BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
1.1.1. Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta Tingkat kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar memberi dampak terhadap pemenuhan kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah, khususnya untuk penduduk di Yogyakarta. Sebaran tingkat kepadatan penduduk di provinsi D.I. Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Tingkat Kepadatan Penduduk Provinsi D. I. Yogyakarta (Sumber : http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=34&wilayah=di-yogyakarta, diakses 30-9-2012) Adanya program perumahan yang selama ini disediakan oleh pemerintah belum dapat menyelesaikan masalah backlog (kebutuhan perumahan) yang mencapai 100.000 unit di Yogyakarta (TribunJogja.com – 31/7/12). Oleh karena itu, masyarakat sangat membutuhkan hunian dengan infrastruktur yang memadai. Apartemen dijadikan salah satu opsi sebagai bisnis properti yang dinilai cukup potensial bagi para pengembang untuk menghadapi masalah backlog dan sempitnya lahan untuk pengembangan perumahan di perkotaan. Gambar 1.2 1
menunjukkan apartemen yang akan didirikan di kota Yogyakarta. Ketua Real Estat Indonesia (REI) Yogyakarta, Remigius Edi Waluyo mengakui bahwa, pelaku industri properti kini dihadapkan makin sempitnya lahan untuk perumahan. Hal ini berpengaruh terutama pada harga jual landed housing yang makin tinggi.. Menurutnya, landed housing masih diminati, tetapi tidak dapat dipertahankan mengingat kendala tersebut. Terobosan baru sangat dibutuhkan, seperti pengembangan properti bertingkat, untuk mengatasi keterbatasan lahan dan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang mencapai 100.000 unit. Meskipun kultur di Yogyakarta belum mengarah ke hunian vertikal, tak akan butuh waktu lama untuk mengenalkan konsep ini pada masyarakat, karena kota ini pun telah mengalami pergeseran. Biaya hidup yang masih tergolong rendah tak dapat menjadi patokan tingkat kenaikan harga dan berbagai kebutuhan lainnya. Sebagai contoh, biaya sewa kamar kos di sejumlah kawasan sudah mencapai Rp 1,5 juta per bulan. Bahkan ada yang mencapai Rp 3 juta per bulan. "Melihat kondisi ini, bukanlah lebih baik memiliki bangunan permanen meski bukan landed housing." ungkap Direktur Mataram City, Bogat Agus Riyono. 1
Gambar 1.2. Apartemen dan Kondotel Mataram City, Yogyakarta (Sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1472612, diakses 309-2012
1
Sumber: http://jogja.tribunnews.com/2012/07/31/rumah-masa-depan-itu-bernama-apartemen diakses 30-9-2012
2
1.1.2. Peningkatan Jumlah Kalangan Masyarakat Kelas Menengah Pada tahun 2010, masyarakat kelas menengah di Indonesia telah mencapai 134 juta jiwa atau sekitar 56% dari jumlah penduduk. Yang tergolong masyarakat menengah, seperti pegawai pemerintah, kaum semi professional, supervisor, atau perajin terkemuka. Menurut Asia Development Bank (ADB), kalangan tersebut biasanya menghabiskan penghasilan US$ 2-20 per kapita per hari atau berkisar antara Rp 19.000 – Rp 190.000 yang terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu lowermiddle, middle-middle, dan upper-middle class. Kelompok middle-middle class biasanya memiliki pengeluaran sebesar USD 4-10 per hari atau mencapai Rp 3.000.000 per bulan. Sementara itu, upper-middle class memiliki pengeluaran per kapita per hari yang berkisar antara USD 10-20 atau sekitar Rp 5.800.000 per bulan.2 Mengutip dari artikel KOMPAS.com (8/6/12), terdapat hasil survei yang dilakukan di enam kota besar (Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar) juga menunjukkan peningkatan jumlah masyarakat menengah. Kelas menengah berjumlah 50,3 persen dan kelas menengah atas 3,6 persen, sisanya merupakan kelas atas (1 persen), bawah (39,6 persen), dan sangat bawah atau kelas yang betul-betul miskin (5,6 persen). Dengan jumlah masyarakat kelas menengah yang mendominasi, tingginya jumlah kebutuhan hunian, dan meningkatnya harga tanah, maka permintaan terhadap apartemen kelas menengah akan terus meningkat.
1.1.3. Isu Lingkungan dan Prinsip Ekologis Pencemaran air, banjir, pemanasan global, dan isu lingkungan lainnya saat ini marak dibicarakan. Cara hidup masyarakat yang belum benar, seperti membuang limbah ke sungai atau membuang sampah sembarangan telah mempengaruhi dan dapat merusak berbagai komponen yang berada pada ekosistem. Pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan merupakan salah satu penyebab timbulnya kebiasaan-kebiasaan tersebut. Untuk menjaga kestabilan dalam ekosistem binaan yang ada, masyarakat dan para desainer dapat bekerja
2
Sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/11/25/279/722879/siapa-kelas-menengah diakses 22-1-2013
3
sama dengan menggunakan prinsip-prinsip arsitektur ekologis yang dikemukakan oleh Sim van Der Ryn. Prinsi-prinsip tersebut, yaitu: 1.
Solutions grow from place
2.
Ecological accounting
3.
Design with nature
4.
Everyone is a designer
5.
Make nature visible Prinsip-prinsip ekologis tersebut tidak hanya dapat memperbaiki kualitas
ekosistem lingkungan, tetapi juga termasuk mengkonservasi kebudayaan lokal setempat. Provinsi D.I. Yogyakarta, dengan masyarakatnya yang ramah, didominasi oleh suku Jawa yang memiliki budaya keakraban dan kebersamaan yang tinggi, seperti dalam acara ‘selamatan’, sehingga membutuhkan ruang-ruang untuk interaksi sosial guna melestarikan kebudayaan tersebut. Namun, ruangruang terbuka yang dapat digunakan secara komunal untuk berkegiatan dan berinteraksi sosial cenderung kurang memadai, khususnya untuk ruang terbuka hijau (RTH). Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta tahun 2010, ruang terbuka hijau (RTH publik ) yang dibangun pemerintah masih kurang dari 20%, yaitu sebesar 17,17% (557,90 hektar) dari luas wilayah Kota Yogyakarta.3 Yogyakarta telah menjadi tujuan pariwisata sehingga marak pembangunan hotel-hotel dan bangunan bertingkat yang juga menjadi salah satu penyebab kurangnya lahan untuk pembangunan RTH. Padahal keberadaan RTH sangat penting dalam peningkatan daya dukung lingkungan, seperti pencegahan banjir. Selain itu, RTH juga dapat menjadi ruang komunal yang dapat digunakan masyarakat sebagai tempat berinteraksi sosial.
3
Sumber: http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/Kebijakan%20Kependudukan/2011/Ke bijakan%20Kependudukan%20dan%20Daya%20Dukung%20Lingkungan%20Kota%20Yogyakart a.pdf diakses 21-1-2013
4
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Permasalahan Umum Bagaimana merancang apartemen yang ekologis, sesuai, dan terjangkau bagi sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan perumahan masyarakat kelas menengah di Yogyakarta. 1.2.2. Permasalahan Khusus 1.
Bagaimana merancang apartemen dengan konsep ekologis yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan, khususnya dalam tapak, dan kehidupan pengguna apartemen tersebut.
2.
Bagaimana merancang sebuah apartemen yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam hal interaksi sosial dan ruang terbuka hijau.
3.
Bagaimana merancang sebuah apartemen yang dapat membantu mengatasi masalah backlog dan kepadatan penduduk di Yogyakarta.
1.3. 1.
TUJUAN PENULISAN Memberikan sebuah konsep apartemen yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan, khususnya dalam tapak, dan kehidupan pengguna apartemen tersebut.
2.
Mencoba memberikan solusi terhadap kurangnya ruang terbuka hijau, permasalahan lingkungan, dan backlog (kebutuhan perumahan) melalui konsep apartemen ekologis.
3.
Mecoba merancang sebuah apartemen yang sesuai dan terjangkau bagi masyarakat di Yogyakarta, khususnya untuk kelas menengah.
1.4.
LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup pembahasan meliputi analisis permasalahan yang terdapat pada
lokasi tapak terpilih, serta memasukkan prinsip arsitektur ekologis dan keterjangkauan untuk masyarakat kelas menengah di Yogyakarta
5
1.5.
METODE PEMBAHASAN
1.5.1. Pengumpulan Data 1. Data Literatur Data didapatkan dari studi literatur dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, serta media lain yang terkait dengan topik yang dibahas dan pendekatannya. Data ini digunakan sebagai panduan untuk mengobservasi data lapangan.
2. Data Lapangan Data lapangan merupakan data yang didaptkan dari lokasi terpilih. Data tersebut berisi data-data faktual kondisi site beserta permasalahan dan potensi yang dapat dikembangkan.
1.5.2. Analisis Permasalahan dan Perancangan Analisis permasalahan dan perancangan merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa data yang telah didapatkan berdasarkan acuan dari data literatur dan data dari lapangan. Analisis ini bertujuan untuk meninjau lebih lanjut tentang potensi dan permasalahan sehingga dapat dihasilkan kesimpulan guna penyusunan konsep.
1.5.3. Penyusunan Konsep Perancangan Setelah analisis data, penyusunan konsep merupakan tahap akhir untuk menghasilkan rancangan garis besar awal secara sistematis.
1.6.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, dan keaslian penulisan. Terdapat pula kerangka pola pikir penulis yang disertakan dalam bab ini.
6
BAB II Tinjauan Umum Teoritis Bab kedua berisi tentang studi literatur yang diperlukan dan berhubungan dengan tema yang akan dibahas. Tinjauan umum teoritis terbagi menjadi empat bagian. Tinjauan pertama mengenai teori yang berkaitan dengan apartemen, seperti pengertian, persyaratan, dan klasifikasi. Tinjauan kedua mengenai teori arsitektur ekologis, khususnya yang dikemukakan oleh Sim van Der Ryn. Tinjauan ketiga, yaitu tentang kriteria dan tingka keterjangkauan serta daya beli masyarakat Yogyakarta. Tinjauan terakhir, yaitu mengenai ruang komunal sebagai wadah interaksi sosial.
BAB III Tinjauan Umum Faktual Tinjauan umum faktual berisi tentang studi preseden apartemen yang ekologis, affordable housing, dan studi kasus tentang keberadaan apartemen yang telah terbangun di Yogyakarta.
BAB IV Analisis Permasalahan dan Perancangan Pembahasan bab ini mengenai analisis lokasi terpilih serta penjelasan pendekatan affordable apartment dan arsitektur ekologis yang nantinya akan menjadi panduan dalam pembuatan konsep perancangan apartemen.
BAB V Konsep Perancangan Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep perancangan apartemen yang ekologis, sesuai dan terjangkau bagi masyarakat kelas menengah di Yogyakarta.
1.7.
KEASLIAN PENULISAN Penulisan tugas akhir dengan judul “Apartemen Terjangkau untuk
Masyarakat Kelas Menengah di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis” belum pernah diusung oleh mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM sebelumnya. Namun, terdapat sejumlah preseden penulisan tugas akhir mahasiswa sebelumnya yang digunakan sebagai referensi. Berikut ini merupakan judul penulisan tugas akhir dan penulisnya:
7
1.
Rumah Susun Serangan Dengan Konsep Kampung Vertikal Ekologis Shinta Rakhmawati (06/192954/TK/31350), tahun 2011
2.
Apartemen Aplikasi Prinsip Eko-Desain Andika Priya Utama (01/148499/TK/26427), tahun 2005
1.8.
KERANGKA POLA PIKIR Skema kerangka pola pikir dalam penyusunan penelitian tugas akhir ini
dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini. Peningkatan jumlah
Isu tingkat kepadatan
Isu
kalangan masyarakat
penduduk & backlog
permasalahan
menengah
perumahan
lingkungan
Apartemen terjangkau untuk masyarakat kelas menengah dengan pendekatan prinsip ekologis
Permasalahan
Tinjauan teori
Tinjauan permasalahan khusus
Tinjauan faktual
apartemen Analisis
Konsep
Gambar 1.3. Skema Kerangka Pola Pikir Penelitian (Sumber: Dok. Pribadi, 2012)
8