BAB I
A. Latar belakang permasalahan
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya gangguan baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Untuk memperoleh kesehatan itu tidaklah mudah. Manusia perlu berusaha untuk mendapatkan tubuh yang sehat dengan berbagai cara misalnya dengan memperhatikan kebersihan lingkungan, makan makanan yang bergizi untuk menjaga kebugaran tubuh, mengkonsumsi berbagai macam obat yang bisa menambah kebugaran tubuh dan mencegah dari serangan penyakit. Meskipun caracara tersebut telah dilakukan tidak menutup kemungkinan manusia bebas dari penyakit.
Jika manusia jatuh sakit tubuhnya tidak dapat berfungsi dengan baik dan jiwanyapun mengalami hal yang sama. Manusia tidak bisa melakukan aktivitasnya karena adanya gangguan dari organ-organ tubuhnya1. Dengan keadaan yang seperti ini manusia membutuhkan pertolongan orang lain untuk membantunya melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukannya sendiri karena sakit yang dialaminya. Untuk keluar dari permasalahan ini manusia membutuhkan suatu proses pengobatan yang dapat meringankan dan sekaligus menyembuhkan penyakitnya tersebut yaitu dengan cara memeriksakan dirinya ke dokter atau petugas medis lainnya untuk mendapatkan perawatana medis.
Mengingat pentingnya arti kesehatan bagi masyarakat maka banyak didirikan rumah sakit, puskesmas, maupun poliklinik, baik yang dikelola oleh instansi pemerintah maupun swasta untuk melayani masyarakat umum. Pelayanan kesehatan juga di lakukan oleh yayasanyayasan kristen baik itu untuk menunjang finansial gereja maupun sebagai wujud pelayanan gereja terhadap masyarakat umum. Salah satu bentuk pelayanan gereja dalam pelayanan kesehatan adalah didirikannya poliklinik di tengah-tengah gereja.
1
Benyamin, Lumenta, Pasien, Citra, Peran dan Prilaku,Kanisius, Jogjakarta, 1989, p. 11.
1
B. Pokok permasalahan Pengadaan poliklinik juga di lakukan oleh Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) sebagai bentuk pengembangan sosial-ekonomi bagi penduduk Bali yang didukung secara hukum melalui Yayasan “:Maha Bhoga Marga”2 yang didirikan pada tahun 1982, lembaga ini juga didirikan sebagai akibat dari keputusan-keputusan sinode tahun 19723.
Salah satu pelayanan kesehatan dari Yayasan “Maha Bhoga Marga” berada di Jemaat GKPB Galang Ning Hyang Abianbase. Poliklinik itu berada di tengah-tengah jemaat Galang Ning Hyang Abianbase, karena di tengah-tengah jemaat Galang Ning Hyang Abianbase ada gedung yang digunakan untuk pengadaan poliklinik.
Bangunan yang ditempati oleh
poliklinik tersebut adalah milik Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase. Mengingat poliklinik tersebut berada ditengah-tengah Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase, Pendeta dan Majelis Jemaat menginginkan warga jemaat ikut terlibat dalam pelayanan poliklinik tersebut. Dengan adanya keinginan Pendeta dan Majelis jemaat turut melibatkan jemaat dalam pelayanan poliklinik, maka pengadaan poliklinik itu dimasukan sebagai program jemaat. Meskipun pengadaan poliklinik sudah di masukan kedalam salah satu program jemaat, tetapi jemaat Galang Ning Hyang Abianbase tidak ikut terlibat dalam pelayanan poliklinik baik secara materi maupun non materi..
Dengan realita yang seperti ini, penulis ingin mengetahui mengapa jemaat Galang Ning Hyang Abianbase tidak terlibat dalam pelayanan poliklinik sebagai bentuk pelayanan sosial gereja terhadap masyarakat umum.
C. Judul dan alasan pemilihan judul
Penulis memilih judul “ Menuju Gereja Yang Menyembuhkan“( Suatu Studi Tentang Hubungan Poliklinik Yayasan “Maha Bhoga Marga” Dengan Jemaat GKPB “Galang Ning Hyang” Abianbase ) Penulis mengambil judul ini dengan alasan : Jemaat GKPB “Galang Ning Hyang” Abianbase tidak terlibat dalam pelayanan poliklinik. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya dukungan jemaat baik yang berupa materi maupun non materi. Pengadaan poliklinik masih di kelola oleh Yayasan “Maha 2 3
Yayasan Maha Bhoga Marga adalah Departemen Kesaksian dan Pelayanan Sinode GKPB. Ulrich, Beyer, Bali Fajar Bagi Dunia, Departemen literatur YPPI, Malang, 2001, p. 119.
2
Bhoga Marga”.
Padahal pengadaan poliklinik tersebut sudah menjadi salah satu
program jemaat. Penulis mengambil hipotesa sementara karena : 1. Pandangan jemaat tentang misi. Jemaat tidak melihat pelayanan kesehatan sebagai bagian dari misi dan pelayanan gerejawi. Jemaat mempunyai pandangan seperti ini kerena jemaat masih bersifat ekslusif yang memandang bahwa masyarakat yang berada di luar gereja/masyarakat non Kristen bukan merupakan tanggung jawab dari gereja. Selain itu juga karena jemaat mendapat tekanan dari agama mayoritas maupun pemerintah daerah setempat. Hal ini bisa dilihat dengan adanya peraturan dari Pemerintah Kabupaten tingkat II Badung yang mengeluarkan peraturan bahwa gereja baru bisa didirikan jika sudah mempunyai anggota 100 kepala keluarga. Hal ini bisa menimbulkan antipati jemaat terhadap masyarakat sekitar khususnya agama mayoritas, sehingga jemaat enggan untuk ikut berpartisipasi dalam pelayanan kepada masyarakat umum. 2. Karena jemaat belum memahami pandangan teologi terhadap pelayanan kesehatan. Jemaat masih beranggapan bahwa pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan jasmani yang tidak ada sangkut pautnya dengan gereja. Pandangan jemaat tentang gereja adalah tempat untuk bersekutu dan untuk memuliakan Tuhan, gereja adalah tempat religius untuk kebutuhan rohani. 3. Tidak dilibatkannya Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase dalam proses pembentukan poliklinik. Jemaat mempunyai anggapan bahwa poliklinik itu bukan milik jemaat sehingga Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase tidak terlibat dalam pelayanan poliklinik.
Dalam penulisan ini, penulis memfokuskan
pada peranan jemaat terhadap pelayanan
kesehatan melalui poliklinik yang ada di Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase.
D. Metode pengumpulan data
Untuk menyusun tulisan ini, penulis menggunakan dua bentuk metode pengumpulan data yaitu : 1. Metode penelitian lapangan dengan menggunakan instrumen angket (Questioner), yang di tujukan kepada Majelis Jemaat, pengurus-pengurus lembaga kategorial, dan 10% dari warga jemaat yang diambil secara acak.
3
2. Penelitian perpustakaan (Library Research) dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yaitu mengetahui dan mendapatkan landasan teori yang relevan dengan topik pembahasan, sehingga akan diperoleh hasil penulisan yang bersifat ilmiah dan komprehensif.
E. Sistematika penulisan
Bab I. Pendahuluan
Bab I merupakan pengantar, di mana di dalamnya penulis bermaksud untuk membawa pembaca mengetahui dan mengerti ke arah mana dan hal apa, serta bagaimana pokok permasalahan skripsi ini dibahas. Bab ini meliputi hal- hal : Latar belakang permasalahan, judul yang penulis angkat dan alasannya, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan..
Bab II. Gereja dan Dunia Medis.
Dalam bab II penulis akan membahas tentang hubungan gereja dengan dunia medis untuk mengetahui bagaimana pandangan gereja terhadap dunia medis dan pandangan dunia medis terhadap gereja. Setelah itu akan dipaparkan tentang pelayanan penyembuhan holistik yang merupakan penghubung antara gereja dan dunia medis. Dalam bagian ini juga akan dipaparkan
konsep gereja tentang kesehatan/penyembuhan yang merupakan landasan
teologis terhadap pelayanan penyembuhan holistik, serta partisipasi gereja dalam pelayanan kesehatan.
Bab III. Deskripsi jemaat dan poliklinik GKPB “Galang Ning Hyang” Abianbase.
Dalam bab III penulis akan memaparkan deskripsi : A. Jemaat Galang Ning Hyang Abianbase, Sejarah berdirinya dan program-program pelayanan jemaat. B. Poliklinik yang ada di jemaat GKPB “Galang Ning Hyang’ Abianbase, sejarah berdirinya, program-program, pendanaan dan struktur yang ada dalam poliklinik 4
Dalam bab ini juga akan di paparkan usaha yang dilakukan oleh Pendeta dan Majelis Jemaat agar warga jemaat terlibat dalam pelayanan poliklinik.
Bab IV.
LAPORAN HASIL PENELITIAN : PEMAHAMAN DAN PANDANGAN JEMAAT GALANG NING HYANG ABIANBASE TERHADAP POLIKLINIK
Pada bab IV penulis akan memaparkan hasil penelitian. Setelah itu akan dianalisa dan diinterpretasikan untuk memperoleh alasan mengapa Jemat Galang Ning Hyang Abianbase tidak terlibat dalam pelayanan poliklinik. Setelah mengetahui alasan jemaat Galang Ning Hyang Abianbase tidak terlibat dalam pelayanan poliklinik, penulis akan mencoba untuk mengambil aksi pastoral.
Bab V. Penutup
Pada bab V penulis akan menyimpulkan apa yang telah di paparkan dari bab 1 sampai bab 4 dan memberikan saran-saran untuk peningkatan pelayanan jemaat dalam poliklinik.
5