BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan Perang berkecamuk setiap harinya di dunia sejak ratusan tahun yang lalu.
Jutaan korban tewas dan lebih banyak lagi yang trauma. Konflik Palestina dan Israel telah berlangsung lebih dari 65 tahun dan menewaskan ribuan orang. Selama periode itu penduduk berada dalam tekanan perang. Sekian tahun lamanya sarana ekonomi, akses terhadap pendidikan, transportasi, sumber makanan dan air bersih, serta kesehatan terbatas. 1.1.1 Perang Israel – Palestina menelan korban lebih dari 10.000 jiwa. Wilayah yang sekarang bernama Palestina dan Israel memiliki sejarah peperangan yang sangat panjang, setidaknya perang telah berlangsung sejak seribu tahun sebelum masehi. Perang terpanjang dan terbesar dalam sejarah, Perang Salib, terjadi selama hampir 200 tahun (1098-1921 M) demi memperebutkan Yerussalem. 1 Abad ke-20 pasca Perang Dunia I dan II, Inggris menjanjikan wilayah Palestina pada bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour (2 November 1917). Sejak itu kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia datang ke Palestina. Israel sebagai negara menyatakan kemerdekaannya di wilayah Palestina pada 14 Mei 1948. Israel menghancurkan 478 desa dari total 585 desa dan melakukan 34 operasi pembantaian massal pada penduduk sipil Palestina selama dekade awal penjajahannya2. Perlawanan balik dilakukan penduduk Palestina pada 1987-1993, melalui Intifada Pertama yang mengorbankan 1.551 jiwa dari pihak Palestina dan 421 jiwa dari pihak Israel (lihat Tabel 1). Intifada Kedua meletus lagi pada tahun 2000 dan lebih banyak orang lagi yang tewas. Total korban tewas saat Intifada Kedua sebanyak 7.730 jiwa (lihat Tabel 2 dan 3).
1 2
Al-Banna, Shofwan. 2006. Palestine Emang Gue Pikirin. Pro-U Media. Yogyakarta. Hal 97. Op. Cit. Hal 112.
1
Tabel 1 | Korban Perang Israel – Palestina 1987-2000
Sumber: B’Tselem, “Fatalities in the First Intifada”, btselem.org diakses tanggal 31 Januari 2013
Tabel 2 | Korban Perang Israel – Palestina 2000-2012
Sumber: B’Tselem, “Fatalities Before Operation Cast Lead”, btselem.org diakses tanggal 31 Januari 2013
Tabel 3 | Korban Perang Israel – Palestina 2000-2007
Sumber: B’Tselem, btselem.org diakses tanggal 31 Januari 2013
Tahun 2007 Israel memulai blokade total pada Gaza sehingga mencetuskan Perang Gaza, atau lebih dikenal dengan Operasi Timah Panas, pada tahun 2008-2009 (lihat Gambar 1).
2
Gambar 1 | Korban Perang Gaza 2008 Sumber: Wikipedia, “Gaza War”, wikipedia.org (diakses tanggal 11 Januari 2014)
Total korban akibat pendudukan Israel di Palestina selama 25 tahun terakhir sejumlah 10.134 jiwa. Di masa depan, perang di Gaza dapat terjadi kapan pun tergantung pada kondisi kepentingan politik Timur Tengah.
1.1.2 Israel melakukan blokade darat, laut, dan udara terhadap Gaza.
Gambar 2 | Blokade Israel atas Gaza Sumber: http://theredphoenix.files.wordpress.com dan http://afgj.org (diakses pada 11 Januari 2014).
Blokade darat, air, dan laut dilakukan Israel terhadap Gaza sejak tahun 2007 hingga sekarang. Israel membangun tembok setinggi delapan meter dengan panjang 750 kilometer di sepanjang jalur perbatasan, menjadikan Gaza sebagai penjara terbesar di dunia (lihat Gambar 2). Blokade yang dilakukan Israel membatasi bahan makanan, barang kebutuhan sehari-hari, dan juga pergerakan manusia untuk masuk dan keluar wilayah Gaza. Pintu perbatasan dijaga dengan sangat ketat dan tidak semua permintaan ijin keluar diberikan Israel pada 3
penduduk Gaza, bahkan pada pasien rumah sakit. Selama tahun 2007, Israel menolak 20 – 25% permintaan izin ke luar Jalur Gaza untuk berobat. Pelarangan paling parah terjadi pada bulan Maret, mencapai 49,9%3.
1.1.3 Gaza mengalami krisis listrik Salah satu akibat terparah blokade yang dialami Gaza adalah kriris listrik. Wilayah Palestina yang dikuasai Hamas ini dihantam krisis bahan bakar terparah dalam sejarah, dan membuat padamnya listrik hingga 16 jam dalam sehari pada bulan November 2013.4 Di seluruh Gaza, hanya ada satu perusahaan yang memproduksi listrik 5, dan kurang dari setengah dari total kebutuhan listrik Gaza dimanfaatkan untuk memenuhi pelayanan kesehatan khusus 6, seperti dialisis ginjal, ruang operasi, bank darah, unit perawatan intensif dan inkubator. Situasi krisis ini menempatkan kehidupan 1,7 juta penduduk Gaza yang rentan semakin berisiko.
1.2
Pokok Permasalahan
Gambar 3 | Permasalahan Sumber: analisis penulis
Dengan titik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut dan penjabaran pada poin permasalahan pada Gambar 3, maka dapat dirumuskan permasalahan awal sebagai berikut: 1.
Apa saja kebutuhan penduduk Gaza akan fungsi rumah sakit dalam situasi peperangan maupun dalam situasi pendudukan. Bagaimana mengoptimalkan fungsi rumah sakit sebagai pusat penanggulangan bencana perang.
3
Ada Kabar Apa. “Israel Sengaja Lakukan Kejahatan Perang terhadap Pasien Palestina”. adakabarapa.wordpress.com (diakses pada 23 Desember 2013). 4 Tribun News. “Gaza Dihantam Kriris Listrik” http://www.tribunnews.com/ (diakses tanggal 23 Desember 2013) 5 Islam Pos “PBB: Krisis Energi Listrik di Gaza Harus Segera Berhenti” http://www.islampos.com (diakses tanggal 23 Desember 2013) 6 Satu Harapan. “Gaza Krisis Listrik” http://satuharapan.com (diakses tanggal 23 Desember 2013)
4
2.
Apa tindakan yang tepat untuk meminimalisasi jumlah korban peperangan. Bagaimana desain rumah sakit yang mampu mengakomodasi tindakan gawat darurat massal dalam satu waktu yang sama.
3.
Apa yang harus dilakukan untuk menjadikan rumah sakit sebagai bangunan yang paling aman di wilayah perang. Bagaimana desain rumah sakit yang mampu melindungi dirinya sendiri sehingga bisa menjadi tempat evakuasi bagi pasien.
4.
Bagaimana menciptakan bagunan yang mampu memanfaatkan kondisi iklim di Gaza menjadi sumber energi mandiri bagi rumah sakit.
1.3
Urgensi Topik Dengan jumlah penduduk mencapai 1,6 juta jiwa, Gaza membutuhkan
17.760 tempat tidur di rumah sakit umum dan 12.160 tempat tidur di rumah sakit gawat darurat. Kenyataannya bahkan kapasitas seluruh rumah sakit yang ada di Gaza tidak memenuhi 10 persen dari kebutuhan itu. Maka dibutuhkanlah Rumah Sakit Perang, selain fungsinya sebagai rumah sakit, ia juga berperan sebagai pusat penanggulangan bencana perang. Desain Rumah Sakit Perang sangat penting dikerjakan sekarang, ia bukan sesuatu yang bisa ditunda atau dilihat hasilnya sepuluh atau seratus tahun ke depan.
1.4
Tujuan dan Sasaran Penulisan Pra Tugas Akhir ini ditujukan untuk mengumpulkan data dan
mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Rumah Sakit Perang yang tanggap darurat akan kebencanaan perang. Tulisan ini juga diharapkan bisa menjadi salah satu usulan bagi United Nations dan NGOs untuk membangun rumah sakit yang tepat dibutuhkan oleh penduduk di wilayah perang di seluruh dunia.
1.5
Lingkup Pembahasan Pembahasan tulisan ini menitikberatkan pada aspek asitektural rumah sakit
yang mampu meminimalisir jumlah korban perang dan fungsinya sebagai pusat penanggulangan bencana perang. Pemilihan material arsitektural disesuaikan
5
dengan kebutuhan desain, mengenai ketersediaan dan harga material tersebut akibat blokade yang dilakukan oleh Israel tidak akan dibahas dalam tulisan. Alternatif fungsi bangunan Rumah Sakit Perang bila sedang tidak perang atau bila perang sudah usai disebutkan, namun tidak dibahas lebih jauh.
1.6 a.
Metode Penulisan Pengumpulan data, mencari data mengenai kondisi dan kebutuhan masyarakat, mengetahui potensi dan permasalahan sementara, mengamati bangunan serupa guna memperoleh masukan dalam pengumpulan data untuk diterapkan pada rancangan bangunan, serta survey lapangan terhadap site jika memungkinkan.
b. Studi literatur, menggunakan teori yang relevan dengan masalah fasilitas umum
rumah
sakit
dan
perkembangannya,
terutama
bagian
penanggulangan gawat darurat, ruang operasi, dan fasilitas pendukung rumah sakit lainnya serta teori mengenai bangunan yang aman di zona perang. c.
Analisis, pembahasan dilakukan dengan mendaftarkan permasalahan masing-masing dari fungsi, teori, dan konteks, untuk kemudian menemukan titik temu permasalahan utama dari ketiganya.
d. Sintesis, menentukan penyelesaian dari permasalahan yang dinyatakan pada bagian analisis
berupa deskripsi dan transformasi konsep
perancangan sebagai pemecahan masalah.
1.7
Sistematika Penulisan Penulisan Pra Tugas Akhir ini dilakukan dengan sistematika seperti dalam
Gambar 4. Berikut penjabaran tulisan dalam tiap bab. BAB I Pendahuluan, merupakan gambaran dari latar belakang permasalahan, permasalahan yang dinyatakan, tujuan penulisan, lingkup pembahasan, metode penulisan, pola pikir dan sistematika penulisan, serta keaslian penulisan. BAB II Kajian Teori, berisi tentang tinjauan mengenai fungsi rumah sakit perang, perbedaannya dengan rumah sakit biasa, dan kebutuhan fungsi ruang
6
di dalamnya. Serta tinjauan teori pengertian Mobile Architecture, dan penerapannya.
Gambar 4 | Sistematika Penulisan Sumber: penulis
BAB III Kajian Empiris, berisi tinjauan mengenai geografi dan demografi Gaza, Palestina, kebutuhan lokasi yang tepat bagi Rumah Sakit Perang, analisis pencapaian, eksisiting, dan orientasi site terpilih. Serta tinjauan studi kasus BAB IV Analisis, berisi daftar permasalahan fungsi, konteks, dan teori dalam
perencaan
Rumah
Sakit
Perang,
analisis
antar
masalah
yang
bersinggungan, dan pernyataan masalah utama yang akan diselesaikan dalam perancangan. BAB V Konsep Perancangan Rumah Sakit Perang, berisi tentang ide utama pemecahan masalah yang telah dinyatakan di bab sebelumnya, dan penjabaran penerapan konsep dalam bangunan Rumah Sakit Perang.
1.8
Keaslian Penulisan Kajian perencanaan dan perancangan mengenai Rumah Sakit sebagai
Tugas Akhir mahasiswa telah beberapa kali dilakukan, namun kajian tentang Rumah Sakit Perang sama sekali belum ada. Tema terdekat, Rumah Sakit
7
Bencana, juga belum penulis temukan. Berikut beberapa kajian dengan fungsi bangunan Rumah Sakit Bedah dan Rumah Sakit Gawat Darurat yang dilakukan mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada sebelumnya : 1. Monica PSR, Adelaide. Rumah Sakit Khusus Bedah di Yogyakarta. Skripsi. 1987. 2. Prakosa, Sindung. Rumah Sakit Gawat Darurat Kecelakaan di Bawen. Skripsi. 1996. 3. Wahyono, Andreas Budi. Rumah Sakit Bandara di Yogyakarta: Penekanan pada Emergency Care Unit dengan Pengendalian Akustik Lingkungan dan Bangunan. Skripsi. 2007 Ketiga kajian di atas memiliki kesamaan dan perbedaan dengan kajian yang penulis lakukan. Fungsi bedah dan gawat darurat yang ditekankan pada ketiga kajian di atas terdapat pula dalam fungsi Rumah Sakit Perang yang penulis ajukan. Sedangkan perbedaannya terletak pada konteks, Rumah Sakit Perang yang berlokasi di Gaza memiliki konteks yang berbeda dengan Bawen dan Yogyakarta. Selain itu, penekanan yang dilakukan Wahyono adalah dengan melakukan pengendalian akustik lingkungan dan bangunan pada rumah sakit untuk menanggulangi polusi suara yang ditimbulkan bandara.
8