PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU Siti Sarifah1, Norma Andriyani2 Prodi D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstrak Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang belum berhasil diberantas dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Angka pengidap penyakit tuberkulosis paru di kota surakarta terhitung masih tinggi, pada akhir tahun 2013 Dinas Kesehatan Kota Surakarta mencatat ada 615 warga yang mengidap penyakit menular tersebut, dan sekitar 30 % diantaranya merupakan temuan baru. Data dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Banyuanyar didapatkan penemuan penderita pada bulan Oktober 2013 di wilayah Sumber sebanyak 10 kasus. Tujuan :untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberculosis paru di wilayah Sumber RT 02 RW XIV Banjarsari Surakarta. Metode Penelitian :Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling, dan jumlah yang digunakan sebanyak 82 responden. Instrumen penelitian dengan kuisioner, data yang telah diperoleh diolah menggunakan SPSS 16, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.. Hasil :Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah Sumber RT 02 /RW XIV Banjarsari Surakarta dalam kategori baik dengan prosentase 45,1. Kesimpulan : tingkat pengetahuan masyarakat tentang tuberkulosis dalam kategori baik. Kata kunci :tingkat pengetahuan, masyarakat, tuberkulosis
1. PENDAHULUAN Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh bacteri mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui uara yang dihirup ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lain melalui system peredaran darah, system saluran limfe, mealui saluran pernapasan (bronchus) ataupenyebaran langsung ke bagian – bagian tubuh lainnya (Notoatmojo, 2011) . Penyakit tuberkulosis paru dapat menyerang siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, dan dimana saja.
Penyakit tuberculosis basil tahan asam positif atau bisa disebut dengan TB paru, sampai saat ini belum berhasil diberantas dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia (Amiruddin, 2012). Data dari WHO (2007), melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TB paru tiap tahun dan diperkirakan 5.000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TB paru dari 25 % kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang pada usia produktif yaitu usia 15 sampai 54 tahun. Diperkirakan 95 % kasus TB dan 98 % kematian akibat TB di dunia terjadi pada negara-negara berkembang.Demikian juga kematian wanita akibat TB lebih banyak daripada akibat kehamilan, 1
persalinan, dan nifas. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TB paru global yakni sekitar 38 % dari TB paru di dunia. Angka pengidap penyakit tuberculosis (TBC) di kota Surakarta terhitung masih tinggi. Hingga akhir tahun 2013, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta mencatat 615 warga yang mengidap penyakit menular tersebut, sekitar 30% diantaranya merupakan temuan baru. Tingkat penderita TBC tahun ini relatif menurun dibandingkan tahun 2012 yang tercatat 700-an penderita. Tahun 2013terdapat 200 pengidap TBC baru atau 30 % dari total pengidap TBC di Surakarta, sementara sisanya merupakan pengidap kambuhan yang masih menjalani rawat. Tingginya angka kematian akibat TB paru diakibatkan oleh kurangnya kontrol masyarakat terhadap pengobatan TB paru yang disebabkan rendahnya sikap serta pengetahuan masyarakat terhadap pengobatan TB paru (Suronto, 2007).Faktor pengetahuan, sikap dan perilaku mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat dan berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu program penanggulangan penyakit dan pencegahan penularan penyakitnya termasuk penyakit TB paru. TB paru merupakan salah satu penyakit epidemi terbanyak di Indonesia dan pemerintah sudah menggalakkkan berbagai program untuk menanggulangi penyakit ini, namun angka kejadian TB paru di Indonesia masih saja tetap tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena rendahnya tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit TB paru.
2
Data dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Banyuanyar didapatkan 30 kasus tuberculosis paru pada tahun 2013. Cakupan penemuan penderita atau Case Detection Rate (CDR) pada bulan Oktober 2013 di puskesmas Banyuanyar sebanyak 22 kasus atau 73,3 % sedangkan angka CDR pada bulan Oktober 2013 di wilayah Sumber sebanyak 10 kasus atau 45,5 %. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru di wilayah Sumber RT 02/RW XIV Banjarsari, Surakarta 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian non eksperimen, menggunakan metode studi penelitian deskriptif yaitu suatu teknik statistic yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran yang akurat dari sejumlah karakteristik masalah yang diteliti melalui data sampel atau populasi yang yang ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Sumber RT02 / RW XIV sebanyak 103 KK (Kepala Keluarga). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan sesuai kriteria dalam penelitian ini sebanyak 82 KK. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner dalam bentuk checklist (tertutup) yang terdiri dari 25 pernyataan dengan dua alternatif jawabanYa dan Tidak. Bentuk pernyataannya ada dua jenis yaitu pernyataan positif dan pernyataan negative. Pernyataan positif apabila dijawab Ya maka mempunyai bobot nilai
satu (1) dan jawaban Tidak mempunyai bobot nilai nol (0). Sedangkan pernyataan negatif apabila dijawab Ya mendapat bovot nilai nol (0), dan jawaban Tidak mendapat bobot nilai satu (1). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian a. Umur responden Tabel1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Usia Dewasa awal (26– 35 tahun)
Jumlah 29
Prosentase(%) 35.4
Dewasa Akhir (36-45 tahun)
15
18.3
Lansia Awal (46-55 tahun)
15
18.3
Lansia Akhir ( 55-65 tahun)
14
17.1
Manula ( >65 tahun)
9
11.0
Total
82
100
Berdasarkan tabel1.menunjukkan responden terbanyak dengan kategori masa dewasa awal yaitu sebanyak 29 responden (35,4%). b. Pendidikan Responden Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Dasar
Jumlah 31
Prosentase(%) 37,8
Menengah
44
53,7
Tinggi
7
8,5
Total
82
100
Berdasarkan tabel 2menunjukkan tingkat pendidikan responden terbanyak berasal dari tingkat pendidikan menengah yaitu ada 44 responden (53,7%). c. Jenis Kelamin Responden Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Perempuan
Jumlah 3
Prosentase(%) 3,7
Laki-laki
79
96,3
Total
82
100
Berdasarkan tabel 3 diatas responden terbanyak berjenis kelamin laki-laki ada 79 responden (96,3%). d. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang TB paru Tabel 4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang TB paru Tingkat Pengetahuan Kurang
Jumlah
Prosentase(%)
11
13,4
Cukup
34
41,5
Baik
37
45,1
Total
82
100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak pada kategori baik 37 responden (45,1%).
3
Pembahasan Penelitian 1. Karakteristik responden a. Usia Depkes RI (2009), diketahui bahwa usia manusia dibagi menjadi 9 masa, yaitu balita (0-5 tahun) dan masa kanakkanak (6-11 tahun), masa remaja awal (12-16 tahun), masa remaja akhir (16-25 tahun), masa dewasa awal (26-35 tahun), masa dewasa akhir (36-45tahun), masa lansia awal (46-55 tahun), masa lansia akhir (55-65 tahun), dan masa manula (>65 tahun). Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam kategori usia dewasa awal berumur antara 26 – 35 tahun sebanyak 29 orang (35,4 %). Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercayai daripada orang yang belum dewasa. Pengetahuan akan semakin banyak ketika bertambah umur seseorang karena akan banyak pula hal yang didapat sebagai pengalaman dan kematangan jiwa. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya membaik serta berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. b. Berdasarkan pendidikan Semakin tinggi pendidikan merupakan faktor yang mempengarhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik pengetahuannya (Notoatmojo, 2011).
4
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan mayoritas responden dalam kategori tingkat pendidikan menengah sejumlah 44 orang (53,7%). Pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami suatu pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pengetahuannya dan semakin mudah pula untuk menerima informasi (Hendra, 2008). Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya tanggap tentang keadaan sekitarnya, serta mempunyai minat dan peduli dalam memecahkan masalah yang ada pada dirinya serta adanya keinginan untuk menggali ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain. Namun tidak selalu seseorang dengan pendidikan rendah mutlak memiliki pengetahuan rendah. Pengetahuan tidak mutlak iperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga diperoleh pada pendidikan non formal ataupun dari media informasi lainnya. c. Berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin KK responden mayoritas laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat di wilayah tersebut terdiri dari keluarga yang termasuk kategori keluarga inti. Adapun KK yang berjenis kelamin perempuan sebagai single parent atau janda. 2. Karakteristik tingkat pengetahuan tentang TB Paru Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru mayoritas dalam kategori baik (45,1%). Dari Data yang diperoleh dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat tahu apa penyakit TB paru, bagaimana penyakit TB paru itu terjadi, Ciri-ciri penyakit, dan bagaimana cara pengobatan bagi penderita TB paru. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan sesorang menurut Wawan dan Dewi (2011), diantaranya faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya : pendidikan, usia, dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya : lingkungan dan sosial budaya. Hal tersebut sesuai dengan kondisi di masyarakat tersebut didapatkan hasil tingkat pendidikan responden terbanyak pada tingkat pendidikan menengah dan usia responden terbanyak pada usia dewasa awal (26-36 tahun). Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah perkembangan teknologi yang canggih dan kemudahan mendapatkan informasi sehingga kemudahan masyarakat dalam memperoleh informasi melalui media massa maupun media elektronik. Serta di pelayanan kesehatan ditingkatkannya upaya promosi kesehatan dengan dilakukannya penyuluhan kesehatan. 4. SIMPULAN Simpulan : Pengetahuan masyarakat Sumber RT 02 RW XIV Banjarsari Surakarta tentang TB paru dalam kategori baik . Saran : Tenaga kesehatan diharapkan lebih giat dalam memnyampaikan informasi/penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sebagai upaya peningkatan pengetahuan warga sehingga akan terwujud masyarakat yang sehat.
Depkes RI. 2005. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta Hidayat, A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika Kristanti, Handriani. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Yogyakarta: Citra Pusaka. Mubarak W.I. 2009. Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi, Jakarta :Salemba Medika . Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen Publishing . Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Santjaka A. 2011. Statistik untuk Peneltian Kesehatan (Deskriptif, Inferensial, Parametrik, dan Non Parametrik), Yogyakarta : Nuha Medika . Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI. Suronto S, 2007, Tuberkulosis, dari http://www.medicastore.com Wawan A, Dewi M. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
5. REFERENSI Alsagaf, Hood, Mukti, 2006. Dasardasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga Iniversity Press Amirudin, Ridwan. 2012, Kebijakan dan Respons Epidemik Penyakit Menular, Bogor: IPB Press. Bajrujaman, AIP 2010. Sosiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,Jakarta :Trans Info Media.
5