BAB I PENDAHULIAN
1.1 Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis, kuman yang berukuran satu sampai lima micrometer, penyebarannya lewat udara melalui droplet dari pasien TB paru yang menyebar ketika pasien batuk, bersin,dan berbicara (Utomo dkk, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 8.000.000 penduduk dunia diserang tubercolusis dengan kematian 3.000.000 orang tiap tahunnya. WHO memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2.000.000 setiap tahunnya, antara tahun 2002-2020 diperkirakan 1.000.000.000 manusia akan terinfeksi dengan kata lain penambahan jumlah infeksi lebih dari 86.000.000 tiap tahunnya. Perkiraan WHO setiap 2.000.000 jiwa meninggal tiap tahunnya, karena dua sampai empat orang terinfeksi setiap detik dan hampir empat orang setiap menit meninggal karena tuberkolusis ini. WHO menunjukan sekitar 40% dari kasus TB paru di dunia berada dalam kawasan Asia Tenggara (Sudoyo dkk, 2007). Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah pasien TB paru di dunia. Jumlah pasien TB paru di Indonesia terus meningkat. Penyakit TB paru menyerang sebagian besar kelompok kerja produktif. Pasien TB paru kebanyakan dari kelompok ekonomi rendah namun saat ini juga banyak di derita oleh kelompok ekonomi atas, dikarenakan mudahnya proses penularan TB paru yaitu melalui udara
1
2
(Sudoyo dkk, 2007). Diperkirakan setiap tahunnya ada 539.000 orang kasus baru dan 101.000 orang kematian akibat TB paru. Insidensi kasus TB paru baksil tahan asam (BTA) positif(+) adalah 110/100.000 penduduk. Khusus untuk Daerah Ibu Kota Yogyakarta dan Propinsi Bali angka prevalensi TB adalah 64/100.000 penduduk (Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan WHO, 2008). Menurut laporan tahunan Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali tahun 2007 tercatat kasus TB paru BTA (+) di Bali mencapai 1343 kasus. Penemuan kasus TB paru BTA (+) tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2008 yaitu sebanyak 1431 kasus dan pada tahun 2009 sebanyak 1512 kasus. Pada tahun 2010 ditemukan 1449 kasus TB paru BTA (+) (Dinkes Bali, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan tercatat di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, jumlah pasien TB paru BTA positif dalam tiga tahun terakhir sebanyak 165 orang (2010), 114 orang (2011), dan 136 tahun (2012). Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar merawat pasien yang dicurigai TB dan TB paru sebanyak 210 orang dalam enam bulan terakhir (JanuariJuni 2013) atau rata-rata tiap bulannya merawat pasien dengan TB paru sebanyak 35 orang (Register pasien TB Paru RSUP Sanglah Denpasar, 2010-2013). Ruangan Nusa Indah merupakan ruangan khusus penyakit menular atau ruang isolasi di RSUP Sanglah Denpasar, yang merawat salah satunya yaitu pasien TB paru dan yang dicurigai TB paru. Pasien TB paru dan pasien yang dicurigai atau suspek TB paru ditempatkan tersendiri (terisolasi) dan apabila bersama harus berjarak lebih dari satu meter. Penggunaan masker pada pasien suspek TB paru atau pasien TB paru
3
BTA (+) melalui pemberian masker pada pasien yang tersangka TB paru dan pasien BTA (+). Adapun tujuannya yaitu mencegah penularan pada pasien lainnya, mencegah penularan silang, dan mencegah penularan pada penunggu pasien. Prosedur penggunaan masker yaitu bila ada pasien yang datang diperiksa atau kontrol dengan keluhan batuk-batuk lebih dari dua minggu wajib diberikan masker, setiap pasien yang kontrol selama pengobatan harus memakai masker bedah, serta petugas medis yang menangani wajib memakai masker N 95 (Standar Prosedur Operasional {SPO} RSUP Sanglah Denpasar, 2011; Siegel et al, 2007). Peran perawat disini sangat penting dalam mencegah penularan infeksi TB paru di rumah sakit, karena yang memberikan perawatan selama 24 jam secara konsisten kepada pasien adalah perawat. Perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah perawat yang memiliki perilaku caring . Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Watson (1988) dalam Muhlisin dan Ichsan (2008), yang mendefinisikan caring sebagai esensi dari keperawatan yang berarti juga pertanggungjawaban hubungan perawat dan klien, dimana perawat membantu partisipasi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan, dimana dalam hal ini pencegahan terhadap penularan TB melalui penggunaan masker pada pasien TB paru. Berdasarkan studi pendahuluan dan observasi yang dilakukan peneliti di ruang Nusa Indah pasien dari bulan Mei - Juli 2013 sekitar 70% pasien tidak mematuhi penggunaan masker dan tidak benar cara menggunakan masker tersebut. Sebagian besar dari pasien tidak menggunakan masker saat berkomunikasi atau berbicara
4
dengan pasien lain, petugas kesehatan, dan secara tidak benar saat batuk atau bersin. Pasien juga tidak benar menggunakan masker yaitu menggunakan masker tidak menutupi seluruh bagian hidung dan mulut sehingga sangat berisiko untuk menularkan penyakitnya. Keluarga pasien masih banyak yang berkunjung ke ruangan dan beristirahat atau tidur dikamar pasien, serta lalu lalang di ruangan dengan tidak menggunakan masker. Center of Desease Control Prevention atau CDC (2002) dalam Prince dan Wilson (2005) menyatakan pasien tidak boleh ditemani terlalu lama di ruangan dan kunjungan untuk pasien dibatasi karena dirawat di ruangan isolasi dan berisiko menularkan penyakit saat pasien berbicara atau batuk. Penempatan untuk pasien yang dicurigai TB paru di ruang Nusa Indah masih dirawat bersama dengan pasien yang dicurigai TB paru dalam satu ruangan untuk enam orang pasien karena keterbatasan ruangan di rumah sakit, sehingga apabila berkomunikasi dengan pasien lain tidak mengunakan masker sangat berisiko untuk menularkan penyakit TB paru kepada pasien lain yang belum tentu positif mengidap TB paru. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu sudah melakukan pendidikan kesehatan tentang penggunaan alat pelindung diri (masker) bagi pasien yang TB paru atau suspek TB paru kepada pasien dan keluarga pada saat pertama kali memasuki ruangan (SPO RSUP Sanglah, 2011). Namun dari seluruh pasien 70% masih tidak menggunakan masker atau menggunakan masker dengan cara yang kurang tepat. Kelemahan dari metode pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu penyampaian metode pendidikan kesehatan yang singkat dan pemahaman dari pasien sendiri yang belum memahami kepatuhan pemakaian masker.
5
Salah satu faktor yang mendukung kepatuhan seseorang
(Niven, 2008) adalah
dukungan dari profesional keperawatan. Salah satu implikasi dari dukungan profesional ini dengan menerapkan perilaku caring perawat agar dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan masker pada pasien TB paru untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan Di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah pada bulan Juli 2013 terhadap 15 pasien, tiga orang pasien merasakan asuhan keperawatan yang diberikan perawat terhadap pasien atau perilaku caring perawat belum maksimal yaitu perawat bersikap sopan namun kurang perhatian dan lama dalam memberikan pelayanan. 12 Pasien merasakan perlakuan perawat yang sopan dan ramah dalam asuhan keperawatan yang membuat pasien nyaman walaupun dibatasi kunjungan oleh keluarga. Perilaku caring perawat sangat diperlukan karena pasien ditempatkan di ruangan khusus yang dibatasi kunjungan oleh keluarganya, dan hanya perawat yang selalu mendampingi pasien. Perilaku caring perawat ini diharapkan dapat meningkakan kepatuhan pasien TB paru dalam penggunaan masker untuk mencengah terjadinya penularan penyakit TB ke orang lain. Hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepatuhan penggunaan masker pasien TB paru didukung oleh penelitian Perdana (2008) yang berjudul “FaktorFaktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Di Puskesmas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur” dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 96 orang. Dalam penelitian ini didapatkan hasil dengan nilai P value <0,05, bahwa pelayanan perawat puskesmas memiliki hubungan yang
6
bermakna dengan kepatuhan berobat di Puskesmas Kecamatan Ciracas. Diharapkan dengan meningkatkan kualitas pelayanan petugas kesehatan, salah satunya perilaku caring perawat dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan masker pada pasien TB paru. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan perilaku caring perawat dengan kepatuhan penggunaan masker pasien TB paru Di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan perilaku caring perawat dengan kepatuhan penggunaan masker pasien TB paru Di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui apakah ada hubungan perilaku caring perawat dengan kepatuhan penggunaan masker pasien TB paru Di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden b. Mengidentifikasi perilaku caring perawat di ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar. c. Mengidentifikasi kepatuhan penggunaan masker pada pasien tuberculosis paru di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar.
7
d. Menganalis hubungan perilaku caring perawat dengan kepatuhan penggunaan masker pasien TB paru Di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan terutama tentang perilaku caring perawat dalam merawat pasien di ruang penyakit menular yaitu salah satunya pasien TB paru. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru dalam hal menggunakan masker pada pasien untuk mencengah penularan penyakit. b. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan pentingnya perilaku caring perawat dalam merawat pasien TB paru di ruang isolasi penyakit menular. c. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan sumber kepustakaan dan sebagai bahan masukan untuk mahasiswa atau mahasiswi yang ingin melanjutkan penelitian ini. d. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk tenaga keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dengan menerapkan perilaku caring pada pasien.