BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan konversi besarbesaran dari minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Kebijakan ini didasarkan dari besarnya beban subsidi yang ditanggung pemerintah dari penggunaan minyak tanah yaitu sebesar Rp 25 triliun, angka ini terus naik mengikuti harga minyak mentah dunia maupun volume. Konsumsi minyak tanah sebelum dilakukan konversi mencapai kisaran 12 juta kiloliter(kl) setiap tahun, dari jumlah volume sebesar itu profil pengguna minyak tanah adalah 10% golongan sangat miskin, 10% golongan miskin, 50% golongan menengah dan 30% golongan mampu. Melihat volume pengguna minyak tanah berdasarkan golongan masyarakat tersebut maka masih banyak subsidi minyak tanah yang tidak tepat sasaran, karena pada dasarnya subsidi adalah sebuah kebijakan pemerintah untuk mengurangi beban hidup penduduk yang kurang mampu atau tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk biaya produksi, minyak tanah memiliki biaya produksi setara dengan avtur yaitu Rp 6.700/liter untuk biaya non-subsidi dan Rp 2.500/liter untuk biaya bersubsidi sedangkan biaya produksi untuk gas LPG hanyalah adalah sebesar Rp 4.200/liter untuk biaya non-subsidi dan Rp 2.500/liter untuk biaya bersubsidi. Avtur merupakan bahan bakar yang digunakan pada pesawat terbang. (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007) Selain dari biaya produksi yang lebih murah, penggunaan gas LPG juga lebih efisien jika dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah hal ini didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Energi Universitas Trisakti, biaya yang diperlukan untuk merebus air 5 liter adalah Rp 11,6/menit untuk LPG dan Rp 13,8/menit untuk minyak tanah.
1
2
Dari kelebihan-kelebihan itulah pemerintah mengeluarkan kebijakn konversi minyak tanah ke gas LPG. Dalam konversi minyak tanah ke gas LPG ini pemerintah menggunakan 2 pilihan tabung yaitu tabung gas bersubsidi 3kg untuk rumah tangga dan tabung gas 12kg non-subsidi untuk rumah makan atau tempat usaha. Seiring kebijakan pemerintah tersebut ternyata banyak menimbulkan masalah. Meskipun kompor gas LPG memiliki kelebihan lebih praktis penggunaannya dari kompor minyak tanah, tetapi masih memiliki kekurangan yaitu bahaya yang ditimbulkannya jika terjadi kebocoran gas yang berakibat pada ledakan dan menimbulkan kebakaran bahkan korban jiwa. Berdasarkan data BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional) hingga bulan Juni 2010, kasus kecelakaan gas LPG tercatat melonjak dari tahun 2007 hingga tahun 2010, dari yang awalnya hanya 3 buah kasus kecelakaan gas LPG per tahun 2007 naik menjadi 33 kasus pada tahun 2010 dengan korban yang mengalami luka-luka hingga meninggal dunia. BPKN merupakan lembaga independen yang berfungsi memberikan saran dan pertimbangan
kepada Pemerintah dalam upaya
mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia. (BPKN, 2010) Dari sekian banyak kecelakaan gas LPG yang terjadi, ada beberapa penyebab yang memungkinkan terjadinya kebocoran gas LPG, yaitu diantaranya : 1. Kualitas tabung, regulator, selang, dan kompor di bawah standar. 2. Pemasangan yang tidak sempurna. 3. Tabung, regulator, selang, dan kompor rusak. 4. Fator alam (misalnya : selang digigit tikus, selang aus karena panas). (Kompas, 6 Juli 2010 dan 6 November 2015) Untuk itulah diperlukan sebuah pencegahan guna mengurangi bahkan menghindari adanya korban jiwa yang terus ada tiap tahunnya. Diperlukan sebuah alat yang dapat mendeteksi kebocoran suatu gas LPG dan menanggulanginya dengan segera. Alat deteksi ini mengguanakan sensor MQ6 yang akan langsung memberikan
3
tanda bahaya berupa sirine (Buzzer) yang dapat didengar orang didalam rumah dan akan mengirimkan sebuah pesan pendek dalam hal ini berupa SMS (Short Message Servis) yang akan dikirimkan ketika terjadi kebocoran gas ke nomor pemilik rumah, dalam hal ini pemilik rumah dalam keadaan jauh dari rumah. Pesan singkat itu dikirimkan melalui sebuah GSM (Global Sistem for Mobile Communications) Shield, GSM Shield merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk melakukan sebuah komunikasi nirkabel. Selain sebagai pendeteksi, diperlukan juga sebuah alat yang dapat menanggulangi kebocoran gas tersebut. Dalam hal ini yaitu dengan cara menyedot gas yang bocor didalam ruangan menggunakan kipas-kipas yang berkonsep kerja seperti sebuah kipas AC (Air Conditioner) hanya saja dibalik arah sedotannya yaitu dengan cara menyedot gas beracun yang berada didalam ruangan tersebut menuju luar ruangan. Alat penanggulangan ini sangat diperlukan karena jika hanya tindakan yang dilakukan ketika gas bocor hanya berupa peringatan, maka korban jiwa tetap bisa saja tidak dapat dihindari. Dengan adanya sistem peringatan yang akurat dan sistem penanggulangan yang tepat maka ledakan gas dan korban jiwa akan dapat dihindari.
1.1.1 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu : Bagaimana cara mendeteksi dan menanggulangi gas yang telah bocor pada sebuah ruangan?
1.1.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Menghasilkan sebuah alat yang dapat digunakan sebagai deteksi dini apabila terjadi kebocoran gas LPG serta penanggulangannya apabila telah terjadi kebocoran gas LPG.
4
2. Menghindari bertambahnya jumlah korban jiwa yang diakibatkan dari kecelakaan ledakan gas LPG.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat sebuah alat pendeteksi kebocoran gas LPG dengan menggunakan sensor gas MQ6 yang mempunyai kepekaan tinggi dalam mendeteksi senyawa yang ada didalam gas LPG beserta penanggulangan yang tepat untuk kebocoran gas LPG dalam ruangan tersebut.
1.3 Manfaat Penerapan Alat Bentuk penerapan dari alat ini ialah alat akan mendeteksi kebocoran gas LPG yang akan menampilkan hasil deteksi sensor pada sebuah LCD (Liquid Crystal Display) 16 X 2 cm dan pada saat terjadi sebuah kebocoran gas, LCD akan menampilkan perintah bahaya, sirine akan berbunyi dan secara bersamaan GSM Shield akan mengirimkan SMS pemberitahuan kebocoran gas kepada nomor pemilik rumah, kemudian kipas akan menyala dan akan menyedot senyawa berbahaya hasil kebocoran tabung gas menuju ke luar ruangan guna menghindari terjadinya ledakan dan korban jiwa.
1.4 Batasan Masalah Dalam perancangan dan penulisan tugas akhir ini terdapat batasan penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Alat hanya digunakan pada area yang telah tejangkau sinyal seluler dengan baik. 2. Alat bukan untuk digunakan diluar ruangan atau alam terbuka.
5
1.5 Ruang Lingkup Alat Pada alat yang dirancang memiliki batasan kinerja, yaitu sebagai berikut : 1. Hanya dapat digunakan untuk spesifik senyawa-senyawa yang ada pada tabung gas LPG dalam hal ini adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) sebagai senyawa yang mendominasi. 2. Alat bekerja dengan batasan jarak maksimum dari sumber kebocoran.
1.6 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan laporan ini agar dapat dipahami secara sistematis dan terstruktur maka disusun sistematika penulisan laporan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dipaparkan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, manfaat perancangan alat, batasan masalah, ruang lingkup alat, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini terdapat tinjauan pustaka dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan dijelaskan mengenai teori tentang cara kerja berbagai macam alat yang digunakan dalam perancangan alat. BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam bab ini terdapat metode penelitian yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan, baik dalam bentuk perangkat keras meliputi rangkaian elektronis yang digunakan maupun perangkat lunaknya. BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis hasil pengujian sistem secara keseluruhan yang meliputi pengujian komunikasi nirkabel maupun yang lainnya. Serta membahas tentang hasil pengujian sistem yang dilakukan, meliputi pengamatan hasil dari kinerja sistem.
6
BAB V PENUTUP Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari hasil perancangan sistem serta saran apakah alat inidapat dibuat lebih efisien dan dapat dikembangkan lebih lanjut lagi dalam perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama namun dapat lebih baik.