapa faktor di atas, apakah masih memenuhi kriteria minimum yang harus dicapai untuk melakukan suatu misi tertentu.
Seberapa besar tingkat penurunan
kehandalan suatu pesawat udara, serta bagaimana mempertahankan tingkat operasional pesawat, merupakan parameter yang penting untuk dikaji. TNI AU belum pernah mengkaji secara khusus instrumen-instrumen pengukuran untuk menentukan besaran tingkat Reliability, Availability and Maintainability (RAM) dari tiap-tiap pesawat yang dimilikinya. Kondisi tersebut membuat tidak ada kepastian (uncertainty) apakah manajemen pemeliharaan yang telah diterapkan dapat mewakili suatu sistem yang baik atau tidak, atau bagaimana jika ingin dikembangkan atau dioptimalkan.
Pesawat merupakan suatu sistem yang memiliki karakteristik laju perbaikan (repair rate) dan laju kegagalan (failure rate). Reliability dan maintainability mempelajari karakteristik, mengukur dan menganalisa failure and repair dari sistem pesawat untuk meningkatkan ketersediaannya dengan menghilangkan atau mereduksi kegagalan dan downtime, serta meningkatkan waktu operasional (availability-nya) (Ref. 8). Pengukuran availability sendiri menggabungkan efek
Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-4-
Bab 1
Pendahuluan
baik proses kegagalan dan repair serta merupakan bagian penting dari karakteristik sistem pesawat. Parameter yang dianalisis dalam reliability adalah laju kegagalan (failure rate) komponen/sistem terhadap waktu, yaitu λ (t). Sedangkan parameter yang akan dianalisis dalam availability dan maintainability adalah komponen uptime dan downtime atau Mean Downtime (MDT), Logistic Delay Time (LDT), Mean Time to Repair (MTTR), serta Mean Time Between Maintenance (MTBM).
Semua parameter di atas diharapkan dapat dianalisis sehingga menghasilkan suatu parameter yang menunjukkan tingkat Reliability, Availability dan Maintainability (RAM) dari Pesawat C-130 Hercules.
Hasil-hasil analisis yang diterapkan
terhadap Pesawat C-130 Hercules versi militer, nantinya akan menjadi model atau acuan terhadap pesawat-pesawat TNI AU lainnya.
I.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas timbul gagasan untuk menganalisis tingkat Reliability, Availability dan Maintainability (RAM) dari suatu sistem pesawat yang dipilih untuk dicatat dan dimonitor terhadap jam terbang yang telah dicapainya, serta hal-hal yang telah dilaksanakan selama ini dalam pemeliharaan. Hipotesa awal yang mendasari penelitian antara lain :
a. Jika analisis tingkat Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) yang dicapai oleh Pesawat C-130 Hercules, berada dalam range yang diharapkan, maka rekomendasi hasil analisis akan memperkuat anggapan awal (preliminary hypothesis) yang sudah terbangun selama ini bahwa Pesawat C-130 Hercules memang memiliki kehandalan yang prima dan memenuhi unsur untuk digunakan sebagai pesawat angkut militer utama,
serta
menjadi
prioritas
untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan kekuatan angkut militer TNI AU di masa mendatang.
Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-5-
Bab 1
Pendahuluan
b. Hasil analisis yang ditunjukkan oleh parameter RAM, menjadi acuan untuk mengembangkan analisis seperti berapa kebutuhan minimal pesawat, personel pengawak, dan personel pemeliharaan dikaitkan dengan program pengembangan kekuatan TNI AU ke depan. c. Jika hasil analisis tidak memenuhi kriteria minimal yang diharapkan, maka membuka peluang bagi TNI AU untuk mengambil kebijakan lain yang bersifat strategis, atau bisa jadi ada permasalahan dalam sistem pemeliharaan yang telah dilakukan selama ini (imperfect maintenance).
Tujuan penelitian ini, dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan dan menganalisis data-data pemeliharaan (historical data maintenance) Pesawat C-130 Hercules versi militer.
b. Menganalisis dan mengkaji tingkat Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) Pesawat C-130 Hercules versi militer berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan pada poin pertama.
c. Menganalisis
suatu
(operational
availability)
berdasarkan
asumsi
model
tingkat
Pesawat
skenario
C-130
ketersediaan Hercules
model untuk
operasional versi
militer
mendapatkan
tingkat
operasional (operational availability) yang diharapkan dan kemungkinan pengembangannya, jika ditinjau dari kondisi saat ini.
Hasil analisis ini akan memberikan sumbangan bagi TNI AU tentang bagaimana menilai performa alat utama sistem senjata pesawat baik tempur, angkut, intai dan latih yang dimiliki, serta dapat menjawab kebutuhan akan pengembangan kekuatan TNI AU di masa mendatang berdasarkan analisis dengan memodelkan kemampuan yang dimiliki serta kendala (constraint) yang ada, sehingga mampu menjawab secara tepat sistem yang akan dipilih dalam menjalankan tugas pokoknya (Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats/SWOT Analysis). Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-6-
Bab 1
I.4
Pendahuluan
Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup dan batasan penelitian/tesis ini adalah mengoptimalkan tingkat operasional
(availability)
pesawat-pesawat
TNI
AU,
khususnya
dalam
meningkatkan performa Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM), dikaitkan dengan program pengembangan kekuatan TNI AU di masa mendatang. Untuk mencapai sasaran yang diharapkan, maka ruang lingkup penelitian ini akan membahas hal-hal sebagai berikut :
a.
Analisis kehandalan (reliability) dan manajemen pemeliharaan
(maintainability) serta manajemen operasional (availability) dari Pesawat C-130 Hercules versi militer.
b.
Analisis data-data pemeliharaan Pesawat C-130 Hercules, diambil
berdasarkan pemeliharaan yang sudah dilakukan serta mengikuti prosedur baku yang telah ditetapkan selama ini dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Pesawat (BP3A).
c.
Analisis Optimalisasi tingkat operasional (operational availability)
dilakukan melalui pemodelan tingkat operasional yang diasumsikan berdasarkan kondisi yang ada, disertai Cluster Assesment dan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT Analysis).
Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-7-
Bab 1
I.5
Pendahuluan
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang dituangkan dalam tesis diawali dengan Bab I yang menjelaskan sudut pandang secara khusus dan umum meliputi ; latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika pembahasan dari tesis.
Bab 2 menguraikan secara diskriptif tentang Pesawat C-130 Hercules dan dilengkapi dengan prinsip kerja dari masing-masing subsistem dan sistem yang membentuknya (built systems), selanjutnya dilengkapi dengan diagram blok fungsional dari masing-masing sistemnya.
Bab 3 membahas tentang tinjauan yang mendasari analisis Reliability (R), Availability (A), dan Maintainability (M), yang digunakan untuk menentukan dan menilai RAM diserta penjabaran matematis sebagai dasar perhitungan numeris.
Bab 4 membahas tentang metode analisis yang meliputi penilaian sistem dan manajemen pemeliharaan, alur proses dalam analisis Reliability, Availability, dan Maintainability (RMA) serta optimalisasi tingkat operasional dari Pesawat C-130 Hercules.
Bab 5 menjabarkan tentang hasil analisis Reliability, Availability, dan Maintainability (RAM) Pesawat C-130 Hercules berdasarkan skenario model yang dikembangkan dan dilengkapi dengan analisis kualitatif dan kuantitatf berdasarkan cluster assessment dan Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT Analysis) seperti yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.
Bab 6 menjabarkan beberapa kesimpulan dan saran rekomendasi yang berkaitan dengan hasil analisis tingkat operasional dan kemungkinan pencapaian tingkat optimal dari operasional Pesawat C-130 Hercules.
Analisis Optimalisasi Tingkat Operasional (Availability) Pesawat C-130 Hercules
-8-