Profil Kesehatan Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan sangat terkait dalam konotasi dipengaruhi dan dapat juga mempengaruhi aspek demografi/kependudukan, keadaan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat termasuk tingkat pendidikan serta keadaan dan perkembangan lingkungan fisik maupun biologik. Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaaan pembangunan dan usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah informasi yang valid dan akurat. Oleh karena itu pengembangan sistim informasi, khususnya di bidang kesehatan dewasa ini perlu semakin dimantapkan dan dikembangkan. Hal ini akan mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya-upaya kesehatan demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan sistem informasi dibidang kesehatan adalah menampilkan hasil pembangunan dibidang kesehatan, yang diwujudkan dalam penyajian data keberhasilan pencapaian program-program kesehatan yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Demak, yaitu dalam bentuk buku “ Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2009 “. 1 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Demak, yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun. Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil kesehatan ini disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Demak khususnya, dan semua masyarakat pada umumnya. Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan selama tahun 2009 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, untuk memberikan gambaran tentang pembangunan kesehatan, program dan kebijakan yang dilaksanakan di Kabupaten Demak. sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan, program dan kebijakan di bidang kesehatan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi dalam upaya “ Mewujudkan Masyarakat Demak Yang Sehat dan Mandiri “.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2009 adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya Mewujudkan Masyarakat Demak Sehat dan Mandiri. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : 2 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi; b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat; c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan. d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan; e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program kesehatan; f.
Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun UnitUnit Kesehatan lainnya;
g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan.
C. SISTEMATIKA Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya yang ada serta situasi kesehatan secara umum Kabupaten Demak tahun 2009 ini, maka disusunlah Buku Profil Kesehatan yang disusun secara sistematika sebagai berikut: Bab-1 : Pendahuluan
3 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Bab-2 : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota. Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab-6 : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan4 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran - lampiran Pada lampiran ini berisi resume / angka pencapaian Kab/Kota dan 73 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Profil Kesehatan dapat disajikan dalam bentuk tercetak (berupa buku) atau dalam bentuk lain (disket, cd-rom, tampilan di situs internet, dan lain-lain). Daftar Pustaka
5 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
BAB II GAMBARAN UMUM
A. VISI DAN MISI Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah
TERWUJUDNYA MASYARAKAT DEMAK YANG SEHAT DAN MANDIRI
Dan Misi Dinas Kesehatan adalah : 1. Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya kesehatan secara konsisten dan berkesinambungan. 2. Mengupayakan pembangunan di Demak yang berwawasan kesehatan. 3. Mendorong kemandirian masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat. 4. Menjamin pelayanan kesehatan secara prima, komprehensip, profesional dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 5. Menjalin kerja sama dengan mitra / partner. Penjelasan Pernyataan Visi Yang dimaksud sehat adalah kondisi dimana individu, keluarga, masyarakat Kabupaten Demak tidak mengalami gangguan penyakit yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari baik secara jasmani, rohani dan sosial.
6 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Yang dimaksud mandiri adalah individu, keluarga, dan masyarakat Kabupaten Demak mampu untuk mengatasi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat baik dalam pembiayaan kesehatan maupun pemanfaatan fasilitas kesehatan. Penjelasan Pernyataan Misi 1. Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya kesehatan secara konsisten dan berkesinambungan. Memberdayakan dimaksudkan bahwa sumber daya kesehatan yang dipunyai dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pencapaian program dan kegiatan, Konsisiten dan berkesinambungan dimaksudkan bahwa kebijakan, program, dan kegiatan pemberdayaan sumber daya kesehatan tidak terputus serta saling mendukung satu sama lain. 2. Mengupayakan pembangunan di Demak yang berwawasan kesehatan. Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misi ini dimaksudkan sektor lain dalam mengambil kebijakan, program dan kegiatan selalu mempertimbangkan aspek-aspek kesehatan. Sehingga hasil pembangunan tidak menimbulkan dampak yang memperburuk kesehatan. 3. Mendorong kemandirian masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat. Yang dimaksud mandiri adalah individu, keluarga, dan masyarakat Kabupaten Demak mampu untuk mengatasi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat baik dalam pembiayaan kesehatan maupun pemanfaatan fasilitas kesehatan. Meningkatkan kesadaran masyarakat
7 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
tentang hidup bersih dan sehat dimaksudkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari selalu berperilaku bersih dan sehat. 4. Menjamin pelayanan kesehatan secara prima, komprehensip, profesional dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat semaksimal mungkin berdasarkan prinsip jaminan mutu, mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta dilaksanakan oleh tenaga yang mempunyai kualifikasi yang sesuai; dengan tetap memegang prinsip pemerataan pelayanan kesehatan pada seluruh lapisan masyarakat. 5. Menjalin kerja sama dengan mitra / partner. Misi ini dimaksudkan agar setiap kebijakan, program dan kegiatan semaksimal mungkin melibatkan pihak ketiga ( perusahaan, organisasi profesi, LSM, supplier, sarana kesehatan swasta ).
B. KEADAAN GEOGRAFIS ( GEOGRAPHICAL LOCATION ) 1. Letak Geografi Demak sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada koordinator 6 43’26” 7 09’43” Lintang Selatan dan 110 27’58 – 110 48’47” Bujur Timur. Wilayah ini sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, sebelah Selatan berbatasan denagan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang serta sebelah Barat berbatasan dengan Kota Semarang. Jarak terjauh dari barat – timur adalah sepanjang 49 Km dan dari utara ke selatan sepanjang 41 KM.
8 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Demak Per Puskesmas KAB JEPARA
U
PETA KABUPATEN DEMAK
WEDUNG II 7,3% WEDUNG I 59,7%
WEDUNG I 59,7%
LAUT JAWA
KAB. KUDUS MIJEN 37,9%
KR. ANYAR I 19,4% SAYUNG I 25% W. SLM I 52,4%
GAJAH 14,8%
KR. TENGAH 27,6%
KEBONAGUNG 48,4%
KOD. SMG
KAB. GROBOGAN GUNTUR II 21,5% DEMPET 17,6%
LAUT JAWA MRANGGEN II 35,3% KR. AWEN II 17,4%
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KAB. GROBOGAN
Tabel . 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Demak Tahun 2009 Kecamatan Luas Wilayah (Ha) % Mranggen Karangawen Guntur Sayung Karangtengah Bonang Demak Wonosalam Dempet Gajah Karanganyar Mijen Wedung Kebonagung Jumlah
7222 6695 5753 7869 5155 8324 6113 5788 6161 4783 6776 5029 9876 4199 89.743
8,05 7,46 6,41 8,77 5,74 9,28 6,81 6,45 6,87 5,33 7,55 5,60 11,00 4,68 100,00
9 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Wedung memeliki daerah yang paling luas yakni sebesar 11,00 % dari luas wilayah Kabupaten Demak ( 89.743 ha ), sedangkan daerah yang paling kecil adalah Kecamatan Kebonagung yang hanya memiliki 4,68 % dari luas wilayah Kabupaten Demak. Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut (elevasi), wilayah Kabupaten Demak terletak mulai dari 0 m sampai dengan 100 m dari permukaan laut.
2. Luas Penggunaan Tanah Secara administratif luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743 ha, terdiri atas 14 kecamatan , 243 desa dan 6 kelurahan. Sebagai daerah agraris yang kebanyakan penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam, sebagian besar wilayah Kabupaten Demak terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas 50.087 ha (56,62 %) dan selebihnya adalah lahan kering. Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah yang digunakan berpengairan tadah hujan 23,45 %, tehnis 19,22 % dan setengah tehnis 7,60 % . Sedangkan untuk lahan kering 15,14 % digunakan untuk kebun/tegal, 14,74 % digunakan untuk bangunan dan halaman serta 6,11 % digunakan untuk tambak.
3. Keadaan Iklim Sebagaimana musim di Indonesia pada umumnya di Kabupaten Demak hanya dikenal dua musin yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan bulan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan 10 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Samudra Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan. Selama tahun 2008 di wilayah Kabupaten Demak telah terjadi sebanyak : 96 hari hujan, dengan curah hujan antara 458 mm sampai dengan 1661 mm. Jumlah hari terbanyak di daerah Jebor, desa Bolo (kecamatan Demak) dan paling sedikit di daerah Brambang (Kecamatan Mranggen). Sementara curah hujan tertinggi di daerah Brumbung (Kecamatan Mranggen) dan paling sedikit di daerah Brambang (Kecamatan Karangawen).
C. PEMERINTAHAN 1. Pemerintah Kabupaten Demak Demak merupakan salah satu daerah yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah. Pusat Pemerintahan Kabupaten Demak terletak di komplek Kantor Bupati Demak, yang berada di Jalan Kyai Singkil No. 7 Demak. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, merupakan salah satu Dinas daerah yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Demak. Dinas Kesehatan yang berlokasi di Jalan Sultan Hadiwijaya Nomor 44 Kelurahan Mangunjiwan Kecamatan Demak Kabupaten Demak, mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan, yang merupakan unsur pelaksanaan Pemerintahan Kabupaten, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
11 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas seperti tersebut diatas, Dinas Kesehatan Kabupaten Demak menyelenggarakan fungsi : a.
Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesehatan,
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum,
c.
Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang kesehatan,
d.
Pengelolaan urusan ketata usahaan dinas.
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak adalah sebagaimana berikut ini : a. Kepala; b. Sekretariat, yang membawahi: 1) Sub Bagian Program; 2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 3) Sub Bagian Keuangan. c. Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat, yang membawahi : 1) Seksi Penyebarluasan Informasi Kesehatan; 2) Seksi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat; 3) Seksi Usaha Kesehatan Sekolah dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. d. Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan lingkungan, yang membawahi : 1) Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit; 2) Seksi Pemberantasan Penyakit Menular; 3) Seksi Penyehatan Lingkungan.
12 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
e. Bidang Kesehatan Keluarga dan Pelayanan Kesehatan, yang membawahi : 1) Seksi Kesehatan Keluarga; 2) Seksi Gizi; dan 3) Seksi Pelayanan Kesehatan. f. Bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, yang membawahi : 1) Seksi Pembinaan dan Pengendalian Obat dan Obat Tradisional; 2) Seksi Pembinaan
dan Pengendalian Makanan dan Minuman dan Bahan
Berbahaya; dan 3) Seksi Pembinaan dan Pengendalian Kosmetik Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan g. Unit Pelaksana Teknis Dinas. h. Kelompok Jabatan Fungsional.
Sekretariat dengan tugas pokok pengelolaan program dan kegiatan, Keuangan, Umum dan Kepegawaian, dengan fungsi a.
Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Dinas dan Sekretariat;
b.
Pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, dan keuangan Dinas;
Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan tugas pokok pengelolaan program dan kegiatan bidang promosi kesehatan, pemberdayaan peran serta masyarakat, dan mempunyai fungsi: a. Perumusan petunjuk teknis promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; 13 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
b. Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; c. Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan penyehatan lingkungan dengan tugas pokok bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, dan mempunyai fungsi: a. Perumusan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan. b. Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan. c. Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan. d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit, pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan. Bidang Kesehatan Keluarga dan Pelayanan Kesehatan dengan tugas pokok membantu bidang Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi, dan mempunyai fungsi: a. Perumusan petunjuk teknis Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi; b. Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi; c. Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi; 14 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Kesehatan Keluarga, pelayanan kesehatan dan Gizi; Bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan dengan tugas pokok dalam pengelolaan program dan kegiatan pembinaan dan pengendalian obat dan obat tradisional, pembinaan dan pengendalian makanan minuman dan bahan
berbahaya,
pembinaan dan pengendalian kosmetik, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan, dan mempunyai fungsi: a. Perumusan petunjuk teknis Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan ; b. Pengoordinasian dan fasilitasi kegiatan Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; c. Pengendalian dan pemantauan kegiatan bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusat Kesehatan Masyarakat dengan tugas pokok menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dan mempunyai fungsi: a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; b. Pusat pemberdayaan masyarakat; c. Pusat pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat; 15 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
d. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan Puskesmas. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Kesehatan Daerah dengan tugas pokok menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik, laboratorium kesehatan masyarakat dan rujukan laboratorium, dan mempunyai fungsi : a. Pemberian layanan laboratorium klinik sesuai dengan standar kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Pemberian layanan laboratorium kesehatan masyarakat sesuai dengan standar kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Pemberian layanan rujukan laboratorium sesuai dengan standar kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Pengoordinasian pelaksanaan tugas pejabat fungsional yang ada di Laboratorium Kesehatan Daerah; e. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan Laboratorium Kesehatan Daerah.
16 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar. 2 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak
KEPALA DINAS Subbag Program KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Sekretariat
Subbag Umum dan Kepegawaian
Subbag Keuangan
2. Bidang Kesehatan Keluarga dan Pelayanan Kesehatan
Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan lingkungan
Bidang Pembinaan dan Pengendalian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat
Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Seksi Pembinaan dan Pengendalian Obat dan Obat Tradisional
Seksi Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Seksi Gizi
Seksi Pemberantasan Penyakit Menular
Seksi Pembinaan dan Pengendalian Makanan dan Minuman dan Bahan Berbahaya
Seksi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat;
SEKSI Bindal Kosmetik & Alkes
SEKSI UKS dan JPK
Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Penyehatan Lingkungan
UPTD : 26 PUSKESMAS DAN 1 LABKESDA
17 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
2. Banyaknya desa/kelurahan dan Kecamatan Kabupaten Demak terbagi atas 14 kecamatan, 243 desa dan 6 kelurahan. Menurut klasifikasinya, Wilayah Kabupaten Demak terdiri dari 168 desa/kelurahan swadaya mula dan 81 desa swakarya mula. Menurut tingkat perkembangan LKMD, maka di Kabupaten Demak terdapat 29 desa kategori II dan 220 desa berkategori III. D. KEADAAN DEMOGRAFI 1. Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Demak dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami peningkatan terlihat pada grafik di bawah ini : Gambar.3 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2009
Sumber Data : Th.2006-2008 dari BPS Kab.Demak dan Th.2009 dari Dispenduk Capil Kab.Demak
18 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Jumlah penduduk Kabupaten Demak berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Demak, pada tahun 2009 berjumlah 1.198.936 jiwa, yang terdiri dari 602.036 ( 50.21 %) orang laki-laki dan 593.386 ( 49,79 % ) orang perempuan. Secara berurutan Jumlah Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Mranggen sejumlah 158.547 orang, Kecamatan Demak sejumlah 112.107 orang. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Kebonagung sejumlah 43.298 orang, seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Gambar.4 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Demak Menurut Persebarannya Per Kecamatan Tahun 2009
Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Demak termasuk dalam usia produktif ( 15 – 64 tahun ) sebanyak 829.162 (69.16%), dan selebihnya sebanyak 369.774 orang (30,84%) berusia di bawah 15 tahun dan berusia 65 tahun keatas. Dari angka tersebut dapat diketahui angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Demak adalah sebesar 44,17 %. Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah 19 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Gambar.5 Grafik Perbandingan Penduduk Laki-laki dan Perempuan Kabupaten Demak Per Kecamatan Tahun 2009
2. Fertilitas dan Mortalitas Selama tahun 2009, di Kabupaten Demak terdapat 22.368 kelahiran hidup. Kelahiran tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Karangtengah yaitu sebanyak 1.432 (6,40%) 20 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
sedangkan tingkat kelahiran terendah terdapat di Kecamatan Mijen 1 yaitu sebesar 512 (2,29 %). Seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Gambar . 6 Grafik Jumlah Bayi Lahir Hidup Kabupaten Demak Per Puskesmas Tahun 2009
E. KEADAAN SOSIAL BUDAYA 1. Pendidikan Kondisi Sosial Budaya di Kabupaten Demak, dapat diketahui dari segi pendidikan yang sangat sangat diperlukan oleh setiap penduduk. Setiap penduduk berhak untuk mengenyam pendidikan, khususnya penduduk usia 7 – 24 tahun. Pada tahun 2009 jumlah penduduk usia 7 – 24 tahun yang masih bersekolah pada SD sebanyak 111.390 orang, SLTP sebanyak 23.296 orang dan SLTA sebanyak 16.632 orang. Sarana pendukung dalam bidang pendidikan adalah tersedianya 577 sekolah Dasar (SD), 63 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 45 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 21 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
(SLTA). Sedangkan jumlah guru yang tersedia adalah 5.609 orang untuk SD, 1.573 orang untuk SLTP dan 1.193 orang untuk SLTA. 2. Agama Suasana kerukunan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan harapan kita bersama. Beragam tempat beribadat merupakan salah satu bukti kerukunan agama diantara umat. Mayoritas penduduk Kabupaten Demak beragama Islam, yang mencapai 99,47 % dari total penduduk. Selebihnya penduduk yang beragama Kristen-katholik sebesar 0.52 % dan yang memeluk agama Hindu/Budha sebesar 0.01 %. Banyaknya tempat peribadatan di kabupaten Demak pada tahun 2009 mencapai 4089 buah, yang terdiri atas masjid dan mushola sebesar 99.44 %, gereja katholik, protestan dan pure sebesar 0.56 %.
22 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
BAB III DERAJAT KESEHATAN
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai : Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.
Di Indonesia, Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH)
23 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Faktor Genetika.
Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang mempunyai daya ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status Angka Kesakitan dan Kondisi Penyakit Menular.
Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai sebagai indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator outcome. Gambaran derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Demak, berikut ini disajikan dalam situasi Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi Masyarakat. A. MORTALITAS ( Angka Kematian ) Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari gangguan penyakit atau
24 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendirisendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat. Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut.
1. Angka Kematian Bayi (AKB) Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi. AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget program karena mewakili komponen penting pada kematian balita. Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999 cenderung menurun yakni 55 kematian bayi per 1.000
25 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
kelahiran hidup pada tahun 1995 dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu indikator yang paling menonjol dalam menilai derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB = IMR). Angka Kematian Bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu yang sama. Manfaat dari IMR ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu : 1) Rendah jika AKB kurang dari 20. 2) Sedang jika AKB antara 20 – 49. 3) Tinggi jika AKB antara 50 – 99. 4) Sangat Tinggi AKB lebih dari 100. Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar, yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup sementara hasil SDKI 2007 hasilnya menurun lagi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini berada jauh dari yang diproyeksikan oleh Depkes RI yakni sebesar 26,89 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun nilai normative AKB yang kurang dari 40 26 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang, namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong mudah untuk diturunkan. Angka kematian bayi di Kabupaten Demak menurut data tabel 6 pada tahun 2009 sebanyak 102. Sedangkan jumlah kelahiran hidup tahun 2009 sebanyak 22.368 KH. Jadi IMR Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebesar 4,56 perseribu kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2008 sebanyak 123 dan jumlah kelahiran hidup tahun 2008 sebanyak 23.007 KH Penyebab kematian bayi di Kabupaten Demak tahun 2009 adalah BBLR sebesar 43,87% dan Umur bayi meninggal 0-7 hr :70,40%. Dengan IMR pada tahun 2008 adalah sebesar 5,1 perseribu kelahiran hidup, dan Jika dibandingkan pada tahun 2008 mengalami penurunan. Dengan asumsi bahwa bila IMR di suatu wilayah tinggi, maka status kesehatan di wilayah tersebut rendah, begitu juga sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa status kesehatan Kabupaten Demak mengalami peningkatan dengan menurunnya angka kematian bayi pada tahun 2009 karena IMR di Kabupaten Demak masuk dalam klasifikasi rendah. 3. ANGKA KEMATIAN BALITA ( AKABA ) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktorfaktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. 27 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Adapun nilai normative AKABA yakni : a. lebih besar dari 140 tergolong sangat tinggi. b. antara 71-140 sedang. c. kurang dari 71 rendah. Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate ) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Angka Kematian Balita atau disebut juga Child Mortality Rate (CMR) merupakan jumlah kematian anak balita (1-4 tahun) pada suatu wilayah dan periode waktu tertentu per jumlah penduduk usia 1-4 tahun pada pertengahan tahun dalam wilayah yang sama kali 1.000 (Konstanta). Angka Kematian Balita di Indonesia (menurut estimasi SUPAS 1995) dalam beberapa tahun terakhir (kecuali tahun 2001) terlihat mengalami penurunan yang cukup bermakna. Pada tahun 1986 AKABA diperkirakan sebesar 111 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 81 pada tahun 1993 dan turun lagi menjadi 44,7 pada tahun 2000. Manfaat dari CMR ini adalah untuk mengetahuinya gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan dan keberhasilan kegiatan KIA/ Posyandu serta untuk menilai kondisi sanitasi lingkungan, kesehatan anak balita seperti gizi, penyakit menular dan kecelakaan. Angka Kematian balita di Kabupaten Demak dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 sebanyak 6 Balita, tahun 2008 sebanyak 13 balita sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 15 Balita ( 0.67 / 1000 KH ), masih tergolong
28 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
rendah, tetapi perlu mendapat perhatian khusus agar tidak selalu mengalami peningkatan. Agar keberhasilan program KIA / Posyandu segera tercapai. 4. ANGKA KEMATIAN IBU ( AKI ) AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan secara khusus seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survey-survey sebelumnya. Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric. 29 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
•
Penyebab utama Preeklamsia/eklamsia,perd arahan,peny,jantung & sebab lain
•
Terjadi pd : - usia 20-35 th
: 71,87%
- Pendidikan SD
: 62,5%
- Paritas <5
: 81,25%
- ANC >4X
: 87,5%
- saat bersalin
: 46,8%
- Di RS
: 84,31%
Untuk Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebesar 143.06 / 100.000 kelahiran hidup. Dengan asumsi bahwa tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric rendah, maka dapat dikatakan terjadi penurunan angka MMR, yang berarti terjadi peningkatan tingkat derajat kesehatan di Kabupaten Demak. Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak : •
Bidan Desa harus domisili di wilayah kerja
•
Pembentukan tim AMP Kabupaten & Audit maternal perinatal secara periodik
•
Revitalisasi Puskesmas Poned & RS Ponek
•
Persalinan dengan 4 tangan
•
Penambahan SDM bidan
•
Peningkatan kualitas desa P4K
•
Peningkatan mutu SDM Bidan
•
Meningkatkan kemitraan Bidan – Dukun bayi 30
Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
•
Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program
•
Peningkatan Pelayanan KB
•
Monitoring dan evaluasi pendistribusian konsumsi Fe pada ibu hamil
•
Pelatihan Live Saving Skill (LSS), Contraception treatmeen Update (CTU ), Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED), Asuhan Pasca Keguguran ( APK ), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ), Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ).
•
Pelayanan peningkatan kesehatan ibu dan anak (Bintek)
•
Audit Maternal Perinatal (AMP)
•
Monev Program Perencanaan Pertolongan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K ).
•
Monev persalinan 4 tangan oleh nakes
•
Pemantauan Poliklinik Kesehatan Desa
•
Pengadaan stiker blangko P4K
•
Sosialisasi Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang (SDIDTK)
•
Lomba balita Sehat
•
Pembinaan Posyandu Lansia
D. ANGKA KESAKITAN ( MORBIDITAS ) Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. 31 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Tabel.2 Sepuluh Besar Penyakit Kabupaten Demak Tahun 2009. NO
NAMA PENYAKIT
1 Infeksi akut lain pd sal.pernpsn
BARU
LAMA
JUMLAH
63242
28491
91733
2 Influenza, virus tak teidentifikasi
53598
12768
66366
3 Rheumatoid arthritis lain
33066
31691
64757
4 Gastritis
29198
17711
46909
5 Nasopharingitis akuta (common cold)
27315
16132
43447
6 Hipertensi primer
13400
18928
32328
7 Diare dan gastroenteritis non spesifik
23346
5201
28547
8 Pharingitis
22559
3801
26360
9 Konyungtifitis
17074
6017
23091
10 Penyakit Kulit karena jamur
12444
3428
15872
TOTAL KUNJUNGAN
519073
253211
772284
bag.atas
Gambar.7 Grafik Persentase Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Demak Tahun 2009
32 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Tabel.3 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas dan Jaringannya Kabupaten Demak Tahun 2009. KODE
NAMA PENYAKIT
Total Kunjungan
BARU
LAMA
JUMLAH
1804
Infeksi akut lain pd sal.pernpsn bag.atas
63242
28491
91733
1805
Influenza, virus tak teidentifikasi
53598
12768
66366
4001
Rheumatoid arthritis lain
33066
31691
64757
2102
Gastritis
29198
17711
46909
1801
Nasopharingitis akuta (common cold)
27315
16132
43447
1601
Hipertensi primer
13400
18928
32328
0105
Diare dan gastroenteritis non spesifik
23346
5201
28547
1802
Pharingitis
22559
3801
26360
1203
Konyungtifitis
17074
6017
23091
0701
Penyakit Kulit karena jamur
12444
3428
15872
4113
Demam
10523
5235
15758
4114
Pusing
10369
4196
14565
3809
Dermatitis lain
10172
2924
13096
1806
Penyakit lain pd sal pernafasan bag. atas
8636
3796
12432
1905
asma
4040
7592
11632
2006
Peny. Gusi & jaringan periodental, abses
7472
3111
10583
3805
Atopic dermatitis (Alergi)
7462
2825
10287
0708
Scabies
6093
1555
7648
4102
Nyeri perut dan panggul
5164
2341
7505
1803
Tonsilitis
5359
1760
7119
1302
Otitis media
5258
1729
6987
2101
Tukak lambung
4086
2428
6514
2001
Gangguan pertumbuhan gigi dan erupsi
4745
1585
6330
0806
Kencing manis
2077
4201
6278
2003
Carries Gigi
4408
1762
6170
4002
Gout
3880
2267
6147
3807
Penyakit kontak alergi
3892
1908
5800
3704
Anemia lain
4294
1274
5568
33 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
3802
Abses, Furuncle, Carbuncle
3839
1512
5351
4116
Letih Lesu
3856
1189
5045
2905
KB Suntik
4044
936
4980
2005
Peny. Pulpa & jaringan Periapikal
3280
974
4254
0406
Herpes Simplex
3429
800
4229
4115
Nyeri tak jelas
3178
779
3957
0102
Typus perut
2861
972
3833
0204
Tuberkulosis Klinis (suspect) BTA (-)
1894
1450
3344
2103
Dyspepsia
2617
610
3227
0103
Inf. Bakteri lain, mis. disentri basiler
2638
546
3184
0407
Varicella
2264
696
2960
3806
Seborrrhoic dermatitis
2086
822
2908
4104
Nyeri ulu hati
2226
506
2732
3601
Kecelakaan
2111
545
2656
1304
Ggg telinga lain, mis. Cerumen
2094
559
2653
0201
Tuberkulosis Paru BTA (+)
1194
1396
2590
3811
Urticaria
1963
533
2496
3701
Anemia : Deff. Fe
1774
688
2462
2906
KB pil
761
1530
2291
4103
Mual dan muntah
1753
501
2254
1901
Laringitis & Rachitis
2142
80
2222
0408
Herpes Zoster
1563
633
2196
0104
Inf. protozoa lain, mis.disentri amoeba
1762
358
2120
1703
Phlebitis
1487
515
2002
1603
Hypotensi
1455
543
1998
1902
Pneumonia
1822
64
1886
1201
Hordeulum (Bintilan)
1304
374
1678
1301
Otitis Externa
1275
301
1576
3810
Psoriasis
1316
141
1457
1903
Bronkhitis akuta
956
479
1435
1701
Wasir (Hemorhoid)
839
434
1273
1907
Peny lain dari sal pernafasan bag bawah
609
619
1228
3808
Pruritis
881
325
1206
0203
TB Katagori I
311
877
1188
34 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
1202
Radang saluran kelenjar mata
859
264
1123
4005
Osteoporosis dgn / tanpa fraktur
489
542
1031
0208
TB Katagori III
226
776
1002
0209
TB Extra paru
707
290
997
0206
TB Katagori I
489
477
966
4305
Infeksi pernafasan
610
352
962
3702
Anemia : Deff. B12
660
254
914
1208
Katarak
480
422
902
2004
Calculus dan deposit lain
745
129
874
2008
Konsultasi & tidak ada kelainan
629
190
819
3803
Cellulitis
613
201
814
3901
Stroke
316
388
704
4302
Infeksi lain
599
88
687
1204
Pterigium
516
122
638
3703
Anemia : Deff. Asam Folat
534
79
613
3611
Trauma tdk disebut bag tubuh
310
283
593
0504
Malaria Klinis
563
0
563
2002
Impacted
408
105
513
4108
Rash kulit
444
66
510
1207
Iridocyclitis termasuk uveitis
443
64
507
0305
Kusta MB
107
389
496
0207
TB Katagori II
62
423
485
4109
Masa lokal di kulit / bawah kulit
377
98
475
1904
Bronkhitis kronik
222
251
473
4105
Dysphagia
374
74
448
1303
Tuli
330
115
445
2908
KB inplant
400
1
401
0202
TB Relaps
162
225
387
2201
Nephotic Syndrome
356
23
379
0405
DHF
274
78
352
1104
Migraine
265
72
337
1103
Epilepsi
123
196
319
1906
Pleuritis
105
207
312
1702
Varises
275
34
309
35 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
0807
Type 1 : IDDM
92
213
305
3801
Impetigo
237
63
300
0307
Batuk Rejan
165
128
293
0205
TB Relaps
99
175
274
0416
Parotitis
193
81
274
1401
Angina Pectoris
217
54
271
0808
Type 2 : NIDDM
176
90
266
3804
Lymphadenitis akuta
188
74
262
2007
Kelainan dento fasial termasuk mal-oklus
223
38
261
4304
Malnutrisi
211
14
225
2203
Nefritis akuta
28
196
224
1006
Gangguan Psikotik
87
126
213
3612
Luka Bakar
147
42
189
1402
Ggg irama jantung
92
87
179
2907
KB kondom
159
12
171
0304
Kusta PB
74
92
166
3812
Acne vulgaris
60
72
132
4106
Ikterik
101
23
124
2902
KB IUD
119
0
119
0702
Frambusia M
81
37
118
4127
Proteinurea
118
0
118
1500
Demam Rematik & Peny.Jantung Rematik
60
50
110
1005
Gangguan kepribadian
46
58
104
0801
GAKI :Gondok Endemik => derajad 1
88
12
100
0409
Campak
74
25
99
0707
Cacing kremi
56
30
86
0908
Defisensi thiamine (vitamin B1)
44
27
71
1209
Glaukoma
42
26
68
0602
Sifilis tahap awal
54
10
64
2106
Hernia inguinal
56
8
64
0412
Hepatitis B akuta
39
22
61
0804
Hipertiroidisme
25
34
59
2104
Apendicitis akuta
45
9
54
2204
Nefritis kronika
23
28
51
36 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
0401
Trakhoma
27
22
49
0302
Leptospirosis
38
10
48
0101
Kolera
25
18
43
0805
Lambat belajar (tdk naik kelas, dikatrol)
21
20
41
4303
Neoplasma
39
0
39
0411
Hepatitis A akuta
30
6
36
4107
Asites
32
4
36
3513
Tumor Jinak Lain - lain
17
18
35
1403
Gagal jantung
18
16
34
2107
Hernia femoral
23
10
33
1004
Gangguan Neurotik
16
12
28
0601
Sifilis Conginetal
15
12
27
0705
Cacing tambang
11
15
26
0802
Hipotiroidisme conginetal : kretin
19
2
21
2207
Batu ginjal & ureter
19
1
20
2105
Apendiditis lain
17
2
19
2901
Konseling KB
16
0
16
2108
Hernia abdominal
12
3
15
3813
Ulcus dicubitus
9
3
12
0303
Pes
5
6
11
0306
Difteria
2
8
10
0404
Dengue Fever
10
0
10
3511
Tumor Jinak: Payudara
8
2
10
0704
Filariasis
5
4
9
1007
Retardasi Mental
2
7
9
0907
Defisiensi vitamin A
8
0
8
3503
Tumor Ganas: Payudara
5
3
8
1101
Meningitis
5
1
6
2109
Peny. Hati menahun / cerhosis hepatis
6
0
6
2208
Batu kandung kemih
5
1
6
1008
Gangguan bermula pada bayi, anak/remaja
1
4
5
2301
Hypertrofi prostate
4
1
5
4309
Cacat conginetal
5
0
5
0301
Anthrax
3
1
4
37 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
0706
Ascariasis (cacing gelang)
4
0
4
0803
Hipotiroidisme sub klinik
1
3
4
0901
Kwashiorkor
2
2
4
2206
Gagal ginjal kronik
2
2
4
0402
Poliomyelitis Akut
2
1
3
0604
Infeksi Gonokok
2
1
3
2205
Gagal ginjal akuta
2
1
3
0603
Sifilis tahap lanjut
1
1
2
0703
Cacing pita
0
2
2
1003
Penyalahgunaan Narkoba
2
0
2
2903
KB lestari : Tubektomi
2
0
2
1001
Penyalahgunaan alkohol
0
1
1
2202
Glomerulo Nefritis akuta
0
1
1
2601
Pendarahan dlm masa kehamilan
1
0
1
3514
CA Hepar
1
0
1
4400
Penyakit lain-lain
28568
15981
44549
4601
Kunjungan Ibu Menyusui
1658
7825
9483
519073
253211
772284
Jumlah
E. STATUS GIZI BALITA Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (zscore>+ 2 SD); gizi baik (z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score<-3 SD). Sejak tahun 1992 untuk mengukur keadaan gizi anak balita digunakan standar WHO-NCHS untuk index berat badan menurut umur. Namun dari beberapa studi/survey yang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan (BB/TB), pada umumnya, pengukuran BB/TB menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih jelas, dan sensitif/peka dibandingkan prevalensi 38 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
berdasarkan pengukuran berat badan menurut umur seperti hasil dari pengukuran prevalensi gizi kurang menurut BB/TB (wasting) sesudah tahun 1992 berkisar antara 10 – 14 %. Masalah gizi kurang pada anak balita dikaji kecenderungannya menurut Susenas dan survei atau pemantauan lainnya. Secara nasional, menurut Susenas tahun 1989, prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita adalah 37,5 % menurun menjadi 24,7 % tahun 2000, yang berarti mengalami penurunan sekitar 34 %. Dari hasil Susenas 2001 di Indonesia, persentase Balita yang bergizi baik adalah sebesar 64,14%, yang bergizi sedang 21,51% dan sisanya 9,35% adalah Balita bergizi kurang/ buruk atau yang dikenal dengan istilah Kurang Kalori Protein (KKP). Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, persentase balita perempuan bergizi baik relatif lebih tinggi daripada balita laki-laki, demikian pula gizi kurang/buruk lebih tinggi pada balita laki-laki dibandingkan balita perempuan. (Sumber : BPS, hasil Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga, 2002 – 2003) Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Pada tahun 2009 di Kabupaten Demak menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 22.368 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 93.454 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2009 yaitu sebanyak 226 bayi ( 1.01%), meningkat bila dibandingdengan tahun 2008 yaitu 147 bayi (0,64 %).
39 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 8
KECAMATAN RAWAN GIZI KAB JEPARA
U
WEDUNG II
PETA KECAMATAN RAWAN GIZI PETA RAWAN GIZI
19.1
PRM
LAUT JAWA
WEDUNG
•
KAB. KUDUS
I PRM MIJEN1 KR. ANYAR II
BONANG II
•
DEMAK II
BONANG I
KR. ANYAR 1 DEMAK I
SAYUNG I
PRM DE
MA
GAJAH W. SLM I
K3
KR. TENGAH
W. SALAM II
1
•
KEBONAGUNG
Kota
SAYUNG II
SMG
KAB. GROBOGAN
GUNTUR II 1 DEMPET
GUNTUR I PPM MRANGGEN I 22.3 PRM KR AWEN I .
MRANGGEN II
Indikator penilaian rawan gizi adalah prosentase gizi buruk + gizi kurang (KEP Total) > 15 %, hanya 5 kec. Yg bebas rawan gizi (warna hijau) Penyebab : asupan gizi kurang & peny.infeksi, pola asuh tdk baik, kemiskinan, kurang pengetahuan dll Pemecahan masalah : - PMT, pengobatan, konseling gizi, peningkatan kwalitas posyandu - Peningkatan kerjasama linprog & linsek
18.9 KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang ( D ) di posyandu dari seluruh balita yang ada 93.038 anak ( S ) yaitu sejumlah 74.299 anak ( 79.01 % ) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 58.514 anak ( 78.64% ) dan Bawah Garis Merah ( BGM ) sebanyak 1.722 anak ( 2.27 %). Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung menurun adalah masalah gizi buruk. Gizi Kurang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit. Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 123 kasus. Sedangkan tahun 2008 sebanyak 46 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan APBD II. 40 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Hasil pemantauan status gizi lima tahun terakhir yaitu tahun terakhir terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel. 4 Status Gizi Balita Kabupaten Demak Tahun 2005-2009 No
Status Gizi
2006
2007
2008
2009
1
Gizi Lebih
2,04%
1,86 %
1,11 %
1,40%
2
Gizi Baik
80,13%
80,67 %
82,84 %
81,70 %
3 4
Gizi Kurang Gizi Buruk Jumlah
15,98% 1,84% 100%
15,52 % 1,95 % 100%
14,70 % 1,71% 100%
15,45 % 1,50 % 100%
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa pravalensi gizi baik balita pada tahun 2009 mengalami penurunan. Bila dibanding dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan pada tahun 2010, yaitu sebesar 80 %, maka dapat dikatakan balita di Kabupaten Demak pada tahun 2009 termasuk kategori baik masih diatas indikator Indonesia sehat 2010. Sedangkan kondisi balita gizi buruk, terdapat penurunan prosentase balita gizi buruk, yaitu 1,71 % pada tahun 2008 menjadi 1,50 % pada tahun 2009. Seperti terlihat pada grafik di bawah ini : Gambar .9 Persentase Gizi Buruk Balita Kabupaten Demak Tahun 2005 – 2009
41 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Dengan interpretasi bahwa bila di suatu daerah kondisi balita dengan gizi buruknya lebih dari 0,5 % disebut daerah yang rawan pangan, dapat disimpulkan bahwa untuk Kabupaten Demak merupakan daerah rawan pangan karena balita dengan kondisi gizi buruknya sebesar 1,50 %. Hal ini mungkin disebabkan karena masih rendahnya tingkat kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi, khususnya pada balita, kurangnya tenaga gizi di puskesmas, dan masih adanya 9 kecamatan yang rawan pangan dan gizi.
42 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
BAB IV UPAYA KESEHATAN
Tujuan dari dilaksanakannya pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai Kabupaten Demak Sehat dan mandiri, melalui pemberian pelayanan kesehatan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat dan juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya kelompok rentan, yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusui. A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil Masa kehamilan merupakan masa rawan kesehataan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat 43 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Manfaat diketahuinya cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah a. Untuk mengetahui jangkauan pelayanan kesehatan ibu hamil b. Untuk mengukur atau menilai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil. c. Untuk mengukur pelayanan KIA. Yang dapat dinterpretasikan bahwa semakin besar persentase cakupan dan jangkauan kesejahteraan ibu hamil dan anak, yang juga dapat menunjukkan sikap dan perilaku ibu hamil yang semakin baik dan mutu pelayanan KIA yang semakin baik. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 di Kabupaten Demak tahun 2009 sebesar 99.47 % dan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 sebesar 95,81 %. Pencapaian tersebut jika bibandingkan dengan target SPM untuk cakupan kunjungan ibu hamil sebesar 95 %, maka dapat disimpulkan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil di kabupaten demak masih belum memenuhi target. Dapat disimpulkan bahwa cakupan dan jangkauan kesejahteraan ibu hamil dan anak, menunjukkan sikap dan perilaku ibu hamil yang semakin baik dan mutu pelayanan KIA yang semakin baik
2. Pelayanan Persalinan dan Nifas. Proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan (nakes) merupakan salah satu upaya untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih). 44 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Yang dapat di interpretasikan bahwa semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga terlatih, semakin tinggi tingkat pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat terhadap persalinan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2009 di Kabupaten Demak adalah sejumlah 22.368 persalinan (92,87%). Sedangkan sisanya dilakukan oleh dukun terlatih. Dibandingkan tahun 2007 persalinan nakes sebesar 98,77 %, maka terjadi penurunan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa menurunnya cakupan persalinan oleh tenaga terlatih, maka semakin rendah tingkat pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat terhadap persalinan. G a m b a r . 10 Grafik Persentase Persalinan Oleh Nakes Kabupaten Demak Tahun 2006-2009
3. Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Pra Sekolah). Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Pra Sekolah) dapat di gunakan untuk melihat mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak, untuk melihat kesadaran masyarakat tentang 45 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
pemanfaatan fasilitas pelayanan KIA di Puskesmas, untuk menilai tingkat kemudahan pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan. Semakin tinggi frekuensi kunjungan anak Balita, semakin tinggi pula mutu pelayanan, kesadaran serta tingkat kemudahan pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita ( Pra sekolah ) di Kabupaten Demak tahun 2009 sebesar 59,63 % bila disbanding dengan tahun 2008 sebesar 32,27 % berarti mengalami peningkatan. G a m b a r . 11 Grafik Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita ( Pra Sekolah ) Tahun 2006 - 2009
4. Kunjungan Neonatus (0 – 28 hari) Cakupan kunjungan neonatus tingkat Kabupaten Demak tahun 2009 sebanyak 22.201 bayi ( 99,25 % ) bila dibanding tahun 2008 sebesar 22.909 (99,27%), dimana jumlah ini menurun. Apabila dibandingkan dengan target Renstra Tahun 2009 yaitu 99,3%, maka angka ini 46 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
belum mencapai target tersebut namun sudah mendekati target. Keberhasilan pencapaian ini disebabkan : meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik. 5. Kunjungan Bayi (1 - 12 bulan) Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (1 – 12 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Demak pada tahun 2009 sebesar 19.453 (86,97%) dimana jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 yaitu 19.453 bayi (84,30%), capaian ini masih dibawah target Renstra Kabupaten Demak Tahun 2009 sebesar 99,25 %. 6. Pelayanan Keluarga Berencana Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilah dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi atau anti kontrasepsi ( conception control ) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan. Masa subur seorang wanita memiliki peranan bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian usia subur 47 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
seorang wanita rata-rata 15 – 49 tahun walaupun sebagaian wanita mengalami menarche (haid pertama) pada usia 9 – 10 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, pasangan usia subur ini lebih diperioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur10 tahun keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1 orang (19,52%) dan 3 orang (17,11%) sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15 – 49 tahun adalah 1.79 untuk daerah perkotaan + pedesaan, 1,57 di perkotaan dan 1.98 di pedesaan. Peserta KB Baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilan Cakupan Peserta Aktif KB adalah Cakupan peserta aktif KB dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia Subur suatu wilayah kerja pada kurun yang sama. Peserta Keluarga Berencana aktif di Kabupaten Demak selama tahun 2006 jumlah peserta KB aktif sebanyak 164.274 peserta ( 96,44 % ) , tahun 2007 jumlah peserta KB aktif sebanyak 168.934 peserta (78,94 %), tahun 2008 jumlah peserta KB aktif sebanyak 172.893 peserta ( 74,57 ), sedangkan tahun 2009 jumlah peserta KB aktif sebanyak 179.096 peserta ( 74,41 % ), hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Demak. Jika dibandingkan dengan target Standar pelayanan Minimal ( SPM ) sebesar ( 70 % ) peserta KB aktif di Kabupaten Demak masih diatasnya. Namun peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana harus selalu di upayakan karena merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang 48 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2009 terlihat pada gambar dibawah ini :
G a m b a r . 12 Grafik Cakupan KB Aktif Kabupaten Demak Tahun 2006 - 2009
Peserta Keluarga Berencana (KB ) baru di Kabupaten Demak selama tahun 2006 jumlah peserta KB baru sebanyak 28.318 peserta (16,62%), tahun 2007 jumlah peserta KB baru sebanyak 29.625 peserta (13,95%), tahun 2008 jumlah peserta KB baru sebanyak 50.369 peserta (21,73%), tahun 2009 jumlah peserta KB baru sebanyak 40.242 peserta (16,72%) hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah peserta KB baru di Kabupaten Demak seperti pada gambar dibawah ini :
49 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
G a m b a r . 13 Grafik Persentase Peserta KB Baru Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2009
7. Pelayanan Imunisasi Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat (herd immunity) 50 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
terhadap penularan PD3I. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80 % bayi didesa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Imunisasi adalah upaya yg dilakukan dgn sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar darp penyakit ( DepKes, 2000 ). a.
Jenis Kekebalan / Imunitas. 1). Kekebalan pasif. Kekebalan pasif ada dua kategori yaitu kekebalan bawaan dan pasif didapat. Kekebaalan pasif adalah pemberian antibodi yg berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain . EX Kekebalan pasif di dapat : campak , tetanus , rabies). Harus dilakukan skin test sebelumnya. Menurut lokasi ada dua jenis imunitas, yaitu humoral dan seluler. Imunitas humoral terdapat dlm imunoglobin (Ig) yaitu (Ig G,A, dan M). Imunitas seluler terdiri atas fagositosis oleh sel-sel sistem retikuloendotelial. Imunitas seluler berhub dgn kemampuan sel tubuh utk menolak benda asing dan dpt di tunjukkan dgn adanya alergi kulit thp benda asing. 2). Imunitas Aktif Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu kekebalan aktif didapat dan kekebalan aktif dibuat. Kekeabalan yg diadapat secara alami , mis anak yg terkena difteri atau poliomielitis Kekebalan yg sengaja dibuat yg dikenal dgn imuniasasi dasar dan ulangan (booster) 51
Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
b.
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi. 1). Tuberkulosis Peny. ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yg sebagian besar menyerang masyrakat dgn kelas sosial ekonomi rendah. Organ yg sering terkena adalah paru2x, kelenjar, kulit, tulang, sendi dan selaput otak. Cara penularan : melalui droplet atau percikan air ludah, reservoar adalah mc. Imunisasi yg dapat mencegah penyakit ini adl BCG 2). Difteri Disebabkan oleh Corynebacterium Dyptheria. Penularannya mlli percikan ludah yg tercemar. Difteri dpt menjadi endemik pd ling masy dgn sosial ekonomi rendah. Imuniasasi yg diberikan adalah DPT. 3). Pertusis Disebabkan oleh Bordetella pertusis Penularannya melalui droplet. Istila awamnya adalah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis pneumonia . Gejala awal berupa batuk pilek, kemudian setelah hari ke 10 batuk bertambah berat dan sering kali muntah. Imunisasi yang diberikan adalah DPT.
52 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
4). Tetanus Disebabkan oleh Mycobacterium Tetani, yg berbentuk spora masuk ke dlm luka terbuka, berkembang biak secara anerobik, dan membentuk toksin. Tetanus yg khas terjadi pada usia anak adalah tetanus neonatorum. T.Neonatorum dpt menimbulkan kematian karenaterjadi kejang , sianosis, dan henti napas. Resevoarnya adalah kotoran hewan atau tanah yg terkontaminasi kotoran hewan manusia. Gejala awal ditunjukkan dgn mulut mencucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dgn imunisasi atau vaksinasi lengkap. Imunisasi yang diberikan adalah Imunisasi DPT. 5). Poliomielitis Penyebab infeksi adalah virus polio tipe 1,2, dan 3 dan menyerang mielin atau serabut otot. Kelumpuhan dpt terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah memeluui droplet dan reservoarnya adalah manusia yg menderita polio. 6). Campak Pencegahan dpt dilkaukan dgn imunisasi polio. Imunisasi diberikan adalah imunisasi campak. Komplikasi yg harus dicegah adalah OMA, konjungtivitis berat, pneumonia. 53 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Imunisasi diberikan adalah imunisasi campak. Komplikasi yg harus dicegah adalah OMA, konjungtivitis berat, pneumonia. 7). Hepatitis B Penyakit infeksi disebabkan oleh virus hepatitis tipe B. Kelompok yg berisiko adalah pecandu narkotika, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, atau akupuntur. Gejala yang muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual, dan kadang – kadang ikterik. 8). Typus Abdominalis Tujuan pemberian imunisasi ini adalah mencegah terjadinya penyakit tipus abdominalis. Ada 3 jenis vaksin diantaranya kuman yg dimatikan, kuman yg dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi poliysacaride (Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yg dimatikan dpt diberikan utk bayi 6-12 bulan adalah 0.1 ml, 1-2 thn 0,2 ml, dan 2-12 thn adalah 0,5 ml. Vaksin kuman yg dilemahkan dpt diberikan dlm bentuk capsul sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak di atas usia 6 thn. Antigen capsular diberikan pada usia di atas dua tahun dan dapat di ulang tiap 3 tahun. 9). MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)
Untuk mencegah penyakit campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubela (campak Jerman). 54
Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Imunisasi MMR ini antigen yg yg dipakai adalah virus campak strain edmonson yg dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong.
Pada daerah endemik sebaiknya diberikan imunisasi campak yg monovalen dahulu pd usia 4-6 bln atau 9-11 bln dan boster dpt dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.
Vaksin ini tdk dianjurkan pd bayi usia dibawah 1 thn krn dikhawatirkan terjadi interferensi dgn antibodi meternal yg ada.
10). Imunisasi Varicella Digunakan untuk mencegah terjadinya peny varicella (cacar air). Merupakan virus hidup varicella zoozter yg dilemahkan. Diberikan pada usia 12 thn di daerah tropik. Diatas usia 13 thn dapat diberikan 2 kali suntikan dgn interval 4-8 mgg. Dari lampiran tabel 23 dapat diketahui bahwa bayi yang telah diimunisasi BCG adalah sebesar 98,11 %, DPT 1 sebesar 98,25 %, DPT 3 sebesar 93,25 %, Polio 3 sebesar 93,25 %, Campak sebesar 92,77 % dan Hepatitis B3 sebesar 93,25 %. Dari gambar di bawah terlihat bahwa cakupan UCI desa selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, walaupun pernah terjadi penurunan dari tahun 2004 kedengan tahun 2005.
55 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
G a m b a r . 14 Grafik Cakupan UCI Desa Kabupaten Demak Tahun 2006 - 2009
Capaian Pelayanan Imunisasi pada WUS untuk TT1 sebesar 0,04 % , TT2 sebesar 0,3 %, TT3 sebesar 2,28 %, TT4 sebesar 2,79 dan TT 5 sebesar 3,97 %. 8. Upaya Kesehatan Khusus. a. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat di Kabupaten Demak pada tahun 2009 sebanyak 9 sarana kesehatan ( 31,03 % ) yaitu 3 Rumah Sakit Umum, dan 7 Puskesmas Rawat Inap. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 29. Apabila dibandingkan dengan target SPM 2005 (40%), maka jumlah ini belum mencapai target tersebut. 56 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa. Pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Demak pada tahun 2009 menunjukkan pencapaian sebesar 0,11 %. Pelayanan kesehatan jiwa di Kabupaten Demak pada umumnya belum memenuhi target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu : 1). Kurangnya pendidikan dan pelatihan kemampuan dokter dan tenaga medis dalam pelayanan kesehatan jiwa. 2). Petugas kesehatan belum memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan deteksi dini dari gejala yang menjurus pada gangguan kejiwaan. 3). Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi program kesehatan jiwa. 4). Belum adanya klinik kesehatan jiwa di sarana kesehatan (Rumah Sakit Umum).
c. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada tahun 2009 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 4.577 dan pencabutan gigi tetap sebanyak 4.616, dengan rasio untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 99,16 %. Didalam pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi pada 43.129 siswa ( 33,74 %), terdapat 15.591 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 7.846 siswa (50,32%). 57 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Apabila dibandingkan dengan target tahun 2009 perbandingan tumpatan dan pencabutan gigi tetap minimal > 1, maka pencapaian pelayanan kesehatan gigi dan mulut sudah mendekati target. Hal ini disebabkan kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan yang ada. d. Pelayanan Transfusi Darah Hasil kegiatan pelayanan transfusi darah di Kabupaten Demak pada tahun 2009 sebesar 1.308 kantong darah. Dari jumlah tersebut semua ( 100 % ) dilakukan scrinning terhadap HIV-AIDS dan yang posotif HIV/AIDS adalah sebanyak 2 pendonor (0,15 % ).
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringanya dapat dilihat dari lampiran tabel 42 dapat diketahui jumlah penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Demak khususnya di Puskesmas, untuk rawat inap sebanyak 4.950 kunjungan baru dan rawat jalan sebanyak 177,249 kunjungan baru. Cakupan kunjungan rawat jalan di Puskesmas dan jaringannya di Kabupaten Demak tahun 2009 sebesar 14,78 %, sedangkan kunjungan rawat inap di Puskesmas perawatan sebesar 0,47 %. Jika di banding dengan tahun 2008 cakupan kunjungan di Puskesmas mengalami penurunan, 58 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
pada tahun 2008 Cakupan kunjungan baru rawat jalan di Puskesmas dan jaringannya sebesar 24,95 %, akan tetapi mengalami peningkatan bila dibanding dengan dengan tahun 2008, kunjungan rawat inap tahun 2008 di Puskesmas perawatan sebesar
0,13 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di Puskesmas terjadi peningkatan yang relative lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan antara lain dengan pembinaan petugas pelayanan di Puskesmas tentang manajemen kualitas / konsep Total Quality Manajemen ( TQM ) dan Quality Assurance ( QA ) dan Program Akreditasi Puskesmas.
C. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan kesehatan perorangan (Puskesmas, fasilitas kesehatan, RSU, dll) Upaya pelayanan kesehatan rujukan dan penyediaan fasilitas penunjang merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adapun kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit dll. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayan kesehatan rujukan dan penunjang tersebut. RS milik pemerintah, rawat jalan baru sebanyak 19.231 kunjungan dan rawat inap baru sebanyak 33.028 kunjungan. Dan untuk RS Swasta, rawat jalan baru RSU Pelita Anugerah sebanyak 7.518 kunjungan dan rawat inap baru sebanyak 3.256 kunjungan, rawat jalan baru RSI NU Demak sebanyak 2.158 kunjungan dan rawat inap baru sebanyak 3.256 kunjungan. 59 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
D. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 1. Penyakit Bersumber Binatang a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria ) Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh keamanan dan pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatanyang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping pengendalian vektor potensial. Malaria juga merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi maupun eliminasi (Re-emerging desease) dan masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia penyakit ini menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis malaria. Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sebesar 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis Malaria. Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang terkena malaria sebanyak 4 orang, yaitu di wilayah Puskesmas Guntur 1 sebanyak 1 orang, wilayah Puskesmas Wonosalam 1 sebanyak 2 orang, wilayah Puskesmas Kebonagung sebanyak 1 orang. Semua kasus penyakit malaria yang ada di Kabupaten Demak telah diobati 100 %.
60 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD). Upaya pemberantasan DBD terdiri dari tiga hal yaitu 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini 3). Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD dan upaya pemberantasan dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperanserta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M), juru pemantauan jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai KLB dan menimbulkan kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Di Indonesia saat ini dikenal 4 serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den -3, Den -4. Dari 4 serotipe tersebut yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den-3. Kasus umumnya mulai meningkat pada saat musim hujan yaitu antara bulan oktober –Mei. Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kepanikan masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Hingga kini masalah surveilans DBD masih dihadapkan banyak permasalahan karena kasus-kasus yang dilaporkan tidak semua didukung dengan pemeriksaan laboratorium ( penurunan trombosit dan hematokrit ) sehingga terjadi 61 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
kecenderungan “ over diagnosa “. Hal ini menyebabkan tidak dilakukan pengelompokkan penderita antara demam dengue ( DD ), demam berdarah dengue ( DBD ) dan dengue shock syndrome. Vektor yang berperan dalam penularan DBDB dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes Aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes Albopictus. Jentik Aedes Aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas, vas bunga, talang rumah, kolam ikan hias yangterbelengkalai / tidal di gunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes Albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubanglubang pohon, potongan bambu dan pada berbagai barang-barang bekas yang berada di luar rumah. Pada tahun 2006 yang berjumlah 141 kasus, tahun 2007 yang berjumlah 425 kasus, tahun 2008 jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 585 kasus, sedangkan pada
tahun 2009 jumlah kejadian kasus DBD di Kabupaten Demak
sebanyak 470 dengan 6 kasus kematian.
62 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
G a m b a r . 15 Grafik Jumlah Kejadian Penyakit DBD Kabupaten Demak Tahun 2006 - 2009
Dari gambar diatas terlihat bahwa Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami peningkatan. Namun berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan kejadian DBD di Kabupaten Demak antara lain, dengan : Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ), Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi DBD, Fogging fokus dan lain – lain. Gambar 16
63 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar.17 Grafik Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik Kabupaten Demak Tahun 2006-2009
Kalau melihat angka bebas jentik yang masih rendah, sangat wajar kalau di Kabupaten Demak masih menghadapi masalah dengan Demam Berdarah. Angka yang diharapkan adalah minimal 95 % sesuai Standar Pelayanan Minimal. Upaya pencegahan telah dilakukan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, Keberhasilan gerakan ini dapat dilihat dari angka bebas jentik (ABJ) maupun jumlah kasus yang terjadi, pelatihan petugas PSN. Tampaknya Kabupaten Demak kurang berhasil dalam melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini. Namun semua upaya itu semua perlu dukungan masyarakat dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan karena vektor penyakit ini ada di lingkungan masyarakat. c. Leptospirosis Penyakit Leptospira merupakan penyakit zoonosa yang dapat menular ke manusia dan sering menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian 64 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
karena terjadi kerusakan organ tubuh yang penting (ginjal, lever, jantung) dan kelompok yang terserang adalah mereka yang mempunyai perilaku tidak bersih, serta sangat erat kaitannya dengan riwayat kontak dengan air kotor. Kecenderungan penyakit leptospira terjadi bersamaan dengan datangnya musim penghujan karena terjadinya banjir atau meningkatnya genangan air yang tercemar urine tikus reservoir kuman leptospira. Di wilayah Kabupaten Demak pada tahun 2008 kasus leptospirosis sebanyak 72 kasus, dan semua telah mendapatkan perawatan. Dari sejumlah kasus tersebut meninggal 8 orang (11,11%). Dan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bonang I yaitu sebanyak 14 kasus. Sedangkan pada tahun 2009 kasus leptospirosis sebanyak 43 kasus, dan semua telah mendapatkan perawatan tetapi ada yang meninggal sebanyak 7 orang ( 16. 28 % ), jika dibandingkan dengan tahun 2008 jumlah kasus leptospirosis tahun 2009 mengalami penurunan namun persentase kematian mengalami peningkatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit lepspirosis ini adalah scrinning penderita, sosialisasi sampai ke tingkat desa, fasilitasi teknis kepada petugas pencegahan dan pemberantasan penyakit, namun semua upaya itu semua perlu dukungan masyarakat dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.
65 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 18 LOKASI(PUSKESMAS) PENYAKIT LEPTOSPIROSIS KAB. DEMAK TH 2007-2009 TH 2 0 0 8
TH 2 0 0 7 U
U
K AB JE P AR A
W ED U N G II M IJE N II
KAB JE P AR A
W E D U N G II M IJ E N I I
W EDUNG I
W EDUNG I
K R . A N Y A R II
K R . A N Y A R II
K AB . KUDUS
M IJE N I
L AU T J AW A BO N A N G II
B ON A NG I
M IJ E N I
LAUT JAW A B O N A N G II
BONANG I
KR . A N Y AR I
D E M A K II
D E M A K II
KAB. KUDUS
K R . A N YA R I
DEMAK I
D EM AK I
GAJAH
G AJ A H
KR. TENG AH
W . SA LA M II
KR. TENG AH K EB O N AG U N G
W . S A L A M II
KEBON AGUNG
KAB. G RO B O G AN
S A Y U N G II
KAB. GROBOGAN
G U N T U R II
KO TA SMG
G U N TU R II M R AN G G E N I
D E M A K II I
D E M AK III
SA YU N G II
KOTA SM G
W . S LM I
SAYUNG I
W . SLM I
S A YU N G I
MRANGGEN I
DEM PET
G UNTUR I
DEM PET
G U N TU R I
M R A N G G E N III
KETER AN G AN
M R A N G G EN III
KR AW EN I
K E T E R AN G A N
M R A N G G E N II
K R AW E N I
K AB . G R O B O G AN
M R A N G G E N II
A DA KASU S
K R . AW E N II
K AB . G ROBO G AN
K R . A W E N II
ADA KASUS T ID A K A D A K A S U S
T ID A K A D A K A S U S
TH 2 0 0 9 TH 2 0 0 9 U
KAB JE PAR A KAB JE PAR A
W E D U N G II M IJ E N I I
U
W E D U N G II
W EDUNG I
M IJ E N I I
K R . A N Y A R II
W EDUNG I
M IJ E N I
LAU T JAW A
K R . A N Y A R II
B O N A N G II
LAU T JAW A
M IJ E N I
BO N ANG I
D E M A K II
KR. ANYAR I
B O N A N G II
DEM AK I
BO N ANG I
DEM AK I D E M A K I II
SAYU NG I
D E M A K II
G A JA H
D E M A K I IIII W . S A L A M II
KR. TENG AH S A Y U N G II
KR. TENG AH S A Y U N G IIII
KO TA SM G
M RAN G GEN I M RAN G GEN I M R A N G G E N III
KR. ANYAR I G A JA H
W . SLM I W . SLM I
SAYU NG I
KO TA SM G
KAB. KUDUS KAB. KUDUS
W . S A L A M II
KEBO N AG UN G KEBO N AG UN G
G U N T U R II G UN TUR I
G U N T U R II
DEM PET
KAB. G RO BO G AN KAB. G RO BO G AN
DEM PET
G UN TUR I
KETERANGAN KR AW EN I
M R A N G G E N III
M R A N G G E N II KR AW EN I
M R A N G G E N II
K R . A W E N II
KAB. G RO BO G AN KAB. G RO BO G AN
K R . A W E N II
K AE D TA EKRAASNUGSA N A TD I DAA K K AASDUAS K A S U S T ID A K A D A K A S U S
d.Avian Influenza Avian Influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipa A (H5N1), yang ditularkan oleh unggas dan dapat menyerang manusia. Kasus suspek adalah seseorang dengan gejala demam/panas 38 ≥ 38° C, dengan disertai gejala : batuk, sakit tenggorokan, pilek, napas pendek / sesak napas, dan harus disertai satu atau lebih keaadaan dibawah ini : 1) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas kontak dengan unggas (ayam, itik, burung, dll...) sakit/mati mendadak yang belumm diketahui penyebabnya dan babi serta produk mentahnya (pupuk kandang, telur yang masih kotor/terkontaminasi). 2) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa.
66 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
3) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas pernah kontak dengan specimen Avian Influensa H5N1 (bekerja di laboratorium untuk Avian Influenza). 4) Pemeriksaan darah menunjukkan leukopeni ≤ 5000 ul dan atau trombositopenia (trombosit ≤150.000 ) 5) Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau ELISA test untuk influenza A tanpa subtipe. 6) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas pernah kontak dengan penderita Avian Influenza konfirmasi. Kematian akibat Acute respiratory Distress Syndrome ( ARDS ) dengan salah satu atau lebih keadaan di bawah ini : 1)
lekopenia atau limfopenia (relatif / Diff. Count ) atau trombositopenia.
2)
Foto thorax serial menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang makin meluas.
Di wilayah Kabupaten Demak pada tahun 2008 sebanyak 5 kasus suspec flu burung, dari sejumlah kasus tersebut tidak ada yang meninggal. Dari 5 kasus tersebut 2 kasus menjalani rawat jalan, dan 3 kasus mendapat perawatan di RSUP DR Karyadi Semarang. Sedangkan tahun 2009 sebanyak 5 kasus suspec flu burung yang masing – masing berada diwilayah Puskesmas Sayung 2 sebanyak 2 kasus dan di wilayah Puskesmas Karangtengah sebanyak 3 kasus. e. Pemberantasan Penyakit Filariasis ( P2 Filariasis ) Penyakit Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Program 67
Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “ The Global Goal of Elimination of Lympatic Filariasis as a Publich Health Problem the year 2020” yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health Assebly) pada tahun 1997. Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui pilar kegiatan yaitu: a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB di kombinasikan dengan Albendazole 440 mg sekali setahun selama 5 tahun, gunamemutuskan ranati penularan. b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ”The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles dan Culex. Di Indonesia, sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah menyebar ke 30 provinsi pada lebih dari 231 kabupaten dengan jumlah kasus kronis 6.635 orang. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 species cacing filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori. Di kabupaten Demak meskipun pada tahun 2008 penyakit Filariasis kasusnya menurun bila dibandingkan pada tahun sebelumnya, Jumlah kasus penyakit filaria pada tahun 2008 sebanyak 2 kasus sedangkan tahun 2007 hanya 4 kasus. Kasus ini merupakan kasus lama.
68 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Program P2 Filariasis masih harus diperhatikan karena mengingat tidak menutup kemungkinan penyebarannya akan meluas ke wilayah lainnya jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan. Gambar 19
LOKASI(PUSKESMAS) PENYAKIT FILARIASIS KAB. DEMAK
U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KAB. GROBOGAN
GUNTUR II
KOTA SMG
DEMPET
KETERANGAN MRANGGEN II
KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
ADA KASUS TIDAK ADA KASUS
2. Penyakit Menular Langsung a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2 TB Paru) WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB terbesar ke-3 di dunia, yang setiap tahunnya diperkirakan terdapat penderita baru TB menular sebanyak 262.000 orang (44,9% dari 583.000 penderita baru TB) dan 140.000 orang diperkirakan meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini sangat memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan perumahan, sosial ekonomi masyarakat, serta kecenderungan peningkatan penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini. 69 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Di Kabupaten Demak pada tahun 2008, menurut data laporan dari 26 Puskesmas penderita yang dinyatakan positif menderita TB Paru tercatat sebanyak 595 orang dan penderita yang diobati sebanyak 595 orang (100%). Jumlah penderita yang di obati dan sembuh pada tahun 2008 sebanyak 575 orang ( 96,64 % ). Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak penderitanya adalah Puskesmas Wedung 1 yaitu 46 kasus dan terendah adalah Puskesmas Sayung 1 yaitu 7 kasus. Angka ini bila dibandingkan dengan Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA positif sesuai Indikator Sehat 2010 (85%) dapat dikatakan telah mencapai target. Keadaan tersebut disebabkan karena adanya kegiatan sosialisasi, peran serta lintas program dan lintas sektor dalam pemberantasan penyakit ini. b. Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta) Pemberantasan penyakit kusta dapat dilakukan dengan cara penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta. Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Pada penderita Kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. 70 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Tahun 2009, jumlah penderita Kusta sebanyak 47 orang yang terdiri 8 orang penderita PB dengan RFT sebanyak 3 kasus ( 37,50 %) dan 38 orang penderita MB dengan RFT sebanyak 12 kasus ( 30,77 % ). c. Pemberantasan Penyakit HIV / AIDS Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi pada semua kawasan, penyakit ini telah sejak lama menyita perhatian berbagai kalangan, tidak hanya terkait dengan domain kesehatan saja. Kasus penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini, di Indonesia senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Angka yang dirilis oleh Ditjen PP&PL Depkes menyebutkan bahwa hingga Desember 2007, pengidap HIV positif berjumlah 6.066 orang dengan penderita AIDS sebanyak 11.141 orang. Selama 1 dasawarsa terakhir (1997-2007) peningkatan kasus AIDS terjadi lebih 40 kali. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif 29 menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan epidemi akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok beresiko tinggi dengan populasi umum. Penyakit yang kemunculannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya, ini sudah menyebar di sebagian besar provinsi di Indonesia. Hal ini berarti bahwa jumlah pengidap infeksi HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia masih sangat 71 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
sulit diukur dan belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000–130.000 orang. Sementara jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2003 sebanyak 4.091 kasus, yang terdiri dari 2.720 kasus infeksi HIV dan 1.371 kasus AIDS, dan 479 kasus diantaranya telah meninggal dunia. Cara penularan HIV/AIDS yang menonjol adalah melalui hubungan seks (heteroseksual) yakni sebesar 50,62% dan penyalah-gunaan NAPZA melalui suntik (IDU = Intravena Drug Use) yakni sebesar 26,26%, serta melalui hubungan homoseksual, yaitu sebesar 9,34%. Hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa terdapat 61% wanita pernah kawin dan 71% pria kawin pernah mendengar tentang AIDS. Angka ini serupa dengan yang tercatat di SDKI 2002-2003 (59% pada wanita dan 73% pada pria). Wanita dengan umur 20-39 tahun, wanita berstatus kawin, wanita yang tinggal di perkotaan dan wanita berpendidikan lebih tinggi lebih banyak mendengar tentang AIDS dibanding wanita lainnya. Tingkat pengetahuan pada pria kawin mengikuti pola yang sama seperti pada wanita, dengan tingkat pengetahuan lebih tinggi pada pria perkotaan dan pria berpendidikan lebih tinggi. Meskipun banyak wanita dan pria Indonesia mempunyai pengetahuan dasar tentang AIDS, namun tingkat pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terinfeksi pada umumnya Rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 42% wanita dan 52% pria mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi sebagai cara mengurangi risiko penularan, 37% wanita dan 43% setuju bahwa tidak berhubungan seks akan mengurangi kemungkinan terinfeksi dan 35% wanita dan 49% pria mengatakan penggunaan kondom secara teratur akan mengurangi kemungkinan 72 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
terinfeksi. Selanjutnya, pengetahuan tentang Konseling Sukarela (Voluntary Counseling and Testing/VCT) menunjukkan hanya 8% wanita pernah kawin dilaporkan pernah mendengar tentang adanya konseling sukarela. Pengetahuan wanita umur 15-19 tahun sangat rendah tentang konseling sukarela yakni sebesar 3%, sedangkan wanita umur 20-39 tahun, wanita perkotaan, dan wanita lulus SMP, lebih banyak mendengar tentang konseling sukarela. Pengetahuan tentang konseling sukarela lebih rendah pada wanita yang mempunyai anak lebih banyak, wanita tanpa anak adalah yang paling banyak mendengar tentang konseling sukarela dibanding wanita dengan anak lainnya. Sementara itu, hanya 7% pria kawin melaporkan pernah mendengar tentang VCT. Pria berumur 30-34 tahun, tinggal di perkotaan, dan berpendidikan tamat SLTP ke atas sepertinya lebih banyak yang pernah mendengar tentang VCT daripada wanita. Pengetahuan tentang VCT menurun seiring dengan banyaknya jumlah anak; pria tanpa anak lebih banyak mengetahui VCT dibandingkan pria yang memiliki anak. Persentase wanita pernah kawin dan pria kawin yang mengetahui tempat pelayanan VCT dari rumah sakit pemerintah cukup tinggi, lebih dari 60%.
Di Kabupaten Demak jumlah kasus HIV/ADIS mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2006 sebanyak 5 kasus sampai tahun 2009 ini sudah mencapai 23 kasus.
73 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 20 LOKASI I (PUSKESMAS) PENYAKIT HIV - AIDS KAB. DEMAK TH 2007 - 2009 TH 2007 U
TH 2008 KAB JEPARA
WEDUN G II MIJEN II
U
KAB JEPARA
WEDUN G II MIJEN II WEDUN G I
WEDUNG I
KR. ANYAR II
KR. ANYAR II
MIJEN I
LAUT JAWA
KAB. KUDUS
BON ANG II
BON ANG II DEMAK II
BON ANG I DEMAK II
BON ANG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
KR. ANYAR I DEMAK I
DEMAK I
GAJ AH W. SLM I
GAJ AH
SAYUNGI
SAYUNGI
DEMAK III
W. SLM I
DEMAK III
W. SALAM II KR. T ENGAH
II
SAYUNG II N
KAB. GROBOG AN
GUNTUR II MRANGGE NI
GUNTUR II
KOT A SMG
MRANGGEN I
DEMPET
GUNTUR I
MRANGGEN III
DEMPET
GUNTUR I
KAB. GROBOGAN
KEBO
AGUN G
KOT A SMG
KEBON AGUN G
W. SALAM
KR. TENGAH SAYUNG II
KETERANGAN
KR AWEN I MRANGGE
KAB. GROBOGAN
MRANGGEN II
N III
KETERANGAN
ADA KASUS
KR AWEN I KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
MRANGGE N II KR. AWEN II
ADA KASUS
TIDAK ADA KASUS
TIDAK ADA KASUS
TH 2009 U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II WEDUNG I
KR. ANYAR II MIJEN I
LAUT JAWA
BONANG II DEMAK II
BONANG I
KAB. KUDUS
KR. ANYAR I
DEMAK I GAJAH W. SLM I
SAYUNGI
DEMAK III
W. SALAM II
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
SAYUNG II
KOT A SMG
KAB. GROBOGAN
GUNTUR II MRANGGEN I
DEMPET
GUNTUR I
MRANGGEN III
KETERANGAN
KR AWEN I
KAB. GROBOGAN
MRANGGEN II
KR. AWEN II
ADA KASUS TIDAK ADA KASUS
d. Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare) Perkembangan penderita Diare di Kabupaten Demak mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Gambar 21 Grafik Jumlah Kejadian Penyakit Diare Kabupaten Demak Tahun 2006-2009
74 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan penderita penyakit Diare di Kabupaten Demak selalu mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Pada tahun 2009 jumlah kasus diare di Kabupaten Demak berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 25.458 kasus. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena masih rendahnya cakupan akses masyarakat terhadap ketersedian air bersih (Cakupan akses air bersih tahun 2009 : 51,66%), dan masih rendahnya kepemilikan sarana sanitasi dasar yang terdiri dari kepemilikan jamban keluarga (Cakupan Jamban sehat : 57,61 %), kepemilikan tempat sampah di rumah (Cakupan tempat sampah sehat : 37,35 %) dan kepemilikan tempat pengeloaaan air limbah ( Cakupan tempat pengelolaan air limbah sehat : 34, 85 % ). 3. Kejadian Luar Biasa ( KLB ) Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Demak selama tahun 2009 terjadi di 2 desa sedangkan tahun 2002 terjadi di 2 desa keadaan ini menunjukkan bahwa desa/kelurahan yang terkena KLB menurun jumlahnya. Dari desa yang terkena KLB selama tahun 2009 dan telah dilakukan kegiatan penanganan/penanggulangan dengan cepat dalam waktu kurang dari 24 jam sejumlah 2 desa (100 %). Dilaporkan pada tahun 2009 di Kabupaten Demak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 2 kejadian yaitu : 1 kasus Difteri dan 1 kejadian keracunan dengan suspect 5 orang penderita. 4. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, campak, polio dan hepatitis B merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi. 75 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Di Kabupaten Demak pada tahun 2009 untuk kasus Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B tidak terjadi kasus, sedangkan untuk Difteri terjadi 1 kasus. Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dalam menanggulangi dan mengendalikan penyakit menular baik langsung maupun tidak langsung antara lain dengan : a.
Surveillans Aktif
b.
Pengobatan penderita
c.
Pelatihan PSN-DBD
b.
Penyuluhan kepada Masyarakat
c.
Rakor tingkat Kabupaten,Kecamatan,Desa
d.
Pertemuan tingkat Puskesmas dan Rumah sakit
e.
Deteksi dini penyakit (kerjasama Prop,PVR)
f.
Survei Darah Jari ( Filariasis )
g.
Fogging
h.
Abatisasi
i.
Zero Survey
j.
Pemasangan trapping
k.
Cetak poster,leaflet
E. KESEHATAN LINGKUNGAN, SANITASI DASAR DAN PERILAKU MASYARAKAT. 1. Kesehatan Lingkungan Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan lingkungan antara lain adalah: a. Rumah Sehat dan Rumah Bebas Jentik Nyamuk Aedes Aigypti
76 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Sejalan dengan bertambahnya penduduk semakin banyak pula rumah hunian yang harus dibangun dan makin tinggi keberhasilan pembangunan ekonomi yang dicapai akan meningkatkan kualitas rumah tersebut. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini terutama bebas jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue. Gambar 22 Persentase Cakupan Rumah Sehat Kabupaten Demak Tahun 2006-2009
Dari
grafik diatas terlihat bahwa persentase rumah sehat pada tahun 2009 adalah
mencapai 70.09 %. Apabila dibandingkan dengan tahun 2008 yang telah mencapai 57,15 % maka pada tahun 2009 cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat telah mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk Kabupaten Demak sudah berperilaku sehat. 77 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Pada tahun 2009 jumlah rumah/bangunan yang dijadikan sampel untuk diperiksa jentik nyamuknya hanya 94.373 rumah. Rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes aegypti sebesar 68.466 (49,63 %) Angka ini bila dibandingkan dengan tahun 2005 tahun 2006 dan tahun 2007 selalu mengalami penurunan, pencapaian tersebut masih dibawah target yang ditetapkan, yaitu rumah/bangunan bebas jentik nyamuk > 95%. Cakupan rumah bangunan bebas jentik dari tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 23 Grafik Persentase Cakupan Rumah Bebas Jentik Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2009
Untuk mencegah dan mengendalikan populasi nyamuk penularnya (Aedes aegypti) perlu digalakkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) melalui kegiatan 3 M ( Menguras – Menutup – Mengubur ) secara terus menerus yang melibatkan peran serta masyarakat. Keberadaan nyamuk penular ini sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif. Kegiatan pembinaannya perlu dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja 78 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Operasional Pemberantasan Penyakit demam berdarah (POKJANAL DBD) yang merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna yang terkandung dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan pentingnya prinsip pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif, peran serta masyarakat, kerja sama lintas sektoral sebagai strategi untuk mewujudkan Visi Demak Sehat dan Mandiri. b. Pengawasan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Tempat-tempat umum di Kabupaten Demak Tahun 2009, jumlah yang ada 3.923 buah, jumlah yang diperiksa 2.637 buah, Jumlah sehat 1658 buah (62,87%). Angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 73,72%. Jadi pencapaian ini belum memenuhi target Indonesia sehat 2010 yang menetapkan target untuk tempattempat umum yang memenuhi syarat adalah 80,16 %. Karena pada tahun 2009 mengalami penurunan. Sedangkan seperti yang tempat
kita
ketahui
bersama
bahwa
pengawasan
sanitasi
umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi
syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap dengan segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual makanan bagi 79 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, maupun pabrik makanan minuman sederhana. Risiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang sangat besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu perlu teknologi dan metode yang lebih tepat untuk pembinaan dan pengawasannya. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, meliputi : sarana wisata, sarana ibadah, sarana
transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Sarana wisata, meliputi: hotel,
salon/pangkas rambut, usaha rekreasi, hiburan umum dan gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah, meliputi : masjid/mushola, gereja. Sarana transportasi, meliputi : terminal, stasiun. Sarana Ekonomi dan Sosial, meliputi : pasar, pusat pembelanjaan, apotik, sarana/panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan. a) Jumlah hotel : 4 buah diperiksa 3 sehat 2 (66,67%), b) Jumlah restoran/rumah makan : 112 buah, jumlah diperiksa : 102 buah, jumlah sehat : 90 buah (88,24 %) c) Jumlah pasar : 49 buah, jumlah diperiksa : 49 buah, jumlah sehat : 28 buah (57.14 %). d) Jumlah TUPM lainnya : 3758 buah, jumlah diperiksa : 2483 buah, jumlah sehat : 1538 buah (61,94 % ). Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan masyarakat, diharapkan secara
80 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat. Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh Berbagai faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010. b. Perilaku Masyarakat Beberapa Indikator yang digunakan untuk mengetahui Perilaku Masyarakat adalah 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat. Rumah Sehat adalah rumah tangga yang melaksanakan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari yang minimal memenuhi 11 indikator, dari 16 indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga Sehat. Indikator Tatanan Rumah Tangga Sehat : 1) Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan. 2) Bagi yang punya bayi diberi ASI Eksklusif ( sampai dengan usia 6 bulan ) 3) Bagi yang memiliki Balita ditimbangkan secara teratur. 4) Keluarga mengkonsumsi beraneka makanan yang memenuhi gizi seimbang. 5) Keluarga memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. 6) Keluarga menggunakan jamban sehat. 7) Keluarga membuang sampah pada tempatnya. 8) Keluarga menempati ruangan rumah minimal 9 m2 81 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
9) Keluarga menempati ruangan rumah yang berlantai kedap air. 10) Keluarga melakukan aktifitas fisik. 11) Keluarga tidak ada yang merokok. 12) Keluarga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan sabun. 13) Keluarga menggosok gigi minimal 2 x sehari. 14) Keluarga tidak minum MIRAS. 15) Keluarga menjadi peserta JPK. 16) Keluarga melakukan PSN. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas.Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
82 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 24 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Bersih dan Sehat menurut strata Kabupaten Demak Tahun 2009
Jumlah rumah tangga yang telah di pantau dengan PHBS sebanyak 44.431 rumah tangga. Dari grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa rumah tangga dengan strata sehat pratama sebesar 18.86 %, sehat madya sebesar 30.01 %, sehat utama 44.48 % sedangkan yang telah mencapai strata sehat paripurna hanya 6,23 %. Cakupan rumah tangga sehat dengan strata paripurna diharapkan akan meningkat dengan adanya kesinambungan intervensi dari berbagai komponen baik lintas sektor, swasta, LSM dan tokoh masyarakat dalam memberikan motivasi dan keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga berkembang dan membudaya di masyarakat. 2. Jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri. Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat disekitarnya. 83 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Namun demikian tanggapan positif masyarakat ternyata belum dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih banyak faktor yang menyebabkan mutu palayanan posyandu masih rendah antara lain, sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih sangat rendah, banyak kader posyandu yang droup out, sarana dan prasarana belum memadai, belum adanya penghargaan bagi para kader yang berprestasi, belum optimalnya kegiatan UKBM di tingkat desa, termasuk krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tak kunjung usai. Pembinaan UKBM juga dilakukan, pada UKBM jenis Posyandu tingkat/strata posyandu yang telah dicapai menentukan juga keberhasilan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan. Dari tabel 46 dapat diketahui jumlah posyandu di Kabupaten Demak adalah 1.225 buah, sedangkan jumlah posyandu Purnama dan Mandiri ( Posyandu Aktif ) adalah 364 pos (29,71%). G a m b a r . 25 Grafik Persentase Posyadu Menurut Strata Kabupaten Demak Tahun 2009
84 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
3. Jumlah sekolah dan madrasah yang dibina. Jumlah sekolah dan Madrasah di Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah 4.414 buah. Dari jumlah tersebut di atas 100 % merupakan sekolah dan madrasah dibina kesehatan lingkungannya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Dengan harapan bahwa lokasi tempat yang sehat dapat mendukung kesehatan siswa dalam belajar, mutu dan kualitas sumber daya manusia dapat meningkat sehingga dapat menunjang pembangunan di Kabupaten Demak. 4. Jumlah penduduk yang terlindungi JPKM/dana sehat/askes. Dari tabel 33 dapat diketahui bahwa jumlah peserta Askes Sosial kategori wajib adalah sejumlah 35.527 orang, sedangkan jumlah peserta program Jamkesmas sebanyak 393.527 orang, sedangkan peserta JPKM / dana sehat lainnya belum ada datanya. Dari sejumlah penduduk yang tercakup Program Jamkesmas 87,43 % ( rawat jalan ) diantaranya telah mendapat pelayanan kesehatan tingkat dasar di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan 0,12 % diantaranya telah mendapatkan pelayanan rawat inap tingkat dasar di Puskesmas dan jaringannya.
5. ASI Ekslusif ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 (enam) bulan
85 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2009, pemberian ASI Ekslusif di Kabupaten Demak mencapai 5.331 bayi ( 50,64% ). Jumlah ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 80 %. Terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
F. PELAYANAN KEFARMASIAN 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Obat Esensial dan Obat Generik Berdasarkan data ketersediaan obat pada tahun 2009 yang berasal dari laporan Instalasi Perbekalan Farmasi Kabupaten Demak bersumber dari laporan 26 Puskesmas se Kabupaten Demak, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 75 item, 86 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 70 item. Jika dibandingkan antara kebutuhan obat dengan persediaan yang ada diperoleh ketersediaan obat secara keseluruhan sebesar 93,51 %. Berarti secara umum kebutuhan obat di Kabupaten Demak telah terpenuhi (tersedia). Khusus untuk obat generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2009 adalah rata-rata 115 item. Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak 108 item. Jika dibandingkan dengan kebutuhan obat generik maka pemenuhannya sebesar 93,92 %. Artinya secara umum kebutuhan obat generik di Puskesmas seluruhnya dapat dipenuhi (tersedia). 2. Penulisan Resep Obat Generik Berdasarkan laporan dari Rumah Sakit milik Pemerintah, diketahui bahwa jumlah penulisan resep obat generik di fasilitas sarana kesehatan tersebut sebesar 144.940 (77,66%) dari total penulisan resep yang ada yaitu sejumlah 186.645 resep. Apabila dibandingkan dengan target SPM Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 80%, maka pencapaian ini masih belum memenuhi target. 3. Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika Data yang dilaporkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika berasal dari 26 puskesmas. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kabupaten Demak tahun 2009 yaitu rata-rata 6 item per Puskesmas sedangkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika yaitu sebesar 6 item. Apabila dibandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan obat narkotika dan psikotropika maka diperoleh capaian ratarata sebesar 100,00 %. Hal ini berarti untuk obat golongan narkotika dan psikotropika di Puskesmas dapat terpenuhi sesuai kebutuhan. 87 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 26
Gambar 27
SARANA DISTRIBUSI OBAT TRADIONAL KAB. DEMAK TH 2009 U
KAB
WEDUNG II MIJEN II
JEPARA
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KAB. GROBOGAN GUNTUR II
DEMPET
Pembinaan Toko jamu pada 5 sasaran: • 3 toko jamu memenuhi syarat (Sido Muncul, Buyung, Layar) dan • yang tidak memenuhi syarat ada 2 (Nyonya Meneer & Boy Alex)
KETERANGAN MRANGGEN II
KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
TIDAK MEMENUHI MEMENUHI
88 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 28 PETA SARANA DISTRIBUSI PUSKESMAS DARI 26 BINAAN TA 2009 U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KAB. GROBOGAN
GUNTUR II
KOTA SMG
DEMPET
KETERANGAN KAB. GROBOGAN
MRANGGEN II
PKM YG MS
KR. AWEN II
PKM YG TMS
Gambar 29 PETA SARANA DISTRIBUSI KOSMETIKA & PERBEKKES DARI 10 SASARAN TA 2009 U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KAB. GROBOGAN
GUNTUR II
KOTA SMG
DEMPET
KETERANGAN MRANGGEN II
KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
TOKO YG MS TOKO YG TMS BLM TERBINA
89 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 30 PETA SARANA PRODUKSI MAKANAN MINUMAN & BHN BERBAHAYA DARI 28 SASARAN TA 2009 U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KAB. GROBOGAN
KETERANGAN
GUNTUR II
KOTA SMG
SAPRO YG MS
DEMPET
SAPRO YG TMS BLM TERBINA
KAB. GROBOGAN
MRANGGEN II
SEBAGIAN WILAYAH SAPRO MS
KR. AWEN II
Gambar 31 PETA SARANA PRODUKSI MAKANAN MINUMAN & BHN BERBAHAYA DARI 28 SASARAN TA 2009 U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KAB. GROBOGAN
KETERANGAN
GUNTUR II
KOTA SMG
DEMPET
SAPRO YG MS SAPRO YG TMS
MRANGGEN II
KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
BLM TERBINA SEBAGIAN WILAYAH SAPRO MS
90 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Gambar 32 PETA SARANA DISTRIBUSI MAKANAN MINUMAN & BAHAN BERBAHAYA DARI 13 SASARAN TA 2009
U
KAB JEPARA
WEDUNG II MIJEN II
WEDUNG I
KAB. KUDUS
MIJEN I
LAUT JAWA
KR. ANYAR I
GAJAH
W. SLM I
SAYUNGI
KR. TENGAH
KEBON AGUNG
KETERANGAN KAB. GROBOGAN
TOKO YG MS
GUNTUR II
KOTA SMG
DEMPET
TOKO YG TMS BLM TERBINA
MRANGGEN II
KR. AWEN II
KAB. GROBOGAN
SEBAGIAN WILAYAH SAPRO MS
91 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DASAR DAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, penyediaan sarana kesehatan merupakan kebutuhan yang penting. Dari tabel Sarana Kesehatan dapat diketahui sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebagai berikut : 26 puskesmas, 53 pustu, 26 pusling, 1225 posyandu, 173 Poskesdes, 23 Rumah Bersalin swasta, 37 Balai Pengobatan swasta, 4 apotik milik pemda dan 14 milik swasta.. a. Puskesmas Di Kabupaten Demak, distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah merata. Pada tahun 2009 jumlah puskesmas yang ada sebanyak 26 unit. Dari 26 unit tersebut 19 unit diantaranya rawat jalan, dan 7 unit ditunjang dengan pelayanan rawat inap. Dengan demikian rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 2,42. Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 2 atau 3 puskesmas. Sesuai dengan Inpres Kesehatan Nomor. 5 Tahun 1974, Nomor. 7 Tahun 1975, Nomor 4 Tahun 1976 dijelaskan bahwa satu unit Puskesmas Pembina ( Puskesmas Induk ) harus mencakup / melayani sekitar 30.000 penduduk. Jadi untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan derajat kesehatan di Kabupaten Demak tahun 2009 minimal di butuhkan 35 unit Puskesmas.
92 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita (AKB), diharapakan semua unit Puskesmas yang ada mampu memberikan pelayanan PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar). Sampai dengan tahun 2009 di Kabupaten Demak sudah 5 Puskesmas yang sudah mampu PONED yaitu Puskesmas Mijen I, Puskesmas Karangawen I, Puskesmas Guntur I, Puskesmas Dempet, dan Puskesmas Gajah. b. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu di Kabupaten Demak pada tahun 2009 berjumlah 53 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 4,7 dengan demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 4 sampai 5 desa. Ratio puskesmas pembantu terhadap puskesmas 2 yang berarti satu puskesmas rata-rata membawahi 2 puskesmas pembantu. c. Rumah Sakit Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di sebuah daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah sakit Pemerintah di Kabupaten Demak pada tahun 2009 sebanyak satu buah yaitu RSD Sunan Kalijaga Demak yang pada tahun 2009 ini dengan jumlah tempat tidur sebanyak 125 buah, Sedangkan Rumah Sakit swasta sebanyak 2 (dua) buah yaitu Rumah Sakit Umum Pelita Anugerah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 76 buah dan Rumah Sakit Islam NU dengan jumlah tempat tidur sebanyak 75 buah.
d. Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Pada tahun 2009 jumlah puskesmas keliling darat roda empat sebanyak 28 buah dan mobil operasional di Dinas Kesehatan sebanyak 10 buah. Jumlah sepeda motor seluruhnya 131 93 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
buah. Dan di dukung juga sejumlah rumah dinas dokter, rumah dinas paramedis. Dengan adanya penambahan beberapa fasilitas seperti ini diharapkan
mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan dapat meningkat, demikian juga dengan kinerja tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas kenderaan dinas. e. Poskesdes Jumlah Poskesdes di Kabupaten Demak tahun 2009 sebanyak 173 buah. Cakupan poskesdes aktif kabupaten 100 % sedangkan ratio Polindes per Puskesmas adalah 6,6 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 6 - 7 poskesdes.
f.
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta.
Dari tabel 61 sarana kesehatan dapat diketahui sarana pelayanan kesehatan swasta yang ada di Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebagai berikut : 2 RS Swasta, 23 Rumah Bersalin swasta, 37 Balai Pengobatan swasta, 4 apotik milik pemda dan 25 milik swasta.
g. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Dari tabel 62 sarana kesehatan dapat diketahui bahwa upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang ada di Kabupaten Demak pada tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1225 posyandu, 173 Poskesdes, 249 Desa Siaga (strata I sebanyak 80 desa, strata II sebanyak 168 desa, strata III sebanyak 1 desa.
B. TENAGA KESEHATAN Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma 94 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat. 1. Tenaga Medis Tahun 2009 tercatat jumlah tenaga medis di Kabupaten Demak sebanyak 132 orang dengan perincian 109 orang dokter umum serta dokter gigi sejumlah 16 orang, dokter spesialis 27 orang, dengan rasio per 100.000 penduduk yakni 1,17 untuk dokter gigi, 6,26 untuk dokter umum, 3,59 untuk dokter spesialis. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010, nampak bahwa rasio untuk tenaga dokter umum dan dokter gigi belum mencapai target (dokter umum 40 per 100.000 penduduk, dokter gigi 11 per 100.000 penduduk). Kurangnya tenaga medis di Puskesmas
maka kebutuhan akan tenaga medis perlu
diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis. Pada tahun 2009 jumlah dokter umum PTT hanya 1 orang, dan tidak ada dokter gigi PTT. Sedangkan untuk dokter spesialis harus diperhatikan dan dipenuhi Karena tuntutan kebututuhan masyarakat akan pelayanan rujukan spesialisasi semakin meningkat. 2. Tenaga Kefarmasian dan Gizi Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 60 orang dengan rincian: apoteker 20 orang, dan Asisten Apoteker 36 orang. dengan rasio masing-masing per 100.000 penduduk yakni 1,20 untuk apoteker, 3,92 untuk asisten apoteker
95 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Sementara itu, untuk tenaga gizi hingga tahun 2009 berjumlah 32 orang dengan klasifikasi pendidikan DIV gizi sebanyak 2 orang D III Gizi berjumlah 27 orang dan, dengan rasio per 100.000 penduduk yaitu 7,60. 3. Tenaga Keperawatan Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah Perawat dan Bidan. Rasio tenaga perawat (Dinkes, RSD Sunan Kalijaga, RS Swasta ) di Kab.Demak hingga tahun 2009 mencapai 33,36 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan sebesar 24,68 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan untuk tenaga bidan adalah 117,5 per 100.000 penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio ini belum mencapai target IIS 2010. Adapun tenaga keperawatan ini dapat dirinci menurut jenisnya yaitu jumlah perawat sebanyak 400 orang dengan rincian dari SPK sejumlah 56 orang, D III keperawatan sebanyak 328 orang, DIV Keperawatan hanya 1 orang dan Sarjana Keperawatan sejumlah 15 orang. Adapun jumlah tenaga bidan sebanyak 370 orang dengan klasifikasi, DIV Kebidanan sebanyak 6 orang, pendidikan D III Kebidanan sejumlah 183 orang dan D I Kebidanan sebanyak 181 orang. Seperti pada tenaga medis, untuk memenuhi kekurangan tenaga bidan maka direkrut bidan PTT, yang pada tahun 2009 jumlah bidan PTT sebanyak 128 orang. 4. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Demak tahun 2009 sebanyak 25 orang dengan rasio 2,42/100.000 penduduk, untuk tenaga sanitasi sebanyak 6 orang dengan 96 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
rasio 0,5/100.000 penduduk. Jumlah tenaga sanitasi berjumlah 6 orang dengan klasifikasi pendidikan D III sebanyak 3 orang dan D I Sanitasi sebanyak 3 orang. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010 maka kedua jenis tenaga tersebut masih sangat dibutuhkan mengingat target yang diharapkan adalah masing-masing 40 per 100.000 penduduk. C. SUMBER PEMBIAYAAN KESEHATAN Sumber anggaran untuk melaksanakan Kegiatan bidang kesehatan oleh Dinas Kesehatan Tahun Anggaran 2009 adalah terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel. 5 Sumber Anggaran Untuk Pelaksanaan Kegiatan Bidang Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2009 NO
SUMBER BIAYA
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN Rupiah
%
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: 1
APBD KAB/KOTA
33.911.757.250
68,94
2
APBD PROVINSI
334.579.300
0,68
3
APBN : - Dana Alokasi Khusus (DAK)
8.922.100.000
18,14
- JPKMM
4.722.324.000
9,60
4
PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)
-
0,00
5
SUMBER PEMERINTAH LAIN (DBHCHT)
1.300.000.000
2,64
TOTAL ANGGARAN DINAS KESEHATAN
49.190.760.550
100,00
TOTAL APBD KAB/KOTA
739.360.443.000
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
4,59 41.028,68
97 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Dari gambar diatas terlihat bahwa persentase anggaran bidang kesehatan ( APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten Demak ) di banding APBD Kabupaten adalah selalu mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 6,37 %, tahun 2007 sebesar 5,84 % tahun 2008 sebesar 4,85 %, tahun 2009 sebesar 4,79%.
Tabel. 6 Alokasi Anggaran Untuk Pelaksanaan Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2009 NO
PROGRAM / KEGIATAN
JUMLAH
I. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran : 1
- Penyediaan Jasa Surat Menyurat
3,650,000
2
- Penyediaan Jasa Komunikasi,Sumber daya air & listrik
65,500,000
3
- Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
11,040,000
4
- Penyediaan Alat Tulis Kantor
28,825,000
5
- Penyediaan Barang Cetak dan Penggandaan
68.711.500
6
- Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/penerangan bangunan Kantor
7
- Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
8
- Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan
9
- Penyediaan Makanan dan Minuman
36.000,000
10
- Rapat Koordinasi dan Kosulutasi ke Luar Daerah
79,465,000
11
- Jasa Pegawai Non PNS
7,975,000 10,724,750 5,520,000
453,800,000
II. Program Peningkatan Sarana dan prasarana Aparatur : 12
- Pengadaan perlengkapan gedung kantor
12.012.000
13
- Pemeliharaan rutin / berkala gedung kantor
10.000.000
14
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
15
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebelair
170.988.000 3,000,000
III. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur : 16
- Pendidikan dan Pelatatihan Formal
4.500.000
IV. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan : 17
- Pengadaan Obat
18
- Pengelolaan Obat
1,250,000,000 55.511.000
V. Program Upaya Kesehatan Masyarakat :
98 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
19
- Pelayanan Kesehatan Bumil,Anak & Pendamping Dukun
20,000,000
20
- Pemantauan Kegiatan di PKD
13,000,000
21
- Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja
13,000,000
22
- Pengadaan Buku KIA
30,000,000
23
- Pemberian Jasa Tindakan Capeng
12.437.500
24
- Operasional Puskesmas gratis
25
- Bintek Mutu
15,000,000
26
- Pertemuan SP3, Petugas Gigi Mulut, Usaha Kesehatan Perorangan dan Sarkes Swasta
15,000,000
27
- Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas dan Jaringannya
1,248,000,000
8,922,100,000
(DAK dan Pendamping ) 28
- Perencanaan dan Pengawasan Pemeliharaana Bangunan Puskesmas dan Sarana Kesehatan
155,000,000
29
- Administrasi Pemeliharaan/Peningkatan Puskesmas dan Sarana Kesehatan
33,096,500
30
- Operasional Puskesmas Rawat Inap
440.000.000
31
- Lomba Balita Sehat
32
- Peningkatan kesehatan masy ( DBHCHT )
10,000,000 1.300.000.000
VI. Program Pengawasan Obat dan Makanan : 33
- Pembinaan Sarana Produksi Makanan
15,000,000
34
- Pembinaan Sarana Distribusi Farmasi
24,000,000
VII. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat : 35
- Bintek program pemberdayaan masyarakat dan JPKM
15,000,000
36
- Promosi Kesehatan
20,000,000
37
- Pengadaan Sarana Penyuluhan dan Kampanye Program Kesehatan
17,000,000
38
- Pembentukan Desa Siaga
25,000,000
39
- Pembinaan Pramuka Saka Bakti Husada
10,000,000
40
- Pembinaan Program UKS di Kab.Demak
12,000,000
41
- Pembinaan PHBS
13,000,000
42
- Pembinaan masy dlm pemberantasan DBD melalui PSN
20,000,000
43
- Pelayanan Kesehatan Askes Sosial
746,345,000
VIII. Program Perbaikan Gizi Masyarakat : 44
- Penanggulangan anemia gizi besi
21,500,000
45
- Usaha perbaikan gizi keluarga
21,000,000
46
- Penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium
24.740,000
99 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
47
- Sistem kewaspadaan pangan dan gizi
15,000,000
48
- Penanggulangan gizi buruk
60,750,000
49
- Usaha Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
28,550,000
IX. Program Lingkungan Sehat : 50
- Peningkatan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
17,000,000
51
- Pengawasan kualitas air
15,000,000
52
- Pembinaan dan Pengawasan Umum dan Tempat Pengelolaan dan Penjualan Pestisida
15,000,000
53
- Klinik sanitasi
13,000,000
54
- PAMSIMAS
20,000,000
X. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit : 55
- Pemberantasan penyakit DBD
100,000,000
56
- Peningkatan imunisasi
25,000,000
57
- Bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
25,000,000
58
- Penanggulangan Filaria
59
- Penanggulangan Leptosfirosis
30,000,000
60
- Pemberantasan Penyakit Chikungunya
10,000,000
61
- Penanggulangan Malaria Lintas Batas
3,000,000
62
- Pemberantasan Penyakit Kusta
20,000,000
63
- Pemberantasan Penyakit TBC Paru
55,000,000
64
- Pemberantasan penyakit ISPA
6,000,000
65
- Pengendalaian Kasus HIV/AIDS
20,000,000
66
- Pemberantasan penyakit Diare
4,000,000
67
- Penanggulangan Antrax
3,000,000
68
- Surveylans AFP
10,000,000
69
- Pelacakan dan Penanggulangan KLB
15,000,000
70
- Pengamatan Penyakit Menular dan Tidak Menular
15,000,000
71
- Pengamanan Kesehatan Haji
10,000,000
72
- Sosialisasi Akibat Bahaya Rokok pd Remaja dan Masy.
13,090,000
73
- Pengadaan Alat Deteksi Kapasitas Paru
25,000,000
74
- Penanggulangan Kasus Flu Burung
40,000,000
3,000,000
XI. Program Sumber Daya Kesehatan : 75
- Pengembangan SDM Kesehatan
35,000,000
XII. Program Kebijakan Manajemen Pembangunan Kesehatan : 76
- Penyusunan Buku Profil Kesehatan
15,000,000
100 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
79
77
- Pemeliharaan Sistem Informasi Kesehatan
31,000,000
78
- Rakerkesda
10,000,000
- Operasional Labkesda
25.000.000 JUMLAH TOTAL
16.244.831.250
101 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan sangat terkait dalam konotasi dipengaruhi dan mempengaruhi aspek demografi, keadaan dan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan lingkungan baik fisik maupun biologis. Salah satu kebutuhan dalam pembangunan adalah tersedianya informasi yang valid dan akurat. Yang salah satu bentuknya dituangkan dalam buku Profil Kesehatan. yang merupakan gambaran secara garis besar tentang perkembangan derajat kesehatan, upaya kesehatan yang dilaksanakan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di Kabupaten Demak selama tahun 2009 tergambar dalam Profil Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2009. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten Demak. Gambaran yang demikian merupakan fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan pengelola program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah yang didiskripsikan melalui data dan informasi. 102 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu keluaran utama dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat. Namun disadari, bahwa sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan di dalam Profil Kesehatan Kabupaten Demak yang terbit saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Demak ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Betapapun demikian, Profil Kesehatan Kabupaten Demak ini belum mendapat apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap sehingga kehadirannya selalu ditunggu dan di tunggutunggu oleh berbagai pihak untuk kepentingan apapun khususnya Dinas Kesehatan guna menentukan arah kebijakan ditahun berikutnya, untuk membantu penelitian di dunia pendidikan bidang kesehatan dan lain sebagainya. 103 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Demak, Dinas Kesehatan Kabupaten Demak senantiasa mencari terobosan-terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi.
B. SARAN 1. Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional. 2. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Demak tahun 2009 telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi kualitas data maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan terutama dikarenakan pada tahun 2009 Profil kesehatan disusun dengan format yang baru, berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya sehingga banyak tabel-tabel yang tidak dapat terisi. Oleh karena itu untuk penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang diharapkan format tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan data dan informasi guna evaluasi dan perencanaan tahunan kegiatan pembangunan dibidang kesehatan. 3. Perlu peningkatan kemampuan / ketrampilan pengelola data dan pemegang program dalam mencermati data guna peningkatan validitas data dan tidak selalu terulang adanya data-data yang tidak akurat atau “aneh”.
104 Dinas Kesehatan
Profil Kesehatan Tahun 2009
4. Perlu dilaksanakan kegiatan rapid survey untuk mendukung validitas serta keakuratan data Profil kesehatan. 5. Perlu dukungan dana guna mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan akurat dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan pada tahun yang akan datang.
Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2009 ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan ( Tim Penyusun Buku Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak) demi perbaikan Penyusunan Buku Profil Kesehatan pada tahun - tahun mendatang.
105 Dinas Kesehatan