BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan Pandangan tradisional yang mengatakan bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga dimana suami berperan sebagai pencari nafkah dan istri menjalankan fungsi pengasuhan anak, masih kuat mengakar pada masyarakat.1 Seiring dengan perkembangan zaman peran-peran tersebut tidak selalu bisa dipertahankan, terlebih karena kondisi ekonomi menuntut baik suami maupun istri sama-sama berperan sebagai pencari nafkah. Istri yang berkarir di luar rumah untuk mencari nafkah tidak lagi dapat menjalankan peranan sebagai ibu rumah tangga secara penuh waktu seperti pada keluarga tradisional, namun kedua peran tersebut harus dilaksanakan. Menurut Anne Hommes, dalam masyarakat patriarkhal dua peran tersebut merupakan beban ganda kaum wanita.2 Kenyataan yang sering terjadi kebanyakan istri tidak dapat sepenuhnya melakukan dua peran tersebut sekaligus karena terlalu berat. Hal ini membuat banyak keluarga memanfaatkan jasa pengasuh agar masalah pengasuhan anak dapat teratasi dan sang ibu memiliki waktu yang cukup untuk bekerja, namun apakah peran pengasuh atau pihak ketiga ini mampu memenuhi peran seorang ibu bagi anak? Pola pendidikan setiap keluarga dalam mendidik anak tentu berbeda-beda, itu sebabnya keluarga yang menggunakan jasa pengasuh harus menyamakan pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua dengan pengasuh terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pola pendidikan kedua pihak tidak bertentangan. Pertentangan yang penyusun maksud misalnya apa yang dipandang penting bagi orang tua mungkin dipandang kurang penting bagi si pengasuh. Kondisi keluarga dimana suami dan istri sama-sama memiliki pekerjaan dan kesibukan di luar rumah menimbulkan pertanyaan besar mengenai pola pendidikan seperti apa yang diterapkan dalam keluarga. Menurut Atmadja Hadinoto, orang tua masih memandang tugas edukasi (pendidikan) sebagai tugas sekolah dan lembaga-lembaga di luar dirinya.3 Perhatian orang tua umumnya terbatas pada nilai prestasi anak yang dapat diperiksa dari raport akhir tahun sekolah, dengan demikian pendidikan anak merupakan tugas utama sekolah bukan orang tua. Kenyataan ini berbeda dengan pendapat Maurice Eminyan yang mengatakan bahwa keluarga
1 Sumber: Kementrian Pemberdayaan Perempuan, www.duniaesai.com/gender/index.html, Swara Rahima, “Gender”, tanggal 04 Des 2006. 2 Anne Hommes, Perubahan Peran Pria & Wanita Dalam Gereja & Masyarakat, Yogyakarta, Jakarta, Penerbit Kanisius – BPK GM, cetakan pertama, 1992, p.24 3 N.K Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia, Jakarta, BPK GM, 2000, p.11
1
merupakan suatu sekolah bagi anak untuk mempelajari segalanya.4 Ini berarti keluarga adalah tempat pertama anak belajar mengenai segala sesuatunya dan sekolah adalah pelengkap. Pendidikan keluarga tidak terbatas pada pendidikan iman saja tetapi juga terkait dengan pendidikan moral, budaya dan pembentukan karakter. Apa yang diajarkan keluarga akan tercermin dalam tingkah laku sang anak kelak. Keluarga yang mendidik anaknya dengan kasih dan kepedulian akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang mengasihi sesamanya. Pendidikan mengenai iman, moral dan budaya juga akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak dan ketiganya memiliki tujuan masing-masing bagi perkembangan anak. Pendidikan iman membuat anak mengenal Tuhan dan segala ciptaan-Nya sehingga anak tumbuh menjadi manusia yang takut akan Tuhan dan mencintai ciptaan-Nya. Pendidikan moral membantu anak mengerti nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat mengenai apa yang baik dan yang tidak baik. Pendidikan budaya bertujuan memperkenalkan anak pada pluralitas sehingga anak mampu menghargai perbedaan. Inilah yang harus ditanamkan oleh orang tua kepada anak sejak usia dini. Pendidikan ini penyusun sebut dengan ’pendidikan keluarga’. Keluarga yang kedua orang tuanya sama-sama bekerja, sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan anak karena kurangnya intensitas pertemuan. Dalam tulisan ini, penyusun akan mengadakan penelitian mengenai pola pendidikan keluarga dengan mengambil contoh masyarakat yang berlatar belakang budaya Batak Karo di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Yogyakarta. Penelitian tersebut akan menjadi bahan bagi penyusun untuk membuat sebuah metode pendidikan keluarga yang kontekstual bagi masyarakat Batak Karo di tengahtengah perkembangan zaman ini.
B. Fokus Permasalahan Dengan latar belakang di atas maka yang menjadi fokus permasalahan dalam tulisan ini adalah:
Bagaimana pola pendidikan keluarga yang diterapkan oleh orang tua dari masyarakat modern (dimana suami dan istri sama-sama bekerja) khususnya masyarakat Karo yang berada di GBKP Yogyakarta dan apa respon gereja terhadap pendidikan keluarga?
Bagaimana pola pendidikan keluarga yang sesuai dengan konteks orang tua yang keduaduanya bekerja? Penelitian terhadap pola pendidikan keluarga tersebut akan menjadi dasar bagi penyusun
untuk menemukan teologi pendidikan keluarga yang menjawab kebutuhan masyarakat modern.
4
Maurice Eminyan, Teologi Keluarga, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001, p. 158
2
C. Judul Tulisan ini akan diberi judul: Teologi Pendidikan Keluarga dalam Konteks Masyarakat Modern (Penelitian Pola Pendidikan Keluarga Terhadap Jemaat GBKP Yogyakarta)
Alasan pemilihan judul adalah: -
Teologi pendidikan keluarga yang penyusun maksud adalah pemahaman yang mendasari pola pendidikan yang diterapkan dalam keluarga dilihat dari kacamata iman Kristen.
-
Konteks masyarakat modern berarti keadaan masyarakat yang mengalami perubahan sosial dalam bentuk perubahan peran ekonomi dimana istri tidak lagi memegang penuh tugas pengasuhan dan pendidikan anak melainkan ikut berperan sebagai pencari nafkah.
Jadi judul di atas mencakup isi tulisan yang membahas mengenai kondisi keluarga yang mengalami dampak perubahan peran ekonomi yang berpengaruh terhadap pendidikan anak. Seluruh dampak dan akibat tersebut membutuhkan sebuah pola pendidikan yang sesuai konteks yang akan diperoleh melalui
pemahaman teologi pendidikan keluarga. Tulisan ini akan
mengambil gambaran pendidikan keluarga dari jemaat GBKP Yogyakarta sebagai contoh kondisi keluarga yang mengalami dampak perubahan peran ekonomi tersebut.
D. Batasan Lingkup Penelitian Penulisan skripsi ini memilih keluarga Kristen di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Yogyakarta sebagai lingkungan penelitian penyusun. Penyusun melihat pola keluarga tradisional dalam masyarakat Batak Karo menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan masyarakat Batak Karo yang modern di Yogyakarta sehingga menarik untuk diamati. Penyusun akan mengamati dan meneliti pergeseran pembagian tugas dalam keluarga terutama yang menyangkut aspekaspek pendidikan anak. Penyusun juga ingin mengamati respon gereja terhadap pendidikan anak dalam keluarga jemaat GBKP di Yogyakarta sekaligus ingin memberikan sumbangsih bagi perkembangan pelayanan gereja terhadap keluarga dalam memenuhi tanggung jawab pendidikannya.
E. Metode Penulisan dan Penelitian Metode yang penyusun pergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis yaitu pemaparan masalah yang terjadi melalui hasil-hasil penelitian kemudian menganalisanya dengan mengangkat teori-teori sebagai pembanding. 3
Penelitian yang penyusun lakukan atas lingkup yang telah ditentukan di atas menggunakan metode studi literatur dan wawancara. Studi literatur bertujuan untuk membuat landasan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar pendidikan keluarga dan wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan dengan metode wawancara berencana, dimana wawancara terdiri dari suatu daftar pertanyaan.5 Responden yang telah diseleksi diajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk memperoleh jawaban yang beragam sehingga dapat diperbandingkan satu dengan yang lain. Responden yang akan diwawancarai ada 3 kelompok yaitu: 1. Keluarga dimana suami dan istri bekerja dan memiliki anak 2. Keluarga dimana hanya suami atau istri saja yang bekerja 3. Anak-anak dari kedua keluarga responden Tujuan pemilihan responden ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang terdapat pada pola pendidikan keluarga dari dua jenis keluarga tersebut. Wawancara terhadap anak bertujuan sebagai penambah informasi dan jawaban dari anak dilihat kecocokannya dengan jawaban orang tua. Jumlah keseluruhan responden yang penyusun wawancara adalah 39 responden, terdiri dari 20 keluarga yang bekerja, 11 keluarga yang hanya salah satu bekerja dan 8 orang anak dari kedua responden.
F. Sistematika Penulisan Tulisan ini mencakup bagian-bagian berikut ini: BAB I Pendahuluan Bagian ini memuat latar belakang penulisan, fokus permasalahan, judul tulisan, batasan lingkup penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Dasar-dasar Pendidikan Keluarga Bab ini diawali dengan pengertian keluarga, fungsi dan peranannya serta pengertian pendidikan keluarga dengan landasan teori yang mendasari pentingnya pendidikan keluarga. Pada bagian akhir penyusun memaparkan gambaran pendidikan keluarga dari sudut budaya Batak Karo secara umum.
5
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT.Gramedia, Jakarta, cetakan III, 1980, p.174
4
BAB III Pendidikan Keluarga di tengah-tengah masyarakat Karo di GBKP Yogyakarta Bab ini memaparkan contoh pola pendidikan keluarga yang diterapkan oleh keluarga masyarakat Karo di Yogyakarta khususnya jemaat GBKP yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap sampel keluarga yang sudah dipilih.
BAB IV Teologi Pendidikan Anak dalam Konteks Masyarakat Modern Landasan teori dalam Bab II dan contoh pola pendidikan keluarga masyarakat Batak Karo Bab III merupakan dasar bagi penyusun untuk merumuskan teologi pendidikan anak yang kontekstual. Kontekstual dalam arti sesuai dengan keadaan masyarakat Batak Karo modern khususnya jemaat GBKP di Yogyakarta. Teologi pendidikan tersebut dilandasi sudut pandang iman Kristen terhadap pendidikan anak. Pada bagian akhir bab ini penyusun menyajikan metode praktis pendidikan keluarga yang sesuai dengan konteks dan pembinaan terhadap keluarga yang masih dalam bentuk pokok-pokok pembinaan.
BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bagian akhir ini dirumuskan kesimpulan dari seluruh tulisan dalam rangka menjawab permasalahan. Kesimpulan disertai dengan saran sebagai masukan-masukan kepada keluarga masyarakat modern dan pelayanan gereja sehubungan dengan pendidikan keluarga.
5