BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pernyataan “Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan” cukup menarik untuk dicermati. Islam sebagai wahyu Allah yang merupakan pedoman hidup untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat, baru dapat dipahami, diyakini, dihayati dan diamalkan setelah melalui pendidikan. Nabi Muhammad sendiri diutus sebagai pendidik umat manusia. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa ajaran Islam sarat dengan konsep-konsep pendidikan, sehingga bukan pekerjaan mengada-ada bila Islam diangkat sebagai alternatif paradigma ilmu pendidikan.1 Lebih jauh menurut Achmadi, Islam sebagai alternatif paradigma pendidikan, di samping pendidikan sebagai ilmu humaniora yang termasuk ilmu normatif, juga masalah pendidikan sekarang di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, para ahli lebih cenderung menerapkan teori-teori atau filsafat pendidikan Barat yang pada umumnya bersifat sekuler, yang belum tentu sesuai dengan kebanyakan masyarakat Indonesia yang bersifat religius. Apalagi disadari bahwa Islam yang sarat dengan nilai-nilai ternyata sangat memungkinkan dijadikan sudut pandang dalam menganalisa persolaanpersoalan yang berkaitan dengan gejala-gejala pendidikan.2 Dalam kerangka inilah kedudukan Islam dapat menjadi paradigma ilmu pendidikan. Berangkat dari berbagai pemikiran dan kenyataan inilah serta mencermati berbagai persoalan pokok pendidikan Islam, maka pemikiran konsep pendidikan Islam merupakan upaya yang terus menerus diusahakan dalam dinamika pemikiran Islam yang sebenarnya sangat kaya akan pemikiran 1
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992),
2
Ibid., hal. viii.
hal. vii.
1
2
pendidikan, tetapi masih banyak yang belum digali dan dikembangkan. Oleh karenanya, perlu sekali perumusan konsep kependidikan yang mampu mendasari
penyelenggaraan
pendidikan
Islam
sekarang
ini,
agar
penyelenggaraan pendidikan Islam lebih dinamis dan tetap bersumber pada nilai-nilai dan norma-norma Islam. Aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam ini akan dilihat dari sudut filsafat pendidikan Islam, hal ini sesuai dengan fungsi filsafat pendidikan Islam yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan suatu pandangan tertentu mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan Islam juga dapat dipergunakan menjadi suatu cara pandang Islam yang bercorak kefilsafatan dalam melihat dan memahami suatu obyek tertentu yang disebut pendidikan. Konsep dasar pendidikan Islam sebagai landasan dalam rangka pengembangan pendidikan Islam yang merupakan permasalahan yang amat penting untuk dicermati dan dipahami terutama dipahami dalam kerangka aktualisasi konsep dalam pengembangan aplikasi tenaga Islam. Pernyataan mengenai apa sesungguhnya
konsep
dasar
pendidikan
Islam
dan
bagaimana
mengaktualisasikannya sering sulit untuk dijawab mengenai apa sesungguhnya konsep dasar Islam diharapkan akan nampak diketahui terutama dengan mempelajari makna dasar dan dasar filosofis pendidikan Islam. Abdul Wahid mengemukakan bahwa beberapa problem utama yang mewarnai atmosfir dunia pendidikan Islam pada umumnya, setidaknya dapat diklasifikasikan dalam lima hal, yaitu sebagai berikut: 1. Dichotomic (problem dikotomi). 2. To general knowledge (ilmu yang terlalu bersifat umum, kurang menyelesaikan masalah)) 3. The lack of spirit of inguiry (rendahnya semangat mengadakan penyelidikan-penelitian) 4. Memorisasi (pola pengajaran dan belajar lebih bersifat tekstual, model hafalan dari pada pemahaman)
3
5. Certificate oriented (mencari ilmu hanya lebih sebagai proses mendapatkan ijazah atau sertifikat saja)3 Dengan demikian, ternyata jika kita mencermati persoalan pendidikan Islam dalam kerangka pengembangan konsep dan teorisasi, tidak hanya dilihat secara normatif, tetapi juga mesti dilihat secara filosofik dan bahkan secara empirik. Berbagai nilai normatif dalam ajaran Islam perlu sekali dipikirkan secara filosofis agar teraktualisasi pada dataran empirik yang dikembangkan dalam dinamika pendidikan Islam. Pencarian konsep pendidikan Islam tidak menutup kemungkinan melalui kombinasi antara pandangan Islam dengan pemikiran pendidikan modern sepanjang memiliki relevansi yang kuat dalam merekonstruksi pemikiran pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan oleh Azyumardi Azra: “Pola kajian pemikiran dan teori pendidikan Islam pada hakekatnya berusaha mengembangkan konsepsi pendidikan Islam secara menyeluruh dengan bertitik tolak dari sejumlah pandangan dasar Islam mengenai kependidikan dan mengkombinasikan dengan pemikiran kependidikan modern (Barat). Dalam pengertian itu, maka pola kajian seperti ini secara implisit menyarankan adanya aspirasi di kalangan pemikir pendidikan Islam untuk melakukan semacam “terobosan intelektual” guna merekonstruksi pemikiran dan teori kependidikan Islam dalam konteks tantangan dunia kontemporer”.4 Meskipun demikian, pertama usaha pencarian konsep pendidikan yang islami diharapkan jangan sampai mengutamakan konsep pendidikan Barat, sebab dalam berbagai hal konsep pendidikan Barat jelas berbeda dengan konsep pendidikan Islam, sebagaimana dinyatakan Mulsim A. Kadir yaitu: “Bagaimanapun berwibawanya ilmu pendidikan Barat, tidak mungkin dipandang atau ditranfer menjadi ilmu pendidikan Islam. Adalah suatu kesalahan metodologis yang cukup mendasar, jika sebagian ilmuwan Islam berpandangan bahwa hanya dengan memberikan muatan ajaran 3
Ismail dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Cet. I, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyahal IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2001), hal. 278-286. 4 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 90-91.
4
Islam, ilmu pendidikan Barat menjadi ilmu Tarbiyah. Perbedaan antara dua disiplin ilmu ini menjangkau aspek fundamentalis, mulai landasan filosofis, aspek ontologis, aspek aksiologis, dan terakhir, tetapi paling essensial yaitu sumber asumsi dan postulat serta paradigmanya”.5 Memang telah disadari bahwa cukup banyak masalah yang meyangkut pendidikan Islam, bukan saja dalam dataran aplikasi-praktis, melainkan juga menyangkut dataran konsep teoritis dalam ilmu pendidikan Islam, oleh karenanya Azyumadi Azra menegaskan: “Melihat masalah-masalah pendidikan Islam yang cukup kompleks, maka sebenarnya masalah-masalah itu tidak mungkin dapat dipecahkan sekedar melalui perluasan (ekspansi) linier dari sistem pendidikan yang ada, juga tidak bisa dipecahkan dengan jalan penyesuaian teknis administratif di sana-sini. Bahkan, tidak bisa diselesaikan pula dengan pengalihan konsep pendidikan dari teknologi pendidikan yang berkembang demikian pesat. Yang diperlukan sekarang adalah meminjam kembali konsep dan asumsi yang mendasari seluruh sistem pendidikan Islam, baik secara makro maupun mikro”.6 Persoalan pokok pendidikan Islam meliputi dataran filosofis di samping teoritis dan praktis. Di sini sangat diperlukan filsafat pendidikan Islam yang jelas dan komprehensif dalam rangka mengembangkan teoritisasi pendidikan Islam yang tidak harus tergantung dengan filsafat pendidikan lainnya (terutama Barat) pada umumnya. Pada dataran teori pendidikan, sangat perlu konsepkonsep kependidikan Islam yang diharapkan mampu menjelaskan secara mendasar, logis dan sistematis mengenai kerangka bangunan ilmu pendidikan Islam yang bisa diterapkan dengan mudah dalam dunia kependidikan Islam dewasa ini. Oleh karena itu perlu sekali kejelasan kerangka operasionalnya
5
Baca Drs. H.A. Muslim A. Kadir, MAI., Filsafat Ilmu dan Nilai dalam Islam, dikutip dalam bukunya M. Chabib Thaha, dkk., (Peny.) Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal.51. 6 Azyumadi Azra, Eseai-Eseai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 23.
5
yang lebih progresif dan pragmatis bagi pengembangan keberhasilan pendidikan Islam dewasa ini.
B.
Alasan Pemilihan Judul Berangkat dari berbagai pemikiran dan kenyataan itulah serta mencermai berbagai persoalan pokok pendidikan Islam, maka menjadi daya tarik untuk memperbincangkan mengenai “Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam” dalam rangka turut memberikan pemikiran bagi pengembangan pendidikan Islam dengan alasan sebagai berikut : 1. Pemikiran konsep pendidikan Islam merupakan upaya yang terus menerus diusahakan dalam dinamika pemikiran Islam yang sebenarnya sangat kaya akan pemikiran pendidikan, tetapi masih banyak yang belum digali dan dikembangkan.
Oleh
karenanya,
perlu
sekali
perumusan
konsep
kependidikan yang mampu mendasari penyelenggaraan pendidikan Islam sekarang ini. Agar penyelenggaraan pendidikan Islam lebih dinamis dan tetap bersumber pada nilai-nilai dan norma-norma Islam. Dari persoalan itu, maka setiap penyelenggaraan pendidikan jelas sekali memerlukan konsep dasar dalam rangka memberikan landasan yang kokoh bagi segenap aktivitas dan pengembangan pendidikan. Kedudukan konsep dasar pendidikan menjadi penting karena akan menjadikannya sebagai sumber motivasi dan aktivitas dalam menjalankan dan mengembangkan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep dasar pendidikan Islam perlu mendapatkan perrhatian dalam rangka pemahaman dan sosialisasinya, terutama bagi para pendidik muslim agar berbagai penerapan proses pendidikan senantiasa tetap berada dalam kerangka konsep dasar pendidikan Islam. 2. Konsep
dasar
pendidikan
Islam
sebagai
landasan
dalam
rangka
pengembangan pendidikan Islam yang merupakan permasalan yang amat
6
penting untuk dicermati dan dipahami terutama dipahami dalam kerangka aktualisasi konsep dalam pengembangan aplikasi tenaga Islam. 3. Aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam ini akan dilihat dari sudut filsafat pendidikan Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi filsafat pendidikan Islam yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan suatu pandangan tertentu mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan Islam juga dapat dipergunakan menjadi suatu cara pandang Islam yang bercorak kefilsafatan dalam melihat dan memahami suatu objek tertentu yang disebut pendidikan.
C.
Pokok Permasalahan Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dasar pendidikan Islam? 2. Bagaimana aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam ?
D.
Penegasan Istilah Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam memahami maksud dari penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan beberapa istilah kunci dalam rumusan judul penelitian ini sebagai berikut: 1. Aktualisasi Dalam kamus pendidikan pengajaran dan umum disebutkan bahwa aktualisasi mengandung arti hangat, masalah yang baru dan meminta perhatian khusus.7 Studi akutalisasi konsep dasar pendidikan Islam di sini merupakan upaya telaah dan rekonstruksi pemikiran mengenai persoalan konsep dasar pendidikan Islam baik yang menyakngkut makna dasar maupun dasar
7
filosofis pendidikan Islam yang merupakan bagian penting dalam bangunan ilmu kependidikan Islam apalagi dalam kehidupan dewasa ini. 2. Konsep Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Depdikbud disebutkan bahwa konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah yang dapat mengandung dua yang berbeda. Atau gambaran mental dari obyek proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal yang lain, konsep juga berarti rancangan.8 Adapun implementasi konsep dasar pendidikan Islam di sini menunjukkan bahwa pendidikan Islam berupaya membangun manusia seutuhnya dalam menghadapi berbagai perkembangan dan perubahan dalam kehidupan. 3. Dasar Dasar artinya asas, pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan sebagainya).9 Masalah pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas karena pada diri manusia telah dilengkapi berbagai potensi yang dapat dikembangkan dalam rangka kekhalifahannya.
4. Pendidikan Islam Ada tiga istilah yang dianggap memiliki arti yang dekat dan tepat dengan makna pendidikan. Ketiga istilah itu adalah Tarbiyah (
7
ﻴ ﹲﺔّﺮِﺑ ﺗ
),
Drs. Saliman dan Drs. Sudarsono, S.H., Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 9. 8 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 519.
8
Ta’lim ( ﻢ ﻴﻌِﻠ ﺗ ) dan Ta’dib (
ﺐ ﻳﺗ ﹾﺄ ِﺩ
) yang masing-masing memiliki
karakateristik makna di samping mempunyai kesesuaian dalam pengertian pendidikan. Istilah Tarbiyah berakar dari tiga kata. Pertama, dari kata “rabbayarbu” (
ﻮ ﺑﺮ ﻳ-ﺎﺭﺑ
), yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata
“rabiya-yarba” (ﺑـﻰﻳﺮ
-ﻲ ـﺭﺑ
), yang berarti tumbuh dan berkembang.
Ketiga, kata “rabba-yarubbu” (
ﺮﺏ ﻳ-ﺏ ﺭ
), yang berarti memperbaiki,
menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara. Kata “al-Rabb” (ﺏ ﺮ ) ﺍﹶﻟ, juga berasal dari kata “Tarbiyah” yang berarti mengantarkan sesuatu pada kesempurnaan secara bertahap atau membuat sesuatu mencapai kesempurnaan secara bertahap.10 Menurut Zakiah Daradjat, kata kerja “rabb” yang berarti mendidik sudah dipergunakan sejak zaman nabi Muhammad saw., seperti di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dalam bentuk kata benda kata “rabba” ini digunakan juga untuk “Tuhan” mungkin karena juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara dan mencipta.11 Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata tersebut adalah Q.S. Al-Isra (17): 24, Q.S. Asy-Syura (26) : 18, Q.S. Yusuf (12) : 23. Dengan demikian kata Tarbiyah ini mempunyai arti luas dan bermacam-macam penggunaanya,
dan
dapat
diartikan
menjadi
makna
pendidikan,
pemeliharaan, dan pengembangan yang semuanya ini menuju dalam rangka kesempurnaan sesuatu sesuai dengan kedudukannya. 9
Ibid., hal. 211. Lihat, Al-Ragib al-Isfahani, Mu’jam al-Mufradat Alfazh al-Qur’an, (Beirut : Dar Al-Fikr, 1972), hal. 189. 11 Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hal. 2526. 10
9
Adapun “At-Ta’lim” (
ﻢ ﻴﻌِﻠ ﺘﺍﹶﻟ
), secara etimologi berasal dari kata kerja
“Allama” ( ﻢ ﻋﻠﱠ ), yang berarti mengajar. Jadi makna Ta’lim dapat diartikan pengajaran, seperti dalam bahasa Arab dinyatakan “Tarbiyah wa Ta’lim” (ﻢ ﻴﻌِﻠ ﺘﺍﻟﻭ
ﹸﺔﺮِﺑﻴ ﺘ) ﺍﹶﻟ, berarti pendidikan dan pengajaran. Kata Ta’lim dengan kata
kerja “Allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi, baik di dalam AlQur’an maupun Hadits serta pemakaiannya sehari-hari pada masa dulu lebih sering digunakan dari pada Tarbiyah. Kata Allama memberikan pengertian sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung
arti
pembinaan
kepribadian.
Karena
sedikit
sekali
kemungkinan ke arah pembentukan kepibadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.12 Di antara ayat al-Qur’an yang menggunakan kata tersebut adalah Q.S. al-Baqarah (2):31, Q.S. an-Naml (27) : 16, dan Q.S. al-‘Alaq (96). Dengan demikian kata Ta’lim lebih menekankan pada usaha membelajarkan anak, daripada hanya sekedar menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan. Kemudian salah satu konsep kunci utama yang merujuk pada hakekat dari inti makna pendidikan adalah istilah “Ta’dib” yang berasal dari kata “Adab”. Pendidikan dalam kenyataannya adalah Ta’dib (
ﺐ ﻳﺗ ﹾﺄ ِﺩ ), karena
Adab didefinisikan mencakup ilmu dan amal sekaligus.13 Syed Muhammad Naquib Al-Attas menyatakan bahwa istilah Ta’dib merupakan istilah yang tepat untuk menunjuk arti Pendidikan Islam. Pengertian ini didasarkan bahwa arti pendidikan adalah meresapkan dan menanamkan adab pada
12
Ibid., hal. 26 Lihat, Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung : Mizan, 1992), hal. 60. 13
10
manusia.14 Adapun hadits yang mengandung Ta’dib di antaranya adalah sebagai berikut : 15
( )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﻚ ﻣ ﻚ ﺍﹸ ﺘﺑﺩ ﺖ ﹶﺃ ﻧﻭﹶﺃ ﻪ ﹸﺍﻣﺘﻪﺑﺩ ﹶﺃ: ﺴﺔﹸ ﺎِﺋﺖ ﻋ ﺎ ٍﺩ ﻗﹶﺎﹶﻟﻋﺒ ﻦ ﺑ ﺪ ﺤﻤ ﻣ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ
Artinya : “Muhammad ibnu Abbad telah menceritakan kepada kita, bahwa Aisyah berkata : “Ibumu telah mendidiknya, dan kamu telah didik oleh ibumu”. (H.R. Muslim) Diartikan sebagai “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembagan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.16 5. Rekonstruksi Berasal dari kata “konstruksi” yang berarti: pengembalian seperti semula, penyusunan (penggambaran) kembali.17 Adapun penelitian dalam bentuk pengkajian konsep dasar pendidikan Islam kiranya perlu terus dibina dan dikembangkan ke arah yang lebih mendasar, problematis dan aplikatif bagi upaya rekonstruksitif ke arah kefilsafatan, teoritik maupun aplikasi dalam bentuk sistem pendidikan Islam yang tepat dan berkualitas sesuai dengan harapan ajaran Islam. 6. Pemikiran “Pemikiran” adalah proses, perbuatan, cara memikir: problem yang memerlukan pemecahan.18 Bagi para pemikir dan institusi-institusi kependidikan Islam kiranya dalam menerapkan pendidikan Islam dapat senantiasa memperhatikan konsep dasar pendidikan Islam yang bersumber dari filsafat pendidikan 14
Lihat, Ismail SM, Paradigma Pendidikan Islam, Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib AlAttas dalam Pemikiran Pendidikan Islam, peny. Ruswan Thoyib, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hal. 275. 15 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz II, (Beirut: Kutubil Ilmiah, 1994), hal. 464. 16 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hal. 19. 17 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 521. 18 Ibid., hal. 762.
11
Islam agar proses pendidikan yang dibina, dikembangkan lebih efektif dan berhasil dalam mencapai tujuannya. 7. Filsafat Filsafat berasal dari bahasa Yunani filasufia. “Fila” berarti mengutamakan, dan
“sufia” yang berarti hikmah.19 Dengan demikian
filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini Al-Syaibany mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkanm cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha memuatkan sebab dan akibat dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.20 E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain adalah untuk: 1. Mendapatkan gambaran mengenai konsep dasar pendidikan Islam yang menyangkut makna dasar dan dasar filosofis pendidikan Islam dalam kerangka usaha pemikiran pengembangan konsep pendidikan Islam. Persoalan ini penting diketahui dalam rangka menemukan pemikiran mendasar mengenai konsep dasar pendidikan Islam. 2. Mendapatkan gambaran pemikiran mengenai aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam yang menyangkut makna dasar dan dasar filosofis pendidikan Islam dalam rangka usaha pengembangan konsep pendidikan Islam lebih jauh persoalan ini amat penting dicermati dan dikembangkan dalam rangka filosofis pendidikan Islam sekaligus diharapkan menjadi kerangka
dasar
konseptual
paradigma
dan
implementasi
filosofis
kependidikan Islam dalam menghadapi perkembangan dewasa ini. 19
Dr. Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal. 19.
12
Adapun manfaat dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi berupa hasil manfaat yang berarti bagi proses rekonstruksi dan sosialisasi dalam rangka pengembangan aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam. Hasil temuan dan pemikiran ini akan sangat bermakna dalam rangka pengembangan konsep kependidikan Islam baik pada dataran filosofik maupun teoritik serta dalam rangka aplikasi proses kependidikan Islam dewasa ini dan mampu memberikan kontribusi konseptual secara teoritis mengenai konsep dasar pendidikan Islam yang menyangkut makna dasar dan dasar filosofis pendidikan Islam dalam rangka usaha pemikiran pengembangan konsep pendidikan Islam melalui filsafat pendidikan Islam.
F.
Tinjauan Pustaka Pembahasan konsep dasar pendidikan Islam baik yang menyangkut makna dasar maupun dasar filosofis memang sudah terdapat dalam beberapa literatur pendidikan Islam. Akan tetapi, pada umumnya pembahasannya masih relatif sedikit dan tidak jarang agak sulit dipahami dalam kerangka pengembangan ilmu pendidikan Islam, apalagi dalam kerangka aktualisasinya yang memang sangat diperlukannnya. Pemikiran makna dasar pendidikan Islam dalam beberapa buku ilmu pendidikan Islam sering bersifat normatif, agak kurang problematis dan tidak antisipatif. Maka dasar filosofis pendidikan Islam juga sangat perlu dibicarakan secara terarah dalam kerangka ilmu pendidikan Islam, sebab hal ini akan memberikan konsep bagi pengembangan berbagai konsepsi teori pendidikan Islam. Adapun buku yang berhubungan dengan persoalan konsep dasar teori pendidikan Islam di atas ialah: 1. Ahmad D Marimba telah menulis Pengantar Filsafat Pendidikan Islam yang cukup bermakna dalam membuka pemikiran kefilsafatan dalam pendidikan 20
Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
13
Islam, aspek-aspek pendidikan Islam, pembentukan kepribadian muslim sebagi tujuan utama dan kemungkinan filsafat (pendidikan Islam). 2. Zuhairini dalam buku Filsafat Pendidikan Islam. Ia mengemukakan konsep Islam tentang alam dan kehidupan yang di dalamnya dibicarakan konsep hakekat manusia, manusia dan alam, kehidupan manusia dan konsep filosofis pendidikan Islam (termasuk konsep pribadi muslim yang masih sangat perlu dikembangkan bagi upaya pengembangan landasan filosofis pendidikan Islam). 3. Muhaimin dan Abdul Mujib menulis buku Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasional yang didalamnya dibahas telaah hakekat manusia dan realisasinya terhadap proses pendidikan Islam (kajian ontologis), telaah ilmu pengetahuan dan realisasinya terhadap proses pendidikan Islam (kajian epistemologi) sistem nilai dan realisasinya terhadap proses pendidikan Islam (kajian aksiologis) serta mencari format baru mengenai pola dan sistem pendidikan Islam. 4. Buku Wawasan Baru Pendidikan Islam karangan Drs. H. Abdul Halim Soebahar, M.A. Buku ini membahas tentang konsep dasar pendidikan Islam, konsep manusia dan pendidikan Islam, prinsip-prinsip pendidikan Islam serta kerangka operasional dan pola aktualisasi pendidikan Islam. 5. Buku Konsep Pendidikan dalam Islam karya Syed Muhammad Al-Naqiub Al-Attas. Ia mengemukakan yang di dalamnya membahas masalah konsep dan tujuan pendidikan dalam Islam. Paling tidak buku-buku tersebut yang membahas tentang aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam. Di luar pengamatan penulisan, dimungkinkan masih banyak buku-buku literatur yang membahas atau setidaknya mengandung pembahasan tentanng konsep dasar pendidikan Islam rekonstruksi pemikiran filsafat. Hal ini karena keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian, bagi
Bulan Bintang, 1979), hal. 25.
14
penulis hal itu tidak menjadi persoalan karena penulis mencoba melakukan kajian tentang pemikiran ditinjau dari kefilsafatan, menelaah, menganalisis, kemudian menjadikannya sebuah realitas pendidikan Islam di Indonesia.
G.
Metodologi Penelitian Pembahasan dengan topik aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam ini mencoba mengarahkan fokus perhatian yang menyangkut makna dasar pendidikan Islam dan dasar filosofis pendidikan Islam, yang kemudian dari gambaran pemikiran ini diupayakan untuk mencari formulasi dalam bentuk rekonstruksi pemikiran mengenai aktualisasi konsep dasar dan filsosofis pendidikan Islam, sehingga pemikiran konsep dasar pendidikan Islam akan lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kependidikan Islam, serta sekaligus diharapkan merupakan pemikiran dalam rangka pengembangan konsep pendidikan Islam. Adapun metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data Data dalam penulisan skripsi ini diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan (Library Research).21 Yakni penelaahan yang dilakukan dengan cara pengadaan studi terhadap buku-buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas secara deskriptif-analitik melalui kajian secara filosofis dengan pendekatan kualitatif-rasionalistik. Pendekatan kualitatif-rasionalistik yang dimaksud di atas adalah penggunaan metodologis penelitian kualitatif-rasionalistik yang didasarkan atas filsafat rasionalisme yang menyatakan ilmu bukan hanya diperoleh dari empiri sensual melainkan juga dari pemahaman intelektual atas kemampuan argumentasi secara logika yang menekankan pada pemahaman empiri, yang didasarkan pada bersifat tradisionalis dengan pandangan terhadap realitas 21
Prof. Dr. Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1999), hal. 16.
15
berdiri dari Empiri-Sensual, Empirik Logik-Teoritik dan Empirik Etik. Oleh karena itu kontruksi teori dibangun dari konseptualisasi teoritik sesuai dengan hasil pemaknaan atas empirik sensual, logik maupun etika.22 Metode penelitian dengan pendekatan rasionalistik juga menggunakan tata pikir relasi (tata pikir korelasi, sebab akibat, dan relasi timbal balik atau interaksi) dan tata pikir logik yang dapat dipergunakan secara terbuka sesuai dengan persoalan dalam rangka mengkonstruksikan suatu teori.23 Metodologi
penelitian
kualitatif
rasionalistik
berangkat
dari
pendekatan holistik berupa sesuatu grand-concept (s), diteliti pada obyek spesifik, dan diduduki kembali hasil penelitiannya pada grand concept (s) nya.24 Adapun dalam pengumpulan data ini diambil dari sumber-sumber primer dan sekunder. Maka buku dari sumber primernya adalah, kemudian literatur lainnya sebagai sumber sekunder.
a) SUMBER PRIMER YANG MELIPUTI
DIMAKSUD SUMBER PRIMER IALAH SUMBER POKOK YANG
PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MARIMBA, FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN
ISLAM;
KAJIAN
OPERASIONAL
KARYA
MUHAIMIN
PENDIDIKAN ISLAM
FILOSOFIS
KARANGAN
KONSEP PENDIDIKAN
DALAM
KARYA
DAN
KARYA
AHMAD D
ZUHAIRINI, PEMIKIRAN
DAN
KERANGKA
DASAR
ABDUL MUJIB, WAWASAN BARU
DRS. H. ABDUL HALIM SOEBAHAR,
ISLAM
KARYA
SYED MUHAMMAD AL-
NAQIUB AL-ATTAS b) Sumber Sekunder
22
Prof. Dr. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif; Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), hal. 5658. 23 Lihat, Ibid., hal. 59-74. 24 Ibid., hal. 75-76.
16
Sumber sekunder merupakan sumber penunjang dan pembanding data yang dianggap relevan dan berkaitan dengan konsep dasar pendidikan Islam. 2. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis. Analisis yang penulis lakukan adalah dengan jalan sebagai berikut : 1. Interpretasi Yang dimaksud dengan interpretasi adalah dengan cara menyelami isi buku, untuk ditangkap arti dan nuansa yang disajikan.25 2. Holistik Holistik merupakan corak khas dan suatu “kelebihan” dalam konsepsi filosofis, sebab justru filsafat berupaya mencapai kebenaran yang utuh. Daam penelitian filsafat ini subyek yang menjadi obyek studi tidak hanya dilihat secara atormistis yaitu secara terisolasi dari lingkungannya, melainkan ditinjau dalam interaksi dengan seluruh kenyataannya manusia baru mencapai identitas diri dalam korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya.26 3. Metode Pembahasan 1. Metode induktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwaperistiwa yang khusus konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.27 2. Metode deduktif yaitu suatu cara pengambilan kesimpulan yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum dan bertitik tolak
25
Drs., Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),
hal. 103. 26
Dr. Anton Bakker dan Drs. Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyarta: Kanisius, 1999), hal. 46. 27 Prof. Drs., Sutrisno Hadi, M.A., Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), hal. 42.
17
pada pengetahuan yang umum itu, kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus atau spesifik.28 H.
Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memberikan kemudahan, baik dalam pembahasan maupun dalam memahami skripsi ini, maka penulsi membuat sistematika penulisan skripsi ini sebagi berikut: 1. Bagian muka skripsi Bagian ini antara lain memuat: halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi. 2. Bagian isi skripsi Merupakan bagian utama dalam skripsi ini, yang terdiri dari: Bab I
:
Pendahuluan, merupakan gambaran global dari keseluruhan isi skripsi ini yang meliputi: latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, pokok permasalahan, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab
II
:
Makna dasar pendidikan Islam yang meliputi: pengertian tarbiyah, ta’lim dan ta’dib, pengeryian pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, dan fungsi pendidikan Islam yang merupakan bagian awal dalam rangka mempelajari dan memahami mengenai konsep dasar pendidikan Islam. Persoalan ini penting dalam rangka memperoleh makna dasar dari pendidikan Islam.
Bab
III
:
Dasar filosofis pendidikan Islam yang mengemukakan landasarn
28
Ibid.
dasar
pendidikan
Islam,
prinsip
dasar
18
pendidikan Islam dan dasar filosofis pendidikan Islam yang terdiri dari konsep dasar ketuhanan, konsep dasar manusia dan konsep dasar alam semesta dalam Islam, pembahasan dasar filosofis ini mirip bagian penting dalam memahami lebih jauh mengenai konsep dasar pendidikan Islam dalam kerangka pengembangan dasar filosofis dan keilmuan pendidikan Islam. Bab
IV
:
Judul pada bab ini: “aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam
(rekonstruksi
pemikiran
filsafat
pendidikan
Islam)”, terdiri atas tiga sub bab: pertama, aktualisasi makna dasar pendidikan Islam dalam bentuk reorientasi pengertian
pendidikan
Islam,
reorientasi
tujuan
pendidikan Islam dan reorientasi fungsi pendidikan Islam. Kedua, aktualisasi konsep dasar filosofis pendidikan Islam
mengemukakan
reorientasi
landasan
dasar
pendidikan Islam, reorientasi prinsip dasar pendidikan Islam, dan reorientasi dasar filosofis pendidikan Islam. Ketiga, aktualisasi konsep dasar pendidikan Islam mengemukakan paradigma filosofis Islam, implementasi konsep dasar pendidikan Islam. Semua bagian ini merupakan hal yang amat penting dalam bahasan ini, karena di sini sebagai upaya pemikiran ke arah aktualisasi pengembangan konsep dasar pendidikan Islam dalam proses kependidikan Islam. Bab
V
:
Merupakan penutup yang memuat isi dalam bentuk kesimpulan
dan
saran
implikasi
pemikiran
yang
merupakan bagian akhir menjadi intisari dari penulisan ini. Pada bagian ini disamping dari menjawab persoalan, juga merupakan berbagai harapan mengenai pentingnya
19
pengembangan konsep dasar pendidikan Islam yang perlu dibina dan dikembangkan dalam dunia pendidikan Islam sekarang maupun mendatang. 3.
Bagian Akhir skripsi Bagian akhir dari skripsi ini antara lain berisikan kepustakaan, pedoman transliterasi, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.