Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pembangunan kesehatan mestilah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dan himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan. Kegiatan pengembangan SIKNAS yang dilaksanakan diantaranya adalah pengemasan data dan informasi kesehatan dalam bentuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. informasi kesehatan yang meliputi pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Disamping itu Profil Kesehatan Kabupaten Bintan menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan, seperti data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan dan geografi serta data lainnya yang dianggap perlu.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2008 memuat dan menggambarkan berbagai data dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Profil kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008 juga merupakan salah satu sarana evaluasi terhadap keberhasilan dan kinerja serta permasalahan dan kendala yang dihadapi sepanjang tahun 2008. Hasil evaluasi akan sangat bermanfaat untuk perbaikan perencanaan pembangunan kesehatan dimasa datang. Seluruh data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi serta dilengkapi dengan analisis diskriptif. Dengan tersedianya data-data dan informasi yang akurat dan valid dalam
Profil
Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008 ini, diharapkan bermanfaat tidak saja sebagai media evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2008, tetapi juga menjadi sumber utama sebagai dasar dalam sistem pengambilan keputusan untuk penyusunan program-program pembangunan kesehatan dan kebijakan kesehatan dimasa akan datang. 1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penyusunan Profil Kesehatan ini adalah untuk mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi daerah dan kesehatan masyarakat, pencapaian dan kinerja pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2008.
1.2.2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran umum sejarah singkat, keadaan lingkungan fisik, geografi, sosial ekonomi, pendidikan, dan demografi di Kabupaten Bintan tahun 2008.
dan target-target tahunan pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008. 3. Diketahuinya hasil pencapaian pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008.
Profil Kesehatan Tahun 2008
2. Diketahuinya Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan serta program-program
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 4. Diketahuinya kinerja pembangunan kesehatan, sumber daya pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan tahun 2008.
1.3. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2008 ini disajikan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan secara singkat latar belakang, manfaat dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008 dan sistematika penyajiannya.
BAB II
GAMBARAN UMUM
Bab II menyajikan gambaran umum Kabupaten Bintan, yang meliputi letak geografis, administratif dan informasi demografi, keadaan pendidikan serta keadaan lingkungan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
BAB III
SITUASI DEREJATA KESEHATAN KABUPATEN BINTAN Bab III menguraikan indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab IV menyajikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan kefarmasian. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini mengakomodir indikator kinerja
Profil Kesehatan Tahun 2008
status gizi masyarakat di Kabupaten Bintan Tahun 2008.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan, serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh Kabupaten Bintan Tahun 2008. BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Bab V menggambarkan secara umum tentang sumber daya yang ada di Kabupaten Bintan Tahun 2008, meliputi sarana prasarana kesehatan, sumber daya tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab VI menggambarkan secara umum hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari hasil pencapaian pembangunan kesehatan, kinerja pembangunan kesehatan, serta saran-saran berupa rekomendasi dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam bab ini juga menjabarkan hal-hal yang belum tercapai atau masih kurang dalam rangka upaya menuju Kabupaten Bintan Sehat. LAMPIRAN Pada lampiran profil kesehatan tahun 2008 ini dilampirkan tabel profil kesehatan sebanyak 63
Profil Kesehatan Tahun 2008
tabel.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BINTAN
2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga mancanegara. Wilayahnya memiliki ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada tahun 1722-1911, terdapat dua kerajaan melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Melayu Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan, berdasarkan Treaty of London kedua kerajaan ini dijadikan satu menjadi Kerajaan Melayu yang wilayah kekayuasaannya bukan hanya di Kepulauan Riau tetapi meliputi daerah Johor dan Malak (Malaysia), Singapura dan sebagian wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan Semenanjung Malaka. Pemerintah Hinidia Belanda menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu: (1). Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan, (2). Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat. Berdasarkan Surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur), (2). Kewedanan Karimun meliputi wilayah kecamatan Karimun, Kundur dan Moro, (3). Kewedanan Lingga meliputi wilayah kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang, dan (4). Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Profil Kesehatan Tahun 2008
daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut: (1). Kewedanan Tanjungpinang
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No.26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 No.524/A/1964 dan Instruksi No.16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No.UP/247/5/1965, tanggal 15 November 1965 No. UP/256/5/1965 menetapkan
terhitung mulai Januari 1966 semua daerah administratif
kewedanan dalam Kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan. Beberapa peraturan pemerintah dan undang-undang tentang pemekaran Kepulauan Riau menjadi beberapa kota dan kabupaten, sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1983 dibentuk kota administratif Tanjungpinang 2. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 1983 dibentuk kotamadya Batam. 3. Undang-undang No. 53 tahun 1999 dan UU No.13
tahun 2000, Kepulauan Riau
dimekarkan menjadi 3 Kabupaten antara lain Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natura 4. Undang-undang No.5 tahun 2001, kota administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang. 5. Peraturan Pemerintah No.5 tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006, Kabupaten Kepulauan Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan.
2.2. Letak Geografi Kabupaten Bintan terletak antara 0 derajat 6 menit 17 detik Lintang Utara dengan 1 derajat 34 menit 52 detik Lintang Selatan dan 104 12 detik derajat Bujur Timur di sebelah Barat dan 108 derajat 12 menit 47 detik Bujur Timur di sebelah Barat dan 108 derajat 2 menit 27 detik Bujur Timur di sebelah Timur. Luas wilayah daratan dan lautan mencapai 88.038,54 Km persegi dengan luas daratan 1.946,13 KM persegi (2,21 persen) dan luas lautan 86.092,41 Km persegi Jumlah pulau besar dan pulau kecil yang ada seluruhnya 241 buah pulau, 49 pulau diantaranya sudah dihuni, 192 pulau kosong, 190 pulau bernama dan 12 pulau tidak bernama. Pulau yang tidak berpenghuni serta tidak bernama sebagian sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian khususnya usaha perkebunan, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.
Profil Kesehatan Tahun 2008
(97.79 persen).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Tabel 1. Jumlah dan Luas Pulau menurut Kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2008
Jumlah Pulau Kecamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber Source
Sub District
Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Gunung Kijang Toapaya Teluk Bintan Teluk Sebong Bintan Utara Sri Kuala Lobam Tambelan Jumlah/Total
Number Of Island Sudah dihuni Inhabitat
Belum dihuni Unhabitat
Luas/Area ( KM2)/Sgr Km
Jumlah Total
Daratan
Lautan
Land
Sea
21
84
105
461,00
18.417,51
...1) ...1)
...1) ...1)
...1) ...1)
...1) ...1)
...1) ...1)
-
20
20
503,12
4.426,61
...1)
...1)
...1)
...1)
...1)
5 3
5 22 4
10 22 7
185,00 408,34 219,25
226,97 3.829,33 198,57
...1)
...1)
...1)
...1)
...1)
20 49
57 192
77 241
169,42
58.993,42
1.946,13
86.092,41
: Bintan dalam angka 2007 : Bintan in Figures 2007 1) Masih masuk kecamatan induk 1) Included in main sub district
Jumlah kecamatan tahun 2008 di Kabupaten Bintan sebanyak 10 Kecamatan dan 51 desa/kelurahan, tahun 2007 jumlah kecamatan sebanyak 7 kecamatan dan 42 desa/kelurahan. Pemekaran wilayah kecamatan terjadi di wilayah Kecamatan Bintan Timur yang terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Timur sebagai kecamatan induk dan Kecamatan Bintan Pesisir serta Mantang merupakan kecamatan pemekaran, sedangkan Kecamatan Gunung Kijang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Kecamatan Gunung Kijang sebagai kecamatan induk dan Kecamatan Toapaya merupakan kecamatan pemekaran. Pemekaran kecamatan ini berimplikasi pada pemekaran desa/kelurahan dari 42 desa/kelurahan tahun 2007 menjadi 51 desa/kelurahan tabel 2.
Profil Kesehatan Tahun 2008
tahun 2008. Gambaran jumlah kecamatan dan desa/kelurahan tahun 2008, dapat dilihat pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Tabel 2.
Jumlah Desa/Kelurahan dan Jarak dari Ibu Kota Kecamatan menurut
No
Kecamatan (Sub District)
Ibu Kota Kecamatan (City of Sub District)
(1) 1
(2) Bintan Timur
Kijang
(3)
2
Bintan Pesisir
Kelong
3
Mantang
Mantang
4
Gunung Kijang
Kawal
5
Toapaya
Toapaya
6
Teluk Bintan
Tembeling
7
Teluk Sebong
Sebong Lagoi
Desa/Kelurahan (Village)
Jarak (Km) Distance (Km)
(4) Kijang Kota Sungai Enam Gunung Lengkuas Sungai Lekop Mapur Numbing Kelong Air Glubi Mantang Lama Mantang Besar Mantang Baru Dendun Gunung Kijang Teluk Bakau Malang Rapat Kawal Toapaya Utara Toapaya Toapaya Asri Toapaya Selatan Pangkil Pengujang Penaga Tembeling Bintan Buyu Tembeling Tanjung Sebong Pereh Sebong Lagoi Ekang Ancuali Sri Bintan Pengudang Berakit Kota Baru
(5) 1 5 7.3 6.3 60 10 1 3 0.5 1.5 5 5.6 15 11 23 2 14 4.5 0 8 43 46 57 31 24 5 5 10 5 18 38 50 2
Profil Kesehatan Tahun 2008
Kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2008
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
No
Kecamatan (Sub District)
Ibu Kota Kecamatan (City of Sub District)
(1) 8
(2) Bintan Utara
(3) Tanjung Uban
9
Sri Kuala Lobam
Teluk Lobam
10
Tambelan
Tambelan
Desa/Kelurahan (Village)
(4) Lancang Kuning Tg. Uban Selatan Tg. Uban Kota Tg. Uban Utara Tg. Uban Timur Kuala Simpang Busung Teluk Sasah Teluk Lobam Tanjung Permai Pulau Pinang Pulau Mentebung Kampung Melayu Kampung Hilir Teluk Sekuni Batu Lepuk Kukup Pulau Pengikik
Jarak (Km) Distance (Km)
(5) 5 1 2 4 4 16 7 1 0 1 120 120 1.5 1 120 2 2 120
Sumber: Podes 2008, BPS Kabupaten Bintan Source : Podes 2008, BPS – Statistics of Bintan Regency
Daerah Kabupaten Bintan berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Kabupaten Natuna
Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga. Sebelah Barat
: Kota Tanjungpinang dan Kota Batam.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Sebelah Timur : Propinsi Kalimantan Barat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 2.3 Kependudukan Pada tahun 2008 pertumbuhan penduduk Kabupaten Bintan sebesar 1,94 persen. Dalam kaitan itu, aspek penataan administrasi kependudukan merupakan hal penting dalam mendukung perencanaan pembangunan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Berdasarkan data pada tahun 2008 jumlah pasangan usia subur di Kabupaten Bintan adalah 20.322 pasangan, dengan jumlah KB aktif sebanyak 17.329 orang. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan agenda penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia. Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan pengembangan kualitas penduduk, melalui pewujudan keluarga kecil yang berkualitas dan mobilitas penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2000, penduduk Kabupaten Bintan setelah pemekaran, berjumlah 318.566 orang, terdiri dari penduduk bertempat tinggal tetap 315.873 orang dan penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap 2.693 orang. Dibandingkan dengan keadaan tahun 1990, penduduk Bintan (tidak termasuk yang telah menjadi Kabupaten Natuna dan Karimun) telah mengalami kenaikan rata-rata 2,93 persen per-tahun. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan periode 1980-1990 yang besarnya 1,83 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Bintan pada tahun 2008 sebesar 125.052 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 64 jiwa/Km2. Dibandingkan dengan keadaan tahun 2007 penduduk Bintan telah mengalami kenaikan
Profil Kesehatan Tahun 2008
sebanyak 2.381 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 63 jiwa/Km2.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Tabel. 3
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
: Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Kecamatan Teluk Bintan Seri Kuala Lobam Bintan Utara Teluk Sebong Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Gunung Kijang Tuapaya Tambelan Jumlah
Luas Wilayah (Km2) 185 219 408 461
503 169 1945
Jumlah Penduduk (Jiwa) 8.616 16.173 20.184 11.257 35.676 8.013 3.673 9.100 7.628 4.738 125.058
Kepadatan (Jiwa/Km2) 46,57 92,16 27,59 77,39
18,09 28,04 64,30
Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2009 Source : BPS – Statistics of Bintan Regency
2.4. Keadaan Pendidikan.
Salah satu keberhasilan pembangunan dalam suatu negara adalah apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas melalui jalur pendidikan. Pemerintah berupaya menghasilkan dan meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia yang ada. Wajib belajar 6 tahun yang kemudian dilanjutkan dengan wajib belajar 9 tahun serta program pendidikan lainnya merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menciptakan sumberdaya yang berkualitas yang pada akhirnya akan tercipta sumberdaya manusia tangguh yang siap bersaing pada era globalisasi. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
semakin meningkat serta diimbangi juga dengan jumlah murid yang semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu ukuran mendasar bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Menurut data Bintan Dalam Angka Tahun 2007 persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang melek huruf
Profil Kesehatan Tahun 2008
menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dari tahun ketahun fasilitas pendidikan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 tercatat 94.85 persen, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2006 93.48 persen dan yang buta huruf sekitar 5.15 persen turun dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 6.52 persen. Gambar 1. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis Tahun 2007
Sumber: diolah dari Susenas 2007, BPS Kabupaten Bintan Source : based on National Social-economic Survey 2007, BPS – Statistic of Bintan Regency
2.5. Keadaan Ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan pada tahun 2007 tumbuh 5,31 persen, sedikit mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2006 5,36 persen. Bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi antara tahun 2007 terhadap 2006, tujuh sector sector mengalami peningkatan yaitu sector pertanian, listrik, gas dan air, bangunan, perdagangan hotel dan jasa-jasa lain. Sedangkan sector pertambangan dan penggalian dan sector industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yaitu masing-masing 4,99 persen dan 4,23 pesen pada tahun 2006 menjadi 3.95 persen dan 3,51 persen pada tahun 2007.
Profil Kesehatan Tahun 2008
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dan sector
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Perlambatan kenaikan pertumbuhan ekonomi ini akan berdampak pada belanja pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bintan, karena secara
Profil Kesehatan Tahun 2008
tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN KABUPATEN BINTAN 3.1. Program Kesehatan Sektor kesehatan termasuk prioritas utama dalam proses pembangunan di Kabupaten Bintan. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya. Pembangunan Kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Bintan.
Mendukung terwujudnya “Indonesia Sehat 2010 “, maka penerapan pembangunan berwawasan kesehatan melalui pendekatan Kabupaten / Kota Sehat akan memberi dampak luas bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan/kelurahan. Untuk itu perlu adanya persamaan persepsi terhadap Pengertian “Kabupaten Sehat“, yaitu kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang terdiri dari desa/kelurahan yang masyarakatnya secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat yang didukung oleh lingkungan, prasarana wilayah, askes, pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan yang memadai, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat yang hidup di lingkungan yang aman, nyaman dan sehat. Guna mewujudkan “Kabupaten Sehat “ tersebut di Kabupaten Bintan ,
3.1.1. Visi Visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan sebagaimana telah ditetapkan dan dituangkan dalam rencana strategis Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan Tahun 2006 – 2010 adalah “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Bermutu yang Merata dan
Profil Kesehatan Tahun 2008
maka perlu adanya Visi, Misi dan Strategi pembangunan kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Terjangkau Menuju Kabupaten Bintan Sehat”. Harapan berdasarkan Visi tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai pada jangka waktu lima tahun kedepan atau pada akhir tahun 2010 adalah terwujudnya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keluarga berencana bermutu yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Bintan, serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya menuju Kabupaten Bintan Sehat .
3.1.2. Misi Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut diatas, maka Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan, menetapkan misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan memantapkan Manajemen dan Kinerja serta Mutu
Pelayananan
Kesehatan dan Keluarga Berencana di semua tingkat administrasi/Strata dan unit-unit pelayanan. 2. Meningkatkan dan mengembangkan Promosi Kesehatan dan Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat. 3. Meningkatkan Kinerja dan memperkuat upaya-upaya Pengendalian
Penyakit dan
mewujudkan lingkungaan sehat, serta penanggulangan masalah gizi masyarakat. 4. Meningkatkan Kualitas Sistem Informasi Kesehatan (SIK). 5. Memantapkan Kemitraan Lintas Sekstor dan Pemberdayaan masyarakat. 3.1.3. Arah Kebijakan Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan menuju Visi terwujudnya 2010, kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada : 1. Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Kesehatan Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang bermutu, cukup jumlah dan
Profil Kesehatan Tahun 2008
Pelayanan Kesehatan bermutu yang merata dan terjangkau menuju Kabupaten Bintan Sehat
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 jenisnya, serta tersebar secara adil dan merata sesuai kebutuhan dan tuntutan dan tantangan dimasa mendatang. 2. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Sesuai dengan paradigma, Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Bintan agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasilguna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang bermutu, cukup jumlah dan jenisnya, serta tersebar secara adil dan merata sesuai kebutuhan dan tuntutan dan tantangan dimasa mendatang. 3. Penanggulangan Kemitraan Lintas Sektor Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan kerjasama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. 4. Pemberdayaan Masyarakat Swasta. Dalam era reformasi yang sedang berjalan pada dewasa ini, masyarakat termasuk swasta diharapkan berperan aktif dan berkontribusi secara nyata dalam pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan subsidi silang dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM). 5. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas. Pelaksanaan Program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan akan efektif dan efisien bila upaya pengawasan internal secara terus menerus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melelui pemantapan system dan prosedur pengawasan melekat dari pimpinan kepada bawahan dan jajarannya secara berjenjang. Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara
3.1.4. Strategi 1. Meningkatkan Alokasi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan dan Keluarga Berencana melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN serta PHLN. 2. Meningkatkan Jumlah, Jenis, Mutu dan Profesionalisme Sumber Daya Tenaga Kesehatan.
Profil Kesehatan Tahun 2008
komprehensif dan berbasis kinerja.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 3. Meningkatkan dan Memantapkan Peranan dan Fungsi Pelayanan serta Manajemen Kesehatan. 4. Memantapkan dan Merealisasikan Komitmen Bersama untuk Pembangunan Kesehatan umumnya, dan secara khusus Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan dan Keluarga Berencana Bermutu yang Merata dan Terjangkau. 3.1.5. Program-program Pembangunan Kesehatan Untuk mengimpelementasikan arah kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan tersebut, dijabarkan dalam 11 program pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan (RPJMD) Tahun 2006 – 2010 sebagai berikut: 1.
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Program promosi Kesehatan dan Pemberdayaan individu, keluarga dan masyarakat
agar mampu menumbuhkan kembangkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat dengan melaksanakan kegiatan pokok : a. Peningkatan upaya promosi kesehatan dan pengembangan media promosi kesehatan; b. Pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) dan generasi muda. 2.
Program Peningkatan Lingkungan Sehat Program ini bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat melalui
peningkatan dan pembinaan serta penggalangan kemitraan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dengan kegiatan pokok :
b. Peningkatan dan pemantapan penyelenggaran akselerasi desa sehat; c. Peningkatan upaya pengawasan penyehatan makanan dan minuman; d. Peningkatan upaya penyehatan lingkungan daerah wisata; e. Peningkatan pembinaan dan pengembangan klinik sanitasi;
Profil Kesehatan Tahun 2008
a. Pengawasan kualitas air dan lingkungan;
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 f. 3.
Peningkatan pengawasan dan pengendalian dampak pencemaran.
Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan mutu pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Bidan di Desa/Polindes. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi: a.
Pelayanan kesehatan penduduk miskin dan daerah terpencil di Puskesmas dan jaringannya;
b.
Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar.
4. Program Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan. Program bertujuan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan perorangan dan rujukan. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi: a.
Pelayanan Kesehatan penduduk miskin yang dirawat inap di Puskesmas;
b.
Peningkatan mutu pelayanan rawat inap di Puskesmas Perawatan;
c.
Peningkatan dan Pengembangan pelayanan kesehatan
rujukan, kedokteran
keluarga, peran serta sektor swasta dan UKP. 5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, DBD, TB.Paru, Diare, Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan penyakit tidak menular dan degeneratif yang prioritas ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi darah, diabetes mellitus, dan penyakit – penyakit lainnya.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Tujuan program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Kegiatan pokok program ini meliputi : a.
Peningkatan imunisasi;
b.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria;
c.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD;
d.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis;
e.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC;
f.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit IMS;
g.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare;
h.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA/Pneumonia;
i.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta;
j.
Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah/KLB;
k.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Degeneratif.
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi : a.
Peningkatan kemampuan tenaga penglola dan pelaksana program gizi di Puskesmas dan jaringannya;
b.
Penanggulangan masalah kurang energi protein (KEP), Anemia gizi besi, gangguan
lainnya; c.
Penanggulangan masalah gizi lebih;
d.
Peningkatan Surveilens gizi.
e.
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
Profil Kesehatan Tahun 2008
akibat kurang yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 7. Program Pengawasan Obat, Makanan dan Minuman Tujuan program ini untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan pemakaian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan, serta produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat, sarana kefarmasian, serta pelayanan kesehatan swasta lainnya. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi : a.
Peningkatan
pengetahuan
dan
wawasan
bagi
produsen/pengedar
makanan/minuman; b.
Meningkatkan pengawasan peredaran dan pemakaian sediaan farmasi, obatobatan, obat tradisional, alat kesehatan, serta makanan dan minuman.
8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. Program ini ditujukan untuk menjamin ketersediaan obat, mutu pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi : a. Merencanakan dan melakukan pengadaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk puskesmas dan jaringannya; b. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan. 9. Program Peningkatan Kesehatan Keluarga. Tujuan program ini adalah untuk mendukung upaya menurunkan angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi dan balita.
a. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (bayi); b. Peningkatan pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah; c. Peningkatan pelayanan kesehatan remaja; d. Peningkatan pelayanan kesehatan usia subur; e. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut (Usila).
Profil Kesehatan Tahun 2008
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah :
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 10.
Program Peningkatan dan Pembinaan Sumber Daya Kesehatan. Tujuan dari program ini adalah untuk mendukung peningkatan jumlah, mutu, dan penyebaran tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi : a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan; b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan; c. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan dan PNS; d. Peningkatan, pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; e. Peningkatan manajemen pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.
11.
Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Program ini ditujukan untuk mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan
kesehatan guna mendukung penyelenggaraan system kesehatan daerah dan system kesehatan nasional. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi : a. Penyusunan kebijakan pembangunan kesehatan; b. Penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan;
d. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan praupaya, terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan; e. Peningkatan dan pemantapan penataan organisasi dan kelembagaan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan.
Profil Kesehatan Tahun 2008
c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan ( SIK);
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 3.1.6. Sasaran Pembangunan Kesehatan ( RPJMD 2006 – 2010 ). 1. Sasaran Program Sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan sampai akhir tahun 2010 adalah meningkatnya
derajat
kesehatan
masyarakat
setinggi-tingginya
melalui
peningkatan
jangkauan/akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan prioritas pada kelompok sasarannya yaitu masyarakat/keluarga miskin, kelompok rentan ( bayi, balita, ibu hamil, usila) dan masyarakat di daerah terpencil, dengan sasaran program sebagai berikut : a. Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta Peraturan Daerah yang menunjang pembangunan kesehatan; b. Terbentuk dan terselenggarakannya system informasi manajemen keuangan daerah; c. Tersedianya sarana dan prasarana upaya pelayanan kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan dan tuntutan pelayanan di kecamatan sampai daerah terpencil. Rasio sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan adalah : • Rasio Puskesmas dengan penduduk
(1 : 15.000)
• Rasio Puskesmas Pembantu dengan penduduk
(1 : 1.500)
• Rasio Pondok Bersalin Desa dengan penduduk
(1 : 1.000)
• Rasio Posyandu dengan anak Balita
(1 : 100)
d. Tersedianya sumber daya tenaga kesehatan yang bermutu, jumlah mencukupi,
• Rasio Dokter dengan penduduk
(1 : 3.000)
• Rasio Perawat dengan penduduk
(1 : 1.000)
• Rasio Bidan dengan penduduk
(1 : 1.200)
• Puskesmas yang memiliki tenaga dokter
(100 %)
e. Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya-guna. f.
Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pengembangan serta membudayakan perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Profil Kesehatan Tahun 2008
komposisi sesuai kebutuhan tenaga kesehatan Kabupaten Bintan adalah :
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 g. Terselenggaranya system surveilan epidemiologi penyakit menular dan tidak menular serta sistem kewaspadaan dini, penanggulangan kejadian luar biasa ( KLB) dan wabah. h. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat. i.
Ketersediaan obat esensial-generik disarana pelayanan kesehatan 90%.
i.
Cakupan pengawasan : 100 % (pada seluruh satuan kerja di lingkungan Kantor Dinas Kesehatan dan KB, di Puskesmas, Pustu dan Polindes).
j.
Terwujudnya keluarga kecil berkualitas pada tahun 2015.
2. Sasaran Pembangunan Kesehatan ( RPJMD 2006 – 2010) Dengan sasaran-sasaran program yang akan dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada tahun 2010, dan kontribusi pelaku pembangunan kesehatan lainnya , diharapkan sasaran keluaran pembangunan kesehatan berikut ini dapat tercapai : a. Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS menjadi 65 %; b. Meningkatnya persentase Posyandu Purnama 80 % dan mandiri menjadi 40 %; c. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah sesuai syarat kesehatan menjadi 80 %, persentase keluarga menggunakan air bersih : 80 %, menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan menjadi 80 %; d. Tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menjadi 80 %; e. Sarana Air Bersih yang diawasai menjadi 80 %; f.
Jumlah institusi yang dibina menjadi 100 %;
g. Cakupan rawat jalan menjadi 15 %;
i.
Cakupan pelayanan antenatal ( K4) 90 %, cakupan kunjungan neonatus ( KN2) menjadi 90 %, dan cakupan kunjungan bayi menjadi 85 %;
j.
Pelayanan Kesehatan GAKIN secara Cuma-Cuma di Puskesmas dan Rumah Sakit sebesar 100 %;
k. Cakupan rawat inap 1,5 %;
Profil Kesehatan Tahun 2008
h. Cakupan persalinan yang ditolong tenga kesehatan menjadi 90 %;
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 l.
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan gawat darurat : 100 %, Puskesmas Perawatan yang melaksanakan pelayanan Obstetri dan neonatal emergensi komprehensif 100 , dan jumlah puskesmas yang terakreditasi 100 %;
m. Desa yang mencapai Universal Child Immunization ( UCI) : 100 %; n. Angka Case Detection Rate penyakit TB : 80 %, dan angka keberhasilan pengeobatan TB diatas 85 %; o. Penemuan kasus Acute Flaccid Paralysis ( AFP) : >/100.000 anak usia < 15 tahun; p. Penderita DBD yang ditangnani : 100 %; q. Penderita Malaria yang diobatai : 100 %. r. Case Fatalyti Rate ( CFR) Diare pada saat KLB < 1,2 %; s. Orang dengan HIV AIDS ( ODHA) mendapat pengobatan ART:100 %; t.
Persentase Bumil yang mendapat tablet Fe : 95 %;
u. Persentase bayi yang mendapat ASI ekklusif : 80 %; v. Balita yang mendapat Vitamin A : 100 %; w. Balita gizi kurang dan gizi buruk yang ditangani : 100 %; x. Bumil KEK yang ditangani : 100 %; y. Sekolah yang melaksanakan UKS : 100 %; z. Cakupan peserta/akseptor KB minimal 70% PUS. Dengan demikian diharapkan sasaran-sasaran dampak pembangunan kesehatan jangka menengah di Kabupaten Bintan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dicapai , yaitu : a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66, 2 tahun menjadi 70,6 tahun; b. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi kurang dari 26 per 1.000 kelahiran
c. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi kurang dari 226 per 100.000 kelahiran hidup; d. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi < 5,0 %; dan e. Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk menjadi ≤ 2%.
Profil Kesehatan Tahun 2008
hidup;
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
3.2. Angka Kematian (Mortalitas) 3.2.1. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Kemajuan penting dalam pembangunan kesehatan pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan dapat dilihat dari meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat melalui menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB). Pada tahun 2008 tercatat jumlah persalinan sebanyak 2.873 orang, dari jumlah tersebut terdapat 3 kasus lahir mati, ini berarti terdapat 2.860 bayi lahir hidup. Jumlah kematian bayi pada tahun 2008 sebanyak 13 kasus atau sama dengan 4,52 per 1000 kelahiran hidup. Keadaan ini lebih baik jika dibandingkan dengan kematian bayi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 16 kasus atau sama dengan 5,3 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi menurut Tabel.4
: Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Bintan, Tahun 2008
No
Kecamatan
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
(2) Teluk Bintan Seri Kuala Lobam Bintan Utara Teluk Sebong Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Gunung Kijang Toapaya Tambelan Jumlah
Lahir Hidup (3) 217 361 449 187 923 144 87 214 167 111 2.860
Jumlah Lahir Lahir Hidup + Mati Lahir Mati (4) (5) 1 218 2 363 2 451 2 189 4 927 0 144 0 87 1 215 0 167 1 112 13 2.873
Angka Kematian (Dilaporkan) per 1.000 kelahiran hidup
Jml Bayi Mati (6) 1 2 2 2 4 0 0 1 0 1 13
Jml Balita (7) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jml Balita Mati (8) 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
4,52
Profil Kesehatan Tahun 2008
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2009
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 2.
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2004-2008 per 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Bintan.
Sumber: Seksi KIA, Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2008
3.2.2. Angka Kematian Balita per 1000 Kelahiran Hidup Perkembangan jumlah balita di Kabupaten Bintan mulai tahun 2004-2008 yaitu 12.234 balita tahun 2004 dengan jumlah kematian 1 balita, 15.567 balita tahun 2005 dengan jumlah kematian 1 balita, 16.734 balita tahun 2006 dan 16.735 balita tahun 2007 dan 2008 tanpa kematian balita. Sedangkan Angka Kematian Balita di Kabupaten Bintan mulai tahun 2004-2007 tercatat sebanyak 0.4 per 1000 kelahiran hidup tahun 2004, 0.3 per 1000 kelahiran hidup tahun 2005 dan tidak terdapat kematian pada tahun 2006, 2007 dan 2008. untuk lebih jelasnya trend angka
Profil Kesehatan Tahun 2008
kematian balita di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada grafik 3.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 3.
Angka Kematian Balita (AKABA) tahun 2004-2008 per 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Bintan.
Sumber: Seksi KIA, Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2008
3.2.3. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup Kematian Ibu Maternal adalah kematian ibu selama masa kehamilan, waktu melahirkan dan masa nifas. Pada tahun 2008 terdapat 2 orang kematian ibu maternal dari 2.873 persalinan, ini berarti Angka Kematian Ibu (AKI) sama dengan 69,61 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan kondisi pada tahun 2007 kematian ibu maternal sebanyak 1 orang
dari 3.026
persalinan atau sama dengan 33 per 100.000 kelahiran hidup. Seluruh data diatas dicatat berdasarkan sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas dan disebabkan karena eklamsia (keracunan masa kehamilan) dan infeksi nifas. Secara umum pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat pada tahun 2008 lebih baik hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dan kematian ibu. Secara
tahun 2010 menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Ibu melahirkan secara Nasional pada saat ini 307 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan menurun menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Upaya untuk menurunkan AKI dan AKB adalah melalui penempatan tenaga kesehatan di seluruh desa/kelurahan yang ada, terutama bidan desa yang didukung dengan peningkatkan
Profil Kesehatan Tahun 2008
Nasional angka kematian bayi pada saat ini 37 per 1000 kelahiran hidup dan diharapkan pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 sarana dan prasarana antara lain gedung, obat dan alat–alat kesehatan, kendaraan operasional serta kesejahteraan tenaga kesehatan.
Tabel. 5
:
Jumlah Kematian Ibu Maternal Per Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2008
No
Kecamatan
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
(2) Bintan Timur Mantang Bintan Pesisir Gunung Kijang Topaya Teluk Bintan Teluk Sebong Sri Kuala Lobam Bintan Utara Tambelan Jumlah
Jml Ibu Hamil (3) 1.029 92 131 250 221 230 270 468 537 138 3.373
Jml Kematian Ibu Maternal Kematian Ibu Kematian Ibu Kematian Ibu Hamil Bersalin Nifas (4) (5) (6) 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Angka Kematian (Dilaporkan) per 100.000 kelahiran hidup
Jml (7) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 69.61
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2009
3.2.4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas per 100.000 penduduk Pada tahun 2008 jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dilaporkan dari puskesmas se Kabupaten Bintan sebanyak 808 kecelakaan, dengan jumlah korban 122 orang (15.09%). Distribusi tingkat kecelakaan yang tertinggi adalah luka ringan sebanyak 98 orang dan luka berat 24 orang, laporan kecelakaan tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Kawal (Kecamatan Gunung Kijang) sebanyak 122 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan kecelakaan tertinggi di wilayah Puskesmas Kijang (Kecamatan Bintan Timur) sebanyak 184 kecelakaan. Angka kecelakaan lalu lintas, tahun 2008 sebesar 98,75 per 100.000 penduduk, tahun 2007 sebesar 276,34 per 100.000 penduduk, tahun 2006 sebesar 22,26 100.000 penduduk dan
Profil Kesehatan Tahun 2008
kecelakaan yaitu 447 kecelakaan (peningkatan sebesar 361 kecelakaan), dengan tingkat
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 tahun 2005 sebesar 268,19 per 100.000 penduduk. Trend angka kecelakaan lalu lintas dari tahun 2005 s/d 2008 dapat dilihat pada grafik.
Grafik 6.
Angka Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2005-2008 per 100.000 penduduk di Kabupaten Bintan.
Sumber: Seksi Yankes, Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2008
3.3. Angka Kesakitan (Morbiditas) 3.3.1. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada anak usia <15 tahun per 100.000 anak Angka kejadian AFP di Kabupaten Bintan tahun 2008, terdapat 1 kasus di wilayah Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya), dengan Angka Kesakitan 7.11 per 100.000 anak.
Pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan ditemukan sebanyak 1.082 kasus TB Paru Klinis (8,82 per 1000 penduduk) dan dari jumlah tersebut 153 kasus diantaranya adalah Basil Tahan Asam/BTA positif (1,24 per 1000 penduduk). Keadaan ini jika dibandingkan tahun lalu terjadi penurunan kasus dimana pada tahun 2007 kasus TB Paru Klinis sebanyak 1.137 kasus atau 9,27 per 1.000 penduduk dan kasus TB Paru positif sebanyak 175 kasus atau 1,43 per 1.000 penduduk. Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penanggulangan TB Paru adalah
Profil Kesehatan Tahun 2008
3.3.2. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 dengan intensifikasi penemuan penderita dan pengobatan gratis kepada semua penderita yang telah ditemukan.
3.3.3. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Jumlah penderita pneumonia di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 73 kasus dimana kasus tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Bintan Timur sebanyak 35 kasus dan Gunung Kijang 26 kasus. Dari 73 kasus, 68 kasus diantaranya terjadi pada balita dan semuanya telah dilakukan penanganan dengan pemberian obat dan penatalaksanaan pneumonia bagi balita.
3.3.4. Persentase HIV/AIDS ditangani Penyakit PMS HIV/AIDS masih menjadi masalah di Kabupaten Bintan. Pada tahun 2008 telah ditemukan 29 kasus HIV di seluruh wilayah puskesmas dan yang berkontribusi paling banyak kasus HIV/AIDS nya adalah di lokalisasi Kecamatan Toapaya (Batu. 24) sebanyak 25 kasus dan semuanya telah dilakukan upaya penanganan dengan bekerjsamana dengan lintas program dan lintas sektor serta LSM.
3.3.5. Prevalensi HIV (Persentase Kasus terhadap Penduduk Beresiko) Prevalensi HIV dari 25 kasus yaitu 0.02% terhadap 125.058 jiwa penduduk yang ada di Kabupaten Bintan, sedangkan persentase penduduk berisiko menurut kecamatan adalah 0.33% dari 7.628 jiwa penduduk di wilayah kerja Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya). Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) merupakan wilayah yang paling banyak kasus HIV nya dibandingkan wilayah puskesmas lainnya. 3.3.6. Persentase Infeksi Menular Seksual diobati Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Bintan seperti penyakit (sipilis, gonorhoe, ulcus genital, scrotum bengkak) pada tahun 2008 tercatat sebanyak 130 kasus dari seluruh yang berkunjung ke klinik 24 Kecamatan Toapaya dan Bukit Senyum Bintan Utara.
3.3.7. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Bintan masih merupakan masalah utama, dimana pada tahun 2008 terdapat 150 kasus (Insident Rate 1,22/1000) dengan kematian 2 orang (CFR 1,33 persen). Kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Gunung Kijang sebanyak 69 kasus, bilamana dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan kasus dan kematian, pada tahun 2007 terdapat 71 kasus ( IR 0,57 per 1000 ) dengan kematian 1 orang (CFR 1,4 persen).
Profil Kesehatan Tahun 2008
Seluruh penderita penyakit IMS ini telah diberikan pengobatan secara intensif oleh Puskesmas.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Tabel 7 No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
:
Data Kasus Demam Berdarah 4 tahun terakhir di Kabupaten Bintan Tahun 2005 s/d 2008 Tahun Puskesmas 2005 2006 2007 2008 (2) (3) (4) (5) (6) Bintan Timur 14/0 12/0 12/0 46/1 Mantang Data gabung Kec. Bintan Timur Bintan Pesisir Data gabung Kec. Bintan Timur Gunung Kijang 11/1 16/0 16/0 69/0 Toapaya Data gabung Gunung Kijang Teluk Bintan 6/0 1/0 1/0 3/0 Teluk Sebong 5/0 7/0 7/0 11/0 Sri Kuala Lobam Data gabung Kec. Bintan Utara 3/3 Bintan Utara 24/0 19/0 19/0 18/1 Tambelan 0/0 0/0 0/0 0/0 Jumlah 60/1 59/0 17/1 150/2
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Keterangan : K/M, K= Kasus, M = Meninggal
3.3.8. Persentase DBD ditangani Persentase kejadian penyakit Demam Berdarah (DBD) yang ditangani di Kabupaten Bintan Tahun 2008 dari 150 kasus yaitu 100% ditangani di tempat pelayanan kesehatan (puskesmas, puskesmas pembantu serta tempat pelayanan kesehatan lainnya).
3.3.9. Persentase Balita dengan Diare ditangani Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular, pada tahun 2008 kasus penyakit diare di Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 3.838 kasus (31,28 per 1.000 penduduk), 1.426 kasus diantaranya terjadi pada balita. Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2007 yaitu 3.509 kasus (28,6 per 1.000 penduduk).
3.3.10. Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk Pada tahun 2008 jumlah kasus malaria yaitu 545 kasus malaria positif (4,4 per 1000
dibandingkan dengan tahun 2007, dimana kasus malaria positif (9,7 per 1000) penduduk atau sebanyak 1.162 dan malaria klinis sebanyak 15.276 (127,2 per 1000) penduduk . Meskipun angka kesakitan malaria menurun namun penyakit ini masih menjadi masalah di beberapa kecamatan di Kabupaten Bintan, ini dapat dibuktikan dengan tolok ukur atau indikator yang ada yakni API dan AMI. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Profil Kesehatan Tahun 2008
penduduk) dan 6.841 kasus malaria klinis (55,7 per 1000 penduduk). Keadaan ini lebih rendah
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Tabel 8.
:
Annual Parasit Incident (API) per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 s/d 2008.
No
Puskesmas
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
(2) Bintan Timur Mantang Bintan Pesisir Gunung Kijang Toapaya Teluk Bintan Teluk Sebong Sri Kuala Lobam Bintan Utara Tambelan Jumlah
Tahun 2005 (3) 10,1 0,0 0,0 0,4 0,0 12,5 3,6 0,0 13,4 0,0 9,0
2006 (4) 11,6 0,0 0,0 29,5 0,0 26,3 2,9 0,0 21,9 2,3 16,5
2007 (5) 3,4 0,0 0,0 8,2 0,0 13,4 6,2 0,0 21,1 2,1 9,7
2008 (6) 2,38 5,04 2,19 3,20 1,99 6,21 4,07 5,35 9,78 1,78 4,44
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Tabel 9
: Annual Malaria Incident (AMI) Per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 s/d 2008
No
Puskesmas
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
(2) Bintan Timur Mantang Bintan Pesisir Gunung Kijang Topaya Teluk Bintan Teluk Sebong Sri Kuala Lobam Bintan Utara Tambelan Jumlah
2005 (3) 92,8 0,0 0,0 3,1 0,0 40,5 14,9 0,0 196,0 32,6 84,2
Tahun 2006 (4) 110,5 0,0 0,0 112,6 0,0 116,7 48,4 0,0 203,2 28,4 125,3
2007 (5) 109,1 0,0 0,0 76,2 0,0 69,7 45,8 0,0 246,4 18,6 127,2
2008 (6) 69,98 31,12 52,63 37,47 20,93 45,41 33,24 18,53 118,14 3,55 55,76
3.3.11.Persentase Penderita Malaria Diobati Pada tahun 2008 jumlah kasus malaria klinis 6.841 kasus dan malaria positif yaitu 545 kasus, pengobatan telah dilakukan pada semua kasus yang menderita positif malaria (100%). Namun jika dibagi dengan jumlah malaria klinis yang diobati sebanyak 7.97%.
3.3.12.Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Profil Kesehatan Tahun 2008
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Untuk mewujudkan eliminasi kusta upaya penemuan penyakit kusta baru terus dilakukan dengan berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan pasif maupun aktif (school survey, contact survey dan chase survey). Dari kegiatan tersebut pada tahun 2008 ditemukan 3 kasus (0,24 Per 10.000 penduduk) yang terdapat di kecamatan Teluk Sebong. Ketiga penderita kasus tersebut telah dilakukan pengobatan. Perlu diketahui bahwa secara program penyakit kusta sudah tereleminir di Kabupaten Bintan karena prevalensinya kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Bila dibandingkan pada tahun 2007 dimana ditemukan 2 kasus atau ( 0,16 per 10.000 ) penduduk terjadi peningkatan kasus.
3.3.13. Kasus Penyakit Filaria Ditangani Pada tahun 2008 kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Bintan ditemukan sebanyak 9 kasus yang terdapat di wilayah Puskesmas Teluk Bintan (Kecamatan Teluk Bintan) sebanyak 1 kasus dan 8 kasus di wilayah Puskesmas Teluk Sasah (Kecamatan Sri Kuala Lobam), dari 9 kasus yang ditemukan semuanya (100%) telah dilakukan penanganan (pemberian pengobatan dan tindakan medis lainnya). 3.3.14.Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Difteria, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dari semua jenis penyakit tersebut di Kabupaten Bintan tahun 2008, yang ditemukan yaitu kasus campak sebanyak 10 orang yang terjadi di dua wilayah puskesmas yaitu Puskesmas Teluk Bintan (Kecamatan Teluk Bintan) sebanyak 1 kasus dan wilayah Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 9 kasus.
3.4. Indikator Status Gizi 3.4.1. Persentase Kunjungan Neonatus
neonates tersebut semunya (100%) telah berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan pada saat berumur 6-7 hari (Kn2). Jika dibandingkan dengan data tahun 2006 dan 2007 terjadi peningkatan kunjungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Pada tahun 2008 jumlah nenatus di Kabupaten Bintan sebanyak 2.785 orang, dari 2.785
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 4.
Persentase Kunjungan Neonatus Tahun 2006-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.4.2. Persentase Kunjungan Bayi Jumlah bayi di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 3.079 orang dan yang berkunjung ke tempat pelayanan sebanyak 8 kali sebanyak 899 orang (29.20%), Puskesmas Tanjung Uban dan Toapaya semua (100%) bayi (0-12 bulan) di wilayah puskesmas ini telah melakukan kunjungan dan mendapatkan melayanan kesehatan baik kuratif maupun promotif sebanyak 8 kali. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan (tahun 2007; 83,21%, tahun 2006; 97,63% dan tahun 2005; 85,11%). 3.4.3. Persentase BBLR ditangani Jumlah kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Bintan tahun (Kecamatan Sri Kuala Lobam) sebanyak 9 kasus (2.49%) dan di wilayah Puskesmas Teluk Bintan, Teluk Sebong, Kelong, Toapaya dan tambelan tidak terdapat bayi dengan BBLR. Dari 22 kasus semuanya telah mendapatkan penanganan sesuai dengan standar pelayanan pada bayi BBLR. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2005 s/d 2008 di Kabupaten Bintan, dapat dilihat pada grafik.
Profil Kesehatan Tahun 2008
2008 sebanyak 22 kasus (0.77%), kasus BBLR tertinggi di wilayah Puskesmas Teluk Sasah
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 5.
Persentase BBLR Tahun 2005-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.4.4. Balita dengan Gizi Buruk Jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 85 kasus (0.78%), kasus tertinggi di wilayah Puskesmas Teluk Sebong sebanyak 31 kasus (2.78%) dan wilayah Puskesmas Teluk Sasah sebanyak 11 kasus (2.21%). Seluruh Balita yang menderita gizi buruk telah dilakukan penanganan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari
Profil Kesehatan Tahun 2008
makan serta pengobatan penyakit penyerta di pusat pelayanan kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 6.
Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2006-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA/Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.4.5. Kecamatan Bebas Rawan Gizi Kecamatan dikatakan bebas rawan gizi, apabila persentase balita gizi buruk di wilayah tersebut tidak lebih dari 1%, di Kabupaten Bintan tahun 2008 terdapat 3 kecamatan yang tidak bebas atau rawan gizi yaitu Kecamatan Teluk Bintan (1.03%), Kecamatan Sri Kuala Lobam (2,21%) dan Kecamatan Teluk Sebong (2.78%). Kecamatan dikatakan rawan gizi bukan berarti kecamatan tersebut kekurangan bahan pangan akan tetapi karena pola konsumsi masyarakat yang kurang baik disamping itu juga disebabkan karena pola asuh orang tua yang salah terhadap anaknya. Jika dibandingkan dengan data tahun 2007, menunjukkan adanya peningkatan jumlah kecamatan yang rawan gizi, yaitu Kecamatan Teluk Bintan dan Sri Kuala Lobam pada tahun 2007 kategori kecamatan rawan gizi.
Profil Kesehatan Tahun 2008
bukan merupakan kecamatan rawan gizi, pada tahun 2008 dua kecamatan ini termasuk dalam
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, kemampuan dan kesadaran hidup sehat bagi setiap penduduk serta tumbuhnya sikap kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini memungkinkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam kerangka mengatasi keadaan dan masalah pembangunan kesehatan yang dihadapi dewasa ini, penyelenggaraan upaya kesehatan harus diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan baik fisik, biologik maupun sosial budaya, upaya kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerja sama lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pengutamaan pada upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan. Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan sepanjang tahun 2008, maka hasil pencapaian melalui beberapa indikator dapat digambarkan upaya kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan seperti berikut ini : 4.1. Pelayanan Kesehatan 4.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Kunjungan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan
(93%) dari 3.389 orang ibu hamil, sedangkan yang memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali selama hamil sebanyak 2.982 orang (88,4%). Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 4,6% ibu hamil yang drop out/ tidak memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali atau kemungkinan juga memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali tetapi tidak tercatat pada reporting and recording puskesmas (of the record). Jika dibandingkan dengan data tahun 2007
Profil Kesehatan Tahun 2008
sebanyak 1 kali selama trimester pertama tahun 2008 di Kabupaten Bintan yaitu 3.153 orang
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 kunjungan ibu K1 mengalami peningkatan sedangkan K4 mengalami penurunan, untuk lebih jelasnya kunjungan ibu hamil 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik. Grafik 7.
Persentase Kunjungan Ibu Hamil tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Persentase persalinan oleh tenaga bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebiadanan, tahun 2008 sebanyak 2.474 orang (97.90%) dari 2.527 orang ibu bersalin. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 11.19% (tahun 2008; 86.71%), trend persentase persalinan oleh tenaga bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
Profil Kesehatan Tahun 2008
kompetensi kebiadan 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik 9.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 8.
Persentase Persalinan olehTenaga Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi kebiadanan tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Pelayanan bagi ibu nifas tahun 2008 merupakan kegiatan prioritas yang dilakukan oleh bidan, karena dalam upaya untuk menurunkan angka kesakitan seperti anemia gizi besi dan komplikasi pada ibu nifas dengan cara pemberian tablet tambah darah selama nifas dan penanganan kasus komplikasi. Pada tahun 2008, jumlah ibu nifas yang diberikan tablet tambah darah sebanyak 2.783 orang (86.5%), pemberian vitamin A ibu nifas sebanyak 2.783 orang (86.5%) dan penanganan kasus komplikasi selama nifas sebanyak 1 kasus. 4.1.2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita serta Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU
2.682 anak balita pra sekolah yang tercatat telah dilakukan deteksi dini sebanyak 2.071 anak (77.21%), pada siswa SD/MI dari 7.974 siswa telah dilakukan pemeriksaan kesehatan pada 4.274 siswa (53.59%), serta siswa SMP/SMU juga telah dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada 58.42%.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita yang dilakukan selama tahun 2008, dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Bentuk deteksi yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggi badan, berat badan, serta pemeriksaan kesehatan lainnya secara berkala yang dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK), SD/MI serta SMP/SMA. 4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Dalam kaitan dengan aspek penataan administrasi kependudukan keluarga berencana merupakan hal penting dalam mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Pelaksanaan program keluarga berencana telah menunjukan hasil cukup memuaskan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bintan, hal ini diindikasikan dengan meningkatnya pencapaian peserta KB aktif pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebagaimana tabel berikut :
Tabel.10
No 1. 2. 3. Sumber :
: Pencapaian Peserta KB Aktif Kabupaten Bintan Tahun 2006, 2007 dan 2008 Tahun Jumlah PUS 2006 18.265 2007 21.161 2008 20.322 Seksi KB Dinas Kesehatan, Tahun 2009
KB aktif 12.943 15.509 17.329
Persentase 70,86 73,30 85,27
Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2008 tercatat sebanyak 20.322 PUS yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 17.329 peserta (85,27 persen). Bila dilihat dari angka standar PUS yaitu 16,5 persen dari jumlah penduduk atau 20.322 PUS, maka jumlah PUS pada tahun 2008 ini yang ikut sebagai peserta KB aktif berada diatas target yang telah ditentukan pada tahun 2008 yaitu 70 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi kenaikan persentase jumlah peserta aktif dimana dari 21.161 Pasangan Usia Subur ditemui peserta KB Aktif sebanyak 15.509 peserta (73,70 persen) dengan kenaikan sebesar 11,57 persen. Pencapaian peserta KB aktif sepanjang tahun 2008 telah mencapai 17.329 akseptor, dengan klasifikasi pengunaan metoda
Profil Kesehatan Tahun 2008
kontrasepsi Non Hormonal dan Hormonal di Kabupaten Bintan seperti tabel 11.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Tabel. 11 : Pencapaian Peserta KB Aktif dengan Klasifikasi Pengunaan Metoda Kontrasepsi Non Hormonal dan Hormonal di Kabupaten Bintan, Tahun 2008
NO
KECAMATAN
MKJP MOP/ MOW (4) 3 13 4 8
JUMLAH PESERTA KB AKTIF NON MKJP
IMP IUD SUNTIK LANT (1) (2) (3) (5) (6) 1 Teluk Bintan 106 739 2 Seri Kuala Lobam 28 60 632 3 Bintan Utara 247 196 536 4 Teluk Sebong 9 78 589 5 Bintan Timur 159 108 3.682 6 Bintan Pesisir 6 14 482 7 Mantang 6 14 260 8 Gunung Kijang 15 3 88 528 9 Toapaya 21 89 749 10 Tambelan 2 3 19 248 JUMLAH 493 34 772 8.445 Sumber : Seksi KB Dinas Kesehatan, Tahun 2009
PIL
Kdom
(7) 491 405 773 580 1.633 204 362 286 419 232 5.385
(8) 77 15 29 17 66 9 23 19 23 8 286
OBAT VAGINA (9) -
LAIN NYA (10) -
MKJP + NON MKJP (11) 1.413 1.143 1.794 1.273 5.652 723 665 939 1.301 512 15.415
Akseptor pengguna metode kontrasepsi Non Hormonal mencapai 813 orang atau 5,28 persen dari peserta KB aktif sebanyak 15.415 yang terdiri dari IUD 493 atau sebesar 3,2 persen, MOP/MOW sebanyak 34 atau sebesar 0,22 persen, Kondom sebanyak 286 atau sebesar 1,86 persen dari total KB Aktif. Kemudian yang menggunakan metode kontrasepsi Hormonal mencapai 14.602 akseptor atau 94,73 persen dari total peserta KB Aktif, yang terdiri dari Implant sebanyak 772 atau 5,01 persen, suntikan sebanyak 8.445 atau 54,79 persen, dan sisanya pengguna kontrasepsi Pil sebanyak 5.385 atau 34,94 persen.
4.1.4. Pelayanan Imunisasi Cakupan desa/kelurahan Universal Child Imunization (UCI) merupakan desa/kelurahan yang pencapaian imunisasi campaknya >80%, tahun 2008 dari 49 desa/kelurahan terdapat 2 desa/kelurahan yang belum UCI yaitu Kelurahan Teluk Lobam Kecamatan Sri Kuala Lobam dengan cakupan 48.6% dan Desa Toapaya Selatan Kecamatan Toapaya dengan cakupan 69.6%. tubuh bayi antara lain BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio3 dan Campak. Tahun 2008, cakupan imunisasi BCG sebesar ...%, dengan pencapaian terendah di wilayah Puskesmas Tanjung Uban (Kecamatan Bintan Utara) 92.8% dan wilayah Puskesmas Teluk Sasah (Sri Kuala Lobam) 85.2%. Cakupan imunisasi DPT1+HB1 tahun 2008 sebesar 99.9%, angka ini telah mencapai target 95% yang telah ditentukan, distribusi pencapaian imunisasi DPT1+HB1 menurut puskesmas
Profil Kesehatan Tahun 2008
Imunisasi yang diberikan kepada bayi dalam rangka peningkatan imunitas/kekebalan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 yang paling rendah adalah di wilayah Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 85.3%, wilayah Puskesmas Teluk Sasah (Kecamatan Sri Kuala Lobam) 93.6% dan wilayah Puskesmas Tanjung Uban (Kecamatan Bintan Utara) 93.7%. Cakupan Imunisasi DPT+HB3, tahun 2008 di Kabupaten Bintan sebesar 98.1% dengan target 85%, angka ini menjukkan bahwa target telah tercapai, namun menurut puskesmas terdapat satu puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 83.6%. Cakupan polio3 di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebesar 93.8%, dari 10 puskesmas terdapat satu puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 83.2%. Cakupan imunisasi campak merupakan indicator desa/kelurahan UCI, tahun 2008 cakupan campak di Kabupaten Bintan sebesar 95.5%, target yang telah ditentukan tahun 2008 sebesar 80%, angka menunjukkan bahwa cakupan telah tercapai baik di tingkat kabupaten maupun puskesmas. Cakupan TT1 WUS dan Ibu Hamil, tahun 2008 masih dibawah target 80% yang telah ditentukan dengan capaian sebesar 55.21%, sedangkan cakupan TT2 WUS dan Ibu Hamil capaian sebesar 46.88%. Tujuan imunisasi TT ibu hamil dan wanita usia subur (calon pengantin) adalah upaya akselerasi eleminasi tetanus mataren dan neonatorum (ETN). 4.1.5. Pelayanan Gizi Bayi Bawah Garis Merah (BGM) menurut KMS dari keluarga miskin merupakan kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap gizi buruk disebabkan karena daya beli keluarga terhadap bahan pangan yang rendah, sehingga bayi khususnya umur 6-24 bulan dari keluarga miskin membutuhkan perhatian khsusu berupa pemberian makanan tambahan secara rutin setiap tahunnya disamping upaya promotif dan peningkatan perekonomian keluarga. Pada
sebanyak 1.028 orang dan 70 orang (6.8%) diantaranya mendapatkan MP-ASI, pemberian makanan MP-ASI ini masih belum memenuhi kebutuhan untuk seluruh bayi umur 6-24 bulan dari keluarga miskin sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan jumlah dan mutu sesuai dengan jumlah sasaran yang ada.
Profil Kesehatan Tahun 2008
tahun 2008 di Kabupaten Bintan tercatat jumlah bayi umur 6-24 bulan dari keluarga miskin
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Vitamin A, diberikan kepada bayi umur 6-12 bulan, anak balita 1-5 tahun dan ibu nifas selama masa nifas. Tahun 2008 cakupan pemberian vitamin A bayi umur 6-24 bulan bulan februari 104.6% dan agustus 101.6% (rata-rata 103.1%), cakupan vitamin A anak balita pada bulan februari 93.45 dan agustus 89% (rata-rata 91.2%). Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan cakupan dari 93.28% (4.28%). Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 85 orang, semuanya telah mendapatkan perawatan dan telah diberikan makanan tambahan selama 90 hari makan. Persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet besi tahun 2008 sebesar 82.21% untuk Fe1 (30 tablet pertama pemberian Fe) dan 83.12% untuk Fe3 (90 tablet pemberian Fe), cakupan puskesmas terendah di Teluk Bintan sebesar 45.2% serta Teluk Sasah 74.1%. 4.1.6. Rujukan dan Penanganan Ibu Hamil dan Neonatus Resiko Tinggi Ketersediaan darah untuk menangani ibu hamil dan neonatus yang dirujuk ke Rumah Sakit, disediakan melalui Palang Merah Indonesia (PMI) Kepulauan Riau serta donor darah dari keluarga pasien. Ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi yang ditangani selama tahun 2008 sebanyak 805 kasus (100%) dari jumlah ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi, dan neonatal resiko tinggi atau komplikasi yang ditangani sebanyak 68 kasus (100%) dari jumlah neonatal resiko tinggi atau komplikasi. 4.1.7. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Jumlah sarana kesehatan yang mampu melakukan pelayanan kesehatan gawat darurat sebanyak 12 unit sarana kesehatan, yang terdiri dari Rumah Sakita 2 unit yaitu Rumah Sakit Umum Propinsi Kepulauan Riau di Busung Kecamatan Sri Kuala Lobam dan Rumah Sakit Swasta PT. Antam Kijang di Kijang Kecamatan Bintan Timur, sedangkan puskesmas semuanya (10 unit)
memeberikan pelayanan gawat darurat. 4.1.8. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB penyakit selama tahun 2008 sebanyak 7 desa/kelurahan dengan distribusi per kecamatan antara lain : Kecamatan Teluk Bintan 2 desa/kel,
Profil Kesehatan Tahun 2008
telah disediakan tempat pelayanan gawat darurat (UGD), sehingga dapat dan mampu untuk
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Kecamatan Bintan Timur 1 desa/kel, Kecamatan Mantang 1 desa/kel,Kecamatan Gunung Kijang 1 desa/kel dan Kecamatan Toapaya 2 desa/kel. Jenis kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi adalah Demam Berdarah (DBD) sebanyak 36 penderita dan 1 orang meninggal (CFR, 2.78%), Campak 9 penderita, Keracunan Malanan 6 penderita dan 1 meninggal (CFR, 16.67%). Semua penderita yang disebabkan oleh ketiga jenis penyakit tersebut telah dilakukan penanganan dibawah 24 jam dengan melakukan tindakan pengobatan bagi penderita dan pencegahan bagi kelompok sasaran lainnya yang dianggap berpotensi untuk terjangkit penyakit DBD dan Campak. 4.1.9. ASI Eksklusif dan Pemantauan Garam Beryodium ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai dengan umur 6 bulan tanpa pemberian makanan pendamping. Program ini mempunyai tantangan yang kuat karena harus mengahadapi maraknya iklan susu formula yang dijual bebas (komersial) khususnya susu formula bagi bayi umur dibawah 6 bulan. Kondisi ini terbukti dengan rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya yaitu sebesar 39.01% pada tahun 2008, angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 45,58%. Distribusi menurut kecamatan yang paling rendah di Kecamatan Toapaya sbesar 10,45%. Pemantauan garam beryodium dilakukan dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan akibat kekurangan zat yodium dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit gondok. Kabupaten Bintan bukan merupakan daerah endemis gondok sehingga kasus ini tidak ditemukan selama 5 tahun terakhir. Namun kegiatan yang sifatnya promotif tetap harus dilakukan dengan cara melakukan mengecekan kandungan garam beryodium yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Pada tahun 2008 dari 49 desa yang dilakukan survey tidak terdapat desa dengan garam beryodium yang kurang baik, kondisi ini sama dengan tahun 2007.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pelayanan dasar gigi tahun 2008, antara lain tumpatan gigi tetap sebanyak 256 orang, pencabutan gigi tetap sebanyak 1.381 orang dengan rasio tambal/cabut 0.19%, angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu 0.26. Upaya promotif dan preventif dengan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dari 5.351 murid SD yang tercatat 370 murid (6,92%) diantaranya dilakukan pemeriksaan gigi dan
Profil Kesehatan Tahun 2008
4.1.10. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 mulut dan 26 murid perlu perawatan namun hanya 19 murid (73,08%) yang mendapatkan perawatan. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan murid yang dirawat karena adanya kerusakan pada gigi dan mulut. 4.1.11. Upaya Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan upaya promotif dalam upaya merubah perilaku masyarakat sehingga mengarah kepada perilaku kesehatan yang baik. Pada tahun 2008, kegiatan penyuluhan dilakukan dalam bentuk penyuluhan kelompok dan massa, dari 10 kecamatan terdapat 3 kecamatan yang melakukan penyuluhan kelompok yaitu di Kecamatan Mantang sebnayk 2 kali, Kecamatan Gunung Kijang sebanyak 224 kali dan Kecamatan Toapaya sebanyak 13 kali, sedangkan penyuluhan massa hanya dua kecamatan yang melaksanakan yaitu Kecamatan Gunung Kijang sebanyak 32 kali dan Kecamatan Toapaya sebanyak 6 kali. 4.1.12. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan, cakupan jumlah peserta jaminan pra bayar sebesar20.99%, terdiri dari asuranse kesehatan (ASKES) 5.71%, Askeskin 9.84% dan JPK pra bayar lainnya 5.44%, sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin (JPKMM) yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 273 orang. 4.1.13. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Jumah tenaga kerja formal di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 19.440 pekerja yang mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan secara berkala sebanyak 4.138 pekerja (21.29%). 4.1.14. Pelayanan Kesehatan Usial Lanjut Pelayanan kesehatan kepada usila dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan usia lanut terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, HB, gula darah, ginjal serta pengobatan dan konseling bagi penderita penyakit tertentu.
mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 776 orang (21.10%) dan usia lanjut (60 tahun ke atas) sebanyak 5.523 orang yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 1.807 orang (32.72%). Total jumlah pra usila dan usila di Kabupaten Bintan sebanyak 9.201 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 2.583 orang (28.07%).
Profil Kesehatan Tahun 2008
Jumlah pra usila (45-59 tahun), tahun 2008 sebanyak 3.678 orang dan yang
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 4.2. Askes dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.2.1 Rawat Inap dan Rawat Jalan Jumlah penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya tahun 2008 sebesar 108.655 kunjungan terdiri dari 106.400 kunjungan rawat jalan dan 2.255 kunjungan rawat inap. Ini artinya 98.8% penduduk telah memanfaatkan puskesma dan jaringannya. Bila dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan dan rawat inap pada tahun 2007 sejumlah 104.271 kunjungan mengalami peningkatan sebesar 13,8 %. Pada tahun 2007 kunjungan rawat jalan sebesar 102.054 kunjungan dan 2.217 kunjungan rawat inap. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Rawat Jalan sebesar 15 % dan 1,5 % untuk rawat inap maka jumlah kunjungan penduduk yang menggunakan puskesmas dan jaringannya sudah melebihi Standar Pelayanan Minimal. Grafik 9. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2004-2008
Sumber : Seksi Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Dari 10 jenis penyakit terbesar berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas yaitu ISPA, Hypertensi, Gastritis-duo denitis, diare-gastro enteritis, infeksi saluran pernapasan atas,
Profil Kesehatan Tahun 2008
di Kabupaten Bintan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 malaria klinis, diabetes melitus, penyakit pada vulva-jaringan periapikal, karies gigi, infeksi padakulit. Pada tahun 2007 kunjungan terbanyak di puskesmas dan jaringannya adalah penyakit ISPA sebanyak 25.330 kasus (28 %), dan kasus paling rendah adalah karies gigi 1.098 kasus (1 % ). Dibandingkan dengantahun 2007 kasus ISPA mengalami peningkatan 10.10% (18.344 kasus), tingginya angka penyakit ISPA di Kabupaten Bintan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor cuaca dan sanitasi lingkungan. Penyakit ISPA juga merupakan penyakit terbesar dibeberapa daerah lain di Indonesia. Selama tahun 2007 dan 2008, upaya yang telah dilakukan untuk menekan jumlah angka penyakit ISPA adalah dengan dilakukan upaya kuratif yaitu pengobatan penderita dan promotif serta preventif berupa penyuluhan (pemutaran film, penyebaran famplet). Menurut hasil Sensus Kesehatan Rumah Tangga dan Sukesnas bahwa penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dimana 80-90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh Pneumonia. Angka kesakitan ISPA
Pneumonia di
Kabupaten Bintan tahun 2008 terdapat 72 kasus (57.57 per 100.000 penduduk) dengan Case Fatality Rate 0 persen. Dari 72 kasus, 68 kasus diantaranya merupakan kasus pada balita dan
Profil Kesehatan Tahun 2008
semua telah dilakukan penanganan sesuai standar pelayanan pada penderita pneumonia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Grafik 10. Persentase 10 Penyakit Terbesar (dalam %)Tahun 2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
4.2.2
Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan dan Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Spesialis Dasar Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2008, 2 buah rumah sakit
dan 10 puskesmas semuanya (100%) telah mampu menyediakan laboratorium kesehatan untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat, namun belum memiliki 4 (empat) spesialis dasar. 4.2.3 Persediaan Obat Esensial dan Generik sesuai Kebutuhan Dalam dua tahun terakhir jumlah pembiayaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan Rp. 1.688.776.380 tahun 2008. Pada tahun 2008 target pengadaan obat-obatan sebanyak 155 item yang terdiri dari obat esensial dan generik, ketersediaan obat menurut golongan obat sebanyak 58 golongan (dapat dilihat pada tabel 44). Berdasarkan pagu dana anggaran pengadaan obat dan perbekalan kesehatan tahun 2007 dan 2008, maka dapat dihitung alokasi anggaran obat-obatan per-kapita pertahun di Kabupaten Bintan, sebagai berikut:
Profil Kesehatan Tahun 2008
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari Rp. 1.287.473.561 tahun 2007 menjadi
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
Tahun 2007
= Rp. 1.287.473.561 = Rp. 10.494,122.677 jiwa
Tahun 2008
= Rp. 1.688.776.380 = Rp. 13.503,125.058 jiwa
4.3. Perilaku Hidup Masyarakat Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu sehubungan dengan upaya mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan maka faktor perilaku masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan termasuk salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya. Adapun pengertian dari Perilaku Sehat adalah sikap proaktif dari masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan. Perilaku Sehat akan sangat berkaitan pada pengetahuan, sikap atau sudut pandang manusia baik individu maupun kelompok yang dapat menjadi suatu budaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku sehat. Operasionalisasi perilaku sehat dikembangkan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya pokok promosi kesehatan, dengan strategi Advokasi, Bina Suasana dan gerakan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan. Adapun hasil yang telah dicapai dalam indikator perilaku ini dapat dilihat melalui beberapa sub indikator antara lain : 4.3.1 Rumah Tangga ber PHBS Perilakua Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebanyak 3.380 rumah (65.03%). Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadinya peningkatan sebesar 5.37%.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Jumlah rumah tangga yang dipantau tahun 2008 sebesar 5.198 rumah dan yang ber
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 4.3.2 Posyandu Aktif Posyandu merupakan salah satu bentuk Peran Serta Masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bintan pada tahun
2008 terdapat 134
posyandu meningkat 1 posyandu dibanding tahun 2007 yaitu 133 Posyandu. Dari 134 posyandu yang sudah termasuk dalam klasifikasi Purnama tercatat 79 (58.96 persen) posyandu meningkat 2 posyandu dibanding tahun 2007 yaitu 77 ( 57,89 persen), sedangkan yang mencapai klasifikasi Mandiri tahun 2008 sebanyak 10 posyandu (7.47 persen) berarti mengalami peningkatan 8 posyandu dibandingkan tahun 2007 yaitu 2 (1,50 persen). Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk seratus balita, jadi jika dibandingkan dengan jumlah anak balita yang ada pada tahun 2008, maka di Kabupaten Bintan masih terdapat kekurangan sebanyak 56 posyandu. (data terinci pada lampiran tabel 46). Grafik 11. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri Tahun 2004-2008 di Kabupaten
Sumber : Seksi KIA/Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Profil Kesehatan Tahun 2008
Bintan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 4.4. Keadaan Lingkungan Menurut penelitian bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang dapat mencegah masyarakat agar terhindar resiko penularan menyakit yang berbasis lingkungan. Sub indikator yang menjadi penilaian faktor lingkungan yaitu rumah sehat, sekolah dan madrasah sehat, sarana ibadah sehat, pesantren sehat, TTU sehat dan keluarga yang memiliki sarana sanitasi / kesehatan lingkungan. Sub indikator lingkungan sehat dengan uraian sebagai berikut: 4.4.1 Rumah Sehat Rumah yang sehat akan dapat menciptakan lingkungan yang sehat pula. Berdasarkan laporan tahun 2008 terdapat 25.598 unit rumah dan yang diperiksa 8.021 unit rumah (48.75 persen), jumlah rumah sehat 4.602 unit rumah (57.37 persen). Bila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan rumah yang sehat dari 2.25 persen. (Data terinci pada lampiran tabel 47).
Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
4.4.2 Keluarga yang Memiliki Akses terhadap Air Bersih Jumlah keluarga/KK yang diperiksa sebanyak 10.837 KK, KK yang mempunyai akses air bersih ledeng 2.611 KK ( 26.47% ), SGL 6.439 KK (65.30 persen), PAH 89 KK (0.9 persen), kemasan 27 KK (0,27 %), lain-lain 695 KK (7.05 persen), data terinci pada tabel 48.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Grafik 12. Persentase Rumah Sehat Tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 4.4.3 Keluarga yang Memiliki Sarana Sanitasi Dasar a. Kepemilikan Jamban. Jumlah keluarga/KK yang yang ada di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 32.698 KK yang memiliki sarana jamban keluarga (JAGA) sebanyak 6.473 KK dari 10.837 KK yang diperiksa (59.84 persen), angka ini sama dengan tahun 2007. b. Tempat Sampah Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 2.448 KK (22.59 persen) dari 10.837 KK yang diperiksa. Pada tahun 2007 jumlah KK yang memiliki tempat sampah sebanyak 47.95 persen, ini berarti bahwa terjadi penurunan KK yang memiliki tempat sampah sebesar 25.36 pesen. c. Saluran Pembuangan Air Limbah. Jumlah keluarga / KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tahun 2008 sebanyak 4.580 KK dan 1.918 KK (17.69 persen) memiliki pengelolaan air limbah, menurun 22.88 persen dari tahun 2007 (40.57 persen).
4.4.4 Tempat-tempat Umum Sehat Tempat-tempat umum merupakan tempat terjadinya aktifitas dan interaksi banyak orang yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, untuk itu perlu mendapatkan perhatian dalam hal fasilitas kebersihannya. Jenis TTU yang didata dan termasuk kedalam penilaian antara lain kantor pemerintah/swasta, hotel/penginapan, toko, pasar, restoran/rumah makan, salon dan lain-lain. Semua jenis TTU tahun 2008 berjumlah 335 unit diperiksa 335 unit dan TTU yang sehat sebanyak 110 (32.84 persen), menurun 39.89 persen dibandingkan tahun 2007. (Data terinci pada lampiran tabel 50). Jenis institusi yang dilkukan pembinaan kesehatan lingkungannya antara lain sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, serta sarana lainnya. Pada tahun 2008, institusi yang dibina sarana kesehatan dari 47 institusi semuanya (100 persen) telah dilakukan pembinaan, sarana pendidikan dari 78 institusi 65 institusi (83.33 persen) telah
Profil Kesehatan Tahun 2008
4.4.5 Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 dilakukan pembinaan, sarana ibadah dari 226 institusi 145 institusi (64,15 persen) telah dilakukan pembinaan, serta 81 institusi perkantoran 55.55 persen (45 institusi) telah dilakukan pembinaan 4.4.6 Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk Aedes tahun 2008 sebanyak 2.592 rumah (71.86%) dari 3.607 rumah/bangunan yang diperiksa. Jika dibandingkan dengan
Profil Kesehatan Tahun 2008
tahun 2007mengalami penurunan 10.63% (data tahun 2007, 82.49%).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 5.1. Sarana Kesehatan 5.1.1. Data Dasar Puskesmas Jumlah puskesmas di Kabupaten Bintan sampai dengan tahun 2008 sebanyak 10 puskesmas dan semuanya dalam kondisi baik, dengan puskesmas tertua adalah Puskesmas Kijang Kecamatan Bintan Timur yang dibangun sejak tahun 1978 dan puskesmas yang baru dibangun adalah Puskesmas Kelong Kecamatan Bintan Pesisir. Kondisi puskesmas se Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 12. Kondisi Puskesmas se Kabupaten Bintan, Tahun 2008 No
Puskesmas
Alamat
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kijang (perawatan) Kelong Mantang Toapaya Kawal (perawatan) Teluk Bintan Teluk Sebong Teluk Sasah Tg. Uban (perawatan) Tambelan (perawatan)
Jl.Barek Motor Kijang Kelong Mantang Lama Jl.Raya Tg.Uban 26 Jl. Kawal Km.26 Jl. Tok Sadek Jl.Duku Sei Kecil Jl. Lobam Tl.Sasah Jl. Imam Bonjol Jl. Bhakti Husada
Tahun Kondisi dibangun 1978 2008 2007 1982 2007 2002 2004 2006 1994 1990
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Keterangan Rehab, DAK 2006 APBD Prop 2008 APBD, 2007 Rehab, Prop 2007 APBD Prop 2007 DAK, 2004 APBD, 2004 APBD, 2006 Rehab, DHS 2004 Rehab, APBD 1998
Sumber : Subag Penyusunan Program Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Pada tahun 2008, puskesmas pembantu di Kabupaten Bintan berjumlah 30 buah, 4 unit type 50 M2 dan 26 unit type 80 M2 dengan 17 buah kondisi baik dan 13 buah kondisi rungsa ringan/sedang. Gambaran kondisi puskesmas pembantu di Kabupaten Bintan tahun 2008, dapat
Profil Kesehatan Tahun 2008
dilihat pada tabel 7.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
Tabel 13. Kondisi Puskesmas Pembantu se Kabupaten Bintan, Tahun 2008 No
Puskesmas
1.
Kijang (perawatan)
2.
Kelong
3.
Mantang
4.
Toapaya
5.
Kawal (perawatan)
6.
Teluk Bintan
7.
Teluk Sebong
8.
Teluk Sasah
9. 10.
Tg. Uban (perawatan) Tambelan (perawatan)
Puskesmas Pembantu 1. Batu 20 Sei Lekop 2. Wacopek/Bt.Licin 3. Sei Enam 1. Numbing 2. Mapur 3. Kelong 1. Mantang Lama 2. Mantang Besar 3. Dendun 1. Km.18 Mantrus 2. Kangboy 1. Kampung Melayu 2. Malang Rapat 3. Plus Kawal 1. Bintan Buyu 2. Penaga 3. Pengujang 4. Pangkil 5. Bintan Bekapur 1. Sebong Pereh 2. Ekang Aculai 3. Sri Bintan 4. Pengudang 5. Berakit 1. Kuala Sempang 2. Busung 1. Sekera, TUB Utara 1. Kp. Hilir 2. Pl. Mentebung 3. Pl. Pinang
Tahun Kondisi dibangun 1980 2007 2001 1985 1986 1981 2002 1990 1985 1982 1984 2002 1986 1984 1988 1988 1986 1986 2002 1992 1988 1982 1999 1998 2007 1998 1996 1998 1996 1997
Baik Baik Baik Baik R.Ringan Baik R.Ringan Baik Baik Baik R.Ringan Baik R.Ringan R.Ringan Baik Baik R.Ringan R.Ringan R.Ringan R.Ringan Baik Baik R.Ringan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Keterangan Rehab, DAK 2006 APBD, 2007 Rehab, APBD 2006 Rehab, APBD 2000 Rehab, APBD 2007 APBD 2002 Rehab, APBD 2006 Rehab, APBD 2003 Rehab, APBD 2006 Rehab, APBD 2003 Rehab, APBD 2000 Rehab, APBD 2007 Rehab, APBD 2006 Rehab, APBD 2003 Rehab, APBD 2002 Rehab, APBD 1999 Rehab, APBD 1999 Rehab, DHS 2007
APBD, 2007
Rehab, APBD 2006 Rehab, APBD 2006
Sumber : Subag Penyusunan Program Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Indikator pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, antara lain: BOR yaitu efisiensi penggunaan tempat tidur di tempat perawatan (puskesmas dan rumah sakit) dengan target 60% di rumah sakit dan 42% di puskesmas dan LOS yaitu rata-rata lama hari perawatan di tempat perawatan (puskesmas dan rumah sakit) dengan target 3-4 hari di puskesmas dan 7 hari di puskesmas.
Profil Kesehatan Tahun 2008
5.1.2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Efisiensi penggunaan tempat tidur di perawatan (BOR) Kabupaten Bintan tahun 2008 telah mencapai target yaitu 42% sedangkan rata-rata lama perawatan di tempat perawatan telah mencapai 3 hari. Dari 4 (empat) puskesmas perawatan yang paling tinggi efisiensi penggunaan tempat tidurnya adalah di Puskesmas Tanjung Uban sebesar 27.3% dan rata-rata hari perawatan tertinggi di puskesmas perawatan Kijang (3.8 hari) dan Tg. Uban (3.9 hari). 5.1.3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan antara lain rumah Sakit Umum milik Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 1 buah, sarana pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kabupaten Bintan sebanyak 50 buah terdiri dari puskesmas perawatan 4 buah, puskesmas non keperawatan 6 buah, puskesmas keliling 9 buah, puskesmas pembantu 30 buah dan gudang farmasi 1 buah. Sarana pelayanan kesehatan milik BUMN sebanyak 113 buah terdiri dari rumah bersalin 7 buah, balai pengobatan 18 buah, praktek dokter perorangan 42 buah, praktek pengobatan tradisional 5 buah, apotik 9 buah dan toko obat 32 buah. 5.1.4. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta Jumlah sarana pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 1 buah yaitu Rumah Sakit PT. Antam Kijang di Kecamatan Bintan Timur. 5.1.5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Jenis sarana pelayanan kesehatan yang merupakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) antara lain desa siaga, pos kesehatan desa (poskesdes), pondok bersalin desa (polindes) serta pos pelayanan terpadu (posyandu). Jumlah sarana kesehatan yang termasuk dalam UKBM di Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tahun 2008 jumlah desa siaga sebanyak 32 desa (62,75%), poskesdes sebanyak 52 buah (101,96%), polindes sebanyak 42 buah (82,35%) serta posyandu sebanyak 134 buah. Jumlah sarana poskesdes menunjukkan bahwa terdapat satu desa yang memiliki 2 buah poskesdes dan rata-rata
5.2. Tenaga Kesehatan 5.2.1. Sebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Sebaran tenaga kesehatan menurut unit kerja di Kabupaten Bintan tahun 2008; tenaga medis di puskesmas sebanyak 51 orang, Rumah Sakit 3 orang, sarana kesehatan lainnya 10 orang dan Dinas Keshetan 4 orang; tenaga kefarmasian di puskesmas sebanyak 11 orang dan
Profil Kesehatan Tahun 2008
posyandu dalam satu desa sebanyak 2-3 buah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Dinas Kesehatan 5 orang; tenaga gizi di puskesmas 6 orang dan Dinas Kesehatan 3 orang; tenaga keperawatan di puskesmas sebanyak 112 orang dan Dinas Kesehatan 6 orang; tenaga bidan di puskesmas 96 orang dan Dinas Kesehatan 6 orang; tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di puskesmas masing-masing 9 orang; tenaga teknisi medis di puskesmas 12 orang. 5.2.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tahun 2008, terdiri dari; tenaga medis 51 orang, tenaga kefarmasian 11 orang, tenaga gizi 6 orang, tenaga keperawatan 112 orang, tenaga bidan 96 orang, tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di puskesmas masing-masing 9 orang dan tenaga teknisi medis 12 orang. Di Rumah sakit Pt. Antam Kijang terdapat tenaga medis sebanyak 3 orang. 5.2.3. Rasio Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk Dalam rangka meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. Gambaran mengenai jumlah tenaga dokter dapat dilihat dari indikator jumlah dokter per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga dokter yang berada di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 68 orang terdiri dari 52 orang dokter umum, 14 orang dokter gigi dan 2 orang dokter spesialis baik di puskesmas maupun Rumah Sakit dan Balai Pengobatan Swasta untuk melayani 125.058 penduduk. Rasio dokter spesialis terhadap penduduk 1 : 62.529 penduduk, sedangkan Standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter spesialis terhadap penduduk 1 : 16.600. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter spesialis masih kurang. Idealnya untuk jumlah penduduk sebesar 125.058 jiwa dilayani sebanyak 7 orang dokter spesialis. 5.2.4. Rasio Dokter per 100.000 Penduduk
standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter terhadap penduduk 1 : 2.500 jiwa. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter umum sudah mencukupi.
Profil Kesehatan Tahun 2008
Rasio dokter umum terhadap penduduk di Kabupaten Bintan 1 : 2.404 jiwa, sedangkan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 5.2.5. Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk Rasio dokter gigi terhadap penduduk 1 : 8.932 penduduk, sedangkan Standar Indonesia Sehat 2010 rasio dokter gigi terhadap penduduk 1 : 9.000. Kondisi ini menggambarkan bahwa di Kabupaten Bintan kebutuhan untuk tenaga dokter gigi sudah mencukupi. 5.2.6. Rasio Apoteker per 100.000 Penduduk Jumlah apoteker tahun 2008 sebanyak 16 orang yang terdiri dari apoteker sebanyak 3 orang, D3 Farmasi 5 orang, Assisten Apoteker 8 orang, rasio terhadap penduduk 1 : 7.816 penduduk. 5.2.7. Rasio Ahli Gizi per 100.000 Penduduk Jumlah ahli gizi di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 9 orang yang tersebar di puskesmas sebanyak 6 orang dan Dinas Kesehatan 3 orang, rasio ahli gizi terhadap penduduk 1 : 13.895 penduduk. 5.2.8. Rasio Perawat per 100.000 Penduduk Dalam rangka peningkatan upaya perawatan kesehatan masyarakat, tenaga perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung baik kuratif maupun preventif. Jumlah perawat per 100.000 penduduk menurut kecamatan dapat memberikan gambaran tentang penyebaran perawat di seluruh Kabupaten. Di Kabupaten Bintan tahun 2008 jumlah perawat sebanyak 118 orang artinya 1 orang perawat melayani 1.059 penduduk. Idealnya jumlah perawat untuk tahun 2008 dengan jumlah penduduk sebanyak 125.058 jiwa membutuhkan tenaga perawat sebanyak 146 orang. Standar Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga perawat dibutuhkan 1 : 855 penduduk. Berarti di Kabupaten Bintan untuk tenaga kesehatan perawat masih kekurangan sebanyak 28 orang. 5.2.9. Rasio Bidan per 100.000 Penduduk
dibutuhkan penempatan tenaga bidan di desa. Pada tahun 2008 Kabupaten Bintan telah memiliki 102 orang bidan yang penempatannya tersebar di 10 puskemas dan 42 pondok bersalin desa/polindes yang ada di Kabupaten Bintan. Standar Indonesia Sehat 2010 untuk tenaga bidan adalah 1 : 1000. Jumlah tenaga bidan pada tahun 2008 sebanyak 102 orang dengan rasio bidan terhadap penduduk sebesar 1 : 1.226 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Bintan masih kekurangan tenaga bidan. Idealnya 1 tenaga bidan untuk melayani 1000 penduduk, dengan
Profil Kesehatan Tahun 2008
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di daerah pedesaan maka sangat
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 demikian dibutuhkan bidan sebanyak 125 orang, sehingga masih dibutuhkan bidan sebanyak 23 orang. 5.2.10. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 9 orang yang terdiri sarjana kesehatan masyarakat (S1 dan S2) 8 orang dan D3 kesehatan masyarakat 1 orang, dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 1 : 13.895 penduduk. 5.2.11. Rasio Ahli Sanitasi Masyarakat per 100.000 Penduduk Rasio ahli sanitasi yang terdiri dari D3 sanitasi, D1 sanitasi terhadap 100.000 penduduk di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebesar 1 : 1 : 13.895 penduduk. 5.2.12. Rasio Tenaga Teknisis Medis per 100.000 Penduduk Teknisi medis yang terdiri dari tenaga analis laboratorium, rontgen, anastesi dan fisioterapi di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 12 orang yang tersebar di 6 puskesmas dari 10 puskesmas serta Dinas Kesehatan Kabupaten. Rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 1 : 10.421 penduduk 5.3. Pembiayaan Kesehatan 5.3.1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD. Dalam empat tahun terakhir terutama sejak otonomi daerah komitmen pemerintah untuk pembiayaan kesehatan cukup menggembirakan dan memberi harapan. Hal ini didukung dengan kesepakatan Bupati Seluruh Indonesia pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 – 20 % dari APBD. Namun komitmen politik ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan sebagaimana yang diharapkan. Anggaran /pembiayaan sektor kesehatan di Kabupaten Bintan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 relatif masih rendah dan mengalami fluktuasi yang sangat signifikan. Sebagai gambaran pada empat tahun terakhir anggaran kesehatan Kabupaten Bintan yaitu dana
Kabupaten dapat dilihat pada grafik 13.
Profil Kesehatan Tahun 2008
yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
Grafik 13. Pembiayaan Kesehatan Tahun 2002-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Subag Penyusunan Program Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
5.3.2. Alokasi Anggaran Kesehatan Pemerintah per Kapita per Tahun. Berdasarkan pagu dana anggaran kesehatan pemerintah yang tertera pada tabel tersebut diatas, maka dapat dihitung alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita pertahun di Kabupaten Bintan, dengan rumus jumlah alokasi anggaran kesehatan pemerintah dalam 1 tahun dibagi jumlah penduduk pada tahun yang sama, sebagai berikut:
= Rp. 18.907.141.000,- = Rp. 106.683,177.226 jiwa
Tahun 2003
= Rp. 17.816.497.400,- = Rp. 93.907,189.723 jiwa
Tahun 2004
= Rp. 16.624.146.400,- = Rp. 143.714,-
Profil Kesehatan Tahun 2008
Tahun 2002
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 115.675 jiwa Tahun 2005
= Rp. 11.166.096.385,- = Rp. 94.768,117.825 jiwa
Tahun 2006
= Rp. 26.723.277.089,- = Rp. 220.302,121.303 jiwa
Tahun 2007
= Rp. 30.075.055.038,- = Rp. 245.156,122.677 jiwa
= Rp. 33.857.511.092,- = Rp. 270.734,125.058 jiwa
Profil Kesehatan Tahun 2008
Tahun 2008
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010
BAB V K E S I M P U L A N Profil Kesehatan ini merupakan gambaran hasil program dan kegiatan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2008. Berikut dapat disajikan beberapa hal penting yang perlu disimak dan dicermati dari pelaksanaan program pembangunan kesehatan dan mortalitas Kabupaten Bintan Tahun 2008 yang berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat, antara lain: 1. Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bintan cenderung meningkat hal ini disebabkan karena angka kematian bayi yang cenderung menurun dari tahun 2004-2008, angka harapan hidup tahun 2008 sebesar 69.7 tahun meningkat 0.1 tahun dibandingkan tahun 2007 yaitu 69.6 tahun, umur harapan hidup ini masih dibawah target SPM tahun 2010 yaitu 70.6 tahun, sedangkan angka kematian bayi menurun dari 5.3 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 4.52 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2008, angka ini dibawah target SPM tahun 2010 yaitu 26 per 1.000 kelahiran hidup. 2. Ditemukan Kematian Balita Tahun 2008 sebanyak 1 kasus atau 0.01 per 1000 kelahiran hidup angka ini meningkat jika dibandingkan dengan angka tahun 2006 dan 2007 (tidak ditemukan kematian balita) dan menurun jika dibandingkan dengan angka tahun 2005 yaitu 0.3 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Angka Kematian Ibu tahun 2008 sebesar 69,61 per 100.000 kelahiran hidup meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu 33 per 100.000 kelahiran hidup, namun masih dibawah tagret SPM tahun 2010 yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup. 4. Prevalensi Gizi Kekuranga Gizi, tahun 2008 prevalensi gizi buruk sebesar 0.78 persen, angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir yakni 2007 sebesar 0.48
5. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah persalinan yng ditolong oleh tenaga kesehatan tahun 2008 sebesar 97.90 persen jumlah ini meningkat bila dibanding tahun 2006 sebesar 97.8 persen dan 2006 sebesar 96.51 persen, hal ini disebabkan karena sudah meratanya penempatan tenaga kesehatan khususnya bidan desa di seluruh desa yang ada di Kabupaten Bintan serta semakin mudahnya jangkauan layanan
Profil Kesehatan Tahun 2008
persen. Angka ini jauh dibawah angka nasional (SPM) tahun 2010 yaitu < 5 persen.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 kesehatan oleh masyarakat karena jumlah sarana pelayanan kesehatan terus ditambah dan dikembangkan setiap tahunnya. 6. Angka Kesakitan, pada kasus-kasus tertentu cenderung menurun seperti kasus TB Paru BTA +, malaria. Namun pada kasus-kasus lainnya mengalami peningkatan seperti kasus AFP, DBD, Diare, Kusta, Filariasis serta kasus-kasus dan angka kesakitan PD3I. Semua kasus yang ditemukan telah dilakukan pengobatan sesuai standar pengobatan masingmasing kasus/penyakit. 7. Status Gizi, Kunjungan neonatus, bayi mengalami peningkatan dari tahun 2006, 2007 dan 2008, sedangkan kasus BBLR, Balita Gizi Buruk mengalami peningkatan sehingga juga berdampak pada peningkatan kecamatan yang rawan gizi. 8. Pelayanan KB aktif, cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2006, 2007 dan 2008. 9. Penyuluhan Kesehatan, dilakukan dalam bentuk penyuluhan kelompok dan massa, selama tahun 2008 telah dilakukan penyuluhan sebanyak 242 penyuluhan kelompok dan 32 kali penyuluhan massa. 10. Akses mutu pelayanan kesehatan, jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan mengalami peningkatan dari tahun 2006, 2007 dan 2008, dan ISPA masih merupakan masalah kesehatan utama dari 10 penyakit terbesar yang ada di Kabupaten Bintan. 11. Persediaan obat esensial dan generik, mengalami peningkatan baik dari kuantitas maupun kualitas, anggaran obat perkapita juga mengelami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008. 12. Jumlah sarana posyandu, desa siaga mengelami peningkatan dari tahun 2006, 2007 ke 2008. 13. Jumlah sarana kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, rumah dinas dan sarana prasarana kesehatan lainnya mengelami peningkatan dari tahun 2006,
14. Jumlah tenaga kesehatan, masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan seperti dokter spesialis, perawat kesehatan, bidan, sedangkan dokter umum sudah mencukupi berdasarkan rasio terhadap jumlah penduduk.
Profil Kesehatan Tahun 2008
2007 dan 2008.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 15. Pembiayaan kesehatan, anggaran kesehatan cenderung naik dari tahun 2006, 2007 dan 2008 namun masih belum mencukupi kebutuhan program berdasarkan hasil perhitungan SPM (standar pelayanan minimal). Dalam empat tahun terakhir terutama sejak otonomi daerah komitmen pemerintah untuk pembiayaan kesehatan cukup menggembirakan dan memberi harapan. Hal ini didukung dengan kesepakatan Bupati Seluruh Indonesia pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 – 20 % dari APBD. Namun komitmen politik ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan sebagaimana yang diharapkan. Anggaran /pembiayaan sektor kesehatan di Kabupaten Bintan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 relatif masih rendah dan masih dibawah komitmen yang telah
Profil Kesehatan Tahun 2008
disepakati.